Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI KOGNITIF

PADA LANSIA DI PEDUKUHAN MURANGAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI


DIY

THE EFFECT OF PHYSICAL AND SOCIAL ACTIVITY TO COGNITIVE FUNCTION ON


ELDERLY AT PEDUKUHAN MURANGAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DIY

Theresia Herestuwito Naru, Dyonesia Ary Harjanti, Nelly Tina Widjaja, Yuda Turana.

1. Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No.2, Jakarta
Utara 14440, Indonesia.

Korespondensi:
Theresia Herestuwito Naru
Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jalan Pluit Raya No.2
Telp: 082112749797
Email : theresiaherestuwito@gmail.com

1
ABSTRAK

Pendahuluan. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah dengan populasi lansia terbanyak di
Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan meningkatnya prevalensi
gangguan degeneratif, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Aktivitas fisik dan
aktivitas sosial memiliki peran dalam mencegah penurunan fungsi kognitif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan aktivitas sosial terhadap
fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Metode. Desain penelitian deskriptif analitik, dengan metode cross sectional. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Jumlah responden yang dilibatkan
sebanyak 107. Populasi penelitian adalah lansia usia ≥ 60 tahun di Pedukuhan Murangan,
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner,
selanjutnya dianalisis dengan uji Chi Square dan analisis regresi sederhana.
Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan sosial dengan fungsi
kognitif (p=0,000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). Aktivitas fisik berpengaruh terhadap fungsi
kognitif sebesar 33%, aktivitas sosial berpengaruh terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%.
Simpulan. Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam menurunkan resiko terjadinya gangguan
fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Namun
aktivitas fisik memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan aktivitas sosial.

Kata kunci : Aktivitas fisik, aktivitas sosial, fungsi kognitif, lansia.

2
ABSTRAK

Backround. Yogyakarta province had the highest number of elderly population in Indonesia. The
increasing number of elderly population would increase the prevalence of degeneration
disorder, such as degraded cognitive function. Physical and social activity had a contribution to
prevent degraded cognitive function. The goal of this research was to learn about the effect of
physical and social activity to cognitive function in elderly population at Pedukuhan Murangan,
Sleman sub-province, Yogyakarta province.
Methods. Analytic descriptive, cross sectional study. All of the samples were taken by stratified
random sampling. Total of the respondents were 107. The research population was elderly more
than 60 y.o. in Pedukuhan Murangan, Sleman sub-province, Yogyakarta province. A
questionnaire was used to collect all of the data then would be analyzed with Chi Square test and
simple regression analyze.
Result. There was a significant correlation between physical and social activity level with
cognitive function (p=0.0000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). The influence of physical
activity to the cognitive function was 33%, the influence of social activity to cognitive function
was 25.4%.
Conclusion. Physical and social activity had effects on reducing the risk of cognitive function
disorder, but physical activity had bigger influence than social activity.

Key Words : Physical activity, social activity, cognitive function, elderly.

