Gunung sabatung merupakan gunung yang menghiasi kotabaru yang merupakan ibu
kota dari kabupaten ini. Kotabaru terletak di Pulau Laut. Pengusulan kawasan hutan
lindung Gunung Sebatung menjadi TAHURA (Taman Hutan Rakyat) berdasarkan surat
Bupati Kotabaru No. 522/330/dishut/2015 tanggal 8 juni 2015, tentang permohonan
perubahan fungsi kawasan Hutan Lindung Gunung Sebatung menjadi kawasan Hutan
Taman Rakyat (TAHURA) dengan luasan 7.144,5 Ha.
Tanah pada Gunung Sabatung termasuk sumberdaya alam yang terbatas dan sangat
penting bagi kehidupan masyrakat. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya harus dikelola
dan digunakan secara bijak. Artinya dalam pemanfaatan tanah (lahan) harus ada
pemeliharaan dan pencegahan terhadap faktor-faktor penyebab kerusakan tanah dengan
berdasarkan pada prinsip-prinsip konservasi.
-Kompas
-pH meter
-timbangan
- cangkul
-parang
-pisau
-kantong plastic
-meteran
Obyek penelitian ini adalah tanah dibawah tegakan hutan, kebun buah, dan semak belukar.
Untuk mendapatkan sifat fisik dan kimia tanahnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menentukan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive
sampling sebanyak 4 titik pengamatan.
b. Ambil sampel tanah pada titik pengamatan dengan kedalaman antara 0 – 20 cm
menggunakan ring sample untuk tanah utuh, sedangkan untuk tanah yang terganggu
dilakukan dengan cara komposit, yakni tanah diambil dengan jarak masing-masing
+1 meter searah mata angin, dicampur dan diaduk secara merata (dikompositkan),
kemudian diambil sebanyak kurang lebih 1 kg untuk dianalisis di laboratorium.
c. Sampel tanah yang diambil kemudian dinalisis di laboratorium untuk dapat
diketahui keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya dan membandingkanya dengan
kriteria penilaian sifat fisik dan kimia tanah dan status kesuburannya menurut
Lembaga Pusat Penelitian Tanah.
Dari banyaknya fraksi pasir, debu dan liat maka hasil analisis sifat fisik tanah
menunjukkan bahwa tekstur tanah di hutan lindung Gunung Sebatung termasuk dalam
klasifikasi sedang (berdebu halus sampai kasar), dimana fraksi debu relatif lebih dominan
dibandingkan fraksi tanah lainnya. Untuk struktur pada tanah termasuk pada golongan
remah dengan tinggi kadungan bahan organik pada tanah hutan, dengan kondisi ini tanah
mudah untk menyerap air. Dengan keadaan topografi yang curam berbukit dengan porositas
tanah relative besar dan permeabilitas tanah yang cepat, dikhawatirkan rentan terhadap
kehilangan air baik melalui air infiltrasi yang masuk kedalam tanah maupun air permukaan
(surface run off), sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah karena terjadinya proses
pencucian dan erosi. Adapun kedalam efektif tanah yang dapat di tembus oelh akar
tergolong agak dalam, kecuali pada semak belikar.
Hutan Gunung Sebatung, memiliki sifat kimia tanah dengan relative cukup tinggi
kandungan C organik, tetapi unsur hara N dan Mg relative rendah, disebabkan terjadinya
proses pencucian unsur hara oleh karena curah hujan yang cukup tinggi dan erosi yang
terjadi, di samping itu kuat dugaan adanya prosesperombakan karena proses peromabakan
bahan organik yang berjalan cukup lambat, Unsur haran Na, K dan Ca relative sangat
tinggi. Unsur hara K tinggi karena unsur ini pada umumnya kadarnya tinggi pada
permukaan atau kerak bumi dan unsur hara Ca cukup tinggi lebih dikarenakan unsur ini
terbentuk dari batu kapur yang, kecuali pada tengah hutan rendah Ca karena keasaman
tanah yang tinggi.
Hutan lindung Gunung sebatung tingkat kesuburan tanah secara fisik pada
umumnya relatif cukup tinggi (sedang). Faktor kelerengan (topografi yang berbukit) dan
kedalaman efektif tanah yang relatif dangkal menjadi faktor pembatas pertumbuhan
tanaman. Status kesuburan tanah secara kimia, terutama dibawah tegakan hutan relatif lebih
tinggi disbanding dengan tanah dibawa tegakan kebun buah dan semak belukar. Rendahnya
pH tanah (tinggkat keasamana tanah relative tinggi) menjadi faktor pembatas bagi
ketersediaan unsur hara tanah, meskipun sumbangan bahan organik dari vegetasi diatasnya
cukup tinggi. Tingginya kesuburan tanah di bawah tegakan hutan dibandingkan pada kebun
buah dan kebun campuran lebih disebabkan karena masih belum banyak mendapat
gangguan oleh aktivitas manusia seperti perladangan dan penebangan liar.
Maka dari perlu di lakukan Kegiatan konservasi tanah, agar tingkat kesuburan
tanah tetap terjaga, baik dengan cara biologi/vegetatif atau dengan teknik sipil pada lahan
yang mdemiliki topografi yang curam dan berbukit.
Pengelolaan tanaman pangan di antara tanaman hutan di satu sisi merupakan salah
satu setrategi penting untuk mengurangi laju aliran permukaan maupun mempertahankan
kesuburan lahan di area antara tegakan hutan dan di sisi lain memberikan tambahan
pendapatan bagi petani. Sistem. Hermawan (2014), menyatakan bahwa teknik utama
konservasi tanah pada lahan kering adalah olah tanah konservasi, penggunaan mulsa, dan
pertanaman lorong. Selanjutnya menurut Idjudin (2011) teknik konservasi tanah dan air,
meliputi: 1) teras bangku, untuk memperlambat aliran permukaan, meningkatkan laju
infiltrasi, dan mempermudah pengolahan tanah, 2) teras gulud, fungsinya mirip dengan
teras bangku, 3) teras individu, dibuat pada setiap individu tanaman khususnya tanaman
tahunan, 4) teras kebun, untuk meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah
dan memfasilitasi pengelolaan lahan, 5) rorak, merupakan lubang penampungan atau
peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan, 6) penanaman tanaman penutup
tanah, serta 7) penggunaan mulsa. Pemilihan teknik konservasi dan proporsi tanaman tahun
dan semusim berdasarkan karakteristik lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. (1989). “KONSERVASI TANAH DAN AIR”, Bogor: Penerbit Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Yamani, Ahmad. Maret 2010. “KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN
LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU
KALIMANTAN SELATAN”. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi
Maret 2010.
Yamini, Ahmad. September 2012.” ANALISIS KADAR HARA MAKRO TANAH PADA
HUTAN LINDUNG sGUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU”.
Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No. 2 September 2012
https://id.wikipedia.org/