Anda di halaman 1dari 41

BAB II

PENGUKURAN DASAR
2.1 Tujuan
1. Mempelajari penggunaan alat ukur dasar.
2. Menuliskan bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau perhitungan
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.

2.2 Teori Dasar


Fisika adalah ilmu eksperimen. Eksperimen memerlukan pengukuran, dan
untuk mendapatkan hasil pengukuran kita menggunakan alat ukur untuk mengukur dan
bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif disebut besaran. Ketika
mengukur suatu besaran, kita selalu membandingkannya dengan suatu satuan standar
yang disebut dengan satuan.
Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan
dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Selanjutnya
semua pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan eksperimen karena
ketidaksempurnaan yang tak terelakkan dalam alat ukur atau karena batasan yang ada
pada indera kita (penglihatan dan pendengaran), yang harus merekam informasi.
Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang
tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam
fisika untuk memperoleh hasil atau data yang akurat dan dapat dipercaya.
Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran
yang sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil
suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran. Sedangkan
ketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan
angka atau data yang sebenarnya (true value/correct result).
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks,
fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi

II-4
BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

keterampilan pengamatan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


pengukuran:
1. Nilai skala terkecil alat ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-

Bagi inilah yang disebut nilai skala terkecil (NST)


2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian umumnya digunakan bernilai
setengah dari NST. Untuk suatu besaran X, maka ketidakpastian mutlaknya
adalah:
X = ½ NST
Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai:
X=X±X
Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian relatif adalah:
KTP relative = X/X
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
X = X ± KTP relatif x 100%
3. Ketidakpastian pada pengukuran berulang

Menggunakan kesalahan ½ rentang pada pengukuran berulang


ketidakpastian dituliskan lagi seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan ½
rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada
pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:

a. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable X, misalnya n buah, yaitu


X1, X2, X3, …, Xn
b. Cari nilai rata-ratanya yaitu X rata-rata = X1-X2-X3-…./n.
c. Tentukan Xmax dan Xmin dari kumpulan data X tersebut dan
d. ketidakpastiannya dapat ditulis:
X = (Xmax – Xmin)/2
d. Tuliskan hasilnya sebagai : X-Xrata-rata±X

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 5


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

4. Angka berarti (significan figures)


Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan
pada hasil pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin
kecil KTP relatif semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi
ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Hubungan antara KTP relatif dan
AB adalah sebagai berikut:

AB = l-log (KTP relatif)

5. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perembatan ketidakpastian.
Jadi sebenarnya pengukuran itu adalah proses atau prosedur
mengkuantifikasikan atribut dalam sebuah kontiniu.
Proses : pengukuran memuat prosedur standar

Kuantifikasi : pengukuran menghasilkan angka

Kontinum : karena berada pada suatu kontinum hasil pengukuran antar individu dapat
dibandingkan.
Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasil numerik selalu
merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman hasil pengukuran sebuah benda
mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakan hasil pengukuran tersebut. Jika
sebuah tongat panjangnya ditulis 15,7 cm. secara umum panjang batang tersebut telah
diukur sampai dengan perpuluhan centimeter dan nilai eksaknya terletak diantara 15,65
cm hingga 15,75 cm. seandainya pengukuran panjang tongkat tersebut dinyatakan
sebagai 15,70 cm berarti pengukuran tongkat telah dilakukan hingga ketelitian ratusan
centimeter.
Pada 15,7 cm maka terdapat 3 angka penting yang merupakan hasil
pengukuran. Pada pelaporan hasil pengukuran 15,70 cm berarti terdapat 4 angka
penting sebagai hasil pengukuran. Dengan demikian angka penting adalah angka hasil
pengukuran atau angka yang diketahui dengan “cukup baik” berdasarkan kendala alat
ukur yang dipakai. Misalnya dilaporkan hasil pengukuran massa sebuah benda 5,4628
gram dapat dinyatakan bahwa hasil pengukuran tersebut memiliki 5 angka penting.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 6