3
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat dari persentase
penduduk lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 yang telah mencapai diatas 7% dari keseluruhan
penduduk.1,2 Salah satu daerah di Yogyakarta dengan angka UHH yang tertinggi di Indonesia
adalah Kabupaten Sleman. UHH penduduk di Kabupaten Sleman mencapai 75,6 tahun, sedangkan
UHH di tingkat Provinsi DIY adalah 73,2 tahun. Adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59
tahun) sejumlah 53.146 (4,87%) jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sejumlah 55.967 (5,13%)
jiwa, dari total penduduk 1.090.567 jiwa.3,4 Bertambahnya jumlah populasi lansia akan
menyebabkan meningkatnya prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya ialah penurunan fungsi
kognitif. Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat dicegah dengan melibatkan lansia pada
kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi otak seperti terlibat dalam aktivitas sosial, aktivitas fisik
dan aktivitas mental.5
Fatmah dalam bukunya yang berjudul “Gizi Usia Lanjut” menyebutkan bahwa lansia
merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu.6 Undang-Undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan maupun yang sudah tidak potensial lagi yang hidupnya
tergantung pada bantuan orang lain.7
Aktifitas fisik dinilai dapat meningkatkan peredaan darah serta suplai nutrisi dan perfusi ke
otak, peningkatan level dopamine, meningkatkan lipoprotein serta meningkatkan produksi
endhotelial nitric oxide.8 Efek langsung terhadap otak yaitu memelihara struktur saraf dan
meningkatkan perluasan serabut saraf, sinaps dan kapilaris. sehingga mengurangi resiko terjadinya
penurunan fungsi kognitif.9 Pada aktifitas fisik terjadi peningkatan faktor neurotropic salah satunya
yaitu produksi Brain-Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang berperan banyak dalam menjaga
fungsi otak antara lain sebagai mediator penghubungan sel saraf dan, sebagai neuroprotektif,
neuroplastisitas, serta dapat meningkatkan volume hippocampus.10 Peningkatan produksi Insulin
Like Growth Factor (IGF-1) juga memainkan peranan yang baik dalam neurogenesis dan
angiogenesis terutama dalam hal meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan saraf. Level serum
IGF-1 juga meningkat pada lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat selama 6
bulan.11 Selain itu aktivitas fisik juga meningkatkan level high density lipoprotein (HDL) yang
dianggap terlibat dalam mempertahankan integritas sistem saraf dan fungsi kognitif.12 Bherer dan

4
kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan MRI terhadap 165 lansia non-demensia,
menemukan bahwa peningkatan aktifitas kebugaran berhubungan dengan struktur hippocampus
yang berkorelasi dengan peningkatan fungsi memori yang lebih baik.5
Pada lansia, mereka yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial diketahui dapat
membantu menstimulasi fungsi kognitif dan memperlambat terjadinya kepikunan. Aktifitas sosial
mendatangkan efek positif bagi psikologi seseorang dintaranya menimbulkan rasa kepercayaan diri,
sehingga berdampak baik bagi fungsi kognitif lansia. Efek positif tersebut dapat mengaktifasi
struktur neural dan sistem mesolimbik sehingga mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.13,14
Sebuah penelitian di California menemukan bahwa koneksi sosial yang aktif merupakan faktor
protektif bagi fungsi kognitif seseorang. Aktifitas dan koneksi sosial bahkan berperan dalam
memperlambat kejadian demensia dan penyakit Alzheimer.15

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama 25 hari pada tanggal 10 Desember 2014 – 3 Januari 2015 di
Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik,
cross sectional dan subjek dipilih berdasarkan stratified random sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh lansia usia ≥ 60 tahun pertanggal 10 Desember 2014 dan bertempat tinggal di
Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang memenuhi kriteria inklusi. Total
responden yang menjadi subjek penelitian adalah 107 orang yang berasal dari 13 RT. Peneliti akan
melakukan wawancara menggunakan instrument kuisioner selama ± 30 menit. Jika terdapat
kesulitan dalam menggunakan bahasa, maka peneliti meminta bantuan penerjemah untuk
menterjemahkan kuisioner kedalam bahasa Jawa.
Data yang terkumpul pada kuisioner diperiksa kelengkapan, kejelasan jawaban, relevansi,
dan kekonsistenan dalam menjawab. Data tersebut kemudian dimodifikasi menjadi data yang
dapat dengan mudah dianalisis lebih lanjut. Setelah pengisian kuisioner telah selesai dilakukan
maka dilakukan pemrosesan data agar data dapat dianalisis. Data kemudian dimasukkan ke dalam
komputer (proses entry). Data entry ini akan dilakukan dengan program komputer, yaitu SPSS.
Sebelum diolah, data perlu dilakukan clean up untuk mencegah terjadinya kesalahan waktu
memasukkan data. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis Chi Square dan analisis regresi sederhana.

