KTI Fix
KTI Fix
KTI Fix
OLEH:
THERESIA HERESTUWITO NARU
2012-060-021
OLEH:
THERESIA HERESTUWITO NARU
2012-060-021
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tim Penguji
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Penguji
ii
PANITIA SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Ketua
Anggota
Anggota
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari
tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak lainnya,
kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar pernyataan
ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas akademik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, saya yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : THERESIA HERESTUWITO NARU
NIM / NIP : 2012-060-021
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Fakultas : Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jenis Karya : Skripsi / tugas akhir / tesis / disertasi / Laporan Penelitian /
Makalah
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 13 November 2015
Yang menyatakan,
v
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
Jakarta, 13 November 2013
ABSTRAK
Pengaruh Aktivitas Fisik dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
THERESIA H. NARU
Dibimbing oleh : dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. dan dr. NELLY T.
WIDJAJA, M.S.
Pendahuluan. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah dengan populasi lansia
terbanyak di Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan
meningkatnya prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya adalah penurunan
fungsi kognitif. Aktivitas fisik dan aktivitas sosial memiliki peran dalam mencegah
penurunan fungsi kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh aktivitas fisik dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Metode. Desain penelitian deskriptif analitik, dengan metode cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Jumlah
responden yang dilibatkan sebanyak 107. Populasi penelitian adalah lansia usia ≥ 60
tahun di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Pengambilan data
dengan menggunakan kuisioner, selanjutnya dianalisis dengan uji Chi Square dan
analisis regresi sederhana.
Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan sosial dengan
fungsi kognitif (p=0,000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). Aktivitas fisik
berpengaruh terhadap fungsi kognitif sebesar 33%, aktivitas sosial berpengaruh
terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%.
Simpulan. Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam menurunkan resiko
terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY. Namun aktivitas fisik memiliki pengaruh yang lebih besar
dibandingkan aktivitas sosial.
vi
SCHOOL OF MEDICINE
ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA
Jakarta, November 13 2015
ABSTRACT
THERESIA H. NARU
Mentored by dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. and dr. NELLY T.
WIDJAJA, M.S.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Fisik Dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY”. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyempatkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing dan
memberikan dukungan dengan segala cara dalam proses penulisan sampai
penyelesaian karya tulis ini, terutama kepada :
1. dr. Dyonesia Ary H., Sp.P.A. selaku pembimbing utama Karya Tulis
Ilmiah.
2. dr. Nelly Tina Widjaja, M.S. selaku pembimbing pendamping Karya Tulis
Ilmiah.
3. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. selaku penguji Karya Tulis Ilmiah.
4. Kepala Pedukuhan beserta seluruh Ketua RW/RT Pedukuhan Murangan
Kapupaten Sleman, Provinsi DIY.
5. Orang tua dan teman-teman penulis yang memberikan dukungan moral
dan spiritual.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan Karya Tulis Ilmiah ini di kemudian hari. Penulis juga
memohon maaf jika ada kata-kata penulis yang kurang berkenan. Akhir kata, penulis
berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat. Atas perhatian yang
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 13 November 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................... . ii
ABSTRAK............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah....................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum................................................................ 2
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................... 2
4.1. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat.............................................. 3
1.4.2. Manfaat Bagi Pemerintah.............................................. 3
1.4.3. Manfaat Bagi Pendidikan.............................................. 3
ix
2.3. Aktivitas Sosial.......................................................................... 8
2.3.1. Definisi Aktivitas Sosial................................................. 8
2.3.2. Jenis Aktivitas Sosial...................................................... 8
2.3.3. Pengukuran Aktivitas Sosial........................................... 9
2.4. Fungsi Kognitif.......................................................................... 9
2.4.1. Definisi Fungsi Kognitif................................................ 9
2.4.2. Aspek Fungsi Kognitif................................................... 9
2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif............... 10
2.4.4. Fungsi Kognitif pada Lansia.......................................... 11
2.4.5. Pengukuran Fungsi Kognitif.......................................... 12
2.5. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif................. 15
2.6. Pengaruh Aktivitas Sosial Terhadap Fungsi kognitif................ 16
2.7. Kerangka Teori........................................................................... 18
x
BAB V HASIL
5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia............................................ 27
5.2. Karakteristik Usia Lansia........................................................... 27
5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia................................... 28
5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia.................................. 28
5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia................................ 29
5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia............................................. 29
5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Jenis Kelamin
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 29
5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 30
5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 31
5.10. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 31
5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 32
5.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 33
5.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 33
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 34
LAMPIRAN......................................................................................................... 45
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat
dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 yang telah mencapai
diatas 7% dari keseluruhan penduduk. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, populasi lansia berjumlah 18 juta jiwa dan
akan meningkat menjadi 48 juta jiwa pada tahun 2035 dengan Usia Harapan Hidup
(UHH) lebih dari 75 tahun.1,2
Sejak tahun 1995 Provinsi DIY merupakan salah satu wilayah di Indonesia
dengan jumlah penduduk lansia tertinggi, yaitu sekitar 13,04 % dari total populasi
lansia di Indonesia.2 Salah satu daerah di Yogyakarta dengan angka UHH yang
tertinggi di Indonesia adalah Kabupaten Sleman. UHH penduduk di Kabupaten
Sleman mencapai 75,6 tahun, sedangkan UHH di tingkat Provinsi DIY adalah 73,2
tahun. Adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146
(4,87%) jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sejumlah 55.967 (5,13%) jiwa, dari
total penduduk 1.090.567 jiwa.3,4
Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan meningkatnya
prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya ialah penurunan fungsi kognitif.
