Pemberian Obat
Pemberian Obat
- Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting
perawat.
- Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang
memiliki kesehatan
- Perawat bertanggung jawab memehami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,memantau respons klien, dan
membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
- Perawat harus memahami masalah klien saat ini dan sebelumnya
- Pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.
Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam diagnosis , terapi,penyembuhan,
penurunan atau pencegahan penyakit.
NAMA
KLASIFIKASI
1
BENTUK OBAT
- Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat, bentuk obat menentukan rute
pemberian obat.
- Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme di dalam
tubuh.
- Ada beberapa bentuk obat misalnya tablet, kapsul, eliksir dan supositoria. Ketika
memberi obat, perawat harus yakin bahwa ia memberikan obat dalam bentuk yang
benar.
STANDAR OBAT
Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien
menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima
masyarakat harus memenuhi criteria berikut :
2
tentang penyimpanan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar, termasuk
narkotik.
- Meskipun ada control hokum, beberapa orang menggunakan obat bukan untuk
tujuan yang benar. Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan
masalah kesehatan yang serius bagi pengguna, keluarga dan masyarakat. Masalah
penyalahgunaan obat tidak terbatas hanya pada heroin, kokain dan obat keras lain.
- Perawat memiliki kewajiban etis dan hukum untuk memahami masalah individu
yang menyalahgunakan obat atau mengalami ketergantungan obat, perawat harus
menyadari nilai dan sikap mereka sendiri terhadap penggunaan secara sengaja zat
yang berpotensi berbahaya.
- Kadang-kadang timbul masalah dimana professional kesehatan keliru
menggunakan obat. Stres di tempat kerja, masalah pribadi dan keinginan kuat
untuk bekerja dengan baik adalah beberapa factor yang dapat membuat perawat
bergantung kepada obat.
- Simpan semua narkotik di dalam lemari atau kotak yang aman dan terkunci
- Perawat bertanggung jawab membawa perangkat kunci.
- Pergantian jadwal dinas harus benar-benar dilakukan untuk perhitungan jumlah
obat narkotik yang tersisa , dan disertai tanda tangan oleh perawat yang
bertanggung jawab pada saat itu.
- Apabila perhitungan jumlah narkotik tidak sesuai segera laporkan
- Gunakan catatan inventaris khusus setiap kali narkotik dikeluarkan
- Catatan digunakan untuk mendokumentasi nama klien, tanggal, waktu pemberian
dan dosisi obat serta tanda tangan perawat yang mengeluarkan obat.
- Format menjelaskan perhitungan akurat narkotik yang digunakan dan sisanya.
- Adanya saksi sewaktu salah satu perawat memberikan narkotik kepada klien, dan
bila ada sisa dosis, maka saksi tersebut yang mencatatnya.
Penyalahgunaan
Pola maladaptive penggunaan zat diindikasikan oleh setidaknya salah satu hal berikut
dalam periode 12 bulan :
- Kembali menggunakan zat yang mengakibatkan kegagalan dalam memenuhi
kewajiban peran utama di tempat bekerja, disekolah atau dirumah.
- Kembali menggunakan zat dalam situasi yang membahayakan secara fisik
- Terlibat kembali dalam masalah hokum
- Tetap menggunakan zat walaupun terus memiliki masalah interpersonal atau
social yang diakibatkan atau diperburuk oleh efek zat
3
Ketergantungan
- Zat seringkali dikonsumsi dalam jumlah lebih besar selama periode waktu yang
lebih panjang daripada yang diinginkan individu tersebut.
- Keinginan kuat satu kali atau lebih berupaya mengurangi atau mengontrol
penggunaan zat, tetapi tidak berhasil
- Meluangkan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan zat, atau menjadi
pulih dari efek zat.
- Gejala intoksikasi atau putus zat sering muncul ketika klien diharapkan dapat
memenuhi kewajiban peran utamaditempat kerja, disekolah atau dirumah.
- Aktivitas social, pekerjaan atau rekreasi yang penting tidak dilakukan atau
berkurang akibat penggunaan zat.
- Terus menggunakan zat walaupun ia sadar dirinya memiliki masalah social,
psikologis atau fisik yang tetap atau berulang, yang diakibatkan atau diperburuk
oleh penggunaan zat
- Toleransi terhadap zat nyata, semakin meningkatkan jumlah zat untuk mencapai
intoksikasi atau efek yang diinginkan, atau pada penggunaan berlanjut dalam
jumlah sama, efek zat tidak timbul.
Mekanisme Kerja
- Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membrane sel atau
dengan berinteraksi dengan tempat reseptor
- Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya
dengan menetralisir kadar asam lambung). Obat-obatan misalnya gas anastesi
umum, berinteraksi dengan membrane sel, setelah sifat sel berubah, obat
mengeluarkan pengaruhnya.
- Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel.
- Reseptor melokalisasi efek obat
- Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang
sama.
- Obat dan reseptor saling berikatan kuat, ketika ikatan terjadi maka efek terapeutik
dirasakan
4
Farmakokinetik
Adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya,
dimetabolisme, dan keluar dari tubuh. Dokter dan Perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih rute pemberian obat, menilai resiko
perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
Absorpsi
Adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Kebanyakn obat, kecuali obat yang
digunakan secara topical untuk memperoleh efek local, harus masuk kedalam sirkulasi
sistemik untuk menghasilkan efek yang terapeutik.
- Rute pemberian obat, memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat,
bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relative tidak dapat ditembus zat
kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan saluran napas
mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan
permukaan kapiler alveolar. Karena obat yang diberikan peroral harus melewati
system pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan
melambat. Injeksi Intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena
dengan rute ini obat dengan cepat masuk kedalam sirkulasi sistemik.
