Anda di halaman 1dari 18

Mobilitas dan Imobilitas

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Dasar yang dibina oleh Ibu Triana Setjaningsih S.pd., M.Kes

Oleh
Reza Ferdi Mustofa
1601300016

KEMENTRIAN KESEHATAN POLTEKKES KESEHATAN MALANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN BLITAR
Mei 2017
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tidak terlupa penulis ucapkan kepada ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat kepada penulis untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “mobilitas dan imobilitas”. Atas dukungan moral dan material
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis yang menulis makalah ini
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Triana Setjaningsih S.pd., M.Kes. selaku dosen pembimbing kami, yang memberikan
bimbingan, saran, ide, dorongan serta masukannya.
2. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi D III Keperawatan Blitar yang
telah memberikan pinjaman buku sebagai referensi penulis dalam mengerjakan tugas makalah ini.
3. Penulis yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan.
4. Rekan-rekan dan keluarga yang memberikan dukungan dan saran kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran yang
membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah yang penulis susun ini akan bermanfaat bagi kita semua, serta yang membacanya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ..................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebutuhan Aktifitas ........................................................ 3
2.2 Pengertian ......................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ......................................................................................... 5
2.4 Etiologi ............................................................................................. 6
2.5 Patofisiologi ...................................................................................... 9

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan ....................................................................................... 14
3.2.Saran ................................................................................................. 14

Daftar Rujukan………………………………………………………..16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan
mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika
tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan,
termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi
fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain
itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan
dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi
dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar,
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan
mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi baik.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian kebutuhan aktifitas?
2. Apa sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?
3. Bagaimana kebutuhan mobilitas dan imobilitas?
4. Bagaimana postur tubuh?
5. Bagaimana kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi?
1.3 tujuan
1. Menjelaskan pengertian kebutuhan aktifitas.
2. Menjelaskan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas.
3. Menjelaskan kebutuhan mobilitas dan imobilitas.
4. Menjelaskan postur tubuh.
5. Menjelaskan kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.Pengertian Kebutuhan Aktifitas


Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh
dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk
berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk,
dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas.
(Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan
cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan
suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah
satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh-)
yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai
keadaan tidak bergerak atau tirah baring yang terus menerus selama lima
hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. (Potter & Perri, 2010)
Imobilisasi merupakan pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk, dan berjalan.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan
gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring. (Susan J. Garrison,
2004)
Imobilisasi merupakan keadaan seseorang dimana ia tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisinya seperti trauma tulang belakang,
cedera otak berat, fraktur pada ekstremitas dan lainnya. Sehingga
mengganggu pergerakan dalam aktivitasnya.

3
2.2. Fisiologi Pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system
musculoskeletal dan system persarafan.
Sistem skelet berfungsi:
a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-
paru
c. Tempat melektnya otot tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
e. Tempat produksi sel darah
Sistem persarafan berfungsi:
a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskn ke
susunan saraf pusat
b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke
lainnya
c. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memeberikan respon
melalui saraf afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka
2.3. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor
yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang,
serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat
yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di tulang.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika
terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi seensorik dan
motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur
tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan

4
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang
diintervensi, dan kerusakan pada saraf radikal akan mengakibatkan drop hand
atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi
oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis
sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.
2.4.Etiologi Cedera Kepala
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat
seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga
menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat
menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di
rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).

Penyebab secara umum:

 Kelainan postur
 Gangguan perkembangan otot
 Kerusakan system saraf pusat
 Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
 Kekakuan otot
Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain:
(Restrick, 2005)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine

5
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
2.5.Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat
harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi


yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.


Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

6
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS


GERONTIK
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama : Ny. S
TTL : Madiun, 21 Januari 1944
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Anjasmoro No.21
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Diagnosa : Gerontik
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
TTL : Blitar, 20 Juni 1943
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Anjasmoro No.21
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : -
Hubungan dengan Klien : Suami Klien

2. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk
Keluhan Utama: asma

7
1.Provocative / Paliative : sesak nafas
2.Quality/ Quantity : seperti tertusuk - tusuk
3.Region : ulu hati
4.Severity Scale : 5 (skala sedang)
5.Timing : hilang timbul
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien tidak menyadari bahwa pasien tersebut tidak dapat menerima jika
pasien sudah berumur tua dan terdapat gangguan pada mobilisasi diri
b) Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas latihan selama sakit
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Eliminasi 
Mobilisasi ditempat tidur 
Pindah 
Makan 