Penurunan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa yaitu bentuk gangguan kognitif
yang paling ringan, dan kemudian bisa berlanjut menjadi demensia sebagai bentuk
gangguan kognitif yang paling berat.5 Perubahan-perubahan yang diakibatkan karena
penurunan fungsi kognitif dapat menurunkan kemandirian dan kualitas hidup para
lansia sehingga hal ini perlu diatasi.
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat dicegah dengan melibatkan
lansia pada kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi otak seperti terlibat dalam
aktivitas sosial, aktivitas fisik dan aktivitas mental.6 Milfa dkk dalam jurnal
kesehatannya mengatakan bahwa aktivitas fisik seperti latihan ketahanan dan
berjalan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada orang dewasa tua termasuk mereka
yang telah didiagnosis mengalami gangguan kognitif ringan.7 Selain aktif secara fisik
1
2
Apakah terdapat pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
kegiatan maupun yang sudah tidak potensial lagi yang hidupnya tergantung
pada bantuan orang lain.1,11,14
Dalam pengukuran ini, akan dihitung total kalori yang dikeluarkan responden
dalam melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity Ratio
(PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus PAL.
2. 3. Aktivitas Sosial
c) Jenis Kelamin
Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif
dibandingkan laki-laki. Penurunan fungsi kognitif umum dan
memori verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol
dalam tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif
yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta
sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
Alzheimer.
d) Genetik
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab yang paling sering,
ditemukan pada 50-60% pasien demensia. Penyakit ini
merupakan sebuah penyakit genetik heterogen yaitu pada alel
apolipoprotein EE4 di kromosom 19 pada q13.2.
e) Gaya Hidup
Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok dinilai dapat
menurunkan fungsi kognitif seseorang. Sebaliknya, memiliki
gaya hidup yang lebih sehat dengan cara mengonsumsi
makanan yang bergizi, rutin melakukan aktivitas fisik dan
aktif bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat mencegah
penurunan fungsi kognitif.
f) Penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes Melitus
Penyakit hipertensi dan jantunng dapat mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif karena dihubungkan dengan
meningkatnya aterosklerosis, dan jumlah plak neuritik di
hipokampus. Begitu pula dengan penyakit diabetes mellitus
yang melibatkan beberapa proses vaskular dan inflamasi yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pembuluh darah
termasuk di otak. Penyakit hipertensi, jantung dan diabetes
lebih sering dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif
berupa dimensia vaskuler.
tes ini adalah kemampuan orientasi waktu dan tempat, registrasi, atensi dan
kalkulasi, memori, kemampuan bahasa serta konstruksi visual. Intrepretasi
hasil MMSE berbeda-beda. Secara umum jika hasil skor < 24 maka dianggap
abnormal. Berdasarkan pendidikannya jika pendidikan terakhir sampai tingkat
ke 8 maka skor 21 menunjukann adanya gangguan fungsi kognitif. Jika
pendidikan terakhir SMA < 23 berarti abnormal dan berpendidikan terakhir di
bangku kuliah < 24 adalah abnormal. Sedangkan berdasarkan tingkat
keparahan, skor 24 menunjukan tidak ada gangguan kognitif, skor 18-23
menunjukan mild Cognitive Impairment (MCI) dan skor 0-17 menunjukan
gangguan kognitif berat.37
Cara mengukur dengan MMSE yaitu :
a. Orientasi (10 point)
Pemeriksa akan memberikan pertanyaan tentang nama, tahun,
musim, tanggal, hari, bulan, negara, provinsi, kota, atau letak
suatu tempat sesuai dengan waktu saat pemeriksaan
dilaksanakan. Untuk setiap jawaban yang benar, akan
diberikan nilai 1.
b. Registrasi (3 poin)
Pemeriksa akan menyebutkan 3 kata yang tidak saling
berhubungan dengan suara yang jelas dan perlahan, setelah itu
pemeriksa akan meminta peserta untuk mengulanginya.