- Daya larut obat, yang diberikan peroral setelah diingesti sangat bergantung pada
bentuk atau preparat obat tersebut. Larutan dan suspensi, yang tersedia dalam
bentuk cair, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet atau kapsul. Bentuk dosis
padat harus dipecah terlebih dahulu untuk memajankan zat kimia pada sekresi
lambung dan usus halus. Obat yang asam melewati mukosa lambung dengan
cepat. Obat yang bersifat basa tidak terabsorpsi sebelum mencapai usus halus.
- Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi kemudahan obat masuk kedalam
sirkulasi sistemik.
- Adanya edema pada membrane mukosa memperlambat absorpsi obat karena obat
membutuhkan waktu yang lama untuk berdifusi kedalam pembuluh darah
- Absorpsi obat parenteral yang diberikan bergantung pada suplai darah dalam
jaringan
- Otot memiliki suplai darah yang lebih banyak daripada jaringan subkutan (SC),
obat yang diberikan per intramuskuler (melalui otot) diabsorpsi lebih cepat
daripada obat yang disuntikkan lewat per subkutan.
- Pada beberapa kasus , absorpsi subkutan yang lambat lebih dipilih karena
menghasilkan efek yang dapat bertahan lama.
- Apabila perfusi jaringan klien buruk, misalnya pada kasus syok sirkulasi , rute
pemberian obat yang terbaik adalah melalui intravena.
- Pemberian obat intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat
- Obat oral lebih mudah diabsorpsi, jika diberikan diantara waktu makan. Saat
lambung terisi makanan, isi lambung secara perlahan diangkut keduodenum,
sehingga absorpsi obat melambat.
5
- Beberapa makanan dan antacid membuat obat berikatan membentuk kompleks
yang tidak dapat melewati lapisan saluran cerna, contoh susu menghambat
absorpsi zat besi dan tetrasiklin. Beberapa obat hancur akibat peningkatan
keasaman isi lambung dan pencernaan protein selama makan.
- Kecepatan dan luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan, misalnya zat
besi dapat mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan bersama makanan atau
segera setelah makan.
DISTRIBUSI
- Ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah jaringan
tubuh tempat obat didistribusikan.
- Kebanyakan obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa.
Perubahan komposisi tubuh dapat mempengaruhi distribusi obat secara bermakna,
misalnya pada klien lansia.
- Semakin kecil berat badan klien, semakin besar konsentrasi obat di dalam
jaringan tubuhnya, dan efek obat yang dihasilkan makin kuat.
DINAMIKA SIRKULASI
- Obat lebih mudah keluar dari ruang interstisial kedalam ruang intravaskuler
daripada di antara kompartemen tubuh.
- Pembuluh darah dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang dapat larut, kecuali
oleh partikel obat yang besar atau berikatan dengan protein serum
- Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu bergantung pada jumlah
pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasodilatasi atau vasokonstriksi local,
dan kecepatan aliran darah kesebuah jaringan. Contoh, jika klien melakukan
kompres hangat pada tempat suntikan intra muskuler, akan terjadi vasodilatasi
yang meningkatkan distribusi obat.
- Infeksi system saraf pusat perlu ditangani dengan antibiotic yang langsung
disuntikkan ke ruang subarakhnoid di medulla spinalis. Klien lansia dapat
menderita efek samping (mis.konfusi) akibat perubahan permeabilitas barier
darah otak karena masuknya obat larut-lemak kedalam otak lebih mudah.
IKATAN PROTEIN
- Derajat kekuatan ikatan obat dengan protein serum, misalnya albumin,
memengaruhi distribusi obat.
6
- Kebanyakan obat terikat pada protein dalam tingkatan tertentu.
- Ketika molekul obat terikat pada albumin, obat tidak dapat menghasilkan aktivitas
farmakologis. Obat yang tidak berikatan atau “bebas” adalah bentuk aktif obat
- Lansia mengalami penurunan kadar albumin dalam aliran darah, kemungkinan
disebabkan oleh perubahan fungsi hati, akibatnya lansia dapat berisiko
mengalami peningkatan aktivitas obat, toksisitas obat, atau keduanya.
Metabolisme
- Setelah mencapai tempat kerjanya, obat dimetabolisasi menjadi bentuk tidak aktif,
sehingga lebih mudah di eksresi
- Sebagian besar biotransformasi berlangsung di bawah pengaruh enzim yang
mendetoksifikasi, mengurai (memecah), dan melepas zat kimia aktif secara
biologis.
- Kebanyakan biotransformasi berlangsung di dalam hati, walaupun paru-paru,
ginjal, darah dan usus juga memetabolisasi obat.
- Hati sangat penting karena strukturnya yang khusus mengoksidasi dan mengubah
banyak zat toksik
- Hati mengurai banyak zat kimia berbahaya sebelum didistribusi ke jaringan
- Penurunan fungsi hati yang terjadi seiring penuaan atau disertai penyakit hati
mempengaruhi kecepatan eliminasi obat dari tubuh.
- Perlambatan metabolisme yang dihasilkan membuat obat terakumulasi di dalam
tubuh, akibatnya klien lebih berisiko mengalami toksisitas obat.
Eksresi
- Setelah dimetabolisme, obat keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus dan
kelenjar eksokrin.
- Kelenjar eksokrin mengekskresi obat larut lemak, ketika obat keluar melalui
kelenjar keringat, kulit dapat mengalami iritasi
- Perawat membantu klien melakukan praktik hygiene yang baik untuk
meningkatkan kebersihan dan intergritas kulit
- Apabila obat keluar melalui kelenjar mamae, bayi yang disusui dapat
mengabsorpsi zat kimia obat tersebut, resiko pada bayi yang menerima obat dan
resiko pada ibu yang tidak mendapatkan obat harus dipertimbangkan dengan
cermat.
