Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Beberapa tahun terakhir, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

seringkali muncul di musim pancaroba, khususnya bulan Januari di awal tahun

seperti sekarang ini. Karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD), mengenali tanda dan gejalanya, sehingga

mampu mencegah dan menanggulangi dengan baik.Pada tahun 2014, sampai

pertengahan bulan Desember tercatat penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)

di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya

meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,

yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah

kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Kemenkes RI, Januari 2015).

Penyakit Dengue haemorrhagic fever (DHF) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah

penderita dan penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan

penduduk. Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah

kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi

158.912 kasus pada tahun 2009 dan sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun

2010. Peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi,

perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan

distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan

penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).


1
2

Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam

berdarah di tiap tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun

2009, World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai

Negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara.

Provinsi Jawa Timur dan Sumatera Selatan menetapkan status Kejadian

Luar Biasa (KLB) Dengue haemorrhagic fever (DHF) sejak tanggal 1 Januari

2015. Terjadi peningkatan jumlah kasus Dengue haemorrhagic fever (DHF) di 2

provinsi tersebut. Selama bulan Januari 2015 di provinsi Jawa Timur Kejadian

Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di 37 kabupaten/kota,

dengan total jumlah kasus sebanyak 3.136 kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) dan angka kematian sebanyak 52 kasus, sementara di provinsi Sumatera

Selatan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di

13 Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus sebanyak 335 kasus Demam Berdarah

Dengue (DBD). Dinas kesehatan kabupaten Lumajang terus gencar melakukan

fogging atau pengasapan di daerah yang endemis demam berdarah. Hal ini

dilakukan karena penderita demam berdarah terus bertambah, sejak Januari

hingga awal Februari ini sudah berjumlah 25 penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) (Dinkes Lumajang: 2015).

Dengue haemorrhagic fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue

(DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Sindrom rejatan

dengue (dengue syok sindrom) DSS adalah Demam Berdarah Dengue (DBD)

disertai rejatan syok (Kapita selekta kedokteran, IV, 2014:716). Virus dengue

pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan
3

Amerika Utara. Infeksi virus dengue global pertama kali dari Asia Tenggara pada

tahun 1950-an. (Kapita selekta kedokteran, 2014:717 )

Penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang yang

terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan

kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami defisit volume

cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga

penderita mengalami syok hipovolemik dan akhirnya meninggal (Ngastiyah,

2010).

Penyakit Dengue haemorrhagic fever (DHF) masih cukup tinggi. Yang

menjadi penyebab kematian pada pasien Dengue haemorrhagic fever (DHF)

salah satunya adalah karena kekurangan cairan. Kekurangan cairan pada kasus

Dengue haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

dinding kapiler yang mengakibatkan berkurangnya volume plasma dan

homokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%) yang ditandai dengan adanya

kebocoran plasma. Sedangkan pada pasien yang dikelola penulis, kekurangan

volume cairan disebabkan oleh intake dan output tidak seimbang, pengeluaran

lebih banyak dibandingkan dengan pemasukan. Jika kondisi ini terus berlanjut

maka bukan hanya di ruang intasel saja yang akan terganggu, ruang ekstrasel juga

akan ikut terganggu.

Data rekam medis RS Wijaya Kusuma angka kejadian Dengue

haemorrhagic fever (DHF) pada anak di bulan Agustus sampai Oktober 2016

terdapat 47 pasien. Adanya peningkatan angka kejadian Dengue haemorrhagic

fever (DHF) di RS Wijaya Kusuma Lumajang


4

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus Dengue

haemorrhagic fever (DHF) yaitu perkembangan wilayah perkotaan, peningkatan

mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim, kurangnya peran serta

masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program pengendalian Dengue

haemorrhagic fever (DHF), sehingga upaya program pengendalian Dengue

haemorrhagic fever (DHF) perlu lebih mendapat perhatian terutama pada tingkat

kabupaten/Kota dan Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta

masyarakat dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

menjadi fakor penting dalam penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Peran

serta masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam

bidang kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat

kesehatan masyarakat.

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) membutuhkan

penanganan yang tepat dalam rangka mengatasi penyebaran Demam Berdarah

Dengue (DBD). Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya berfokus kepada

masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek lingkungan dan

pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempat-tempat yang

menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju sembarangan.

Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan berkesinambungan untuk

memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian yang dilakukan diperlukan

untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan kesembuhan bagi klien dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD). Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa

keperawatan lalu menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam

melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses keperawatan berikutnya


5

adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan

yang dilakukan kepada klien

Bedasarkan kondisi tersebut, penulis termotivasi untuk menyusun karya

tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. dengan Dengue

Haemorhagic Fever (DHF) dengan masalah keperawatan Devisit Volume

Cairan,di Ruang Mawar RS Wijaya Kusuma Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah Penulisan


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) dengan masalah Devisit volume cairan di Rumah Sakit Wijaya

Kusuma Lumajang.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Dengue Haemorrhagic Fever

(DHF) dengan masalah Devisit volume cairan di Rumah Sakit Wijaya

Kusuma Lumajang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.1. Melakukan Pengkajian pada pasien dengan pada pasien Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan masalah devisit volume cairan di

Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang.


1.2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) dengan masalah devisit volume cairan di Rumah Sakit

Wijaya Kusuma Lumajang .


1.3. Menyusun intervensi pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

dengan masalah devisit volume cairan di Rumah Sakit Wijaya Kusuma

Lumajang.
6

1.4. Implementasikan rencana keperawatan pada pasien Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan masalah devisit volume cairan di

Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang .


1.5. Mengidentifikasi evaluasi tindakan k eperawatan pada pasien Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan masalah devisit volume cairan di

Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Praktisi
Sebagai wadah menerapkan ilmu yang didapat sewaktu kuliah pada dunia

nyata. Menumbuhkan sikap profesionalisme pada perawat.


1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan (Teoritis)
Diharapkan dapat menambah refrensi dan keilmuan dalam pengembangan

penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pasien Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF).

Anda mungkin juga menyukai