5
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan karakteristik
Karakteristik n %
Jenis kelamin Perempuan
59 55,1
Laki-laki 48 44,9
Usia 60-74 86 80,4
75-90 21 19,6
Tingkat pendidikan ≤SMP 73 68,2

≥SMP 34 31,8
Tingkat aktivitas fisik Sangat ringan 16 14,8
Ringan 13 12
Sedang 16 14,8
Berat 62 57,4
Tingkat aktivitas sosial Kurang aktif 20 18,5
Aktif 87 81,5
Gangguan fungsi kognitif Berat 6 5,5
Ringan 40 38
Tidak ada 61 56,5
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa angka distribusi subjek dikelompokan berdasarkan
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat aktvitas fisik, tingkat aktivitas sosial, dan gangguan
fungsi kognitif. Dari 107 responden, terdapat 6 responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif,
40 responden gangguan fungsi kognitif ringan dan 62 responden tidak memiliki gangguan fungsi
kognitif.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif Lansia.
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % n % N %
Jenis Kelamin Perempuan 24 52,2 35 57,4 59 55,1 0,367 0,81
Laki-laki 22 47,8 26 42,6 48 44,9
Total 46 100 61 100 107 100

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 2, diketahui bahwa secara statistik variabel jenis
kelamin dengan fungsi kognitif lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai
p=0,367 (p>0,05). Lansia perempuan yang memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 24
(52,2%) orang dan lansia laki-laki yang memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 22 (47,8%)
orang.

6
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Usia dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % N % n %
Usia 60-74 31 67,4 55 90,2 86 80,4 0,004 0,225
75-90 15 32,6 6 9,8 21 19,6
Total 46 100 61 100 107 100

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 3, diketahui bahwa secara statistik variabel jenis
kelamin dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,004
(p<0,05). Lansia usia 60-74 tahun yang memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak
(67,4%) dibandingkan dengan lansia usia 75-90 tahun (32,6%). Nilai OR 0,225 menjelaskan bahwa
lansia dengan usia 75-90 tahun mempunyai kemungkinan 22,5 kali (95,7%) untuk mengalami
gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lansia usia 60-74 tahun.

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Tingkat Pendidikan


dengan Fungsi Kognitif Lansia

Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % N % n %
Tingkat Pendidikan Rendah 44 95,7 29 47,5 73 68,2 0,000 22,7
Tinggi 2 4,3 32 52,5 34 31,8
Total 46 100 61 100 107 100

Dari hasil analisis yang terdapat pada tabel 4, diketahui bahwa secara statistik variabel
pendidikan dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,000
(p<0,005). Lansia berpendidikan rendah yang memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih
banyak (95,7%) dibandingan dengan lansia yang berpendidikan tinggi (4,3%). Nilai OR 22,7
menunjukan bahwa lansia dengan pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 22,7 kali (95,7%)
untuk mengalami gangguan fungsi kognitif.

7
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia

Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % N %
Fisik Sangat ringan + ringan 26 56,5 3 4,9 29 27,1 0,000 25,1
Sedang + berat 20 43,4 58 95,1 78 72,9
Total 46 100 61 100 107 100

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5, diketahui bahwa secara statistik kedua variabel
mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia dengan
nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 25,1. Hal ini menunjukan bahwa lansia
dengan aktivitas fisik sangat ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 25,1 juga dapat diinterpretasikan bahwa
probabilitas lansia yang mempunyai aktivitas fisik sangat ringan dan ringan untuk mengalami
gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 96,1 %.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Aktivitas Sosial


dengan Fungsi Kognitif Lansia

Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % N %
Sosial Kurang aktif 19 41,3 1 1,6 20 18,7 0,000 42,2
Aktif 27 58,6 60 98,3 87 81,3
46 100 61 100 107 100

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 6 diketahui bahwa kedua variabel mempunyai
hubungan yang bermakna antara aktivitas sosial dengan fungsi kognitif lansia dengan nilai p=0,000
(p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 42,2. Hal ini menunjukan bahwa lansia yang kurang aktif
melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2 kali untuk mengalami gangguan fungsi
kognitif. Nilai OR sebesar 42,2 juga dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas lansia yang kurang
melakukan aktivitas sosial untuk mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 97,6 %.

8
Tabel 7. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif

Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,330 0,000

Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 7 diketahui bahwa nilai
signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas fisik berpengaruh
secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari
nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,330 mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap
fungsi kognitif lansia adalah sebesar 33%.