- Saluran cerna adalah jalur lain eksresi obat. Banyak obat masuk kedalam
sirkulasi hati untuk dipecah oleh hati dan dieksresi kedalam empedu. Setelah zat
kimia masuk kedalam usus melalui saluran empedu, zat tersebut diabsorpsi
kembali oleh usus
- Faktor-faktor yang meningkatkan peristaltic, misalnya laksatif dan enema,
mempercepat eksresi obat melalui feses, sedangkan factor-faktor yang
memperlambat misalnya tidak melakukan aktivitas atau diet yang tidak tepat
akan memperpanjang efek obat.
7
- Ginjal adalah organ utama eksresi obat, apabila fungsi ginjal menurun, yang
merupakan perubahan yang umum terjadi dalam penuaan, risiko toksisitas
meningkat
- Apabila ginjal tidak dapat mengeluarkan obat secara adekuat dosis obat perlu
dikurangi
- Apabila asupan cairan yang normal dipertahankan, obat akan dieliminasi dengan
tepat.
Efek Terapeutik
- Efek terapeutik merupakan respon fisiologis obat yang diharapkan atau yang
diperkirakan timbul.
- Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek terapeutik yang diinginkan, contoh,
perawat memberi kodein fosfat untuk menciptakan efek analgesic dan memberi
teofilin untuk mendilatasi bronkiolus pernapasan yang menyempit
- Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.
Efek Samping
Efek Toksik
- Umumnya efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam
jangka waktu lama
- Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa klien
- Jumlah obat yang berlebihan didalam tubuh dapat menimbulkan efek yang
mematikan, bergantung pada kerja obat.
Reaksi Idiosinkratik
8
- Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi
idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi atau bereaksi
tidak normal terhadap obat
- Contoh seorang anak yang menerima antihistamin menjadi sangat gelisah atau
sangat gembira, bukan mengantuk.
Reaksi Alergi
- Reaksi alergi adalah respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat
- Dari seluruh reaksi obat 5 % sampai 10% merupakan reaksi alergi.
- Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan mengalami respons
alergi terhadap obat, zat pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini obat
atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibody.
- Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat.
- Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat.
- Gejala alergi yang umum antara lain adalah urtikaria, ruam, pruritus,rhinitis
- Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaksis di tandai oleh konstriksi
(pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat dan sesak
napas.
- Klien juga dapat mengalami hipotensi berat.
- Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari
penggunaan berulang obat tersebut.
Interaksi Obat
- Apabila suatu obat memodifikasi kerja obat yang lain, terjadi interaksi obat
- Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat
- Apabila dua obat diberikan secara bersamaan, kedua obat tersebut dapat memiliki
efek yang sinergis atau adiktif
- Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar
daripada efek obat bila diberikan terpisah.
- Interaksi obat selalu diharapkan, seringkali seorang dokter memprogramkan terapi
obat guna mendapatkan keuntungan terapeutik. Contoh, klien yang menderita
hipertensi berat dapat menerima kombinasi terapi obat, misalnya diuretic dan
vasodilator, yang bekerja bersama menjaga tekanan darah pada kadar yang
diinginkan.
- Tujuan suatu obat deprogram ialah untuk mencapai kadar darah yang konstan
dalam rentang terapeutik yang aman
- Dosis berulang diperlukan untuk mencapai konsentrasi terapeutik konstan suatu
obat karena sebagian obat selalu dibuang (diekskresi). Ketika absorpsi berhenti
,hanya metabolisme, eksresi dan distribusi yang berlanjut
- Konsentrasi serum tertinggi obat biasanya dicapai sesaat sebelum obat terakhir
diabsorpsi. Setelah mencapai puncak, konsentrasi serum turun bertahap
9
- Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak dicapai dengan cepat, tetapi
kadar serum juga mulai turun dengan cepat
- Semua obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperlukan proses
eksresi untuk menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya.
- Klien dan perawat harus mengikuti penjadwalan dosis yang teratur dan
mematuhinya untuk menentukan dosis dan interval waktu pemberian dosis.
Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantipasi efek
suatu obat :
1. Awitan kerja obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai suatu respons
muncul setelah obat diberikan
2. Kerja puncak obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai konsentrasi
efektif tertinggi dicapai
3. Durasi kerja obat : Lama waktu obat terdapat dalam konsentrasi yang
cukup besar untuk menghasilkan suatu respons
4. Plateau : Konsentrasi serum darah dicapai dan dipertahankan setelah
dosis obat yang sama kembali diberikan
- Cara ideal yang digunakan untuk mempertahankan kadar obat yang terapeutik
ialah melakukan penginfusan intravena secara kontinu.
1. Perbedaan Genetik
- Susunan genetic mempengaruhi biotransformasi obat
- Pola metabolic dalam keluarga seringkali sama, factor genetic menentukan
apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat,
akibatnya anggota keluarga sensitive terhadap suatu obat.
2. Variabel fisiologis
- Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu
- Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa
tersebut terurai dalam proses metabolic yang sama
- Usia berdampak langsung pada kerja obat
- Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan memengaruhi respons
terhadap terapi obat.
10
Pengaruh Kerja Obat Pada Lanjut Usia
Lambung
Penurunan keasaman Meningkatkan efek Minta klien minum satu
lambung dan peristaltic pengiritasi obat yang sangat gelas penuh air dan
asam, perubahan meminum obat dengan
kemampuan larut obat kudapan tidak berlemak
tertentu untuk mengurangi gangguan
lambung
Usus Besar
Tonus otot kolon menurun, Eksresi obat melambat, Beri asupan cairan dalam
reflek defekasi hilang, klien menggunakan laksatif jumlah normal, hindari obat
aliran darah di usus secara berlebihan dan yang menyebabkan
menurun menyalahgunakannya, konstipasi
absorpsi obat melambat
11
tempat injeksi
Hati
Penurunan ukuran hati, Waktu biotransformasi lebih Pantau tanda kerusakan hati
menurunnya aliran darah panjang, durasi kerja obat (ikterus,pruritus, urine
hati lebih lama, resiko gelap)
sensitivitas dan toksisitas Tanyakan dosis untuk klien
obat lebih besar yang menderita penyakit
hati
Ginjal
3. Kondisi Lingkungan
- Stres fisik dan emosi yang berat
- Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas
enzim
- Panas dan dingin . Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan
darahnya. Pada cuaca panas, dosis perlu dikurangi karena suhu yang tinggi
meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokonstriksi,
sehingga dosis perlu ditambah.
