Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konseling merupakan sebuah penemuan abad ke 20 yang muncul berdasarkan atas
tuntutan kompleksitas kehidupan masyarakat. Dalam proses perjalanan hidup, individu
dapat mengalami peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang tidak mungkin
dapat diatasinya. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi individu adalah membicarakannya dengan keluarga, teman, guru dan ahli
agama. Namun, tidak semua orang yang dijadikan tempat berbagi dan diminta bantuan
untuk mengatasi masalah individu dapat membantu menyelesaikannya sesuai dengan
keinginan individu. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang
efektif untuk mengatasi masalah individu.
Di Indonesia, perkembangan profesi konselor sekolah atau guru bimbingan dan
konseling telah diawali sejak tahun 1960-an. Bimbingan konseling masuk ke dalam
kuriulum sekolah sejak tahun 1965 yang mencantumkan, bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling merupakan layanan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan system
pendidikan di sekolah.
Sejak konseling mulai diperkenalkan sebagai sebuah layanan dan pekerjaan, terdapat
banyak sekali definisi dan konsep dasar konseling yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Burks dan Stefflre (1976), konseling merupakan hubungan professional antara
konselor terlatih dan konseli. Konseling didesain untuk menolong konseli untuk
memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupaan, dan untuk
membantu mencapai tujuan penetuan diri (self determination).
Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang
digunakan untuk mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai
prespektif atau sudut pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan
konseling. Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-
teori koseling Analitik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik?
1.2.2 Bagaimanakah Hakikat Manusia menurut Konseling Analitik?
1.2.3 Bagaimanakah Perkembangan Kepribadian Manusia menurut Konseling Analitik?
1.2.4 Bagaimanakah mekanisme pertahanan diri konseling analitik?
1.2.5 Bagaimanakah Penerapan Konseling Terapi Analitik.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk Mengetahui Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik
1.3.2 Untuk mengetahui Hakikat Manusia menurut Konseling Analitik
1.3.3 Untuk Mengetahui Perkembangan Kepribadian Manusia menurut Konseling Analitik
1.3.4 Untuk Mengetahui mekanisme pertahanan diri konseling analitik
1.3.5 Untuk mengetahui Penerapan Konseling Terapi Analitik.

1.4 Manfaat Penulisan


Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Membuka wawasan pembaca dan penulis dalam memahami konseling terapi analitik
1.4.2 Sebagai Referensi dan Dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.3 Sebagai acuan dalam belajar teknik konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik

Carl Gustav Jung dilahirkan pada 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Lake
Constance di Switzerland. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta desa dan ibunya
bernama Emile Preiswerk Jung .

Jung adalah pengagum Freud. Setelah sekian lama mengagumi freud, baru pada tahun
1907 dia dapat bertemu langsung denganya. Dampak pertemuan ini sangat luar biasa bagi
kedua pemikir ini. Freud menyadari bahwa jung dapat menjadi penerusnya dalam teori
psikoanalisisnya. Tapi jung tidak sepenuhnya berpegang pada teori Freud. Hubungan
keduanya merenggang pada tahun 1909, sewaktu keduanya pergi ke Amerika, dalam sebuah
pertemuan. Keduanya berdebat panjang tentang mimpi masing-masing, dan freud mulai
membantah analisis Jung dengan cara protes kepada Jung dan berkata,”saya tidak bisa
mempertaruhkan otoritas saya dengan menceritakan hal-hal yang terlalu privasi”. Akhirnya
Jung menyerah dan mengusulkan perdebatan mereka dihentikan, kalau dia tidak ingin
otoritasnya hancur.Jung sangat kecewa dengan kejadian ini dan merasa sangat kesepian dan
giat melakukan analisis-diri. Jung meninggal pada 6 juni 1961 di Zurich.

Teori Carl Gustav Jung

Dalam teorinya Jung membagi psyche (jiwa) jadi tiga bagian. Bagian pertama adalah
ego yang diidentifikasikanya sebagai alam sadar. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran
akan tetapi bukan inti dari kepribadian. Kesadaran memainkan peran yang relative kecil di
psikologi analitis, dan penekanan yang berkebihan bagi perluasan psike di alam sadar dapat
menimbulkan ketidak seimbangan dalam psikogis seseorang. Bagian kedua, yang terkait
dengan yang pertama, adalah alam bawah sadar personal, yang mencakup segala sesuatu
yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Alam bawah sadar
personal yaitu yang mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa kedalam alam sadar
dengan mudah serta kenangan-kenangan yang ditekan karena alasan-alasan tertentu.Tapi
alam bawah sadar personal ini tidak mencakup insting-insting yang telah dikemukakan oleh
freud.