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Dalam menentukan banyaknya angka penting kita perlu memperhatikan beberapa


aturan berikut ini:
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 256,67 m = lima angka penting
3,99 g = tiga angka penting
b. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 90 m = dua angka penting
78,0 g = tiga angka penting
552130 g = lima angka penting
c. Semua angka bukan nol yang digunakan untuk menentukan letak decimal
bukan termasuk angka penting.
Contoh : 0,67 N = dua angka penting
0,0023 V = dua angka penting
0,0000507 km = tiga angka penting
d. Banyaknya angka penting hasil penjumlahan atau pengurangan ditentukan
berdasarkan banyaknya digit angka dibelakang koma yang paling sedikit.
252,8 kg angka 8 merupakan taksiran
2,37 kg + angka 7 merupakan taksiran
255,17 kg angka 1 dan 7 merupakan taksiran
Dalam hal ini kita hanya boleh menuliskan 1 angka taksiran saja, sehingga
hasilnya dibulatkan menjadi 255,2 kg.
e. Banyaknya angka penting dari hasil perkalian atau pembagian antara dua
bilangan sama dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit diantara
dua bilangan itu.
25,3 kg 3 angka penting
14 m/s x 2 angka penting
354,2 kgm/s harus terdiri atas dua angka penting sehingga ditulis 3,5 x 102
kgm/s.
f. Banyaknya angka penting dari hasil pemangkatan atau penarikan akar sama
banyaknya dengan angka penting yang dipangkatkan atau yang ditarik akarnya.
(4,32 cm)2 = 80,621568 cm → 80,6 cm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 7


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

cm2 = 5 cm → 5,0 cm
(disesuaikan menjadi 2 angka penting)
g. Angka yang lebih dari 5 dibulatkan keatas, sedangkan angka yang kurang dari
5 dibulatkan kebawah.
1,4 → 1
2,66 → 2,7
h. Angka yang tepat 5 dibulatkan kebawah jika angkan sebelumnya genap, dan
dibulatkan keatas jika angka sebelumnya ganjil.
2,65 → 2,6
2,35 → 2,4
Alat ukur yang biasa digunakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Jangka sorong

Gambar 2.1 Jangka Sorong


Sumber http://www.artikelsiana.com/2015/08/cara-menghitung-jangka-sorong-dengan.html

Jangka sorong dipergunakan untuk mengukur suatu benda dari sisi luar
dengan cara diapit, mengukur sisi dalam suatu benda dengan cara ukur/diulur,
mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan/menuliskan bagian pengukur.
Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur suatu benda yang
mempunyai ketelitian 0,1 mm atau 0,05 mm tanpa kesalahan paralaks. Kesalahan
paralaks adalah kesalahan membaca alat ukur karena posisi yang tidak tepat seperti
yang dianjurkan. Bagian terpenting dari jangka sorong yaitu:

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 8


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

1. Rahang tetap
Memiliki skala panjang, disebut skala utama.
2. Rahang geser
Memiliki skala pendek yang disebut nonius atau skala geser.
Jangka sorong memiliki nonius yaitu angka pendek yang panjangnya 9 mm
dan dibagi atas 10 skala nonius dan satu skala utama, adalah 0,1 mm atau 0,01
cm sehingga ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm.
a. Skala nonius terdiri dari 20 skala
Jika nonius 20 skala maka sama dengan 19 skala utama sehingga dapat
dirumuskan:
k = su-sn atau k = 1/n . su
Ketelitiannya dapat dirumuskan :
k = su-an
= 1 mm – 19/20 mm
= 1 mm – 0,95 mm
= 0,05 mm
Rumusnya : su + (sn x 0,05 mm)
b. Skala nonius yang terdiri dari 10 skala
Skala nonius yang terdiri dari 10 bagian yang sesuai dengan 9 skala utama. Jika
skala utama = 1mm, maka setiap 1 skala utama = 1mm.
Rumusnya : k = 1/n . su

2. Micrometer Teknis
Micrometer sekrup adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak
pendek dan sangat teliti. Misalnya mengukur diameter luar, tebal, dan lebar suatu
benda. Penggunaan micrometer perlu mengetahui skala apa, satuan yang dipakai pada
selubung luar dalam berupa bagian dari satuan tersebut yang dinyatakan oleh skala
termal.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 9


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Gambar 2.2 Mikrometer Teknis


Sumber http://fisikawanhijau.blogspot.com/2015/04/cara-menggunakan-alat-ukur-mikrometer.html

Mikrometer memiliki 2 skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala
nonius terdiri dari 50 skala, satu kali putaran menghasilkan / menyebabkan putaran
sebanyak 0,5 mm pada skala utama. Batas ketelitian micrometer adalah 0,01 mm.
Rumusnya : skala utama + skala nonius x 0,01 mm.
3. Neraca Teknis
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.
Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan
diukur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca
itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser
posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh
atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan
masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam
keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip
kerja tuas.