Jumlah kata yang disebutkan dengan benar pada pengulangan
pertama menentukan nilainya (0-3). Bila peserta tidak
mengulang dengan lengkap seluruh 3 kata tersebut pada
pengulangan pertama, maka pemeriksa akan mengulangi
kembali kata-kata tersebut sampai peserta dapat
mengulanginya tiga kali, lakukan hal ini sebanyak 6 kali
percobaan. Pemeriksa akan mencatat jumlah pengulangan
yang pemeriksa lakukan sampai peserta dapat mengulanginya.
Bila pada akhirnya peserta tidak dapat mengulangi ketiga kata
tersebut, maka ingatan tidak dapat diperiksa secara bermakna.
Setelah menyelesaikan prosedur di atas, pemeriksa akan
memberitahu peserta, “Cobalah untuk mengingat kata yang
telah diucapkan, nanti akan saya tanyakan kembali.”
14
Membaca
Pemeriksa akan menuliskan sebuah kalimat pada
selembar kertas kosong. “Tutuplah mata anda!” dalam
huruf yang cukup besar sehingga peserta dapat melihat
tulisan tersebut dengan jelas. Pemeriksa meminta peserta
untuk membaca kalimat tersebut dan melakukan perintah
tersebut. Pemeriksa akan memberikan nilai 1 bila peserta
dapat menutup mata langsung. Ini bukanlah penilaian
memori, maka pemeriksa akan meminta peserta untuk
melakukan perintah tersebut dengan cepat.
Menulis
Pemeriksa akan memberi peserta selembar kertas kosong
dan meminta peserta untuk menulis sebuah kalimat
untuk pemeriksa. Kalimat yang dituliskan tidak
didiktekan, pemeriksa akan meminta peserta menulis
secara spontan. Kalimat tersebut harus terdiri atas subjek
dan predikat, serta memiliki makna. Tata bahasa dan
tanda kalimat yang benar tidak terlalu diperhitungkan.
Menyalin
Pemeriksa akan menunjukkan 2 gambar segilima yang
saling berpotongan dan meminta peserta untuk menyalin
gambar tersebut. 10 sudut yang terdapat pada segilima
harus tampak dan kedua segilima harus berpotongan,
abaikan garis yang tidak lurus dan rotasi. Pemeriksa akan
memberi nilai 1 pada gambar tersebut.
Pada aktifitas fisik terjadi peningkatan faktor neurotropic salah satunya yaitu
produksi Brain-Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang berperan banyak dalam
menjaga fungsi otak antara lain sebagai mediator penghubungan sel saraf dan,
sebagai neuroprotektif, neuroplastisitas, serta dapat meningkatkan volume
hipocampus.40 BDNF merupakan faktor yang baik dalam memediasi manfaat jangka
panjang dari aktifitas fisik terhadap otak. Pada berbagai penelitian terhadap hewan
dan manusia, meningkatnya neurotropin yang melindungi susunan saraf berhubungan
dengan meningkatnya aktivitas fisik, dan efek fisiologis ini mempunyai manfaat
positif terhadap fungsi kognitif pada otak yang sedang mengalami penuaan.41 Sebuah
studi mengatakan bahwa terjadi peningkatan kadar BDNF pada seseorang yang
melakukan latihan ketahanan selama 3 bulan.42
Peningkatan produksi Insulin Like Growth Factor (IGF-1) juga memainkan
peranan yang baik dalam neurogenesis dan angiogenesis terutama dalam hal
meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan saraf. Level serum IGF-1 meningkat
pada lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat selama 6 bulan.43 Selain
itu aktivitas fisik juga meningkatkan level high density lipoprotein (HDL) yang
dianggap terlibat dalam mempertahankan integritas sistem saraf dan fungsi
kognitif.44
Bherer dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan MRI terhadap
165 lansia non-demensia, menemukan bahwa peningkatan aktifitas kebugaran
berhubungan dengan struktur hippocampus yang berkorelasi dengan peningkatan
fungsi memori yang lebih baik.6 Sedangkan sebuah studi neuroimaging lain
menunjukan bahwa latihan aerobik rutin selama 6 bulan meningkatkan volume
substansia alba dan grisea terutama yang terletak di korteks prefrontal. 45
Pada lansia, mereka yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial diketahui
dapat membantu menstimulasi fungsi kognitif dan memperlambat terjadinya
kepikunan.29 Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi seseorang
dintaranya menimbulkan rasa kepercayaan diri, sehingga berdampak baik bagi fungsi
kognitif lansia. Efek positif tersebut dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem
mesolimbik sehingga mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.46,47
Beberapa penelitian mengatakan bahwa aktifitas sosial bersifat menstimulasi
dan menjaga fungsi kognitif, memperbaiki kondisi kesehatan umum dan mengurangi
17
Peningkatan volume
substansia grisea
Menurunkan tekanan
darah
Aktivitas Fisik :
Ketahanan
Meningkatkan HDL
Kelenturan