3
Kemudian Jung menambahkan satu teori yang berbeda dengan teori-teori yang lain,
yaitu bagian alam bawah sadar kolektif. Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan
pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir.
Akan tetapi, pengalaman ini tidak bisa kita sadari secara langsung. Isi dari alam bawah sadar
kolektif tidak Nampak secara mencolok, akan tetapi bisa mempengaruhi pikiran, emosi, dan
tindakan seseorang. Alam bawah sadar kolektif bertanggung jawab atas mitos, legenda, dan
keyakinan religious manusia.1

2.2 Hakikat Manusia Menurut Konseling Analitik

A. Struktur Kepribadian

Kepribadian mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan


ketidak sadaran. Kepribadian akan membimbing seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang
beroperasi, diantaranya:

1) Kesadaran dan ego


Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego.
Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsi,
fikiran, perasaan, dan ingatan yang bisa masuk kesadaran.Tanpa seleksi ego, jiwa
manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semuanya bebas
masuk ke dalam kesadaran.Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara
keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.
2) Tak sadar pribadi dan kompleks
Pengalaman yang tidak disetujui oleh ego untuk muncul ke sadar tidak hilang,
tetapi disimpan dalam tak sadar pribadi, sehingga di dalam tak sadar pribadi berisi
pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan
sadar.Bagian terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan ke kesadaran,
yakni ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran.Di dalam tak
sadar pribadi, sekelompok ide mungkin mengorganisir diri menjadi satu, yang
disebut complex.Jung menemukan kompleks ini melalui risetnya dalam asosiasi kata.

1
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo (hlm:155)

4
3) Tak sadar kolektif
Tak sadar kolektif adalah fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan
struktur kepribadian.Diatasnya dibagun ego, tak sadar pribadi, dan pengalaman
individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh
tak sadar kolektif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkahlaku sejak bayi. Tak
sadar pribadi dan tak sadar kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan
semua yang telah dilupakan/diabaikan, dan semua kebijakan serta pengalaman
sepanjang sejarah.Isi utama dari tak sadar kolektif adalah arsetip yang dapat muncul
ke kesadaran dalam wujud simbolisasi.
a) Arsetip-Arsetip
Jung memusatkan diri pada image dan bentuk pikiran yang muatan emosinya
besar, yang dinamakan dengan arsetip.Seperti semua gambaran primordial lainnya,
arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya
jenis persepsi dan aksi tertentu. Arsetip yang muncul pada pengalaman awal manusia
membentuk pusat kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Jung
mengidentifikasikan berbagai arsetip, antara lain; lahir, kebangkitan, kematian,
kekuatan, magi, unity, pahlawan, anak, Tuhan, setan, orang bijak, dan lain-lain. Yang
paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkahlaku yaitu:
a) Persona, persona adalah kepribadian public, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan
pada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai lawan dari
kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial. Persona dibutuhkan
untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan, pikiran, dan tingkahlaku.
Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan sering juga untuk
menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
b) Anima dan animus, anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis
menunjukkan ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang
memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan jenis. Pria
memahami wanita berdasarkan animanya, sedangkan wanita memahami pria
berdasarkan animusnya.
c) Bayangan (shadow), bayangan adalah sisi binatang dalm kepribadian manusia, arsetip
yang sangat kuat akan berpotensi menimbulkan bahaya. Bayangan mengakibatkan ke
dalam kesadaran muncul pikiran-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan
dicela masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di balik persona atau ditahan
di tak sadar pribadi. Apabila banyangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan

5
akan tersalur ke dalam tingkahlaku yang berguna, dan dampaknya orang akan
menjalani hidup dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan
baik, kekuatan bayangan akan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri sendiri dan
orang lain. Bayangan adalah insting dasar yang menuntun penyesuaian dengan realita
berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan diri (survival).
d) Self, self adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju
keutuhan. Self menjadi pusat kepribadian yang dikelilingi oleh semua sistem
lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam
ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif. Titik
tengah-tengah antara sadar dan tak sadar itu menjadi tempat self, yang
menyeimbangkan antara sadar dan tak sadar yang menjamin kepribadian memiliki
fondasi baru yang lebih kokoh.2

b) Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap
ekstraversi dan sikap introversi.
Ekstrover adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak
keluar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social,
lebih banyak berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang
penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal. Jung
percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak kecil. Jung
mengtakan bahwa “tanda awal dari perilaku ekstrover seorang anak adalah
kecepatannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan perhatian yang luar biasa,
yang diperankan pada objek-objek, khususnya pada efek yang diperoleh dari
objek-objek itu.
Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang
introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan
perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang
introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi dirinya sendiri,
sebaliknya orang ekstrover membutuhkan orang lain. Jung menguraikan perilaku
introvert sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar,

2
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS.

