Anda di halaman 1dari 16

TEORI DAN PRAKTIK AKUNTANSI PENDAPATAN DAN

BEBAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


TEORI AKUNTANSI
Dosen : Dr. Ni Putu Eka Widiastuti, S.E., M.Si, CSRS
Lokal A (Kamis 13.00-15.30)

Nama anggota :

1. Dea Oktavia Radi 1610112041


2. Farah Rizki Ramadhania 1610112045
3. Wily 1610112069
4. Nanda Agnes Mulyaningsih 1610112070
5. Sara Lumbantoruan 1610112073

Program Studi S1 Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019

1. Revenue Defined
Pendapatan adalah hubungan antara kegiatan moneter yang menaikkan
nilai perusahaan yang berasal dari kegiatan produksi dan penjualan output
yang dihasilkan perusahaan. Selain itu pengertian pendapatan menurut
FASB yaitu pendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset
atau penurunan liabilitas (atau kombinasi keduanya) dalam suatu periode
yang berasal dari penyerahan atau produksi barang atau jasa atau aktivitas
lain yang merupakan kegiatan utama entitas

2. Revenue recognition (pengakuan pendapatan)

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 23 menjelaskan kapan suatu pendapatan diakui adalah
sebagai berikut:

a. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui paska saat tanggal


penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada
pelanggan.
b. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada
saat jasa tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
c. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber
ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti pendapatn bunga, dan
royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada saat
digunakan aktiva yan bersangkutan.
d. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti
penjualan aktiva tetap atau surat berharga diakui pada saat tangal
penjualan.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau
setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai
wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas
yang diterima atau yang dapat diterima.
Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang
perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan
bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:

a. Pendapatan dihasilkan, dan


b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

Pengakuan pendapatan mendapat kendala yaitu proses penentuan kapan


pendapatan dapat diakui dan dilaporkan untuk suatu periode tertentu dan
berapa jumlahnya, proses penetuan waktu dan besarnya pendapatan yang
diakui ini berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue
Realization). Eldon S HEndriksen mengutip pernyataan American
Accounting Association Committee on Concept and Standard External
reporting mengenai realisasi ini yaitu: “Realisasi bukan suatu determinan
dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi sebagai pedoman
memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk
dalam laba objektif yaitu apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang
dapat diterima”.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan
pada berbagai saat, yaitu:
a. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
b. Pengakuan pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
c. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penjualan
d. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas

a. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi

Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi biasanya


dilakukan oleh perusahaan yang menjalankan produksi untuk kontrak
jangka panjang. GAAP memperbolehkan dua metode akuntansi untu
pendapatan atas kontrak jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

a) Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)


Metode persentase penyelesaian adalah bentu alternative atas metode
kontrak selesai. Dalam metode ini, pengakuan pendapatan dicatat
berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain jumlah
pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan berdasarkan tingkat
penyelesaian, bagian pendapatan dan beban (dan juga laba) diakui ketika
dihasilkan pada setiap periode akuntansi.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana
pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran masukan dan
pengukuran keluaran.
1) Pengukuran masukan (input measure)
Pengukuran masukan adalah upaya yang dikorbankan pada suatu
proyek pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total upaya yang
diperkirakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

Pengukuran ini meliputi:

 Metode biaya ke biaya (cost to cost method) Metode ini paling sering
digunakan, dimana tingkat penyelesaian ditentukan dengan
membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi biaya
total yang diharapkan.
 Metode usaha yang diupyakan (effort expended method) Metode ini
didasarkan oleh ukuran dari pelaksanaan pekerjaan yang meliputi jam
kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan. Bahan penyelesaian
dengan menggunakan metode ini diperoleh dengan cara yang sama
seperti metode biaya ke biaya.

2) Pengeluaran keluaran (output measure)

Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal tertentu dibandingkan


dengan total hasil kerja proyek yang diselesaikan. Pengukuran
pendapatan dengan menggunakan ukuran keluaran didasarkan pada
hasil yang dicapai dengan nilai tambah.

b) Metode kontrak selesai (completed contract method)

Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan sudah selesai


100%. Semua biaya selama pelaksanaan dalam pekerjaan. Tagihan
atas kemajuan tidak dicatat sebagaimana pendapatan, tetapi
diakumulasikan dalam akun kontrak persediaan. Metode kotrak selesai
harus digunakan hanya:

1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek,


2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase
penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau
3) Jika terdapat bahaya yang melejat dalam kontrak itu diluar resiko
bisnis yang normal dan berulang.