Tabel 8. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif

Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,254 0,000

Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 8 diketahui bahwa nilai
signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas sosial berpengaruh
secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari
nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,254 mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap
fungsi kognitif lansia adalah sebesar 25,4%.

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi
DIY usia rata-rata terbanyak responden ialah 60-74 (80,4%) tahun dengan usia tertinggi 90 tahun.
Rata-rata responden berjenis kelamin perempuan (55,1%) dengan pendidikan terakhir terbanyak
ialah berpendidikan rendah (68,2%). Kebanyakan responden aktif melakukan aktivitas fisik dan
aktivitas sosial sehingga lebih banyak lansia yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif.
Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
fungsi kognitif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk yang
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil skor penilaian fungsi verbal dan memori pada lansia
pria dan wanita.16 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafael dkk di
Peru, dalam penelitiannya fungsi kognitif pada lansia wanita lebih baik daripada lansia pria dalam

9
hal memori dan perintah, sedangkan fungsi kognitif lansia pria lebih baik dari wanita dalam hal
orientasi dan visiospasial.17
Selain faktor jenis kelamin, faktor lain yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia adalah
usia dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
usia dengan fungsi kognitif lansia serta tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif lansia. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yao yang mengatakan bahwa usia
merupakan faktor risiko bagi kognisi pada lansia dan menjadi faktor utama bagi penurunan
kemampuan kognitif lansia.18
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat aktivitas
fisik dengan fungsi kognitif lansia (p=0.000). Lansia yang melakukan aktivitas fisik intensitas
sedang dan berat cenderung mempunyai fungsi kognitif yang baik. Hal yang sama dijumpai dalam
6 penelitian yang dilakukan Milfa, Blonde, Baker, Allison, Middleton dan Tung Wai.19-24 Aktivitas
fisik berhubungan dengan menurunnya risiko terkena demensia sampai 18% dan semakin berat
tingkat aktivitas fisik lansia akan memperlambat penurunan fungsi kognitifnya. Erickson dkk dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin jauh seseorang berjalan berhubungan dengan lebih
besarnya volume substansia grisea sembilan tahun kemudian.25
Hasil odds ratio penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan aktivitas fisik sangat
ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali (96,1%) untuk mengalami gangguan fungsi
kognitif. Hasil tersebut sejalan dengan tiga penelitian di Amerika Serikat yaitu penelitian tahun
2004 oleh Weuve, tahun 2010 oleh Geda, dan tahun 2001 oleh Yaffe.9,26-27 Dalam ketiga penelitian
tersebut dikatakan bahwa nilai odds ratio untuk kejadian penurunan fungsi kognitif lebih rendah
pada lansia yang aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa, di Pedukuhan
Murangan lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat mempunyai kemungkinan lebih
kecil (3,9%) untuk mengalami penurunan fungsi kognitif.
Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kognitif (p=0,000). Pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif lansia adalah
sebesar 33%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bherer dkk yang
menyimpulkan bahwa aktivitas fisik mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan melakukan
aktivitas fisik terjadi peningkatan pelepasan brain-derived neurotrophic factor (BDNF).5
Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga mencari hubungan aktivitas sosial terhadap fungsi
kognitif lansia. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan bermakna antara tingkat aktivitas

10
sosial terhadap fungsi kognitif lansia (p=0,000). Selain ditemukannya hubungan bermakna antara
tingkat aktivitas sosial dan fungsi kognitif lansia, hasil odds ratio penelitian ini juga menunjukan
bahwa bahwa lansia yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2
kali (97,6%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Artinya lansia yang aktif dalam aktivitas
sosial memiliki resiko lebih rendah (2,4%) untuk mengalami pnurunan fungsi kognitif. Hal yang
sama juga diungkapkan dalam penelitian oleh James (2011) dan Yoqing (2012) yang menyatakan
bahwa lansia yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial mempunyai skor fungsi kognitif lebih
tinggi dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif berpartisipasi.28-29
Hasil analisis regresi sederhana penelitian ini menjelaskan bahwa variabel aktivitas sosial
berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%. Hasil yang sama
diungkapkan dalam Foubert dkk dalam penelitiannya terhadap lansia di Perancis yang
menyimpulkan bahwa aktivitas sosial berpengaruh terhadap penurunan resiko kejadian dimensia.30
Penelitian yang dilakukan pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman,
Provinsi DIY ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Pertama, pengukuran aktivitas
fisik dan sosial responden dilakukan berdasarkan laporan ingatan responden sehingga
memungkinkan terjadinya bias recall.

