Anda di halaman 1dari 37

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka

perlu diterapkan standar asuhan keperawatan yang berfungsi sebagai pedoman

kerja bagi tenaga keperawatan dan sebagai tolok ukur mutu asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien.

2.1 Konsep Dengue haemorrhagic fever (DHF)

2.1.1. Pengertian Dengue haemorrhagic fever (DHF)

Dengue haemorrhagic fever (DHF) merupakan suatu penyakit epidemik

akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan

Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam

ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan

persendian, hingga perdarahan spontan (WHO, 2010)

Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Ae.albopictus,

ditandai dengan di dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit <

100.000 / mm3, adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit ≥

20% dari nilai normal. Pemeriksaan serologis (ELISA, Rapid D iagnostic Test

/RDT Dengue) menunjukkan hasil positif (Kemnkes RI: 2013)

2.1.2 Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan

oleh virus dengue yang termasuk dalam family flaviviridae genus flavivirus.Virus
7

dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk

genus Aedes, yaitu nyamuk aedes aegypti betina. Aedes aegypti tersebar di daerah

tropis dansubtropis yang merupakan vektor utama.

Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae

dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN– 2 , DEN–3, DEN–4. Di

Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa

Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi

sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

2.1.3. Epidemiologi

Menurut WHO (2012), dengue adalah penyakit virus yang yang paling

umum ditularkan oleh nyamuk ke manusia, yang dalam beberapa tahun terakhir

telah menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Secara global,

2.5 miliar orang tinggal di daerah di mana virus dengue dapat ditransmisikan.

Penyebaran geografis antara vektor nyamuk dan virus telah menyebabkan epidemi

demam berdarah secara global dan kedaruratan demam berdarah dengue dalam 25

tahun terakhir dengan perkembangan hiperendemisitas di pusat-pusat perkotaan

daerah tropis

Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepasti an virologiknya baru diperoleh pada

tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali

oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke

seluruh Dati I di Indonesia .


8

Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam

Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi

(2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali (3) Tidak ada kontrol

vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan (4) Peningkatan sarana

transportasi. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap

tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa

pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

a. Demam tinggi sampai 40C dan mendadak

b. Anoreksia

c. Mual muntah

d. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

e. Nyeri kepala

f. Nyeri otot dan sendi

g. Uji tourniquet positif

h. Perdarahan, petechiae; epitaksis; perdarahan massif

i. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)

2.1.5 Tanda dan Gejala


9

Gejala awal dari demam berdarah dengue mirip dengan demam dengue

biasa. Demam dengue seperti flu yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang

dewasa, tetapi jarang menyebabkan kematian. Pada demam berdarah dengue,

setelah beberapa hari pasien akan menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat.

Demam dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40° C/104 ° F) disertai

oleh dua gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, otot dan nyeri

sendi, mual/muntah, kelenjar bengkak atau adanya ruam. Biasanya berlangsung

selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari akibat gigitan dari nyamuk yang

terinfeksi.

Dikatakan demam berdarah karena mungkin akan muncul bintik-bintik

darah berukuran kecil di kulit yang dinamakan petechiae dan berukuran lebih

lebar bawah kulit dinamakan ekimosis. Jika terjadi syok dapat menyebabkan

kematian. Jika pasien dapat bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis satu

hari.

Demam berdarah yang parah merupakan komplikasi yang berpotensi

mematikan karena plasma bocor, terjadi akumulasi cairan, gangguan pernapasan,

pendarahan parah, atau rusaknya fungsi organ. Tanda-tanda peringatan muncul 3-

7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan temperatur

(di bawah 38°C/100°F) dan munculnya nyeri perut yang parah, muntah terus

menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, gelisah, muntah darah. 24-48 jam

berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan, perawatan medis yang tepat

diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.

2.1.6. Klasifikasi
10

Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi Dengue

Haemorrhagic fever (DHF) menjadi 4 derajat, yaitu sebagai berikut:

Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan(ujitourniquiet positif).