- Klien yang dirawat di isolasi , dan diberi obat analgesic memperoleh efek pereda
nyeri lebih kecil disbanding klien yang dirawat di ruang biasa
4. Faktor psikologis
- Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau
pengaruh keluarga, anak-anak yang sering melihat orang tuanya minum obat akan
cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang tuanya tersebut.
- Sebuah obat dapat digunakan untuk mengatasi rasa tidak aman, pada situasi ini,
klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya
jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan
dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.
12
- Obat seringkali memberi rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep
atau obat yang dijual bebas, misalnya vitamin, laksatif dll.
- Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada
respons klien terhadap pengobatan.
5. Diet
- Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient.
Contoh, vitamin K (terkandung dalam sayuran hijau berdaun), merupakan nutrient
yang melawan efek warfarin natrium (Coumadin), mengurangi efeknya pada
mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin
larut lemak
- Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang
menurunkan efek nutrisi
- Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat
- Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang
diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien
- Perawat sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik
dengan berkolaborasi dengan dokter.
Rute Oral
1. Pemberian Oral
- Paling mudah dan paling umum digunakan
- Obat diberikan melalui mulut dan ditelan
- Lebih murah
2. Pemberian Sublingual
- Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah
di absorpsi
- Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
- Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
- Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3. Pemberian Bukal
- Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi
sampai obat larut
- Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi
kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
- Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum
air bersama obat
- Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat
ditelan dalam saliva.
13
Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
- Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
- Ekonomis
- Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
- Jarang membuat klien cemas
Rute Parenteral
14
Beerapa obat diberikan kedalam rongga tubuh selain empat tipe yang tertera diatas.
Berikut adalah pemberian obat yang canggih, dimana perawat memiliki tanggung jawab ;
1. Epidural, obat diberikan di dalam ruang epidural via kateter yang telah dipasang
oleh perawat anestesi atau ahli anestesi. Teknik pemberian obat ini paling sering
digunakan untuk memberikan analgesic pasca operasi
2. Intratekal, obat intratekal diberikan melalui sebuah kateter yang telah dipasang
kedalam ruang subarakhnoid atau kedalam salah satu ventrikel otak. Pemberian
intratekal seringkali berhubungan dengan pemberian obat jangka panjang melalui
kateter yang dipasang melalui pembedahan
3. Intraoseosa, metode pemberian obat ini dilakukan dengan memasukkan obat
langsung kedalam sumsum tulang, metode ini paling sering digunakan pada bayi,
sering digunakan pada kondisi kedaruratan dan akses IV yang tidak dapat
dilakukan, dokter menginserasi jarum intraoseosa kedalam tulang tibia, sehingga
perawat dapat memberikan obat.
4. Intraperitoneal, obat diberikan kedalam rongga peritoneum, disini obat diabsorpsi
kedalam sirkulasi. Kemoterapi dan antibiotic biasanya diberikan dengan cara ini
5. Intrapleura, obat diberikan melalui dinding dada langsung kedalam ruang pleura
6. Intraarteri, pada metode ini obat dimasukkan langsung kedalam arteri. Infusi
intraarteri umum dilakukan pada klien yang di dalam arterinya terdapat bekuan
7. Intrakardiak, injeksi langsung kedalam jaringan jantung dan intraartikular, injeksi
obat kedalam sebuah sendi. Biasanya metode ini hanya dilakukan oleh dokter.
Pemberian Topikal
- Obat yang diberikan melalui kulit dan membrane mukosa
- Menimbulkan efek local
- Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit,
memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau
menyediakan air mandi yang dicampur obat
- Efek sistemik timbul, jika kulit klien tipis, konsentrasi obat tinggi, atau jika obat
bersentuhan dengan kulit dalam jangka waktu lama
- Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima kadar obat secara kontinu
dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus, seperti yang terjadi pada
pemberian obat dalam bentuk oral atau injeksi
- Dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari
- Obat juga dapat diberikan pada membrane mukosa, biasanya diabsorpsi lebih
cepat.
- Perawat menggunakan metode dibawah ini dalam pemberian obat pada membrane
mukosa :
1. Pemberian cairan secara langsung (contoh, meminta klien berkumur, mengusap
tenggorok)
2. Insersi obat kedalam rongga tubuh (contoh, menempatkan supositoria pada
rectum atau vagina, atau menginsersi paket obat kedalam vagina)
15
3. Instilasi (pemasukan lambat) cairan kedalam rongga tubuh (contoh, memasukkan
tetes telinga, tetes hidung, dan memasukkan cairan kedalam kandung kemih dan
rectum)
4. Irigasi (mencuci bersih) rongga tubuh (contoh, membilas mata, telinga, vagina,
kandung kemih, atau rectum dengan obat cair)
5. Penyemprotan (contoh, memasukkan obat kedalam hidung dan tenggorok)
Inhalasi
- Saluran napas bagian dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk
absorpsi obat
- Obat dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang dipasang
kedalam trakea
- Dapat menimbulkan efek local
- Obat, seperti oksigen dan anastesi umum menghasilkan efek sistemik umum
A. Inhalasi Nasal
- Obat diinhalasi melalui hidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat
- Efek dari obat yang disemprotkan antara lain vasokonstriksi jalan napas
- Obat lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi local, steroid dan
oksigen
B. Inhalasi Oral
- Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau
organisme di parenkim paru
- Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang ditangan klien, obat berbentuk
inhaler dan disemprotkan lewat oral (aerosol, uap atau bubuk yang masuk
kesaluran udara diparu
- Metered Dose Inhalers (MDI) memfasilitasi pengantaran obat ke parenkim paru
- Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat inhalasi oral perlu dipantau,
khususnya pada bayi atau lansia
Pemberian Melalui Endotrakea atau Trakea
- Dalam situasi kedaruratan, jika klien tidak terpasang selang intravena, beberapa
obat darurat dapat diberikan melalui selang yang telah ditempatkan kedalam
trakea klien.
