Cara Deskripsi Batuan Teraltrasi & KONDISI PEMBENTUKAN ALTERASI HIDROTHERMAL
Cara Deskripsi Batuan Teraltrasi & KONDISI PEMBENTUKAN ALTERASI HIDROTHERMAL
Cara mendeskripsikan batuan alterasi ini saya peroleh dan saya pelajari dari senior
saya di Perusahaan (Reza Al furqan). Sebenarnya tidak ada format khusus untuk
Tetapi ada beberapa karakter penting yang harus kita rekam dari sebuah batuan
alterasi, yaitu:
1.warna
warna menjadi parameter yang sangat penting karena beberapa tipe alterasi tercermin
)mineral asli. Tetapi ini bukan berarti warna adalah satu-satunya karakter penting
2.Kekerasan(hardness)
Kekerasan menjadi faktor yang penting karena adanya proses alterasi pada batuan
dapat merubah kekerasan batuan tersebut, bisa saja menjadi semakin keras, contoh
pada alterasi silika, atau malah sebaliknya menjadi lembut, contoh pada alterasi
lempung.
3.tekstur
Tekstur pada batuan yang sudah teralterasi biasanya akan menjadi tidak terlihat, atau
Jika batuan asal nya andesit, berarti mineral aslinya adalah feldspar-piroksen,
piroksen teralterasi, kalau sudah mahir, bisa menyebutkan e.g. komposisi andesit
5.jenisalterasi
Setiap asosiasi mineral alterasi tertentu akan menunjukkan jenis alterasi tertentu,
misalnya alterasi potasik, argilik dll, tetapi lebih baik menyebut alterasi clay-silica-pyrit
argillic.
Biasanya yang paling mudah diamati adalah pirit, terkadang kalkopirit juga muncul.
untuk melihat jenis2 mineral alterasi bisa melihat berbagai macam literatur mineral
Tentuknya teman-teman sudah tahu kan apa itu alterasi hidrotermal, kalo
belum tahu, bisa baca di artikel ini dahulu “Jenis-JenisAlterasi Batuan dan Macam-
faktor-faktor yang berpengaruh dalam alterasi hidrothermal menjadi tiga faktor utama
perbandingan air dan batu, dan komposisi fluida hidrothermal. Dalam bidang
Gigenbach, 1992).
Rasio fluida dan batuan sangat penting dalam memahami intensitas alterasi
hidrothermal pada batuan. Jika jumlah fluida yang kontak terhadap batuan sedikit
maka perubahan kimia yang terjadi pada mineral-mineral penyusun batuan sedikit,
serisit dan lain sebagainya) serta penambahan CO2 minor untuk membentuk mineral-
mineral karbonat, tetapi tidak terjadi metasomatisme mayor pada batuan. Hal ini juga
batuan yang mungkin untuk teralterasi dapat teralterasi, dan komposisi keseluruhan
tubuh batuan secara substansial akan terubah, dalam proses ini berasosiasi dengan
metasomatisme mayor. Dalam kasus ini faktor yang paling mempengaruhi alterasi
Pengaruh alterasi hidrothermal terhadap batuan dapat dibagi menjadi tiga (White,
1996) yaitu :
1) Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif, proses ini terjadi
dalam dua kondisi dimana batuan yang berinteraksi fluida bersifat tidak reaktif
sehingga hanya mineral-mineral yang dapat bereaksi dengan fluida yang dapat
menunjukkan pengaruh alterasi. Atau jumlah fluida yang sedikit (rasio fluida:batuan
2) Pengaruh yang terjadi hanya pada urat dan batasnya, pengaruh ini dapat
digunakan jika alterasi yang teramati di batuan hanya berhenti di sekitar tubuh urat
dan tidak terjadi mineralisasi mayor di sana. Pengaruh jenis ini dapat digunakan untuk
masuk ke dalam seluruh tubuh batuan dan mengalterasi seluruh komponen batuan
secara intensif.
b. Batuan memiliki banyak rekahan yang memungkinkan bagi fluida untuk masuk ke
misalnya pada suhu 250°C kehadiran mineral-mineral klorit akan berkurang dan
terjadi.
Adapun kelompok mineral-mineral ubahan menurut Corbett dan Leach (1996) serta
a. Kelompok silika yang terbentuk pada pH rendah (<2) yang berasosiasi dengan
kandungan besi titanium seperti rutil. Pada suhu <100°C dengan kondisi keasaman
larutan hidrothermal yang ekstrim akan terbentuk silika opal, kristobalit dan tridymit.