Derajat II

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,

tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai

kulit yang dingin dan lembab, gelisah

Derajat IV

Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat

diukur

2.1.7. Gambaran Klinis

1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 – 7 hari

2. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 – 7 hari.

Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari

ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

3. Pembesaran hati (hepatomegali)

1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit

2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.


11

4. Renjatan (syok)

1. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

tangan dan kaki

2. Penderita menjadi gelisah

3. Sianosis di sekitar mulut

4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

kurang.

5. Trombositopeni

1. Jumlah trombosit 100.000/•l biasanya ditemukan diantara hari ke 3

– 7 sakit

2. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bag.

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)

3. Peningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarakan

hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator

yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan

pemeriksaan hematokrit secara berkala.

4. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan

hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit >

20% (misalnya 35% menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7, 35+7=42),

mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan

plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit

dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Penurunan


12

nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang adekuat,

nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.

6. Gejala klinik lain

1. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri

otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau

konstipasi, dan kejang

2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan

penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai

ensefalitis

3. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului

perdarahan gastrointestinal dan renjatan

2.1.8. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh viramia yang ditandai dengan

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, hiperemia

tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat

terjadi pada sistem retikulo endotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah

bening, hati dan limpa.

Penglepasaan zat anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktifitas dari

sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler sehingga

cairan dari intra vaskuler keluar ke ekstravaskuler. Akibatnya terjadi pengurangan

volume dari plasma, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,

efusi dan renjatan.

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat

renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma itu dapat berkurang
13

sampai 30 % atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan

plasma tidak segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik

dan kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan pada autopsi adalah

perdarahan di bawah kulit berupa ptekia, perdarahan saluran pencernaan, paru-

paru dan di jaringan periadrenal.

2.1.9. Diagnosis

Pasien Dengue Hemoragic Fever, Dinyatakan Tersangka Demam

Berdarah Dengue apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan

(sekurang-kurangnya uji Tourniquet positif) dan/atau trombositopenia (jumlah

trombosit 100.000/•l)

1. Penderita Demam Berdarah Dengue derajat 1 dan 2

2. Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan atau dinyatakan sebagai

penderita DBD apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus-menerus selama 2 – 7 hari disertai manifestasi

perdarahan (sekurangkurangnya uji Tourniquet positif), trombositopenia,

dan hemokonsentrasi (diagnosis klinis). atau hasil pemeriksaan serologis

pada Tersangka DBD, menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test

atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada

pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris)


14

2.1.10. Penatalaksanaan Dengue haemorrhagic fever (DHF)

1. Penatalaksana demam berdarah dengue (pada anak)

1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir

biru, tangan dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang,

kesadaran menurun, muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu dirawat /

dirujuk.

2. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji Tourniquet dan

hitung trombosit

o Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit 100.000/•l,

penderita dirawat / dirujuk.

o Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit > 100.000/•l atau

normal, pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali

setiap hari sampai suhu turun.

3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit, jus

buah dan lain-lain.

4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan golongan salisilat.

5. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga,

evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda syok, yaitu anak menjadi gelisah,

ujung kaki / tangan dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang; bila

perlu periksa Hb, Ht dan trombosit.

6. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht dan / atau

penurunan trombosit, segera rujuk ke rumah sakit.


15

2. Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada dewasa)

Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit

dalam batas nomal dapat dipulangkan dengan anjuran kembali kontrol dalam

waktu 24 jam berikutnya

1. Bila keadaan pasien memburuk agar segera kembali ke puskesmas atau

fasilitas kesehatan lainnya.

2. Sedangkan pada kasus yang meragukan indikasi rawatnya, maka untuk

sementara pasien tetap diobservasi dengan anjuran minum yang banyak,

serta diberikan infus ringer laktat sebanyak 500cc dalam 4 jam. Setelah itu

dilakukan pemeriksaan ulang Hb, Ht dan trombosit.