- Perawat yang turut dalam melakukan resusitasi secara khusus dilatih untuk
memberikan obat dengan cara ini.
Intraokuler
- Pemberian dilakukan dengan menginsersi obat berbentuk cakram, yang mirip
sebuah lensa kontak, kedalam mata klien
- Obat mata berbentuk cakram ini memiliki dua lapisan lunak luar yang didalamnya
terdapat obat.
- Cakram diinsersi kedalam mata klien, sangat mirip lensa kontak
- Cakram dapat tetap didalam mata klien selama satu minggu
- Pilokarpin, obat yang digunakan untuk mengobati glaucoma, adalah cakram obat
yang paling sering digunakan
16
Proses Keperawatan dan Obat
A. Pengkajian
1. Riwayat Medis
- Memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat
- Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko terkena efek samping yang
merugikan
- Masalah kesehatan jangka panjang, misalnya diabetes atau arthritis, yang
membutuhkan pengobatan, memberi perawat informasi tentang tipe obat yang
sedang klien gunakan
- Riwayat pembedahan klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan, contoh,
setelah tiroidektomi, seorang klien membutuhkan hormone
- Dari riwayat ini, perawat dapat meminta supaya klien dapat diresepkan obat yang
rutin digunakannya
2. Riwayat Alergi
- Apabila klien memiliki riwayat alergi terhadap obat, perawat harus
menginformasikan anggota tim kesehatan lain
- Alergi terhadap makan juga harus didokumentasikan, karena banyak obat
mengandung unsure yang terkandung dalam sumber makanan, contoh adalah
kerang.
- Apabila klien alergi terhadap kerang maka klien akan sensitive terhadap suatu
produk yang mengandung yodium
3. Data Obat
- Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,tujuan,dosis
normal,rute pemberian, efek samping dan implikasi keperawatan dalam
pemberian dan pengawasan obat.
4. Riwayat Diet
- Riwayat diet memberi keterangan tentang pola makan dan pilihan makan klien.
- Perawat dapat merencanakan penjadwalan dosis obat yang lebih efektif dan
menganjurkan klien menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat.
17
7. Sikap klien Terhadap Penggunaan Obat
- Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungannya pada obat
- Klien sering enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat, khususnya jika ia
mengalami ketergantungan obat
- Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang
mendukung bukti ketergantuingan obat.
B. Diagnosa Keperawatan
18
2. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :
- Sumber ekonomi yang terbatas
- Keyakinan tentang kesehatan
- Pengaruh budaya
19
C. Perencanaan
Baik seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
bertanggung jawab memberikan obat tersebut, sasaran yang harus dicapai :
1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan
2. Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan
3. Klien dan keluarga memahami terapi obat
4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
D. Implementasi
20
3. Pemberian Dosis Yang Benar
- Perawat menggunakan teknik aseptic dan prosedur yang benar ketika menangani
dan memberikan obat
- Ketika obat tertentu diberikan, perawat perlu melakukan pengkajian, misalnya
mengkaji denyut nadi, tekanan darah, temperature dll.
21
c. Meminta perawat atau dokter berkualitas untuk mengkaji riwayat obat, termasuk
alergi
d. Mendapat nasihat yang benar berkenaan dengan sifat suatu terapi obat yang
pernah muncul dan memberi persetujuan untuk penggunaannya
e. Menerima obat yang dilabel dengan aman tanpa merasa tidak nyaman sesuai
degan lima benar pemberian obat
f. Menerima terapi pendukung yang diperlukan terkait dengan terapi obat yang
dijalani
g. Tidak menerima obat yang tidak perlu.
E. Evaluasi
- Perawat memantau respons klien terhadap obat secara berkesinambungan
- Perawat harus mengetahui kerja terapeutik dan efek samping yang umum muncul
dari setiap obat
- Perubahan kondisi klien dapat secara fisiologis berhubungan dengan status
kesehatan
- Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengonsumsi
beberapa obat.
- Tujuan pemberian obat yang aman dan efektif dicapai melalui evaluasi cermat
teknik dan respons klien terhadap terapi dan kemampuan klien mengemban
tanggung jawab merawat diri sendiri.
Langkah evaluasi untuk menentukan bahwa tidak ada komplikasi yang terkait
dengan rute pemberian obat :
1. Mengobservasi adanya memar, inflamasi, nyeri setyempat, atau perdarahan di
tempat injeksi
2. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi
3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada
klien
4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya flebitis, termasuk demam,
pembengkakan dan nyeri tekan setempat.
22
Langkah Evaluasi untuk memahami terapi obat :
1. Meminta klien menjelaskan tujuan, kerja, dosis, jadwal pemberian obat, dan efek
samping yang mungkin
2. Meminta klien menjelaskan waktu setiap obat digunakan selama sehari
PEMBERIAN OBAT
- Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat
- Perawat menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian
obat yang aman.
↔ Benar obat
↔ Benar dosis
↔ Benar Klien
↔ Benar rute pemberian
↔ Benar waktu
1. Benar Obat
- Apabila obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat
atau format pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter.
- Membandingkan label pada wadah obat dengan format atau etiket obat
- Perawat melakukan ini sebanyak tiga kali, yaitu :
23
2. Benar Dosis
- Sistem unit – dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan
obat tersedia dalam dosis yang sesuai
- Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih
besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter
memprogramkan suatu sistem perhitumgan obat yang berbeda dari yang
disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat
- Gelas ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus dapat digunakan untuk
menghitung obat dengan akurat.