Metode kontak selesai (completed contract method) ini hanya akan


diguakan jika metode perssentase penyelesaian (percentage of
completion method) tidak tepat.

b. Pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi

Pengakuan pendapatan atas dasar penyelesaian produksi ditujukan untuk


produk dalam criteria:

1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil,
2) Biaya pemasaran yang tidak besar,
3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan pada waktu
penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian diaman harga
jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.

Kriteria utama untuk menmggunakan metode ini adalah kemampuan


realisasi yang handal yaitu produk harus dapat dipasarkan segera pada
harga tertentu yang dapat dipengaruhi produsen tertentu.

c. Pengakuan pandapatan pada saat penjualan

Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya penjualan merupakan


dasar yang paling utama. Hal tersebut didukung dengan alasan antara lain:

1) Harga produk sekarang sudah lebih pasti.


2) Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva baru sudah
menggantikannya, yakni pertukaran telah terjadi.
3) Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai peristiwa
keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.
4) Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha
produk dan biaya pelepasan sekarang telah terjadi atau sekarang sudah
ditentukan.

Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang
bergerak dlam bidang produksi atau perusahaan dagang. Kegiatan
penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti
keuangan sebab transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aktiva bau
kedalam perusahaan yang berupa kas atau piutang.

d. Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas

Penerimaan kas merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran


pendapatan. Umumnya, tidak kritis dalam proses opersaional untuk
meningkatkan aktiva bersih perusahaan. Penerapan dasar penerimaan kas
paling banyak dijumpai dalam perusahaan yang melakukan penjualan yang
bayarannya secara angsuran. Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa
dilakukan dalam waktu relative pendek. Misalnya, perusahaan angkutan
atau bioskop maka saat penerimaan uang dari konsumen hamper
bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga keduanya dapat dijadikan
dasar dalam pengukuran dan pengakuan pendapatan. Untuk jangka
panjang didalam satuan jasa, misalnya penyewaan ruangan atau
bangunan maka terdapat perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan
yang diakui dala suatu periode atas dasar penerimaan uang.

3. Revenue measurement (pengukuran pendapatan)

Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu pendapatan diakui,
yaitu pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan
penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai
pendapatan. Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan
mengenai pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar
Akuntansi Keuangan yang isinya sebagai berikut:

“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima,
jumlah pendapatan yang imbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan
oleh persetujuan antra perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan
tersebut. Jumlah tersebut, dapat diukur denga nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.

Pendapatan dapat diukur dengan nilai tukar, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam nilai tukar ini yaitu sebagai berikut:

a. Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga seperti rugi


[iutang ragu-ragu perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang
sebenarnya.
b. Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari barang yang
diserahkan dianggap sama dengan nilai pasar wajar dari barang yang akan
diterima maka nilai tukarnya adalah nilai buku barang yang akan diterima
lebih atau kurang dari nilai buku barang yang akan diserahkan maka
selisihnya nilai pasar barang yang diterima dengan nilai buku barang yang
diserahkan merupakan keuntungan.

Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:

1. Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan
diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
2. Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau dibayarkan pada
masa mendatang dari hasil, penjualan aktiva dalam kegiatan normal
perusahaan.
3. Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah harga semula.
4. Harga pasar
Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya
penjualan, dan biaya penyerahan produk.
5. Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan pelanggan dari setiap
jumlah rupiah penjualan yang disepakati dengan pelanggan.
4. Challenge for standard setters
IASB dan FASB telah mengajukan beberapa prinsip dalam revenue
recognition:
1. Mengakui revenue pada periode terjadinya transaksi dan dicatat
berdasarkan fair value
2. Entitas melaporkan revenue dari kenaikan nilai aset atau penurunan nilai
liabilitas
Beberapa dampak dari prinsip baru ini:
1. Titik berat pada timely recognition
2. Revenue dapat timbul dari perubahan nilai aset atau liabilitas
3. Pengakuan Revenue berdasarkan Fair Value
4. Measurement harus reliable

IASB juga secara tentative telah memberikan beberapa kriteria yang harus
dipenuhi dalam revenue recognition:
1. Elements Criterion, Perubahan dari nilai aset atau liabilitas yang tidak
diakibatkan dari investasi dari pemilik
2. Measurement Criterion : (1) aset atau liabilitas diukur dengan sifat-sifat
atau atribut yang relevan, dan (2) kenaikan aset atau penurunan
liabilitas dapat diukur dengan reliabilitas yang cukup