Pasien dirujuk ke rumah sakit apabila didapatkan hasil sebagai berikut. :

1. Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah trombosit < 100.000/•l atau

2. Hb, Ht yang meningkat dengan jumlah trombosit < 150.000/•l trombosit

dalam batas normal atau menurun.

3. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila

normal maka diulang tiap`hari sampai suhu turun.

2.1.11. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD

adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan

apusan darah tepi. Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

1. Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui

limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit


16

plasma biru >15% dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan

meningkat.

2. Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.

3. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di

temukan pada hari ke-3 demam

4. Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau

FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan

pembekuan darah.

5. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

6. SGOT/SGPT: dapat meningkat.

7. Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal

8. Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

9. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau

komponen darah

10. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

2) Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan

tetapi bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua

hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lat

2.1.12. Pemeriksaan Fisik


17

Ada beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk demam berdarah

dengue yaitu:

 Adanya pembesaran hati (Hepatomegali)


 Ruam-ruam kulit
 Mata memerah
 Tenggorokan memerah
 Pembengkakan kelenjar
 Nadi lemah

1. Tes yang dilakukan

 Pemeriksaan gas darah arteri


 Pemeriksaan kuagulasi darah
 Elektrolisis
 Hitung hematokrit
 Enzim hati
 Jumlah platelet
 Pemeriksaan serologis
 Tes Tourniquet
 X-ray dada yang kemungkinan adanya efusi pleura

2.1.13. Pengobatan DBD

Sampai saat ini tidak ada obat atau vaksin yang spesifik untuk menangani

virus demam berdarah dengue, satu-satunya pengobatan adalah dengan mengatasi

gejala yang terjadi.

 Pemberian transfusi darah segar atau trombosit dapat memperbaiki

masalah pendarahan.

 Cairan Intravena (IV) dan elektrolit juga digunakan untuk memperbaiki

ketidakseimbangan elektrolit.
18

 Terapi oksigen mungkin diperlukan untuk mengatasi oksigen darah rendah

yang abnormal.

 Rehidrasi dengan cairan intravena (IV) seringkali diperlukan untuk

mengobati dehidrasi.

 Perawatan pendukung dalam Intensif Care Unit (ICU).

2.1.14. Prognosis DBD

Dengan perawatan yang cepat dan agresif, kebanyakan pasien sembuh dari

demam berdarah dengue. Namun, setengah dari pasien yang tidak diobati dan

telah mengalami syok tidak dapat bertahan hidup.

2.1.15. Komplikasi DBD

 Encephalopathy

 Kerusakan hati

 Kerusakan otak residual

 Kejang

 Syok

2.2. Konsep Dasar Asuhan keperawatan Dengue Hemoragioc Fever (DHF)

Standar Asuhan Keperawatan menurut Depkes RI meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jadi standar asuhan

keperawatan mengacu pada tahapan proses keperawatan. Menurut Yura proses

keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk

menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya,


19

melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya

dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya

2.2.1 Pengkajian keperawatan (Muttaqin, arif, 2009)

Pada pengkajian identitas pasien seperti halnya meliputi nama, umur (secara

esklusif DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15

tahun), jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam medis, diagnosa

medis.

1) Anamnesis

Pada ananmnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu.

1. Keluhan utama

Keluhan utama klien dengan Demam tinggi dan mendadak, perdarahan

(petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan

gusi), kadang – kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran

2 Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian riwayat penyakit saat ini yang mendukung keluhan utama

dilakukan dengan mangajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik

klien secara PQRST, yaitu:

P (provoking incident): kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas

ringan sampai berat.


Q (quality of pain): seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan

aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien.


R (region, radiation, relief): apakah kelemahan fisik bersifat local atau

memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai

ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.


20

S (severity of pain): kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas sehari – hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas

menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.