3. Benar Klien
- Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa
obat tersebut diberikan pada klien yang benar
- Perawat bertanggung jawab dalam memberikan obat terhadap banyak klien
- Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau
laporan pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam medik
klien, atau meminta klien untuk menyebutkan namanya sewaktu perawat
memberikan obat.
- Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama
dan berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang
benar, sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya.
- Klien yang menggunakan obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk
tidak pernah memberi obatnya kepada anggota keluarga atau teman.
4. Benar Rute
- Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengonsultasikannya kepada dokter
- Bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus
segera mengingatkan dokter.
5. Benar Waktu
- Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu
dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah
- Contoh dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali
sehari). Kedua obat diberikan tiga kali dalam 24 jam
- Tujuan diberikan obat q8h dalam hitungan jam adalah mempertahankan kadar
terapeutik obat. Perbedaannya, obat tidak diberikan selam klien terjaga.
- Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus
diberikan dengan interval sering
- Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu
pemberian obat yang tepat. Obat tidurpun harus diberikan menjelang klien tidur,
jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat mengganggu tidur klien,
sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat
memperoleh manfaat optimal obat
- Perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidaknyamanan
24
- Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek
analgesik mungkin tidak cukup.
- Untuk klien yang sulit mengingat waktu minum obat, perawat dapat membuat
bagan yang memuat daftar waktu pemberian setiap obat.
KESALAHAN PENGOBATAN
- Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima
obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat
- Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam
pembuatan resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat
- Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem
pemeriksaan dan keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan
pengobatan.
- Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan
status klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien,
pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons
terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan
obat.
- Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden
tersebut
- Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar
untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang
sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan
merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau
kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
Kewaspadaan Rasional
- Baca label obat dengan teliti - Banyak produk tersedia dalam kotak,
warna dan bentuk yang sama
- Pertanyakan pemberian banyak tablet - Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau
atau vial untuk dosis tunggal dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis
tunggal. Interpretasi yang salah terhadap
program obat dapat mengakibatkan
pemberian dosis tinggi yang berlebihan
25
- Cermati angka dibelakang koma - Beberapa obat tersedia dalam
jumlah yang merupakan perkalian
satu sama lain (contoh, tablet
Coumadin dalam tablet 2,5 dan 25
mg)
- Ketika suatu obat baru atau obat yang - Jika dokter juga tidak lazim dengan
tidak lazim diprogramkan, konsultasikan obat tersebut maka risiko pemberian
kepada sumbernya dosis yang tidak akurat menjadi
lebih besar.
- Kenali klien yang memiliki nama akhir - Seringkali satu atau dua orang klien
sama . Juga, minta klien menyebutkan memiliki nama akhir yang sama
nama lengkapnya, cermati nama yang atau mirip. Label khusus pada
tertera pada tanda pengenal kardeks atau buku obat dapat
memberi peringatan tentang
masalah yang potensial
26
PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA
TERTENTU
1. Obat Oral
- Bentuk cair lebih aman ditelan untuk mencegah aspirasi
- Jus, minuman ringan atau jus yang dibekukan dapat ditawarkan setelah sebuah
obat ditelan
- Minuman berkarbornasi yang dituang ketas serutan es halus mengurangi mual
- Apabila mencampur obat dengan perencah (rasa), misalnya sirup atau madu,
gunakan dalam jumlah kecil
- Spuit plastik sekali pakai adalah alat yang paling akurat untuk menyiapkan dosis
cairan, khususnya spuit berukuran kurang dari 10 ml
- Pada saat memberikan obat cair, sendok, cangkir plastik, dan spuit oral (tanpa
jarum) akan bermanfaat.
27
2. Injeksi
- Perawat bersikap sangat hati-hati saat menyeleksi tempat injeksi IM. Otot pada
bayi dan anak kecil belum berkembang
- Anak dapat menjadi tidak kooperatif dan tidak bisa diprediksi. Harus ada
seseorang untuk merestrein anak, jika diperlukan.
- Perawat selalu membangunkan anak yang sedang tidur sebelum menginjeksinya
- Mengalihkan perhatian anak dengan bercakap-cakap dan menggunakan mainan
dapat menurunkan persepsi nyeri.
- Perawat memberi injeksi dengan cepat dan tidak bertengkar dengan anak.
B. Lansia
- Pemberian obat pada lansia juga membutuhkan pertimbangan khusus
- Perubahan fisiologis penuaan, faktor tingkah laku dan ekonomi juga
mempengaruhi penggunaan obat pada lansia
- Individu berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obat terbanyak
(Eberson,Hess,2994)
- Perawat yang memberi obat kepada lansia harus mencermati lima pola
penggunaan obat oleh klien lansia
- Menurut Ebersole dan Hess (1994), mengidentifikasi pola penggunaan obat pada
lansia :
1. Polifarmasi, artinya klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan
atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan.
Apabila ini terjadi, ada risiko interaksi obat dengan obat lain dan
makanan, klien juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami reaksi
yang merugikan terhadap pengobatan.
2. Meresepkan obat sendiri. Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia,
misalnya nyeri, konstipasi, insomnia dan ketidakmampuan mencerna.
Lansia seringkali berupaya mencari pereda gangguan yang mereka alami
dengan menggunakan preparat yang dijual bebas, obat-obatan rakyat dan
jamu-jamuan.
3. Obat yang dijual bebas , obat yang dijual bebas digunakan oleh 75 %
lansia untuk meredakan gejala
4. Penggunaan obat yang salah
5. Ketidakpatuhan, diartikan penggunaan obat yang salah secara disengaja.
Dari semua populasi lansia, 75% diantaranya tidak mematuhi program
pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat karena obat dirasa
tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia tidak nyaman.
28
- Jangan secara rutin memberi analgesik setiap empat jam
- Apabila klien mengalami kesulitan menelan kapsul atau tablet berukuran besar,
minta dokter menggantinya dengan obat cair
- Ajarkan alternatif pengobatan, misalnya diet yang sesuai, latihan fisik, kudapan
menjelang tidur, menurunkan berat badan.