Gambar 2.3 Neraca Teknis


Sumber https://uchilusiamagda.blogspot.com/2012/12/neraca-ohaus-neraca-teknis.html

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 10


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses
 Jangka sorong

Siapkan material

Ukur dimesni benda kerja

Kunci benda pada jangka sorong

Lihat dan baca skala yang ditunjukan


pada jangka sorong

Catat hasil pengukuran

Lakukan pengukuran 5X

Gambar 2.3 skema proses pada jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 11


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Mikrometer teknis

Siapkan material

Ukur dimensi benda kerja

Kunci benda pada mikrometer


teknis

Lihat dan baca skala yang


ditunjukan pada mikrometer teknis

Catat hasil pengukuran

Lakukan pengukuran lagi

Gambar 2.4 skema proses pada Mikrometer teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 12


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Neraca teknis

Siapkan material

Ukur dimensi benda kerja

Kunci benda pada neraca teknis

Lihat dan baca skala yang


ditunjukan pada neraca teknis

Catat hasil pengukuran

Lakukan pengukuran lagi

Gambar 2.5 skema proses pada Neraca teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 13


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


 Jangka sorong
1. Siapkan material yang akan diukur
2. ukur dimensi benda kerja dengan menjepitnya menggunakan rahang
Jangka sorong
3. kemudian kunci dengan lingkaran yang ada pada jangka sorong
4. lihat dan baca skala utama dan skala nonius yang ditunjukkan
5. hitung dan catat hasil pengukuran
6. lakukan pengukuran pannjangm lebar dan tebal sebanyak 5 kali untuk
setiap benda kerja.

 Mikrometer teknis
1. Siapkan material yang akan diukur
2. ukur dimensi benda kerja dengan menjepitnya menggunakan rahang
mikrometer teknis
3. kemudian kunci dengan lingkaran yang ada pada mikrometer teknis
4. lihat dan baca skala utama dan skala nonius yang ditunjukkan
5. hitung dan catat hasil pengukuran
6. lakukan pengukuran pannjang lebar dan tebal sebanyak 5 kali untuk
setiap benda kerja.

 Neraca teknis
1. Siapkan material yang akan diukur
2. ukur dimensi benda kerja dengan neraca teknis
3. lihat dan baca skala utama dan skala nonius yang ditunjukkan
4. hitung dan catat hasil pengukuran
5. lakukan pengukuran pannjang lebar dan tebal sebanyak 5 kali untuk
setiap benda kerja.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 14


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Jangka Sorong : 1 buah
2. Mikrometer Teknis : 1 buah
3. Neraca Teknis : 1 buah
2.4.2 Bahan
1. 1 Buah Kuningan : 1 buah
2. 1 Buah Tembaga : 1 buah
3. 1 Buah Besi : 1 buah

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
 Jangka Sorong
1. Tembaga
Tabel 2.5 Pengukuran Tembaga Dengan Jangka Sorong

No. Panjang Lebar Tebal/tinggi

1. 42,20 mm 24,90 mm 15,15 mm

2. 42,10 mm 24,05 mm 15,95 mm

3. 42,10 mm 24,10 mm 15,100 mm

4. 42.00 mm 24,05 mm 15,10 mm

5. 42,20 mm 24,15 mm 15,10 mm

∑ 210,65 mm 121,25 mm 76,4 mm

x̄ 42,13 mm 24,25 mm 15,28 mm

∑xi² 8.870,5 mm² 2.940,8475 mm² 1.167,955 mm²

(∑xi)² 44.373,423 mm² 14.701,563 mm² 5.836,96 mm²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 15


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Mikrometer Teknis

Table 2.6 Pengukuran Tembaga Dengan Mikrometer Teknis

Bagian Tinggi/tebal (T)

1 14,45 mm

2 14,44 mm

3 14,45 mm

4 14,46 mm

5 14,45 mm

2. Kuningan

Tabel 2.7 Pengukuran Kuningan Dengan Jangka Sorong

No. Panjang Lebar Tebal/tinggi

1. 35,10 mm 18,90 mm 9,10 mm

2. 35,15 mm 18,05 mm 9,95 mm

3. 35,10 mm 18,05 mm 9,95 mm

4. 35,15 mm 18,90 mm 9,95 mm

5. 35,10 mm 18,10 mm 9,90 mm

∑ 175,6 mm 92,28 mm 48,85 mm

x̄ 35,12 mm 18,4 mm 9,77 mm

∑xi² 6167,074 mm² 1693,634 mm² 477,829 mm²

(∑xi)² 30835,36 mm² 8464,00 mm² 2386,3225 mm²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 16