KETERANGAN
0 = Mandiri
1 = Dengan menggunakan alat buntu
2 = Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 = Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 = Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
Pasien dalam melakukan aktivitas dibantu oleh perawat/keluarga
c) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien gerontik mengalami gangguan tidur akibat cemas, gelisah
d) Pola Nutrisi Metabolik

8
Pada pasien gerontik terjadi gangguan metabolik yaitu nafsu makan klien
berkurang karena sulit untuk makan dan nafsu makan hilang
e) Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien tidak normal, dalam BAK dan BAB pasien dipasang
kateter dan pispot untuk membantu klien melakukan pola deminasi. Inkotenesia
kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi.
f) Pola Kognitif Perseptual
Hilangnya sebagian penglihatan, dan pendengaran, gangguan pengelapan,
adanya vertigo, dan pasien merasakan nyeri berat, pasien mengalami kehilangan
kesadaran.
g) Pola Peran Hubungan
1. Status perkawinan : Sudah menikah
2. Pekerjaan : Petani
3. Sistem dukungan : Suami dan keluarga
h) Pola Nilai Kepercayaan
Klien beragama Islam, sembahyang/ibadah dilakukan secara rutin
i) Pola Konsep Diri
Harga diri : Terganggu karena tidak dapat melakukan aktivitas
Ideal diri : Terganggu
Identitas diri : Terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang
dideritanya
Gambaran diri : Terganggu, karena tidak ada keyakinan bahwa dirinya
akan sembuh
Peran diri : Terganggu, karena tidak dapat melakukan perannya
dilingkungan masyarakat dan peran dalam keluarga.
j) Pola Seksual Reproduksi
Pasien sudah tidak mengalami ovulasi karena telah berada pada masa
menopouse
k) Pola Koping
- Masalah utama selama masuk RS yaitu kurangnya perawatan diri
- Pasien kehilangan rasa percaya dirinya
- Klien takut terhadap kekerasan

9
- Pandangan terhadap masa depan klien mengalami pesimis untuk
sembuh
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : < 37° C
Nadi : < 60 x/menit
TD : Sistole < 105, diastole < 60
RR : < 26 x/menit
TB/BB : ideal/menurun
b. Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien
yaitu dari samnolen/kesadaran cenderung menurun kadang pasien mengalami
koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit dan Rambut
 Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi
Jumlah rambut : Tipis, rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe
 Palpasi
Suhu < 37° C
Warna kulit sawo matang, turgor kurang jelek, kulit kering, tidak ada adema
2. Kepala
 Inspeksi
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong
 Palpasi
- Ada nyeri tekan
3. Mata

10
 Inspeksi : Bentuk bola mata pasien bulat, kelopak mata cekung,
konjungtiva pucat, lapang pandang pasien berkurang karena adanya gangguan
penglihatan yaitu penglihatannya kabur, pupil mengalami perubahan
4. Telinga
 Inspeksi : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, ada serumen
 Palpasi : Tidak ada benjolan
5. Hidung
 Inspeksi : Simetris, hidung pasien kotor
 Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Mulut
 Inspeksi : Mukosa bibir pasien kering, gigi, gusi dan lidah pasien kotor
karena kurang perawatan diri
7. Leher
 Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Palpasi : Leher kasar, karena kurang perawatan
8. Paru
 Inspeksi : Pada waktu bernafas gerakan dada kanan dan kiri tidak sama
saat dipegang
 Palpasi : Gerakan dada terlihat tidak teratur saat inspirasi dan ekspirasi
 Auskultasi : Saat di dengar dengan stetoskop nafas pasien terdengar tidak
teratur, adanya bunyi ronohi
 Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
9. Abdomen
 Inspeksi : Perut datar, simetris
 Auskultasi : Adanya bising usus karena peristaltik tidak teratur (5– 35x/menit)
 Palpasi : Tidak ada benjolan
 Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
10. Jantung
 Inspeksi : Pasien terlihat sesak nafas
 Palpasi : Denyut jantung tidak teratur
 Auskultasi : Frekuensi denyut jantung