Kekuatan F
Mempertahankan U
plastisitas saraf
N
Meningkatkan S
produksi IGF-1
I
Memperbaiki
kesehatan umum
Aktivitas Sosial :
Kegiatan sosial :
keagamaan,
Mengurangi depresi
K
olahraga,
persahabatan, O
hobi, gotong
Menimbulkan
royong kepercayaan diri
G
Menjadi guru
tamu dan N
pendamping
Meningkatkan fungsi
sosial memori I
T
Usia
I
F
Pendidikan
Aktivitas Fisik
Faktor Lain
3.2.2. Usia
Definisi operasional : usia responden dalam hitungan tahun,
dari lahir hingga ulang tahun terakhir pada saat dilakukan
wawancara.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuisioner
Hasil ukur : 0 = 60-74
1 = 75-90
Skala ukur : nominal
19
20
3.3. Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
22
23
Q :1–p
1 – 0,5 = 0,5
d : derajat ketepatan yang diinginkan 10%
n= (Zα)2PQ = (1,96)20,5 X 0,5 = 0,9604 = 96,04 = 97
d2 0,12
untuk menghindari adanya drop out sampel ( n ) dikalikan 10% dari total
penghitungan sampel
n X 10% = 97 X 0,1
= 9,7 responden = 10 responden
Jadi total sampel yang akan diteliti sebesar 97 + 10 = 107 responden
Setelah menentukan besar sampel, maka jumlah sampel yang diperoleh harus di uji
tingkat validitas dengan syarat p X n ≥ 5
0,5 X 97 = 49 (minimal sampel valid ).
Pedukuhan Murangan terdiri dari 4 RW dan 13 RT
3. Entry
Setelah pengisian kuisioner telah selesai dilakukan maka dilakukan
pemrosesan data agar data dapat dianalisis. Data tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam komputer (proses entry). Data entry ini akan
dilakukan dengan program komputer, yaitu SPSS. Persiapan untuk data
entry seperti penyiapan program dan pembuatan template, data editing
pra data entry; dan penamaan variabel dalam template data entry.
double data entry akan dilakukan untuk meningkatkan akurasi data,
kemudian hasil tersebut akan dibandingkan untuk melihat kesalahan
pada pemasukan data.
4. Clean data
Sebelum diolah, data perlu dilakukan clean up untuk mencegah
terjadinya kesalahan waktu memasukkan data. Data cleaning dapat
dilakukan secara manual dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari
semua variabel dan membuat tabel silang.
5. Analisis Data
Analisis data diakukan untuk menjawab tujuan penelitian dengan
melakukan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
sederhana, mudah dibaca dan menggunakan program analisis statistik.
Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis.
BAB V
Pada penelitian ini, responden yang berusia 60-74 tahun lebih banyak
jumlahnya, yaitu 86 (80,4%) orang. Sisanya yang berumur 75-90 tahun berjumlah 21
(19,6%) orang.
27
28
Pada penelitian ini responden yang melakukan tingkat aktivitas fisik berat
lebih banyak jumlahnya yaitu 62 (57,4%) orang. Responden yang melakukan
aktivitas fisik sangat ringan dan sedang berjumlah 32 (29,6%) orang dan responden
yang melakukan aktivitas fisik ringan berjumlah 13 (12%) orang.
Responden dalam penelitian ini lebih banyak yang aktif melakukan aktivitas
sosial, yaitu sebanyak 87 (81,5%) orang. Sedangkan sisanya yaitu 20 (18,5%) orang
kurang aktif melakukan aktivitas sosial.
Pada penelitian ini, lebih banyak responden yang tidak memiliki gangguan
fungsi kognitif yaitu 61 (56,5%) orang. Responden dengan gangguan fungsi kognitif
ringan berjumlah 40 (38%) dan gangguan fungsi kognitif berat berjumlah 6 (5,5%)
orang.
Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.7 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dengan fungsi kognitif lansia tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,367 (p>0,05). Lansia perempuan yang
30
memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 24 (52,2%) orang dan lansia laki-laki
yang memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 22 (47,8%) orang.
Tabel 5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Jenis Kelamin
dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % n % n %
Jenis Kelamin Perempuan 24 52,2 35 57,4 59 55,1 0,367 0,81
Laki-laki 22 47,8 26 42,6 48 44,9
Total 46 100 61 100 107 100
Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.8 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang
bermakna dengan nilai p= 0,004 (p<0,05). Lansia usia 60-74 tahun yang memiliki
gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (67,4%) dibandingkan dengan
lansia usia 75-90 tahun (32,6%). Nilai OR 0,225 menjelaskan bahwa lansia dengan
usia 75-90 tahun mempunyai kemungkinan 22,5 kali (95,7%) untuk mengalami
gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lansia usia 60-74 tahun.