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Mikrometer Teknis

Table 2.8 Pengukuran Kuningan Dengan Mikrometer Teknis

Bagian Tinggi/tebal (T)

1 8,48 mm

2 8,47 mm

3 8,43 mm

4 8,42 mm

5 8,38 mm

3. Besi
Tabel 2.9 Pengukuran Besi Dengan Jangka Sorong

No. Panjang Lebar Tebal/tinggi

1. 35,50 mm 18,75 mm 9,10 mm

2. 35,50 mm 18,90 mm 9,95 mm

3. 35,60 mm 18,70 mm 9,90 mm

4. 35,70mm 18,95 mm 9,95 mm

5. 35,60 mm 18,90 mm 9,90 mm

∑ 177,9 mm 94,2 mm 48,48 mm

x̄ 35,58 mm 18,84 mm 9,76 mm

∑xi² 6329,71 mm² 1774,776 mm² 476,836 mm²

(∑xi)² 31648,41 mm² 8873,64 mm² 238,44 mm²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 17


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Mikrometer Teknis

Table 3.0 Pengukuran Besi Dengan Mikrometer Teknis

Bagian Tinggi/tebal (T)

1 8,39 mm

2 8,40 mm

3 8,38 mm

4 8,41 mm

5 8,40 mm

 Neraca Teknis

Table 3.1 Pengukuran Neraca Teknis


Benda Massa BK-2

Tembaga 133,4 gram

Kuningan 48,4 gram

Besi 48,4 gram

 Hasil menimbang dengan Neraca Teknis


Massa Benda (Tembaga) = 133,4 gram

 Hasil menimbang dengan Neraca Teknis


Massa Benda (Kuningan) = 48,4 gram

 Hasil menimbang dengan Neraca Teknis


Massa Benda (Besi) = 48,4 gram

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 18


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

2.5.2 Pengolahan Data

Benda 1 = Tembaga
1. Panjang

∑p = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 42,20 + 42,10 + 42,10 + 42,0 + 42,20
= 210,65 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄p =
5

42,20 + 42,10 + 42,10 + 42,0 + 42,20


=
5

= 42,13 mm

∑xi²p = n1² + n2² + n3² + n4 ² + n5²


= 42,20² + 42,10² + 42,10² + 42,0² + 42,20²
= 8.870,5 mm²

(∑xi)²p = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (42,20 + 42,10 + 42,10 + 42,0 + 42,20)²
= 44.373,423 mm²

2. Lebar

∑l = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 24,90 + 24,05 + 24,10 + 24,05 + 24,15
= 121,2 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 19


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄l =
5
24,90 + 24,05 + 24,10 + 24,05 + 24,15
=
5
= 24,25 mm

∑xi²l = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 24,90² + 24,05² + 24,10² + 24,05² + 24,15²
= 2.940,8475 mm²

(∑xi)²l = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (24,90 + 24,05 + 24,10 + 24,05 + 24,15)²
= 14.701,563 mm²

3. Tinggi

∑t = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 15,15 + 15,95 + 15,100 + 15,10 + 15,10
= 76,4 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄t =
5
15,15 + 15,95 + 15,100 + 15,10 + 15,10
=
5

= 15,28 mm

∑xi²t = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 15,15² + 15,95² + 15,100² + 15,10² + 15,10²
= 1.167,955 mm²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 20


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

(∑xi)²t = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (15,15 + 15,95 + 15,100 + 15,10 + 15,10)²
= 5.836,96 mm²

4. Nilai ketidakpastian panjang

Δp = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²
n n-1

= 1 √5 x 8.870,5 − 44.373,423
5 5-1
= 1√−20,923
5 4
= 1√−5,23
5
= 1 x -2,28
5
= -0,456 mm

5. Nilai interval panjang

P1 = P + ∆P
= 42,13 + -0,456
= 42,674 mm
P2 = P - ∆P
= 42,13 - -0,456
= 42,586 mm
42,674 mm < 42,586 mm

6. Nilai ketidakpastian lebar

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 21


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Δl = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²
n n-1

= 1 √5 x 2.940,849 − 14.701,563
5 5-1
= 1√2.683
5 4
= 1√670,75
5
= 1 x 25,89
5
= 5,17