T (time): sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas

biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat

beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat

beraktivitas.
Sepertihalnya pengkajian berikut ini, Badan panas, suhu tubuh tinggi

secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari, terdapat bintik merah pada ektremitas

dan dada, selaput mukosa mulut kering, epistaksis, gusi berdarah, pembesaran

hepar, kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.


3 Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji

apakah sebelumnya klien atau keluarga pernah menderita DHF. Tanyakan

mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa demam yang masih

relevan.
4. Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialmai oleh keluarga,

serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga

ditanyakan.

5. Riwayat lingkungan dan pola hidup

Perawat menanyakan situasi tempat tinggal dan lingkungannya.

Kebiasaan soaial: menanyakan kebiasaan dalm pola hidup, misalnya kebersehin

kamar mandi, kebersihan rumah, adanya limbah pabrik atau industri rumah tangga

disekitarnya.. Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data

biografi juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu: nama, umur, jenis
21

kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien. Dalam

mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien. Bila

klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan

terbuka tetapi pertanyaan yang jawabannya adalah ya dan tidak. Atau pertanyaan

yang dapat dijawab dengan gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan

kepala saja, sehingga tidak memerlukan energi yang besar.

6 Pengkajian psikososial

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat Suhu tubuh meningkat akibat

Trombosit meningkat,

Terdapat perubahan integritas ego dodapatkan klien menyangkal, takut

mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit yeng tak perlu, khawatir

dengan keluarga, Tanda: menolak, menangis, cemas, kurang kontak mata, gelisah,

marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial: stress karena

keluarga, kesulitan koping dengan stressor yang ada.

2) Pola fungsi kesehatan

1 Aktivitas atau istirahat

1) Gejala

(1) Badan lemah terus menerus sepanjang hari

(2) Insomnia

(3) Suhu Meningkat


22

2) Tanda

(1) Gelisah, perubahan status mental,

(2) Tanda vital berubah pada aktivitas

2 Sirkulasi

1) Gejala

Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan

kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga

memerlukan pemasangan oksigen.

Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis

karena demam yang tinggi, terdapat suara napas tambahan (ronchi; wheezing),

pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran.

3 Integritas ego

1) Gejala

(1) Ansietas, khawatir, takut.

(2) Stres yang berhubungan dengan penyakit atau keprihatinan finansial

(pekerjaan atau biaya perawatan medis).

2) Tanda: Berbagai manifestasi perilaku misalnya ansietas, marah, ketakutan,

menangis.

4. Eliminasi

1) Gejala

(1) Penurunan berkemih

2) Tanda

(2) warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4
23

5. Makanan atau cairan

1) Gejala

(1) Kehilangan nafsu makan.

(2) Rasa sakit menelan

(3) Nyeri ulu hati

(4) Mual atau muntah.

2) Pemeriksaan fisik :

Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hyperemia tenggorokan, derajat 3 dan

4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran

limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena

6. Higiene

Gejala: Keletihan atau kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.

Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7. Neurosensori

1) Gejala: Kelemahan, pening, episode pingsan.

2) Tanda

(1) Letargi, kusut pikir, disorientasi.

(2) Perubahan perilaku,

8. Nyeri atau kenyamanan

1) Gejala

(1) Sakit pada otot.

(2) Sakit Kepala

(3) Nyeri telan

2) Tanda
24

(1) menangis

(2) Tidak tenang, gelisah.

(3) Perilaku melindungi diri.

9. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem

pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak

napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen.


Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan

pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas tambahan

(ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai

penurunan kesadaran
10. Interaksi sosial

Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terdiri atas keadaan umum dan pengkajian B1-B6

1 Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum klien dengue hemoragic fever biasanya

didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah sesuai

tingkat derajat yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat dan sistem imun.

B1 (breathing)

Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem

pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak

napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen.


