Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


S-2 : MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
S-1 : KEPERAWATAN – KESEHATAN MASYARAKAT – GIZI – PROFESI NERS

FORM PENGAJUAN TOPIK TUGAS AKHIR (SKRIPSI)


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN TAHUN AKADEMIK 2018/2019

NAMA : PERMATA ATIKA SARI


NPM : 155130020
PEMINATAN : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

JUDUL PENELITIAN

1. HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI SPBU


KECAMATAN MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN
2019

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur
secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat
simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan
kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan
otot adalah merupakan tremor pada otot /perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan
umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan
oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-
sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat
dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan
subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30
- 40% dari tenaga aerobik maksimal (Tarwaka, 2004).

Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Kelelahan
kerja disebabkan oleh banyak faktor baik dari faktor individu, dan juga faktor dari luar
seperti lingkungan kerja. Kelelahan kerja penting untuk diperhatikan, karena kelelahan
pada pekerja dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan penurunan
konsentrasi kerja (Damapoli, 2013).

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum atau disingkat SPBU merupakan prasarana
umum yang disediakan oleh PT Pertamina (Persero) untuk masyarakat Indonesia secara
luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Petugas Operator yang ada di SPBU
mengalami kelelahan disebabkan karena bekerja yang dilakukan dengan berdiri secara
terus menerus untuk mengisi bensin dan terdapat pula system shift kerja yang dimana
akan mengakibatkan kelelahan kerja pada petugas operator SPBU. SPBU merupakan
salah satu perusahaan yang beroperasi 24 jam dan menerapkan shift kerja. Shift kerja
merupakan pola kerja yang diberikan kepada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu
oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam. Shift I dimulai
pukul 06.00-14.00, shift II dimulai pukul 14.00-22.00, dan shift III dimulai pukul 22.00-
06.00.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan 10 operator disana terdapat 6 operator tersebut


mengalami mengalami kelelahan kerja dengan gejala yaitu lesu, merasakan kantuk dan
pusing, serta menurunnya kemampuan untuk konsentrasi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut sehingga peneliti tertarik mengambil judul


“Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan Di SPBU Kecamatan Mesuji Kabupaten
Ogan Komering Ilir Tahun 2019”

2. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA DENGAN


PENGGUNAAN APD MASKER TERHADAP PAPARAN BENZENE DI SPBU
KECAMATAN MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN
2019
Benzena adalah senyawa kimia organik, tidak berwarna, dan mudah terbakar
dengan bau yang manis. Dalam pemanfaatannya, benzena merupakan salah satu
komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Hasil
pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan-kendaraan tersebut dapat berupa zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu zat kimia yang terdapat dalam
bensin adalah benzene. Benzena secara luas digunakan di Amerika Serikat dan berada di
daftar 20 bahan kimia terbesar yang diproduksi. Sumber benzena di udara ambient
meliputi asap rokok, pembakaran dan penguapan bensin yang mengandung benzena
(lebihdari 5%), industry petrokimia, serta proses pembakaran. Rata-rata konsentrasi
benzena di udara perkotaan dan pedesaan adalah sekitar 1 μg/m³ sampai 5-20 μg/m³.
Konsentrasi lebih tinggi benzena di dalam dan luar ruangan akan ditemukan di sekitar
sumber emisi seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Faktor lingkungan
Kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produk, hasil suatu
produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi
(Winandar dan Indriraswati, 2014)

Pemajanan benzene dapat berupa akut dan kronik. Dampak pemajanan dapat terjadi
apabila bezene tertelan, mengiritasi kulit dan terhirup. Akibat yang ditimbulkan dari
pemajanan akut adalah keracunan benzene berupa kepala pusing, mual, muntah,
sesak nafas serta akan menimbulkan bercak kemerahan apabila mengiritasi kulit
Sedangkan pemaparan kronis akan mengakibatkan gangguan psikologis, gangguan
kulit, dan gangguan pada saluran darah (CDC, 2005 Dalam Susilowati, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara kepada operator di SPBU Kecamatan Mesuji


Kabupaten Ogan Komering Ilir dari 24 orang terdapat 9 orang mengalami gejala
Pemajanan benzene berupa kepala pusing, mual, muntah, sesak nafas dan dari 24
orang tersebut hampir sekitar 12 orang (50%) tidak patuh menggunakan APD
masker pada saat bekerja sebagai operator.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut sehingga peneliti tertarik mengambil judul


“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pekerja Dengan Penggunaan Apd Masker Terhadap
Paparan Benzene Di Spbu Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun
2019”

Anda mungkin juga menyukai