7. Nilai interval lebar

L1 = L + ∆L
= 121,2 + 5,17
= 126,37 mm
L2 = L - ∆L
= 121,2 – 5,17
= 121,03 mm
126,37 mm < 121,03 mm

8. Nilai ketidakpastian tinggi

Δt = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²
n n-1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 22


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 1 √5 x 1.167,955 − 5.836,96
5 5-1
= 1√2.815
5 4
= 1√703,75
5
= 1 x 26,52
5
= 5,30 mm

9. Nilai interval tinggi

T1 = T + ∆T
= 76,4 + 5,30
= 81,7 mm
T2 = T - ∆T
= 76,4 – 5,30
= 71,1 mm
81,7 mm < 71,1 mm

Volume BK – 1 (tembaga) : Volume = 𝑃 x 𝐿 x 𝑇


= 37,61 x 20,49 x 11,60
= 8939,29

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 23


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Benda 2 = Kuningan

1. Panjang

∑p = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 35,10 + 35,15 + 35,10 + 35,15 + 35,10
= 175,6 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄p =
5
35,10 + 35,15 + 35,10 + 35,15 + 35
=
5
= 35,12 mm

∑xi²p = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 35,10² + 35,15² + 35,10² + 35,15² + 35,10²
= 6167,074 mm²

(∑xi)²p = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (35,10 + 35,15 + 35,10 + 35,15 + 35,10)²
= 30835,36 mm²

2. Lebar

∑l = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 18,90 + 18,05 + 18,05 + 18,90 + 18,10
= 92,28 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄l =
5
18,90 + 18,05 + 18,05 + 18,90 + 18,10
=
5

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 24


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 18,4 mm

∑xi²l = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 18,90² + 18,05² + 18,05² + 18,90² + 18,10²
= 1693,634 mm²

(∑xi)²l = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (18,90 + 18,05 + 18,05 + 18,90 + 18,10)²
= 8464,00 mm²

3. Tinggi

∑t = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 9,10 + 9,95 + 9,95 + 9,95 + 9,90
= 48,85 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄t =
5
9,10 + 9,95 + 9,95 + 9,95 + 9,90
=
5

= 9,77 mm

∑xi²t = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 9,10² + 9,95² + 9,95² + 9,95² + 9,90²
= 477,829 mm²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 25


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

(∑xi)²t = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (9,10 + 9,95 + 9,95 + 9,95 + 9,90)²
= 2386,3225 mm²

4. Nilai ketidakpastian tinggi

Δp = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²
n n-1

= 1 √5 x 6167,074 − 30835,36

5 5-1

= 1√0,01

5 4

= 1√0,0025

= 1 x 0,05

= 0,01 mm

5. Nilai interval

P1 = P + ∆P
= 175,6 + 0,01
= 175,7 mm
P2 = P - ∆P

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 26


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 175,6 - 0,01
= 175,59 mm
175,7 mm < 175,59 mm

6. Nilai ketidakpastian lebar

Δl = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²

n n-1

= 1 √5 x 1693,634 − 8464,00

5 5-1

= 1√4,17

5 4

= 1√1,0425

= 1 x 1,021

= 0,204 mm

7. Nilai interval

L1 = L + ∆L
= 92,28 + 0,204
= 92,484 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 27


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

L2 = L - ∆L
= 92,28 – 0,204
= 92,076 mm
92,484 mm < 92,076 mm

8. Nilai ketidakpastian tebal

Δt = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²

n n-1

= 1 √5 x 477,829 − 2347,402

5 5-1

= 1√41,743

5 4

= 1√10,435

= 1 x 3,23

= 0,64 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 28


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

9. Nilai interval

T1 = T + ∆T
= 48,85 + 0,64
= 49,5 mm
T2 = T - ∆T
= 48,85 – 0,64
= 48,21 mm
49,5 mm < 48,21 mm

Volume BK – 2 (kuningan) : Volume = 𝑃 x 𝐿 x 𝑇


= 175,6 x 92,28 x 48,85
= 791583,3768

Benda 3 = Besi

1. Panjang

∑p = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 35,50 + 35,50 + 35,60 + 35,70 + 35,60
= 177,9 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄p =
5
35,50 + 35,50 + 35,60 + 35,70 + 35,60
=
5
= 35,58 mm