11
 Perkusi : Denyut jantung sonor
11. Anus dan Rectum
Hemoroid internal akibat system saraf terganggu
12. Pemeriksaan Neurologi
- Kesadaran pasien samnolen/cenderung menurun
- Gerakan pasien terbatas bahkan tidak dapat bergerak karena badrest
total
- Pola pemecahan masalah pasien mau mengikuti terapi yang
dianjurkan dokter
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan (Computer Tomography Scan)
2. Foto tengkorak cranium
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
4. Laboratorium (Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan
elektrolit)
6. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
Obat-obatan Neotropik :
- Piritinol
- Piracetam
- Citi Choline
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus
- Antibiotika
- Antikonvulsan

12
ANALISA DATA

No KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

1. DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Penumpukan Kristal Nyeri akut
Rasanya cenat-cenut kalau asam urat
jalan”

DO:
- klien tampak memijat kedua
kakinya
- klien tampak hati-hati saat
merubah posisi dari duduk jadi
berdiri
- klien kifosis
P : penumpukan Kristal asam
urat
Q : ngilu, cenat-cenut
R ; di daerah lutut paling terasa
sakit, selain itu juga terasa sakit
di punggung sampai daerah
pinggang
S : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa
sakit, selain itu juga terasa sakit
di punggung sampai daerah
pinggang

2. DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Penurunan sensori, Resiko injuri
Rasanya cenat-cenut kalau lingkungan kurang
jalan”
DS: “mata saya kadang terasa kondusif,
kabur kadang tidak” fleksibelitas
DO:
- Fokus penglihatan mulai ekstremitas
berkurang menurun
- Lapang pandang menyempit
- Aktivitas terbatas karena sakit
pada ekstrimitas dan punggung,
gerak agak pelan dan hati-hati
- Lingkungan kurang aman. WC
agak licin. Di halaman belakang
terdapat beberapa pecahan kaca,
duri salak (di halaman belakang
rumah klien tumbuh 2 pohon
salak), dan tanah agak licin
karena ditumbuhi lumut

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan imobilisasi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi

C. INTERVENSI (PERENCANAAN)
NO.DX TUJUAN TINDAKAN
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri
keperawatan selama 2x24 jam 2. Bantu klien dalam
diharapkan nyeri hilang atau mengidentifikasi faktor
terkontrol dengan kriteria hasil: pencetus
1. Klien tidak mengungkapkan 3. Ajarkan relaksasi: teknik
perasaan nyeri terkait ketegangan otot
2. Gerak tidak terbatas
rangka yang dapat
3. Aktivitas bisa sedikit
mengurangi intensitas nyeri
meningkat
4. Skala nyeri 0 (dari 0-10) 4. Tingkatkan pengetahuan
5. Menunjukkan ekspresi rileks tentang penyebab nyeri dan
hubungan dengan berapa
lama nyeri akan
berlangsung
5. Anjurkan klien untuk tidak
meminum minuman seperti
alkohol, kafein atau
mengonsumsi obat-obatan
diuretik, tapi perbanyak
minum air putih

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya faktor-faktor


perawatan selama 2x24 jam resiko injuri pada klien.
diharapkan cidera tidak terjadi 2. Lakukan modifikasi
dengan kriteria hasil: lingkungan agar lebih aman
1. Mengidentifikasi bahaya apa sesuai hasil pengkajian
saja yang dapat meningkatkan terhadap resiko injuri
kemungkinan cidera terutama 3. Monitor klien secara berkala
bahaya lingkungan terutama 2 hari pertama
2. Mengidentifikasi tindakan kunjungan rumah
preventif atas bahaya tertentu 4. Ajarkan klien dan keluarga
3. Melaporkan penggunaan cara
tentang upaya pencegahan
yang tepat dalam melindungi
cidera ketika klien dalam
diri dari cidera.
posisi tegak

14
5. Posisikan lutut dan panggul
dalam posisi ekstensi
6. Ajarkan rentang gerak

BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan
suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah
satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar
bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat
berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi
Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan
Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram
4.2.Saran
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
yangholistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan
keamanan.

15
DAFTAR RUJUKAN

:1992 Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Medik, RSUD Dr. Soetomo / FK
Unair Sby1992

Neurologi Klinik, Prof. Dr. dr. S.M. Lumantobing.

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-
pencegahan-jatuh-pada-lansia/

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/

16

Anda mungkin juga menyukai