25

Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan

pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas tambahan

(ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai

penurunan kesadaran

B2 (blood)

Anamese pada derajat 1 dan 2 kerluhan mendadak demam tinggi 2-7

hari, badan lemah, pusing, mual muntah, derjat 3 dan 4 orang tua melporkan

pasien mengalami penurunan kesadaran, gelisah dan kejang

Pemeriksaan Fisik Derajat 1 torniquety positif, satu –satunya

maniesfestasi klinis perdarahan, derajat 2 Petekei, purpura, echymosis dan

perdarahan konjungtia derajat 3 kulit dingin pada akral, nadi cepat, hipotensi,

sakit kepala, menurunnya volume plasma, meningginya permeibilitas dinding

pembuluh darah, trombositopenia, derajat 4 nadaerah di tidak teraba dan TD tidak

teratur.

B3 (Brain)

Anamese, Pasien gelisah, cengeng dan rewel karena demam tinggi

derajat 1 dan 2 serta penurunan tingkat kesadaran derajat 3 dan 4. Pemeriksaan

fisik pada derajat 2 kojungtiva mengalami perdarahan, dan mengalami tingkat

kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau medriasis, reflek fisiologis

sering terjadi pada derajat 3 dan 4

B4 (Bladder)

Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,

karena itu perawat perlu memantau oligouri serta Intake dan out put cairan adanya

karena merupakan tanda awal kencing sedikit bahkan tidak ada kencing,
26

Pemeriksaan Fisik, produksi urin menurun, warna berubah coklat pekat

tua pada derajat 3 dan 4

B5 (Bowel)

Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan,

nyeri telan, pada derajat 3 dan 4 terdapat nyeri tekan pada ulu hati. Pada

pemeriksaan fisik mukosa bibir kering dan hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4

terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, pembesaran limfe, nyeri tekan

episgrastik.

B6 (Bone)

Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6

adalah sebagai berikut pasien mengeluh nyeri otot, persendian dan punggung,

kepanasan, wajah tampak merah pada derajat 1, 2, derajat 3 dan 4 terdapat

kekakuan otot dan tulang akibat kejang. Pemeriksaan sendi nyeri sendi, otot

punggung dan kepala, kuit terasa panas, tampak merah dapat disertai kesakitan

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang akan dikaji oleh penulis adalah

Devisit Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding

pembulu darah ditandai dengan pasien mengalami penurunan kesadaran, gelisah

dan kejang, perubahan tanda vital, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtia

derajat 3 kulit dingin pada akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya

volume plasma, meningginya permeibilitas dinding pembuluh darah,


27

trombositopenia, derajat 4 nadaerah di tidak teraba dan TD tidak teratur

(Doengoes, Marylin E, 2000).

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas.

Ditandai dengan perubahan status mental, penurunan tekanan

darah,peningkatan frekuensi nadi nadi, kulit/membran mukosa kering,

hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat,

kelemahan.

Kriteria hasil : keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa tercapai,

hidrasi adekuat.

Intervensi :
Intervensi prioritas NIC
1) Autotranfusi pengumpulan dan reinfusi darah yang hilang akibat
perdarahan
2) Pengelolaan elektrolit peningkatan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal
atau tidak diinginkan (misalnya : kalsium, kalium.agnesium, natrium dan
fosfat dalam serum).
3) Pengelolaan cairan : peningkatan dan analisis data paisen untuk mengatur
keseimbangan cairan
4) Pengelolaan hipovolemia : expansi volume cairan intravaskular pada
pasien yang mengalami penurunan volume.
5) Terapi intravena : Pemberian dan pemantauan cairan dan obat intravena
6) Pengelolaan syok , volume : peningkatan keadekuatan perfusi jaringan
pada pasien yang mengalami masalah volume intravaskular yang berat
Implementasi Keperawatan

1) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan

2) Observasi khusus terhadap kehilangan cairan dan elektrolit yang tinggi

3) Pantau perdarahan
28

4) Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah

buruknya dehidrasi

5) Tinjau ulang elektrolit terutama natrium, kalium dan klorida.

6) Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.