∑xi²p = n1² + n2² + n3² + n4² + n5²


= 35,50² + 35,50² + 35,60² + 35,70² + 35,60²

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 29


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 6329,71 mm²

(∑xi)²p = (n1 + n2 + n3 + n4 + n5)²


= (35,50 + 35,50 + 35,60 + 35,70 + 35,60)²

= 31648,41 mm²

2. Lebar

∑l = n1 + n2 + n3 + n4 + n5
= 18,75 + 18,90 + 18,70 + 18,95 + 18,90
= 94,2 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄l =
5
18,75 + 18,90 + 18,70+18,95+18,90
=
5

= 18,84 mm

∑xi²l = n1² + n2² + n3² + n4 ² + n5²


= 18,75²+18,90²+18,70²+18,95²+18,90²
= 1774,776 mm²

(∑xi)²l = (n1+n2+n3+n4+n5)²
= (18,75+18,90+18,70+18,95+18,90)²
= 8873,64 mm²

3. Tinggi

∑t = n1+n2+n3+n4+n5
= 9,10+9,95+9,90+9,95+9,90

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 30


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 48,8 mm

n1 + n2 + n3 + n4 + n5
x̄t =
5
9,10+9,95+9,90+9,95+9,90
=
5

= 9,76 mm

∑xi²t = n1²+n2²+n3²+n4²+n5²
= 9,10²+9,95²+9,90²+9,95²+9,90²

= 476,836 mm²

(∑xi)²t = (n1+n2+n3+n4+n5)²

= (9,10+9,95+9,90+9,95+9,90)²

= 238,44 mm²

4. Nilai ketidakpastian panjang

Δp = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²
n n-1

= 1 √5 x 6329,71 − 31648,41

5 5-1

= 1√0,14

5 4

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 31


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 1√0,035

= 1 x 0,187

= -0,037

5. Nilai interval panjang

P1 = P + ∆P
= 177,9 + -0,037
= 177,863 mm
P2 = P - ∆P
= 177,9 - -0,037
= 177,937 mm
177,863 mm < 177,937 mm

6. Nilai ketidakpastian lebar

Δl = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²

n n-1

= 1 √5 x 1774,776 − 8873,64

5 5-1

= 1√0,24

5 4

= 1√0,06

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 32


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 1 x 0,244

= 0,05 mm

7. Nilai interval lebar

L1 = L + ∆L
= 94,2 + 0,05
= 94,25 mm
L2 = L - ∆L
= 94,2 – 0,05
= 94,15 mm
94,25 mm < 94,15 mm

8. Nilai ketidakpastian tinggi

Δt = 1 √𝑛∑𝑖 2 − (𝑛∑𝑥𝑖)²

n n-1

= 1 √5 x 476,836 − 238,44

5 5-1

= 1√2145,74

5 4

= 1√536,435

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 33


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

= 1 x 23,161

= 4,632 mm

9. Nilai interval tinggi

T1 = T + ∆T
= 48,8 + 4,632
= 53,432 mm
T2 = T - ∆T
= 48,8 – 4,632
= 44,168 mm
53,432 mm < 44,168 mm

Volume BK – 2 (kuningan) : Volume = 𝑃 x 𝐿 x 𝑇


= 177,9 x 94,2 x 48,8
= 817799,184

Benda 1 = Tembaga

1. Nilai ketidakpastian

∆𝑃 ∆L ∆𝑇
∆V = ( 𝑃 + + )𝑉
𝐿 𝑇

−0,456 5,17 5,30


∆V = ( 37,61 + 20,49 + 11,60) 0,6970903207

∆V = (0,0121 + 0,2523 + 0,4568). 0,6970903207

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 34


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

∆V= ±0,5828308585

2. Nilai interval

𝑉1 = V + ∆V

𝑉1 = 0,6970903207+ 0,5828308585

𝑉1 = 1,279921179𝑀3

𝑉2 = V - ∆V

𝑉2 = 0,6970903207 - 0,5828308585

𝑉2 = 0,1142594622𝑀3

1,279921179 𝑚𝑚3 < 𝑚𝑚3 < 0,1142594622𝑚𝑚3

Benda 2 = Kuningan

1. Nilai ketidakpastian

∆𝑃 ∆𝐿 ∆𝑇
∆V = ( 𝑃 + + )𝑉
𝐿 𝑇

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 35


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

0,01 0,204 0,64


∆V = (175,6 + + 48,85) . 0,01536894141
92,28

∆V = (0,0005+0,00221+0,0131). 0,01536894141

∆V= ±0,00472333132

2. Nilai interval

𝑉1 = V + ∆V

𝑉1 = 0,01536894141 + 0,00472333132

𝑉1 = 0,02009227273 𝑀3

𝑉2 = V - ∆V

𝑉2 = 0,01536894141 - 0,00472333132

𝑉2 = 0,01064562821 𝑀3

0,02009227273 𝑚𝑚3 < 𝑚𝑚3 < 0,01064562821 𝑚𝑚3

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 36


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Benda 3 = Besi
1. Nilai ketidakpastian