6
tidak mau terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang
banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Ia melakukan
sesuatu menurut caranya sendiri, menutup diri terhadap pengaruh dunia luar. Ia
oran gyang tidak mudah percaya, kadang menderita perasaan rendah diri, karena
itu ia gampang cemburu dan iri hati3

2.3 Perkembangan Kepribadian Manusia

Perkembangan kepribadian adalah salah satu peristiwa psikis yang sangat


penting.Pandangan Freud bersifat mekanistik, menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh
sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan pandangan purposive yang
menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Jung yakin bahwa
kedua pandangan ini yaitu mekanistik dan purposive dibutuhkan untuk melengkapi
pemahaman terhadap kepribadian. Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat
dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan
dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena
keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang depan. Inilah yang
disebut dengan sinkronisitas.

Tahap-tahap perkembangan

a) Usia anak, Jung membagi usia anak ke dalam 3 tahap, yaitu:

 Ø Tahap anarkis (0-6 tahun), ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadis.
Pengalaman pada fase anarkis ini sering muncul ke dalam kesadaran sebagai gambaran
primitive yang tidak dapat dijelaskan secara akurat.
 Ø Tahap monarkis (6-8 tahun), ditandai dengan perkembangan ego dan mulainya
pikiran verbal dan logika. Pada tahap ini anak memandang dirinya secara obyektif,
sehingga sering secara tidak sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga.
 Ø Tahap dualistik (8-12 tahun), ditandai dengan pembagian ego menjadi dua, yaitu
obyektif dan subyektif. Anak ini memandang dirinya sebagai orang pertama dan
menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.

3
Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses
Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT Gramedia.
7
b) Usia pemuda, tahap ini berlangsung mulai dari pubertas sampai usia pertengahan. Tahap
ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan, kematangan seksual, tumbuh kemabangnya
kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang.
Kesulitan utama yang dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan
kesadaran yang sempit pada masa anak.

c) Usia pertengahan, tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Menurut Jung,
kebanyakan orang tidak siap melangkah menuju usia pertengahan, orang berada di usia
pertengahan dengan menganggap nilai-nilai mudanya masih berlaku sampai sekarang.
Menurut Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual, kebutuhan
yang selalu menjadi bagian dari jiwa. Pada usia pertengahan, orang sudah berhasil
menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki pekerjaan tetap, kawin, punya anak, ikut
serta dalam kegiatan sosial. Usia pertengahan adalah usia realisasi diri.

d) Usia tua, menurut Jung usia tua mirip dengan usia anak-anak, pada kedua tahap itu fungsi
jiwa sebagian besar bekerja tak sadar. Pada usia tua, hamper pasti orang akan takut mati.
Takut mati mungkin sesuatu yang normal, namun menurut Jung mati adalah tujuan hidup.4

2.4 Mekanisme Pertahanan Diri

Beberapa jenis mekanisme pertahanan diri yang umumnya dilakukan individu khususnya
pada remaja yang sedang mengalami masalah berhubungan dengan kedewasaan.

a) Represi atau Repression


Represi merupakan cara seseorang untuk menahan furstasi yang sedang
dirasakan, mimpi buruk, konflik batin, masalah keuangan dan masalah lain yang bisa
menyebabkan kecemasan. Seseorang nantinya akan berusaha untuk merepresikan
perasaan dengan cara lebih banyak berbicara tentang berita baik dibandingkan berita
buruk dan selalu menekankan hal hal positif dibandingkan negatif.
b) Pembentukan Reaksi atau Reaction Formation
Seseorang akan membentuk sebuah reaksi pada saat sedang menyembunyikan
perasaan atau motif yang sebenarnya sedang terjadi sekaligus memperlihatkan mimik
yang berbeda dengan ekspresi sebenarnya. Sigmund Freud beranggapan jika

4
https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik

8
c) Fiksasi
Fiksasi adalah bentuk dari pertahanan diri pada saat individu sedang
menghadapi sebuah kondisi tertekan dan membuatnya frustasi hingga cemas sehingga
ia tidak lagi bisa untuk menghadapi hal tersebut. Hal ini nantinya membuat
perkembangan normal terhambat baik untuk sementara bahkan untuk selamanya atau
permanen.
d) Pengalihan atau Displacement
Pengalihan atau displacement adalah sebuah bentuk pertahanan diri dalam
menghadapi anxientas dengan cara memindahkan objek yang mengancam menuju
objek lebih aman .
e) Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme pertahanan diri saat impuls mengakibatkan
kecemasan diluapkan dengan mengalihkan rasa cemas tersebut pada orang lain. Akan
tetapi, proyeksi ini berbeda dengan pengalihan atau displacement.
f) Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri dimana individu akan
berusaha untuk mencari alasan yang baik demi menjelaskan ego dan jenis emosi yang
dimiliki. Rasionalisasi ini nantinya akan membantu individu tersebut untuk
membenarkan tingkah laku spesifik sekaligus melemahkan rasa kekecewaan yang
terjadi.
g) Regresi
Regresi adalah respon umum untuk individu yang sedang berada dalam
frustasi anak atau juga bisa terjadi jika individu mendapat tekanan yang kembali ke
metode perilaku khas untuk individu yang lebih muda. Nantinya, individu tersebut
akan memberikan respon seperti layaknya individu yang usianya lebih muda.
h) Fantasi
Fantasi yang mungkin sedang dialami individu, maka akan sering merasa
seperrti mencapai sebuah tujuan, cara menghilangkan beban pikiran dan bisa
menghindarkan dirinya sendiri terhadap hal yang kurang menyenangkan yang
akhirnya menyebabkan rasa cemas dan frustasi bisa terjadi.5