7) Pengelolaan cairan (NIC) :

a) Pantau status hidrasi

b) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan

c) Pertahankan keakuratan asupan dan keluaran.

Pendidikan untuk pasien dan keluarga

1) Anjurkan pasien untuk melaporakan kepda perawat bila haus

Aktivitas kolaboratif :

1) laporkan dan catat keluaran (Output)

2) laporkan abnormalitas elektrolit

3) berikan terapi IV sesuai dengan anjuran

Aktifitas lain

1) bersihkan mulut secara teratur,

2) tentukan jumlah cairan dalam 24 jam

3) tingkatkan asupan orla, pasang kateter bila perlu

4) berikan cairan sesuai indikasi

Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang lain dan sering muncul pada klien

status Dengue haemorrhagic fever (DHF)

a) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

penyakit/ viremia.

b) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit.


29

c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

e) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet

dan perawatan pasien DHF berhubungan dengan

kurangnya informasi.

a. Diagnosa keperawatan: Peningkatan suhu tubuh lebih dari normal

berhubungan dengan terjadinya viremia

Ditandai dengan : suhu tubuh llebih dari normal (36.5- 37 C), kulit

memerah (hiperemi), RR meningkat, kulit hangat, tachikardi

Kriteria Hasil: Suhu tubuh Normal (365-37 C), RR dan nadi Normal,

perubhan warna kulit tidak ada.Keadaan umum cukup

Intervensi :
Intervensi prioritas NIC
1) Pengobatan demam pengelolaan pasien dengan hipertermia yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang bukan dari lingkungan
2) Regulasi suhu mencapai dan atau untuk mempertahankan suhu
tubuh dalam rentang normal
3) Pemantauan tanda vital pengumpulan dan analisis data
kardiovaskluar, respirasi, suhu tubuh untuk menentukan serta
mencegah komplikasi

Implementasi Keperawatan
1) Pantau aktivitas kejang
2) Pantau hidrasi
3) Pantau tkanan darah dan, nadi dan pernafasan,e
30

4) Regulasi suhu (NIC) : pantau suhu tubuh minimal tiap 2 jam


sesuai dengan kebutuhan denge pantau warna kulit dan suhu

Pendidikan untuk pasien dan keluarga


1) Ajarkan indikasi keletihan karena panas dan tindakan kedaruratan
ynag diperlukan sesuai dengan kebutuhan

Aktifitas kolaboratif :
1) Berikan obatantipiretik sesuai dengan kebutuhan
2) Gunakan air jangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
Aktifitas lain :
1) Lepaskan pakaian yang yang berlebihn
2) Anjurkan asupan cairan oral
3) Gunakan selimut
4) Gunakna kompres pada aksila, kening, leher dan lipat paha

b) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit.


Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien.
R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien.
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap
nyeri (budaya, pendidikan,dll)
R/ Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, dengan mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi sesuai masalah klien.
3) Berikan posisi nyaman, dan citakan lingkungan yang tenang.
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri
4) Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi,
atau teknik relaksasi.
R/ Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
31

5) Beri kesempatanklien untuk berkomunikasi dengan orang


terdekat.
R/ Berhubungan dengan orang terdekat dapat membuat klien teralih
perhatiannya dari nyeri yang dialami.
6) Kolaborasi: Berikan obat-obat analgetik
R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menekan nyeri klien.

c) Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia.
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan
tanda-tanda klinis.
R/ Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan
perdarahan.
2) Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien.
R/ Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi
padaklien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya
perdarahan.
3) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
4) Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan
tanda-tanda perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis).
R/ Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
5) Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan
incvasif dengan hati-hati).
R/ Klien dengan trombositopenia rentan terhadap cedera/perdarahan.

d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia.
32

Intervensi:
1) Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
R/ Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien
R/ Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
klien.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan
dihidangkan saat masih hangat.
R/ Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
R/ Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena
makanan dalam porsi banyak.
5) Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.
R/ UntukMeningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga
motivasi untuk makan meningkat.
6) Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien.
R/ Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.