∆𝑃 ∆𝐿 ∆𝑇
∆V = ( 𝑃 + + )𝑉
𝐿 𝑇

−0,037 0,05 4,632


∆V = ( 177,9 + + ) 0,9491792239
94,2 48,8

∆V = (0,0020 + 0,0005 + 0,0949). 0,9491792239

∆V= ±0,09263404835

2. Nilai interval

𝑉1 = V + ∆V

𝑉1 = 0,9491792239 + 0,09263404835

𝑉1 = 1,041813272 𝑀3

𝑉2 = V + ∆V

𝑉2 = 0,9491792239 - 0,09263404835

𝑉2 = 0,8565451756 𝑀3

1,041813272 𝑚𝑚3 < 𝑚𝑚3 < 0,8565451756 𝑚𝑚3

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 37


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Grafik

1. Balok tembaga
 Panjang

P vs n
50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5

Gambar 2.5 grafik panjang tembaga

 Lebar

L vs n
1.5

1
L vs n
0.5

Gambar 2.6 grafik lebar tembaga

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 38


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Tinggi

T vs n
1.2
1
0.8
0.6
T vs n
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5

Gambar 2.6 grafik tinggi tembaga

2. Balok kuningan
 Panjang

P vs n
1.2
1
0.8
0.6
P vs n
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5

Gambar 2.7 grafik panjang kuningan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 39


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Lebar

L vs n
1.2
1
0.8
0.6
L vs n
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5

Gambar 2.8 grafik lebar kuningan

 Tinggi

T vs n
1.2
1
0.8
0.6
T vs n
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5

Gambar 2.9 grafik tinggi kuningan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 40


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

3. Balok besi
 Panjang

P vs n
35.75
35.7
35.65
35.6
35.55 P vs n
35.5
35.45
35.4
1 2 3 4 5

Gambar 3.0 grafik panjang besi

 Lebar

L vs n
19
18.9
18.8
18.7 L vs n

18.6
18.5
1 2 3 4 5

Gambar 3.1 grafik lebar besi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 41


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

 Tinggi

T vs n
10.5

10

9.5
T vs n
9

8.5
1 2 3 4 5

Gambar 3.2 grafik tinggi besi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 42


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

2.6 Analisa Dan Pembahasan

Percobaan pengukuran pada kali ini menggunakan alat-alat seperti jangka


sorong,mikrometer teknis,dan neraca teknis. Jangka sorong digunakan untuk
mengukur panjang,lebar,dan tebal dalam mengukur diameter suatu benda juga dapat
digunakan micrometer teknis. Micrometer teknis dapat digunakan untuk mengukur
diameter dalam/ketebalan suatu benda. Berbeda dengan jangka sorong,micrometer
teknis mempunyai skala terkecil yaitu 0,01 mm. Jauh lebih teliti dibandingkan dengan
jangka sorong.

Dalam pengukuran ada dua hal penting, yaitu presisi dan akurasi. Presisi
merupakan kecendrungan tetapnya hasil pengukuran ketika dilakukan pengulangan
dalam percobaan misalnya

Panjang suatu diameter dari percobaan lima kali adalah sama,hal ini menunjukan
bahwa presisi dari pengukuran sangat bagus karena pengulangannya tetap. Sedangkan
akurasi merupakan kedekatanhasil pengukuran dengan literaturnya. Jadi dalam sebuah
pengukuran,sebuah data harus diusahakan se-presisi dan seakurat mungkin.

Sebelum melakukan pengukuran alat-alat yang sudah dipersiapkan harus


dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi adalah kegiatan menentukan kebenaran nilai yang
ditunjukan oleh sebuah instrument ukur dengan cara membandingkannya dengan
standar ukur yang tertelusur ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional. Tujuan dari kalobrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran
sehingga dari hasil pengukuran tersebut dapat dikaitkan/tertelusur sampai ke standar
yang lebih tinggi/teliti(standar primer nasional dan internasional).Fungsi dari kalibrasi
adalah menjaga kendali mutu dengan memastikan kinerja dan akurasi berbagai
instrument yang digunakan melalui penentuan penyimpangan nilai standar dengan nilai
yang ditunjukkan alat ukur,atau dengan kata lain untuk dapat memastikan akurasi dari
alat ukur tersebut sehingga instrument yang digunakan dapat menghasilkan
pengukuran yang akurat.