IASB dan FASB melakukan proyek kerja sama untuk membuat seperangkat
prinsip- prinsip yang komprehensif dalam hal pengakuan dan pengukuran
pendapatan karena dilatar belakangi oleh:
1. literatur yang ada belum menyajikan dengan baik terkait transaksi
pendapatan,
2. transaksi pendapatan saat ini menjadi lebih kompleks, misal: transaksi
gabung barang, jasa dan transaksi keuangan
3. Adanya inkonsistensi antara IASB Framework dan beberapa standar
4. standar yang ada tidak menguraikan dengan baik transaksi yang
melibatkan komponen (rencana pendapatan multi-elemen)
5. FASB mengindikasikan tidak adanya pedoman tentang pengakuan
pendapatan dan kurangnya konsep dasar untuk mengatasi isu-isu yang
relevan.
FASB dan IASB mengusulkan prinsip-prinsip dasar pengakuan dan
pengukuran pendapatan berikut ini:
1. Entitas pelaporan harus mengakui pendapatan pada periode akuntansi
dimana mereka timbul dan mengukurnya dengan nilai wajar pada
tanggal mereka timbul jika keterjadian dan pengukurannya dapat
ditentukan secara andal.
2. Entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang timbul dari
kenaikan aset atau penurunan kewajiban (atau kombinasi keduanya)
pada nilai wajar atas kenaikan atau penurunan tersebut.

Poin-poin penting prinsip tersebut:


1. Pendapatan diakui ketika timbul, ditekankan pada aspek waktu, bukan
terealisasinya pendapatan,
2. Pendapatan timbul dari kenaikan aset atau penurunan kewajiban
3. Pengakuan dan pengukuran pendapatan menggambarkan nilai wajar,
4. Pengukuran harus dapat diandalkan.

Fair value measurement


Definisi pendapatan yang diadopsi IASB adalah bahwa pendapatan
dapat mencakup hasil dari perubahan nilai bersih aset. Beberapa standar
IASB mengharuskan keuntungan dan kerugian ( gain and losses ) yang
timbul dari pengukuran kembali aset dimasukkan dalam operating income
atau dalam comprehensive income meskipun telah terealisasi atau belum
terealisasi. Sebagai akibatnya, penyusun standar perlu memperhatikan
bagaimana penyajian terbaik atas informasi ini dalam laporan keuangan.

5. Expenses Defined
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
6. Expenses recognition (pengakuan beban)
1. Beban diakui pada saat pendapatan diakui, jika ada hubungan langsung
dengan pendapatan, misal nya beban pokok penjualan
2. Beban diakui dengan prosedur alokasi yang rasional dan sistematis, jika
hubungannya tidak langsung dengan pendapatan
3. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi, jika tidak ada manfaat
ekonomi di masa datang.

7. Expenses measurement (pengukuran beban)


Ada dua cara pengukuran beban yaitu berdasarkan historical cost dan
current cost..
Berdasarkan historical cost :
1. Nilai tukar barang/jasa pada saat perolehan
2. Dapat diverifikasi
Kelemahan nya pengukuran historical cost :
1. Kurang relevan
2. Tidak mengukur holding gain/ losses
Berdasarkan current cost :
1. Mengakui holding gains/losses
2. Karena penjualan diukur dengan current price maka beban seharusnya
juga diukur dengan current price.

Kelemahannya yaitu tidak tersedia data current price yang memadai.


3 Metode matching (pemadanan/pengaitan) :
1. Hubungan sebab akibat
2. Alokasi sistematis dan rasional
3. Immediate recognition

 Hubungan sebab akibat


Mengakibatkan hubungan antara beban dan pendapatan, contoh nya
beban penjualan, beban pokok penjualan
 Alokasi sistematis dan rasional
Beban dikaitkan dengan berlalunya waktu. Ditentukan atau diterapkan
jika hubungan sebab akibat antara pendapatan dan beban tidak dapat
ditentukan. Alokasi sistematik dan rasional bertujuan untuk mengakui
beban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi dimana manfaat
ekonomi terkait dengan beban tersebut sudah terjadi.
 Immediate recognition
Jika hubungan sebab akibat dan lokasi sistematis dan rasional tidak
dapat dilakukan. Beban langsung diakui jika tidak memberikan manfaat
ekonomi dimasa depan. Misal nya beban riset dan pengembangan,
kerugian karena penurunan nilai aset.
KASUS ENRON CORPORATION

Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang


berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron merupakan hasil merger
antara perusahaan Houston Natural Gas dan InterNorth, sebuah perusahaan
pipa di Nebraska. Pada saat itu, Enron dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai
CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas. Enron Coorporation
yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut
melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal
tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk
melakukan deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron
mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual
gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas
Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan
penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron
menerapkan strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan
mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp
and paper plants, water plants, dan broadband services. Perkembangan pesat
Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami
kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada
tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun
2000 sebesar 87%. Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar
$83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”,
Enron dinobatkan sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.
Selama proses merger antara Houston Natural Gas dan Internorth, Enron
Coorporation mempunyai hutang yang cukup besar. Tahun 1987 Enron
memiliki hutang sampai dengan 75% dari nilai pasar saham. Pemerintah US
menghapuskan beberapa peraturan yang mengarahkan pada harga tetap
energi. Dampaknya harga minyak menjadi berfluktuasi dan membuat pasar gas
berisiko tinggi baik dari sisi pembeli maupun penjual. Produsen minyak yang
kecil mengalami kesulitan dalam meningkatkan dana eksploitasi dan
pengeboran karena adanya risiko pasar. Untuk mengatasi hutang tersebut,
Kenneth Lay berkonsultasi pada Mc.Kinsey&Co. Mc.Kinsey pada saat itu
menugaskan konsultannya Jeffrey Skilling. Tahun 1989, Kenneth Lay
mempekerjakan Jeffrey Skilling untuk menjadi kepala departemen keuangan
Enron. Enron memiliki ide inovatif dengan memediasi antara pembeli dan
penjual yang diharapkan dapat mengurangi risikonya. Enron menawarkan
kontrak pada penjual untuk membeli minyak mereka dengan harga tetap dalam
beberapa tahun dan kontrak pada pembeli dengan harga minyak yang sama
ditambah nilai keuntungan untuk Enron. Jeffrey Skilling kemudian memutuskan
untuk mengaplikasikan ide perdagangan Enron ke komoditi lainnya. Ia
membuat kontrak jangka panjang di bidang perlistrikan, batu bara, pulp kertas,
alumunium, baja, obat-obatan, kayu, air, broadband, dan plastik.
Diperhitungkan terdapat 1.800 produk yang ditangani. Dengan menjadikan gas
sebagai objek jual beli, Enron perlahan-lahan mulai bangkit. Selama perjalanan
ini, Jeff Skilling diangkat sebagai COO Enron dan merekrut berbagai karyawan-
karyawan yang unggul dalam future/derivative.
Dalam perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow tahun
1990, Andrew adalah seorang ahli keuangan, untuk membantu dalam
menjalankan bisnis. Mereka meminta ijin pada komisi sekuritas dan
perdagangan U.S. untuk menggunakan metode “nilai pasar” atas kontrak.
Sehingga, yang dilaporkan adalah aset berdasarkan nilai pasar. Enron
mengalami permasalahan pada awalnya. Karena untuk memasuki banyak
pasar perdagangan memerlukan sejumlah uang untuk membiayai infrastruktur,
transportasi, gudang, dan pengiriman komiditas. Namun, jika Enron mengambil
sejumlah hutang yang besar, kemungkinan akan membuat pembeli atau
penjual menjadi ragu untuk bekerjasama.
Tingginya hutang juga dapat mengakibatkan penurunan investasi dan
memicu bank menarik dananya. Untuk mengatasi permasalahan, Enron
mencoba mencari dana pinjaman tanpa melaporkannya dalam laporan
keuangan. Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan
kontrak sebagai pendapatan. Andrew dan KAP Arthur Anderson bekerjasama
dan menyiapkan serial limited partnership (perusahaan rekanan terbatas) yang
disebut “Special Purpose Entities”. Aturan akuntansi memungkinkan bahwa
perusahaan dapat tidak mencantumkan special purpose entities pada laporan
keuangan, asalkan terdapat suatu pihak yang dapat mengontrol
penyelenggaraannya serta memiliki setidaknya 3 persen nilai special purpose
entity. Pada tahun 1999, Enron mendirikan 3 SPE yaitu Chewco Investment
LP, LJM Cayman LP, dan LJM 2 Cp-Investment. Tahun 2000 Enron
mengumumkan bahwa perusahaannya berhasil memperoleh pendapatan
bersih setelah pajak sebesar $1.01 Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan
sahamnya sebesar $62 juta kedalam 3 SPE tersebut. Entitas untuk tujuan
khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham Enron
sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui sebagai pembelian nilai
lebih kontrak dan dicatat sebagai uang “pendapatan penjualan” meskipun
sebenarnya adalah hutang.
Entitas ini juga mengambil alih sejumah besar hutang Enron. Andrew