Sedangkan pada suhu 100°C-200°C akan terbentuk kalsedon, dan pada suhu yang
b. Kelompok mineral alunit, ketika kandungan pH dari larutan hidrothermal >2 akan
terbentuk asosiasi mineral silika dengan mineral andalusit, ketika suhu larutan
alunit yang berbeda yaitu steam heated alunite yang terbentuk di bawah permukaan
dengan kedalam berkisar 1-1,5 km yang dipengaruhi oleh kandungan asam yang
tinggi yang dibawa oleh gas H2S yang terjadi akibat pendidihan pada sistem
kristal yang menjarum. Supergene alunite yaitu hasil dari asam sulfurik oleh pelapukan
dari endapan sulfida yang masif, dengan bentuk kristal menjarum yang serupa dengan
produk steam heated alunite, kelompok alunit jenis ini dapat dibedakan dengan jenis
sebelumnya berdasarkan tatatan geologinya dan juga dijumpai adanya kandungan
oksida besi sebagai salah satu hasil lapukan. Magmatic alunite, terendapkan dari
volatil yang berasal dari intrusi dan umumnya terjadi pada zona urat-urat dan breksi,
dengan bentukan kristal radier prismatik, pada lingkungan yang dekat dengan sistem
porfiri terbentuk mineral-mineral alunit yang memiliki kristal yang tidak beraturan
bertekstur poikilitik dan kontak dengan mineral kuarsa, liquid alunite terbentuk dari
larutan yang berasal dari magma dengan kristal yang dihasilkan kasar dengan bentuk
c. Kelompok kaolin, terbentuk dari lingkungan dengan fluida berkadar pH lebih tinggi
(berkisar 4) dengan mineral yang terbentuk berupa kaolin dengan suhu yang berkisar
<150°C-200°C dan propilitik pada suhu <200°C-250°C. dimana dickit dapat dijumpai
tinggi (berkisar 4-6). Pada daerah transisi pH 4-5 akan dijumpai mineral-mineral kaolin
yang mendominasi. Pada suhu <150°C-200°C akan dijumpai mineral smektit yang
illite-smektit yang inter-layering, mineral illit akan ditemukan pada kisaran suhu 200°C-
250°C, kemudian mineral-mineral mika berbutir halus pada suhu >200°C-250°C. dan
netral klorit-karbonat, dengan terjadi adanya transisi dari kelompok illit, berupa
asosiasi antara mineral klorit dan smektit pada suhu yang rendah, dan didominasi oleh
karbonat pada suhu yang rendah dengan kondisi pH larutan hidrothermal bersifat
alkali netral. Dan pada suhu yang tinggi akan terbentuk mineral-mineral amfibol
sekunder (aktinolit). Zeolit merupakan jenis mineral yang sensitif terhadap perubahan
(natrolit, kabazit, mordenit, stilbit, dan heulandit), pada suhu 150°C-200°C muncul
mineral berupa laumontit, pada suhu 200°C-300°C muncul mineral Wairakit yang
terbentuk pada kondisi lebih dalam dan lebih panas dalam sistem hidrothermal. Pada
beberapa sistem hidrothermal lain juga muncul mineral prehnit dan pumpellite
dengan bentuk butiran yang buruk, dan pada suhu >220°C-250°C akan membentuk
butir mineral yang baik. Amfibol sekunder (utamanya aktinolit) terbentuk pada sistem
hidrothermal aktif yang stabil pada suhu berkisar >280°C-300°C (Leach et al.,1983).
Biotit dapat ditemukan pada zona bersuhu >300°C-325°C dan juga lingkungan porfiri.
karbonat yang terbentuk pada wilayah pH dan temperatur yang luas (pH >4). Mineral-
mineral ini berasosiasi dengan mineral illit, kaolin, klorit dan fase kalk-silikat. Mineral-
mineral Feldspar yang berasosiasi dengan mineral klorit dan fase mineral kalk-silikat.
Mineral-mineral feldspar sekunder seperti albit dapat terbentuk pada kondisi pH alkali
netral dengan kandungan aNa+/aK+ tinggi sedangkan potasium feldspar terbentuk jika
semua kisaran suhu dan pH. Dimana alunit akan terbentuk pada pH rendah (<3-4)
dan anhydrit pada pH yang lebih tinggi, dan suhu lebih tinggi dari 100-150°C dan