Dari hasil analisis yang terdapat pada tabel 5.9 diketahui bahwa secara
statistik variabel pendidikan dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang
bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,005). Lansia berpendidikan rendah yang
memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (95,7) dibandingan
dengan lansia yang berpendidikan tinggi (4,3%). Nilai OR 22,7 menunjukan bahwa
lansia dengan pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 22,7 kali (95,7%) untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif.
Tabel 5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan
dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % n %
Tingkat Pendidikan Rendah 44 95,7 29 47,5 73 68,2 0,000 22,7
Tinggi 2 4,3 32 52,5 34 31,8
Total 46 100 61 100 107 100
Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.10 diketahui bahwa secara
statistik kedua variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
dengan fungsi kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang
didapatkan ialah 25,1. Hal ini menunjukan bahwa lansia dengan aktivitas fisik sangat
ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali untuk mengalami gangguan
fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 25,1 juga dapat diinterpretasikan bahwa
probabilitas lansia yang mempunyai aktivitas fisik sangat ringan dan ringan untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 96,1 %.
32
Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.11 diketahui bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas sosial dengan fungsi
kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 42,2.
Hal ini menunjukan bahwa lansia yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial
mempunyai kemungkinan 42,2 kali untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Nilai
OR sebesar 42,2 juga dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas lansia yang kurang
melakukan aktivitas sosial untuk mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar
97,6 %.
Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.12 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk
mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,330
mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif
lansia adalah sebesar 33%.
Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,330 0,000
Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.13 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk
mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,254
mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif
lansia adalah sebesar 25,4%.
Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,254 0,000
BAB VI
PEMBAHASAN
34
35
antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif, lansia dengan tingkat pendidikan
rendah cenderung memiliki masalah kognitif dibandingkan dengan lansia yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi.56
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia (p=0.000). Lansia yang
melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dan berat cenderung mempunyai fungsi
kognitif yang baik. Hal yang sama dijumpai dalam 6 penelitian yang dilakukan
Milfa, Blonde, Baker, Allison, Middleton dan Tung Wai.7,57-61 Aktivitas fisik
berhubungan dengan menurunnya risiko terkena demensia sampai 18% dan semakin
berat tingkat aktivitas fisik lansia akan memperlambat penurunan fungsi kognitifnya.
Erickson dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin jauh seseorang
berjalan berhubungan dengan lebih besarnya volume substansia grisea sembilan
tahun kemudian.62
Hasil odds ratio penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan aktivitas
fisik sangat ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali (96,1%) untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif. Hasil tersebut sejalan dengan tiga penelitian di
Amerika Serikat yaitu penelitian tahun 2004 oleh Weuve, tahun 2010 oleh Geda, dan
tahun 2001 oleh Yaffe.39,63-64 Dalam ketiga penelitian tersebut dikatakan bahwa nilai
odds ratio untuk kejadian penurunan fungsi kognitif lebih rendah pada lansia yang
aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa, di Pedukuhan Murangan
lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat mempunyai kemungkinan
lebih kecil (3,9%) untuk mengalami penurunan fungsi kognitif.
Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh
secara signifikan terhadap fungsi kognitif (p=0,000). Pengaruh aktivitas fisik
terhadap fungsi kognitif lansia adalah sebesar 33%. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bherer dkk yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik
mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan melakukan aktivitas fisik terjadi
peningkatan pelepasan brain-derived neurotrophic factor (BDNF). BNDF berfungsi
menjaga fungsi otak antara lain sebagai neuroprotektif, neuroplastisitas,
meningkatkan volume hippocampus serta mempengaruhi memori dan kemampuan
belajar.6
Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga mencari hubungan aktivitas sosial
terhadap fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan
bermakna antara tingkat aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia (p=0,000).
36
Selain ditemukannya hubungan bermakna antara tingkat aktivitas sosial dan fungsi
kognitif lansia, hasil odds ratio penelitian ini juga menunjukan bahwa bahwa lansia
yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2 kali
(97,6%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Artinya lansia yang aktif dalam
aktivitas sosial memiliki resiko lebih rendah (2,4%) untuk mengalami pnurunan
fungsi kognitif. Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian oleh James
(2011) dan Yoqing (2012) yang menyatakan bahwa lansia yang aktif berpartisipasi
dalam kegiatan sosial mempunyai skor fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang kurang aktif berpartisipasi.26,65
Hasil analisis regresi sederhana penelitian ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif sebesar
25,4%. Hasil yang sama diungkapkan dalam Foubert dkk dalam penelitiannya
terhadap lansia di Perancis yang menyimpulkan bahwa aktivitas sosial berpengaruh
terhadap penurunan resiko kejadian dimensia.66 Teori tentang pengaruh aktivitas
sosial terhadap fungsi kognitif dijelaskan oleh Glass dkk dalam penelitiannya
terhadap lansia di Amerika. Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi
seorang yang dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem mesolimbik sehingga
mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.47
Penelitian yang dilakukan pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Pertama,
pengukuran aktivitas fisik dan sosial responden dilakukan berdasarkan laporan
ingatan responden sehingga memungkinkan terjadinya bias recall.