Fastow juga nama fiktif seperti “Chewco, Jedi, Talon, Condor, dan Raptor” dan
yang lainnya dengan membayarkan milyar-an dolar sebagai gaji dan
pendapatan atas 3 persen kepemilikan entitas. Karena tidak dilaporkan, maka
pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan hutang.
Mereka juga percaya bahwa Enron menghasilkan lagi yang baik serta
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sheron Wattkins, wakil presiden yang
bekerja di Enron mulai 1993. Dia menyadari bahwa meskipun harga saham
cukup tinggi sehingga nilai lebih dapat digunakan untuk menutupi hutang
entitas khusus, namun ia tahu bahwa ketika harga saham turun akan memicu
tidak solvabelnya entitas dan mengembalikan hutang pada laporan keuangan
Enron.
Setelah pertengahan tahun 2001, harga saham Enron menurun dari nilai
tertingginya $80 per saham. Akuntan Enron berusaha menarik kembali hutang
dan aset pada entitas khusus. Sheron Watkins khawatir akan peningkatan
risiko. Pada Juli 2001 harga saham jatuh ke nilai $47 per saham. Jeffrey
Skilling secara tiba-tiba mengundurkan diri sebagai president dan CEO dengan
alasan pribadi. Sherron Watikins pada 22 Agustus secara pribadi menemui
Kenneth Lay dan bagian hukum dan mengirimkan enam halaman surat yang
menjelaskan ketidakberesan terkait entitas khusus dan memperingatkan
mereka yang kemudian ia sebut kecurangan akuntansi the worst accounting
fraud I had ever seen. Namun demikian Lay dan pengacaranya hanya diam
saja. Ia malah mengumumkan pada pekerja dan investor bahwa pertumbuhan
Enron di masa mendatang baik, dan menganjurkan pada investor untuk terus
menanamkan saham di Enron. Lebih parahnya lagi, Kenneth Lay dan eksekutif
lainnya menjual secara diam-diam saham mereka. Sheron Watkins juga
mengontak temannya di Arthur Anderson untuk mendiskusikan
permasalahannya pada kepala auditor, namun tidak dilakukan temannya itu.
Ketika Watkins berusaha agar perusahaan mengambil tindakan, saham Enron
terus merosot. Pada 12 Oktober 2001, Enron mengumumkan mengambil alih
hutang dan aset entitas khusus, hal ini menurunkan $544 juta atas laba dan
mengurangi nilai ekuitas pemegang saham dengan $1.2 milyar.
Seminggu berikutnya, 22 Oktober, komisi sekuritas mengumumkan akan
menginvestigasi entitas tujuan khusus Enron. Hari berikutnya, Andrew Fastow
diberhentikan. Pada tanggal 8 November 2001, Enron mengumumkan akan
melaporkan ulang semua laporan keuangan sejak tahun 1997. Laporan ulang
tersebut diperkirakan menurunkan ekuitas pemegang saham sebesar $2.1
milyar dan meningkatkan hutang $2.6 juta. Sehingga terjadinya penurunan nilai
rating investasi perusahaan yang disebabkan hutangnya yang terlalu besar,
yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian
diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet).
Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38
juta.
Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose
entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki
banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi
ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh.
Dibandingkan dengan harga saham Enron pada bulan Agustus 2000 yang
masih berharga US$ 90 per lembar, jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen.
Artinya harga saham Enron terjungkal hingga tinggal satu per dua ratus, dan
perusahaan kolaps atas kebangkrutan. Simpanan dana pensiun $1 miliar milik
7.500 karyawan amblas karena manajemen Enron menanamkan dana
tabungan karyawan untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar modal
kehilangan US$ 32 miliar. Enron Memanipulasi angka-angka laporan keuangan
agar tampak menarik di mata investor dan dianggap memiliki kinerja yang baik.
Tak tanggung-tanggung, manajemen Enron telah menggelembungkan (mark
up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta, dan telah menyembunyikan
utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.
ANALISA KASUS :
Dalam kasus ini Enron corporation mengakui uang yang dipinjam
diakui sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan dicatat sebagai uang
“pendapatan penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Tujuan
perusahaan ini agar harga saham nya naik. Kecurangan yang dilakukan
enron corporation ini sangat merugikan banyak pihak. Padahal dengan
tingginya hutang juga dapat mengakibatkan penurunan investasi dan
memicu bank menarik dananya. Enron juga mengumumkan bahwa
perusahaannya berhasil memperoleh pendapatan bersih setelah pajak
sebesar $1.01 Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan sahamnya sebesar
$62 juta kedalam 3 SPE tersebut. Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian
mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham Enron sebagai
penjaminnya. Enron corporation juga tidak melaporkan hasil perkembangan
laporan keuangan nya. Para pemegang saham juga percaya bahwa Enron
tidak mengalami lonjakan hutang. Mereka juga percaya bahwa Enron
menghasilkan laba yang baik serta mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Di kasus kita bisa menyimpulkan bahwa

Anda mungkin juga menyukai