Intervensi:
1) Mengkaji keluhan klien
R/ Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.
2) Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien
sehubungan degan kelemahan fisiknya.
R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat
kondisinya lemah tanpa membuat klien mengalami
ketergantungan pada perawat.
33

4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan


kemajuan fisiknya.
R/ Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami
ketergantungan.
5) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh
klien.
R/ Akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
bantuan orang lain.

g) Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang proses penyakit,


diet dan perawatan pasien DHF sehubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien/keluarga tentang proses penyakit, diet,
perawatan meningkat sehingga klien/keluarga memperlihatkan perilaku
yang kooperatif.

Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF
2) Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan
pada klien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya
pada klien.
5) Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-

hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang diderita

klien.

6) Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan

penjelasan.

2.2.3. Dokumentasi Keperawatan

1. Komponen Model Dokumentasi Keperawatan


34

Menurut kamus besar bahasa indonesia dokumentasi adalah pengumpulan,

pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan.

Menurut Nursalam (2011;77) kegiatan konsep pendokumentasian meliputi

keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses

keperawatan dan keterampilan standar.

1. Komunikasi

Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan

menerima pendapat dan pemikiran. Untuk lebih efektif penyaluran ide tersebut,

perawat memerlukan keterampilan dalam menulis. Dan kenyataannya, dengan

semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas

keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan,

tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan

kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan

yang akan dikerjakan oleh perawat.

2. Dokumentasi Proses Keperawatan

Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keperawatan.

Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan

keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Format proses

keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan terasuk juga

pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian

intergral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari problem solving. Dokumentasi

proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan,

tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien


35

terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut

kepada tenaga kesehatan lainnya. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien

terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis dapat sebagai petunjuk adanya

perubahan dari setiap tahap.

Kekurangan dalam pendokumentasian proses keperawatan meliputi

penggunaan terminologi dan pencatatan yang tidak standar yang tidak

menunjukkan adanya suatu perbedaan tindakan keperawatan yang komplek.

3. Standar Dokumentasi

Perawat memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memenuhi standar yang

sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan

kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi

tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi memberikan informasi bahwa

adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.

Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola

pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktek pendokumentasian dalam

memberikan tindakan keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam

pendokumentasian ditunjukkan pada keterampilan menuliskan seuai dengan

standar dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif, lengkap, dan akurat.

2.4. Tujuan Dokumentasi

Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien,

catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang

mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian

adalah untuk :
36

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan

klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi

tindakan.

2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga

menyediakan :

1) Bukti kualitas asuhan keperawatan

2) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien

3) Informasi terhadap perlindungan klien

4) Bukti aplikasi standar praktek keperawatan

5) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan

6) Pengurangan beaya informasi

7) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan

8) Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan

9) Informasi untuk mahasiswa

10) Persepsi hak klien

11) Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan

mempertahankan kerahasiaan informasi klien

12) Suatu data keuangan yang sesuai

13) Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang.

2.3.4 Trens Dan Perubahan Yang Berdampak Terhadap Dokumentasi

Tres dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan

berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan

pencatatan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah yang

timbul perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah


37

yang dapat ditemukan dalam dokumentasi. Masalah-masalah dokumentasi dan

perubahan yang mempengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan

adalah sebagai berikut :

1. Praktek keperawatan

Dengan terjadinya perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia,

maka peran perawat dalam praktek keperawatan profesional juga mengalami

perubahan. Refisi atau perubahan tersebut meliputi penemuan kasus penyakit

yang baru, pendidikan kesehatan, konseling, intervensi keperawatan dan medis

terhadap respon klien aktual atau potensial. Perubahan lain adalah pengobatan

oleh dokter atau tim kesehatan lainnya, kerjasama dengan tim kesehatan serta

metode pemberian pelayanan kesehatan.perubahan tersebut berdampak

terhadap kegiatan pencatatan keperawatan.