Untuk memperoleh nilai pengukuran yang mendekati nilai


sebenarnya,pengukuran haruslah dilakukan sebanyak lima kali atau berulang-ulang.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 43


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 5

Setiap pengulangan pengukuran biasanya tidak menghasilkan nilai yang sama dengan
pengukuran sebelumnya. Perbedaan nilai pengukuran ini disebut kesalahan,selain
harus diukur berulang-ulang,benda juga harus diukur dititik yang berbeda-beda agar
memperoleh nilai pengukuran yang lebih pasti.

2.7 Kesimpulan

1. Dalam pengukuran pengetahuan tentang kegunaan alat prinsip-prinsipnya


adalah hal yang sangat penting agar dapat mengurangi angka ketidakpastian
yang dibuat dan juga agar hasil pengukuran yang didapat akurat
2. Dalam percoban ini didapatkan massa jenis yang berbeda daripada massa
jenis benda pada literatur,perhitungan yang akurat dan ketelitianlah yang
dapat mengurangi nilai ketidakpastian.Dalam hal ini adalah massa jenis.
3. Sebelum melakukan pengukuran pada benda,alat ukur harus dikalibrasi
terlebih dahulu
4. Bilangan-bilangan berarti didapat dari hasil pengukuran
5. Besaran lain dapat diukur berdasarkan besaran yang terukur langsung
6. Mikrometer teknis lebih teliti daripada jangka sorong.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A 2018/2019 44

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengujian Impak
    Pengujian Impak
    Dokumen14 halaman
    Pengujian Impak
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    100% (1)
  • STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG
    STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG
    Dokumen15 halaman
    STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ix
    Bab Ix
    Dokumen13 halaman
    Bab Ix
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Bab I Dan Bab Ii
    Bab I Dan Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab I Dan Bab Ii
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Pengukuran Dasar
    Bab Ii Pengukuran Dasar
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii Pengukuran Dasar
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Tugas PBT
    Tugas PBT
    Dokumen7 halaman
    Tugas PBT
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen20 halaman
    Modul 1
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Pengukuran Dasar
    Bab Ii Pengukuran Dasar
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii Pengukuran Dasar
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen20 halaman
    Modul 1
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Perspektif Islam Terhadap Sains Dan Teknologi
    Perspektif Islam Terhadap Sains Dan Teknologi
    Dokumen3 halaman
    Perspektif Islam Terhadap Sains Dan Teknologi
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Pengujian Impak
    Pengujian Impak
    Dokumen14 halaman
    Pengujian Impak
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Uji Kekerasan 2
    Uji Kekerasan 2
    Dokumen14 halaman
    Uji Kekerasan 2
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Tugas PBT
    Tugas PBT
    Dokumen7 halaman
    Tugas PBT
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen3 halaman
    Latar Belakang
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Analisa Dan Pembahasan
    Analisa Dan Pembahasan
    Dokumen1 halaman
    Analisa Dan Pembahasan
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Metodologi Praktikum1
    Metodologi Praktikum1
    Dokumen1 halaman
    Metodologi Praktikum1
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Pengujian Tarik - Ferdy
    Pengujian Tarik - Ferdy
    Dokumen9 halaman
    Pengujian Tarik - Ferdy
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Pengujian Tarik - Ferdy
    Pengujian Tarik - Ferdy
    Dokumen9 halaman
    Pengujian Tarik - Ferdy
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Uji Impak - Ferdy
    Uji Impak - Ferdy
    Dokumen13 halaman
    Uji Impak - Ferdy
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen20 halaman
    Modul 1
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen20 halaman
    Modul 1
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Tugas PBT
    Tugas PBT
    Dokumen7 halaman
    Tugas PBT
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Uji Kekerasan - Ferdy
    Uji Kekerasan - Ferdy
    Dokumen13 halaman
    Uji Kekerasan - Ferdy
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • Tugas PBT
    Tugas PBT
    Dokumen7 halaman
    Tugas PBT
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat
  • FMEAKERETA
    FMEAKERETA
    Dokumen3 halaman
    FMEAKERETA
    Ferdy Wahyu Ramdhani
    Belum ada peringkat