5
https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri/amp

9
2.5 Penerapan Konseling Terapi Analitik

1) Tes asosiasi kata


Tujuan tes asosiasi Jung adalah untuk mengungkap perasaan-perasaan yang
bermuatan kompleks.Gambaran-gambaran yang terikat dalam lingkaran kompleks
mempunyai muatan emosi yang besar dan ungkapan emosional itu dapat diukur Jung dengan
memakai 100 kata sebagai stimulus yang dipilih atau disusun untuk memancing
reaksi emosi.Klien diperintah untuk merespons setiap kata dengan kata pertama yang muncul
dalam pikirannya.Respon kata itu dicatat, dilengkapi dengan pengukuran waktu reaksi, degup
jantung, dan respon galvanik kulit.Dapat dilakukan tes ulang untuk memperoleh konsistensi
jawaban.Reaksi-reaksi tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh
kompleks.

2) Psikoterapi

Ketika menjalani terapi, menurut Jung kliennya akan melewati 4 tahapan, yakni:

a) Konfesi (pengakuan), klien memuntahkan isi-isi tak sadar yang mengganggunya dengan
memakai obyek disekitarnya sebagai sarana.
b) Eludikasi (pencerahan), tahap ini adalah tahap interpretasi dan penjelasan.
c) Edukasi (pendidikan) terapis mendorong kliennya untuk mempelajari tingkahlaku baru,
agar klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjawab tantangan-tantangan
yang muncul.
d) Transformasi (perubahan), memberi jalan bagi klien untuk mencapai realisasi diri.
Membantu klien belajar membedakan berbagai aspek jiwa, sehingga pasien itu mampu
mengatur dalam harmoni-harmoni dan merealisasi semua potensinya.

Jung memakai pendekatan eklektik dalam teori dan praktek psikoterapinya. Perlakuannya
pada kliennya bervariasi, tergantung pada usia, tahap perkembangan, dan jenis neurosisnya.

3) Analisis mimpi
Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen yang ada di
tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif, mengintegrasikannya ke dalam kesadaran untuk
mempermudah proses realisasi diri. Ada 3 metode analisis mimpi dari Jung, yaitu:

10
a) Amplifikasi, dalam amplifikasi asosiasi dilakukan dengan tetap mempertahankan kaitan
respon dengan materi mimpinya, sehingga terjadi asosiasi jamak yang memberi bentuk
konstelasi disekitar mimpi. Analisis berusaha menemukan arsetip da nisi tak sadar lainnya
dari asosiasi jamak itu, serta maknanya bagi pasien.

b) Rangkaian mimpi, Jung menganalisis komponen mimpi berturut-turut untuk melihat


kecocokan yang berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut.

c) Imajinasi aktif, sejenis introspeksi yang materinya campuran, sebagian mimpi, sebagian
tampakan/fantasi, atau gabungan keduanya. Orang diminta memusatkan perhatiannya pada
gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak dapat dimengerti atau gambaran visual yang
spontan dan mengamati apa yang terjadi dengan gambaran itu ketika mereka bergerak
sesudah digabungkan. Imajinasi aktif mirip melukis dalam pikiran. 6Semua ungkapan orang
itu dicatat tanpa disela, untuk menghasilkan rangkaian bahan tak sadar yang dapat dikaitkan
dengan sikap sadar pemimpi pada saat itu.

6
https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam teorinya Jung membagi psyche (jiwa) jadi tiga bagian. Bagian pertama adalah
ego yang diidentifikasikanya sebagai alam sadar. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran
akan tetapi bukan inti dari kepribadian. Bagian kedua, yang terkait dengan yang pertama,
adalah alam bawah sadar personal, yang mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara
langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Kemudian Jung menambahkan satu teori yang
berbeda dengan teori-teori yang lain, yaitu bagian alam bawah sadar kolektif. Alam bawah
sadar kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan
bersama yang kita miliki sejak lahir.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
maka kami membutuhkan saran agar makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca
maupun bagi kami sebagai tim penyusun

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo (hlm:155)


Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS.
Iklan
Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses
Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT Gramedia.
https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik

https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri/amp

13

Anda mungkin juga menyukai