Langkah Rasional
- Kaji adanya kontraindikasi pada - Perubahan fungsi saluran cerna
klien yang menerima obat oral, mempengaruhi distribusi, absorbsi,
meliputi sulit menelan, mual atau dan eksresi obat
muntah, kesadaran menurun , dll - Menawarkan cairan dapat
- Tetapkan pilihan klien dan menngkatkan asupan cairan, kecuali
toleransinya terhadap cairan jika dikontraindikasikan oleh
- Siapkan suplai dan peralatan yang penyakit jantung, paru atau ginjal
dibutuhkan, misalnya kartu, format - Digunakan untuk menghancurkan
catatan, segelas air, jus, atau cairan tablet pada klien yang sulit menelan
yang dipilih, dll - Program dokter adalah sumber yang
- Periksa keakuratan dan paling dapat dipercaya dan
kelengkapan setiap kartu, format merupakan satu-satunya catatan
- Siapkan obat resmi obat yang akan diterima klien
- Berikan obat - Dokumentasi cepat mencegah
- Catat waktu aktual setiap obat kesalahan
diberikan - Digunakan untuk mengkaji manfaat
- Kembali dalam waktu 30 menit terapeutik obat dan mendeteksi
untuk mengevaluasi respons awitan efek samping atau reaksi
terhadap pengobatan alergi
29
PEMBERIAN INJEKSI
Peralatan
1. Spuit
- Spuit terdiri dari tabung berbentuk silinder dengan bagian ujung didesain tepat
berpasangan dengan jarum hipodermis dan alat pengisap yang tepat menempati
rongga spuit.
- Secara umum diklasifikasikan sebagai Luer-lok atau non Luer-lok
- Spuit Luer-lok memerlukan jarum khusus, yang melilit naik ke ujung spuit dan
terkunci aman di tempat, desain ini mencegah jarum terlepas karena kurang hati-
hati
- Spuit nonLuer-lok, memerlukan jarum yang dapat langsung terpasang ke ujung
spuit
- Kebanyakan institusi pelayanan kesehatan menggunakan spuit plastik, sekali
pakai yang tidak mahal dan mudah dimanipulasi
- Spuit dibungkus terpisah, dengan atau tanpa jarum steril dalam sebuah bungkus
kertas atau wadah plastik yang kaku.
- Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetap terendam didalam larutan yang disediakan. Perawat
dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap.
- Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml
- Untuk injeksi IM atau IV tidak lazim dipakai spuit yang berukuran lebih dari 5 ml
- Spuit hipodermik memiliki dua skala pada badan spuit. Satu skala dibagi menjadi
ukuran-ukuran kecil dan skala lain menjadi sepersepuluh mililiter.
- Spuit tuberkulin memiliki badan yang panjang dan tipis dengan jarum tipis yang
sebelumnya telah dipasang, spuit tuberkulin digunakan untuk menyiapkan dosis
yang kecil dan tepat untuk bayi dan anak kecil.
2. Jarum
- Kebanyakan jarum terbuat dari stenless steel dan hanya digunakan satu kali.
- Jarum memiliki tiga bagian : hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit;
batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat dan bevel yakni bagian
ujung yang miring.
- Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama; kemiringan bevel, panjang batang
jarum dan ukuran atau diameter jarum
30
- Bevel yang panjang lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman
akibat injeksi SC dan IM
- Panjang jarum bervariasi dari 1/4 sampai 5 inci
- Panjang jarum yang dipilih berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan
tubuh yang akan diinjeksi
- Seorang anak atau dewasa yang kurus umumnya memerlukan jarum yang lebih
pendek (biasanya 1 sampai 1 ½ inci), untuk injeksi IM dan jarum yang lebih
pendek (biasanya 3/8 sampai 5/8 inci ) untuk injeksi SC
- Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya
- Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan
atau diinfuskan
- Injeksi IM biasanya memerlukan jarum berukuran 19 sampai 23, bergantung pada
viskositas obat
- Injeksi SC membutuhkan jarum yang diameternya lebih kecil, misal jarum
berukuran 25
- Untuk injeksi ID membutuhkan jarum berukuran 26
- Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat, jangan
biarkan ampul dalam keadaan terbuka
- Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang
terkontaminasi (mis, sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum dll)
- Untuk mencegah kontaminasi spuit , jangan sentuh badan pengisap atau bagian
dalam karet. Jaga ujung spuit tetap tertutup penutup atau jarum
- Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kotoran, drainase atau feses
dengan sabun dan air lalu keringkan.
- Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka
menggunakan swab antiseptik. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak
dua inci.
- Spuit sekali pakai , dosis tunggal yang telah diisi tersedia untuk banyak obat
- Perawat harus berhati-hati mengecek obat dan konsentrasinya karena semua spuit
yang diisi tampak miring
- Sistem injeksi Tubex dan Carpuject memanfaatkan mekanisme plastik yang dapat
dipakai kembali, yang memiliki unit jarum – peluru steril, sekali pakai dan
sebelumnya sudah diisi.