BAB VII
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dengan mengacu
pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
aktif melakukan aktivitas fisik sedang dan berat (72,2%).
2. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
aktif melakukan aktivitas sosial ( 81,5%).
3. Sebagian besar (56,5%) lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY tidak mempunyai gangguan fungsi kognitif.
4. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan sosial dengan fungsi
kognitif lansia (p=0,000) di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY.
5. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang lebih besar (33%) terhadap
fungsi kognitif dibandingkan dengan aktivitas sosial (25,4%) pada
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
6. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif
(p=0,367). Sementara itu terdapat hubungan antara usia (p=0,004) dan
pendidikan (p=0,000) dengan fungsi kognitif pada lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
7.2. Saran
Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya :
1. Untuk menghindari adanya bias recall, peneliti mengharapkan adanya
penelitian lebih lanjut dengan metode observasi dalam periode waktu
tertentu terhadap aktivitas fisik dan sosial yang dilakukan lansia.
2. Dapat dilakukan perlakukan terhadap kelompok yang ingin diteliti
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Misalnya, peneliti
dapat membentuk kelompok lansia yang melakukan senam dan
kegiatan penyaluran hobi kemudian dibandingkan dengan lansia lain
yang tidak ikut berpartisipasi.
37
38
39
40
23. Papila DE. Aging Psychology Aspects. In: Stems HL, Teldman RD, Camp CJ,
editor. Adult Development And Aging.Ed 2. McGraw-Hill. New York; 2002.
p.32.
24. Marthuranath PS, George A, Cherian PJ, Mathew R, Sarma PS. Instrumental
activities of daily living scale for dementia screening in elderly people. Journal
International Psyhogeriatrics. 2004;3:461-74.
25. [BkkBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pembinaan
Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia. Ed ke 6. Direktorat Bina Ketahanan
Keluarga Lansia dan Rentan. Jakarta; 2012.
26. James BD, Wilson RS, Barnes LL, Bennett DA. Late-life social activity and
cognitive decline in old age. Journal of the International Neuropsychological
Society. 2011;17:998–1005.
27. Puspita, Noviana, Dewi, Lukita Z. Perbedaan Tingkat Worry Antara Lansia
yang Mengikuti Aktivitas Sosial dan Tidak Mengikuti Aktivitas Sosial
[thesis]. Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya. Jakarta; 2006.
28. Wang H-X, Karp A, Winblad B, Fratiglioni L. Late-life engagement in social
and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: a
longitudinal study from the Kungsholmen project. Am J Epidemiol.
2002;155:1081–7.
29. Glei DA, Landau DA, Goldman N, Chuang YL, Rodríguez G, Weinstein M.
Participating in social activities helps preserve cognitive function: an analysis
of a longitudinal, population-based study of the elderly. Int J Epidemiol.
2005;34:864–71.
30. Darmono S. Kesadaran dan kognisi. Dalam: Elvira DS, Hadisukanto G,
editor. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke 2. Jakarta. FKUI. 2013. h.63.
31. Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LP, Lopez OL, Carlson M.
Physical activity, APOE genotype, and dementia risk: findings from the
cardiovascular health cognition study. Am J Epidemiol. 2005;161:639–51.
32. Sidiarto, Jokosetio. Proses ingat dan lupa. Dalam: Sribawa S, editor. Memori
Anda Setelah Usia 50. Jakarta. Universitas Indonesia. 2003. h.30.
33. Glisky EL. Changes in cognitive function in human aging. In: Riddle DR.
Brain Aging: Models, Methods, and Mechanisms [ebook]. Boca Raton
(FL): CRC Press; 2007.
42
34. Myers JS. Factors associated with changing cognitive function in older
adults: implications for nursing rehabilitation. Rehabil Nurs. 2008;33:117–
23.
35. Akdag B, Telci EA, Cavlak U. Factors affecting cognitive function in older
adults: a Turkish sample. International Journal of Gerontology. 2013;7:137–41.
36. Siti PS. Berbagai perubahan kognitif. Dalam: Psikologi Usia Lanjut.
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 2011. h.68.
37. Folstein MF, Folsten SF, McHugh PR. Mini-mental state : a practical
method for grading the cognitive state of patients for the clinician. J
Psychiatr Res. 1975;12:189-98.
38. Rogers RL, Meyer JS, Mortel KF. After reaching retirement age physical
activity sustains cerebral perfusion and cognition. J Am Geriatr Soc.
1990;38:123–8.
39. Weuve J, Kang JH, Manson JE, Breteler MM, Ware JH, Grodstein F. Physical
activity, including walking, and cognitive function in older women. JAMA.
2004: 292;1454–61.
40. Rasmussen P, Brassard P, Adser H. Evidence for a release of brain-derived
neurotrophic factor from the brain during exercise. Exp Physiol. 2009;94:1062-
69.