2. Lingkup praktek keperawatan

Perubahan dalam lingkup praktek keperawatan berdampak terhadap

pendokumentasian. Dengan berkembangnya lingkup praktek keperawatan

berdasarakan trens praktek keperawatan di Indonesia, persyaratan akreditasi,

peraturan pemerintah, perubahan sistem pendidikan keperawatan,

meningkatnya masalah klien yang semakin komplek, serta meningkatnya

praktek keperawatan secara mandiri dan kolaborasi, maka persyaratan

pencatatan keperawatan harus sesuai.

3. Data statistik keperawatan

Pencatatan yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien. Data statistik sangat bermanfaat dalam


38

penelitian atau pengembangan pelayanan kesehatan serta penentuan jasa

pelayanan.

4. Intensitas pelayanan keperawatan dan kondisi penyakit

Pencatatan yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan penyakit dan

tindakan yang diperlukan dapat sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan

keperawatan pada klien dengan kasus yang sama dan perkiraan pembeayaan

yang diperlukan.

5. Ketrampilan keperawatan

Trens meningkatnya justifikasi perawat dalam akurasi perumusan masalah dan

tindakan keperawatan pada pendekatan proses keperawatan, terutama

perubahan keadaan klien yang cepat akan sangat bermanfaat dalam

pencatatan.

6. Konsumen

Trens dan perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh konsumen

berpengaruh terhadap pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek,

biaya yang terjangkau dan adanya home care bagi klien yang tidak

memerlukan perawatan maksimal merupakan trens perubahan pelayanan di

masa depan. Perubahan tersebut memerlukan suatu pembenahan tentang

pencatatan yang lengkap dan akurat khususnya waktu klien masuk rumah

sakit, tingkat asuhan keperawatan dan keahlian dalam pemberian pelayanan.

7. Biaya

Trens dan perubahan biaya layanan berdampak terhadap pendokumentasian.

Pencatatan yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran biaya

yang harus ditanggung oleh klien.


39

8. Kualitas asuransi dan audit keperawatan

Pendokumentasian juga dipengaruhi oleh prosedur kendali mutu, terutama

tentang audit catatan pelayanan kesehatan.

9. Akreditasi kontrol

Perubahan tentang standar pelayanan kesehatan yang disusun oleh institusi

yang berwenang, membawa pengaruh terhadap pendokumentasian.

10. Koding dan klasifikasi

Trens tentang klasifikasi tingkat ketergantungan klien berdampak terhadap

pendokumentasian. Saat ini dalam kepeawatan, klien diklasifikasikan

berdasarkan DRG (Diagnosis Related Group). Sedang informasi tentang

daftar kode memberikan gambaran kebutuhan klien, asuhan yang telah

diterima harus ada di catatan keperawatan.

11. Prospektif sistem pembayaran

Trens dan perubahan dalam sistem pembayaran berdampak terhadap

dokumentasi. Prospektif pembayaran merujuk pada sistem pembayaran

terhadap asuhan keperawatan yang diterima oleh semua klien khususnya

waktu di rumah sakit.

12. Resiko tindakan

Ketergantungan terhadap dokumentasi yang komprehensif berarti mengurangi

dan mencegah terjadinya faktor resiko manajemen dan pengelolaan.

Pencatatan yang penting meliputi catatan tentang kejadian, perintah verbal dan

non verbal, informed consent, dan catatan penolakan klien terhadap tindakan.

2.4.3 Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan


40

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari

berbagai aspek :

1. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan

bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi

keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai

pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sebagai barang bukti di

pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas

dan obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan

perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi

yang salah.

2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi

perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk

mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh

masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3. Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang

berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat

catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

4. Keuangan
41

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang

belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat

dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam beaya keperawatan bagi

klien.

5. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut

kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan

sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi mahasiswa atau profesi

keperawatan.

6. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat di

dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagi bahan atau

obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan

7. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan

demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan

lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga

bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
42

Anda mungkin juga menyukai