- Perawat memasukkan peluru kedalam sistem tersebut, mengamankannya (sesuai
petunjuk kemasan) dan memeriksa adanya gelembung pada spuit
- Perawat mendorong pengisap untuk mengeluarkan obat seperti pada spuit reguler
- Sistem ini didesain untuk menurunkan peluang terjadinya cedera tertusuk jarum,
jika digunakan sesuai dengan anjuran pabrik
31
Menyiapkan Injeksi Dari Sebuah Ampul
- Ampul berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cairan dan tersedia dalam beberapa
ukuran, dari 1 ml sampai 10 ml atau lebih
- Ampul terbuat dari bahan gelas dengan bagian leher mengecil, yang harus
dipatahkan supaya memungkinkan akses ke obat
- Sebuah lingkaran berwarna disekeliling leher ampul mengindikasikan tempat
ampul dapat dipecah dengan mudah
- Untuk mengaspirasi obat kedalam spuit, perawat perlu menggunakan jarum
penyaring
- Vial merupakan wadah gelas berisi obat dosis tunggal atau multidosis yang
memiliki penyekat karet dibagian atasnya
- Tutup logam atau plastik melindungi penyekat sampai vial siap digunakan
- Vial berisi larutan dan atau bentuk obat yang kering
- Obat yang tidak stabil dalam larutan dikemas dalam bentuk kering
- Lebel vial menerangkan larutan (pelarut) yang digunakan untuk melarutkan obat
dan jumlah pelarut yang diperlukan untuk menyiapkan konsentrasi obat yang
diinginkan
- Salin normal dan aquades steril adalah larutan yang biasa digunakan untuk
melarutkan obat
- Vial merupakan sebuah sistem tertutup, dan udara harus diinjeksi kedalam vial
supaya larutan mudah diisap
- Jika didalam vial terdapat ruang hampa udara, maka akan mempersulit
pengisapan larutan
- Supaya obat bubuk larut, vial dikocok atau digulir perlahan diantara tangan
- Jarum kembali diinsersi untuk mengisap obat yang larut.
Mencampur Obat
32
- Perawat kemudian mengisap jumlah obat yang diinginkan dari vial A kedalam
spuit
Meyiapkan Insulin
- Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati Diabetes
- Obat harus diberikan melalui injeksi karena obat tersebut merupakan protein dan,
dengan demikian akandicerna dan dihancurkan dalam saluran cerna.
- Kebanyakan klien penderita diabetes perlu belajar untuk menginjeksi insulinnya
secara mandiri
- Insulin diklasifikasi berdasarkan kecepatan kerjanya yang terdiri dari kerja
cepat,sedang dan lama, setiap tipe memiliki awitan, puncak dan durasi kerja yang
berbeda-beda
- Seorang klien penderita diabetes memerlukan lebih dari satu tipe insulin
- Kadar glukosa darah seorang klien dikontrol secara berkesinambungan selama
periode 24 jam
- Insulin reguler yang tidak dimodifikasi merupakan larutan jernih yang dapat
diberikan secara subcutan atau intravena
- Tipe lain insulin merupakan larutan keruh akibat adanya tambahan protein yang
memperlambat absorbsi, kerja tipe insulin modifikasi yang lebih lambat ini hanya
dapat diberikan persubcutan.
- Insulin dapat disimpan dengan aman selama sekitar satu bulan pada temperatur
ruangan, tetapi perlu didinginkan selama jangka waktu yang lebih lama
- Obat tidak boleh langsung diberikan, harus dibiarkan sampai suhunya sama
dengan suhu ruangan.
- Sebelum mencampur tipe insulin yang berbeda, setiap vial harus digulir diantara
kedua tangan selama sekurang-kurangnya satu menit, hal ini akan menangguhkan
kembali pem,berian insulin modifikasi dan membantu menghangatkan obat, vial
insulin tidak boleh dikocok. Bila dikocok, akan terbentuk busa dan gelembung
udara yang membuat partikel insulin terperangkap dan mengubah dosis
33
- Insulin diprogramkan dalam dosis tertentu pada waktu yang telah ditetapkan atau
berdasarkan sliding scale (skala perhitungan dimana angka dapat digeser sesuai
keadaan), hanya insulin reguler yang digunakan untuk sliding scale
- Dengan program sliding scale , dokter memprogramkan dosis insulin yang
berbeda berdasarkan kadar glukosa darah klien
- Contoh program Insulin Sliding Scale
Berikan insulin reguler per SC
- 2 U untuk nilai glukosa 200 – 240
- 4 U untuk nilai glukosa 241 – 250
- 6 U untuk nilai glukosa 251 – 300
- Untuk glukosa ≥ 300 hubungi dokter
- Dosis yang berbeda-beda tersebut dapat diberikan dalam satu hari
1. Dengan sebuah spuit dan jarum, injeksi udara yang setara dengan dosisinsulin
yang akan diisap kedalam vial yang berisi insulin modifikasi (NPH) / vial yang
keruh, jangan menyentuhkan ujung jarum kedalam larutan
2. Pindahkan spuit dari vial berisi insulin modifikasi
3. Dengan spuit yang sama, injeksi udara yang setara dengan dosis insulin yang akan
diisap kedalam vial berisi insulin bukan modifikasi (insulin reguler) ( vial jernih),
kemudian isap dosis yang benar
4. Pindahkan spuit dari insulin yang reguler, buang gelembung udara dari spuit
dengan hati-hati
5. Kembali ke vial berisi insulin modifikasi (NPH) kemudian isap dosis yang benar
6. Berikan campuran insulin dalam lima menit setelah disiapkan. Insulin reguler
berikatan dengan insulin yang modifikasi (NPH), dan kerja insu;lin reguler
menurun
7. Usahakan untuk selalu menyiapkan insulin bukan modifikasi (reguler) lebih
dahulu, hal ini mencegah penambahan insulin modifikasi ke vial insulin reguler
Melakukan Injeksi
- Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat
- Sebelum menyuntikkan sebuah obat, volume obat yang akan diberikan harus
diketahui terlebih dahulu
- Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi diberikan tidak tepat
- Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, dapat menyebabkan
kerusakan syaraf atau tulang selama insersi jarum
- Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat
menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan setempat
Beberapa upaya untuk meminimalkan rasa tidak nyaman pada waktu penyuntikan :
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya
paling kecil, tetapi sesuai
2. Atur posisi senyaman mungkin untuk mengurangi ketegangan otot
34
3. Pilih tempat injeksi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis tubuh
4. Kompres tempat injeksi dengan es untuk menciptakan anastesi lokal, sebelum
jarum diinsersi
5. Alihkan perhatian klien
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
7. Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama bebrapa detik, kecuali
dikontraindikasikan
35
36
37
38
39