41. Vayman D, Gomez PF. License to run: exercise impacts functional plasticity in
the intact and injuried central nervous system by using neurothropines.
Neurorebabil Neural Repair. 2005;19:283-95.
42. Seifert T, Brassard P, Wissenberg M. Endurance training enhance BDNF
release from the human brain. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.
2010;298:372-77.
43. Cassilhas RC, Viana VA, Grassmann V. The impact of resistance exercise on
the cognitive function of the elderly. Med Sci Sports Exerc. 2007;39:1401-7.
44. Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LO, Lopez OL, Carlson M et al.
Physical activity, APOE genotype, and dementia risk : findings from the
cardiovascular health cognition study. Am J Epidemol. 2005;161:639-51.
45. Colcombe SJ, Ericson KI, Raz N, Webb AG, Cohen NJ, McAuley E et al.
Aerobic exercise training increases brain volume in aging humans. J Gerontol
A Bio Sci med Sci. 2003;58:176-80.
43
58. Baker LD, Prank LL, Foster SK, Green PS, Wilkinson CW, McTiernan A et al.
Effects of aerobic exercise on mild cognitive impairment: a controlled trial.
Arch Neurol. 2010;67:9-71.
59. Allison J, Soham Al, Saad M, Kyriakos S, James E, Graham et al. Role of
physical activity in reducing cognitive decline in older mexican-american
adults. J Ant Geriatr Soc. 2014;62:1786-91.
60. Middleton LE, Manini TM, Simonsic EM, Harris TB, Tamara B, Deborah E et
al. Activity energy expenditure and incident cognitive impairment in older
adults. Arch Intern Med. 2011;171:1251–7.
61. Tung WA, Timothy K, Jenny L, Ping CL, Jason L, Jean W. Functional decline
in cognitive impairment-the relationship between physical and cognitive
function. Neuroepidemiology. 2008;31:167-73.
62. Erickson KI, Raji CA, LopezOL, Becker JT, Rosano C, Newman AB et al.
Physical activity predicts gray matter volume in late adulthood. Neurology.
2010;75:1415-22.
63. Geda YE, Roberts RO, Knopman DS, Teresa J, Christianson TJ, Pankratz VS
et al. Physical exercise, aging, and mild cognitive impairment: a population-
based study. Arch Neurol. 2010:67;80–6.
64. Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. A prospective study of
physical activity and cognitive decline in elderly women: women who walk.
Arch Intern Med. 2001:161;1703–8.
65. Yoqing H, Lei X, Smith JP, Zhao Y. Effects of social activities on cognitive
functions: evidence from charls [Working Paper]. 2012
66. Foubert S, Goffl L, Helmer C, K Pérès1, Orgogozo JM, Barberger G et al.
Change in leisure and social activities and risk of dementia in elderly cohort. J
Nutr Health Aging. 2014:18;876-82.
LAMPIRAN
45
46
Lembar Persetujuan
Kuisioner Aktivitas Fisik dan Aktivitas Sosial terhadap Fungsi Kognitif
pada Lansia
Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas fisik dan
sosial serta untuk mengetahui tingkat fungsi kognitif dari Bapak / Ibu. Bapak / Ibu
akan diwawancarai tentang beberapa hal mengenai aktifitas fisik dan sosial yang
biasanya dilakukan. Setelah itu akan dilakukan tes sederhana untuk mengetahui
tingkat fungsi kognitif Bapak/Ibu. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
penjelasan tentang pengaruh positif aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif, sehingga dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Informasi yang Bapak / Ibu berikan bersifat rahasia dan tidak akan kami sebarkan.
Yogyakarta, ………………………………
Responden Pewawancara
(…………………..........) (…………………..........)
47
Aktivitas Fisik
FORMULIR SATU KALI 24 JAM RECALL AKTIVITAS FISIK
Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja yang
Bapak/Ibu lakukan setiap hari selama 24 jam.
Aktivitas Sosial
9. Apakah Bapak / Ibu dalam 3 bulan ini mengunjungi teman atau relasi?
Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
Tidak
10. Apakah Bapak / Ibu terlbat dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial seperti
mengunjungi orang sakit, mengunjungi panti jompo, mengajar anak-anak dan
kegiatan sejenisnya?
Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
Tidak
49
Kuisioner MMSE
I ORIENTASI 1 Hari
2 Tanggal
3 Bulan
4 Tahun
5 Musim
6 Ruangan saat ini
7 Alamat
8 Kota
9 Propinsi
10 Negara
II REGISTRASI 11 Bola
12 Melati
13 Kursi
III ATENSI/KALKULASI 14 93 atau A
15 86 atau I
16 79 atau N
17 72 atau U
18 65 atau D
IV MEMORI 19 Bola
20 Melati
21 Kursi
V BAHASA 22 Jam Tangan
23 Pensil
24 Namun, tanpa dan bila
25 Ambil kertas ini dengan
tangan kanan
26 Lipatlah menadi dua dan
27 Letakkan di lantai
28 Tutup mata anda
29 (tulis kalimat lengkap S+P)
VI KONSTRUKSI 30 Ikuti gambar di bawah ini
Total skor
Daftar Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Aktivitas
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Aktivitas Fisik Sosial Kognitif1 Kognitif2
1 perempuan 70 tidak sekolah sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
2 perempuan 61 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
3 perempuan 61 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
4 perempuan 67 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
5 perempuan 80 tidak tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
6 laki-laki 76 tamat sd Sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
7 perempuan 65 tidak tamat sd Berat aktif normal tidak ada
8 perempuan 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
9 perempuan 73 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
10 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
11 perempuan 69 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
12 laki-laki 69 tamat smp berat aktif normal tidak ada
13 perempuan 61 tamat smp berat aktif normal tidak ada
14 perempuan 74 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan
15 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
16 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
17 perempuan 73 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
18 laki-laki 76 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
19 perempuan 71 tamat smp ringan aktif gangguan kognitif ringan
20 laki-laki 72 tamat perguruan tinggi ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
21 perempuan 72 tamat smp sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
22 perempuan 76 tamat sma sedang aktif normal tidak ada
23 laki-laki 72 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan
50
24 perempuan 70 tidak sekolah berat kurang aktif gangguan kognitif ringan
25 laki-laki 78 tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
26 perempuan 70 tidak sekolah berat kurang aktif gangguan kognitif ringan
27 perempuan 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
28 laki-laki 86 tidak sekolah ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
29 perempuan 62 tidak tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
30 perempuan 67 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
31 laki-laki 69 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
32 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
33 perempuan 65 tamat sd berat aktif normal tidak ada
34 laki-laki 73 tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
35 laki-laki 62 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
36 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
37 perempuan 64 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
38 laki-laki 73 tamat smp ringan aktif gangguan kognitif ringan
39 laki-laki 74 tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
40 laki-laki 63 tamat sma berat aktif normal tidak ada
41 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
42 perempuan 70 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
43 laki-laki 64 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
44 laki-laki 62 tamat sma berat aktif normal tidak ada
45 laki-laki 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
46 laki-laki 72 tamat perguruan tinggi ringan aktif normal tidak ada
47 laki-laki 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
48 laki-laki 65 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
51
49 perempuan 68 tamat smp berat aktif normal tidak ada
50 perempuan 74 tamat perguruan tinggi sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
51 perempuan 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
52 laki-laki 68 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
53 perempuan 78 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan
54 perempuan 85 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
55 laki-laki 73 tidak sekolah sedang aktif gangguan kognitif ringan
56 perempuan 68 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
57 perempuan 72 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
58 laki-laki 62 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
59 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
60 laki-laki 66 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
61 laki-laki 75 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
62 laki-laki 73 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
63 laki-laki 65 tamat smp berat aktif normal tidak ada
64 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
65 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
66 laki-laki 60 tidak sekolah berat aktif normal tidak ada
67 laki-laki 70 tamat smp ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
68 laki-laki 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
69 perempuan 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
70 perempuan 88 tidak sekolah sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
71 laki-laki 87 tidak sekolah sedang aktif gangguan kognitif berat
72 laki-laki 67 tamat smp sedang aktif normal tidak ada
73 perempuan 65 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
52
74 perempuan 65 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
75 laki-laki 78 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
76 laki-laki 79 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
77 perempuan 86 tidak sekolah sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
78 perempuan 63 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
79 perempuan 78 tidak sekolah ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
80 perempuan 69 tamat sma berat aktif normal tidak ada
81 perempuan 70 tamat smp ringan kurang aktif normal tidak ada
82 laki-laki 79 tamat smp sangat ringan aktif normal tidak ada
83 laki-laki 90 tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif berat
84 perempuan 75 tidak sekolah ringan aktif gangguan kognitif ringan
85 perempuan 85 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif berat
86 laki-laki 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
87 perempuan 64 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
88 perempuan 67 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
89 laki-laki 74 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
90 perempuan 65 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
91 laki-laki 73 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
92 laki-laki 63 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
93 perempuan 66 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
94 perempuan 70 tamat sd berat aktif normal tidak ada
95 perempuan 76 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
96 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
97 laki-laki 62 tamat sd berat aktif normal tidak ada
98 perempuan 62 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
53
99 laki-laki 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
100 laki-laki 66 tamat sd berat aktif normal tidak ada
101 laki-laki 67 tidak tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
102 perempuan 62 tidak tamat sd ringan aktif gangguan kognitif ringan
103 perempuan 72 tamat sd sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
104 laki-laki 73 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
105 perempuan 66 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
106 laki-laki 76 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
107 perempuan 68 tamat sma berat aktif normal tidak ada
54