SIMPULAN
Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang lebih besar (33%) terhadap fungsi kognitif
dibandingkan dengan aktivitas sosial (25,4%) pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dyonesia Ary Harjanti Sp.P.A dan dr. Nelly
Tina Widjaja M.S yang telah memberikan masukan pada penulisan ini, serta semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta; 2013.
2. Siti PS. Usia lanjut di Indonesia. Dalam: Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta. Universitas Gajah
Mada;2011. h.4-7.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Kesehatan Usia Lanjut [Internet]. [cited 2014 Feb 2011].
Available from: http://dinkes.slemankab.go.id/kesehatan-usia-lanjut.
4. Pemerintah Kabupaten Sleman. Bina Keluarga Lansia, Upaya Pemerintah Maksimalkan
Kesejahteraan Lansia [Internet]. [cited 2014 Feb 2013]. Available from:
http://www.slemankab.go.id/3411/bina-keluarga-lansia-upaya-pemerintah-maksimalkan-
kesejahteraan-lansia-sleman-2.slm.
5. Bherer L, Erickson KI, Liu-Ambrose T. A review of the effects of physical activity and
exercise on cognitive and brain functions in older adults. Journal of Aging Research.
2013;1-8.
6. Fatmah. Aktivitas fisik dan olahraga bagi lansia. Dalam: Astikawati R, editor. Gizi Usia
Lanjut. Jakarta: Erlangga; 2010. h.166-8.
7. Endang S. Menuju Lansia Paripurna. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. Jakarta; 2014.
8. Rogers RL, Meyer JS, Mortel KF. After reaching retirement age physical activity sustains
cerebral perfusion and cognition. J Am Geriatr Soc. 1990;38:123–8.
9. Weuve J, Kang JH, Manson JE, Breteler MM, Ware JH, Grodstein F. Physical activity,
including walking, and cognitive function in older women. JAMA. 2004: 292;1454–61.
10. Rasmussen P, Brassard P, Adser H. Evidence for a release of brain-derived neurotrophic factor
from the brain during exercise. Exp Physiol. 2009;94:1062-69.
11. Cassilhas RC, Viana VA, Grassmann V. The impact of resistance exercise on the cognitive
function of the elderly. Med Sci Sports Exerc. 2007;39:1401-7.
12. Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LO, Lopez OL, Carlson M et al. Physical activity,
APOE genotype, and dementia risk : findings from the cardiovascular health cognition study.
Am J Epidemol. 2005;161:639-51.
13. Siegrist J. Social productivity and well-being of older people: a sociological exploration. Social

12
Theory and Health. 2004;2:1–17.
14. Glass TA, de Leon CM, Marottoli RA, Berkman LF. Population based study of social and
productive activities as predictors of survival among elderly Americans. BMJ. 1999;319:478–
83.
15. Ristau S. People do need people: social interaction boots brain health in older age. Journal of
the American Society on Aging. 2011;35:70-6.
16. Thomas D, Ablert R, Cherly V, Jocelyn S, Galen J. Gender differences and cognition among
older adults. A Neurophys Cog. 2006;12:78-88.
17. Rafael N, Javier O. Gender differences in cognitive abilities among the elderly poor of Peru
[paper discussion]. Luxembourge. University of Luxembourge; 2014;1-21.
18. Yao S, Zeng H, Sun S. Investigation on status and influential factors of cognitive function of
the community-dwelling elderly in Changsha city. Journal of Gerontology and Geriatrics.
2009;49:329-34.
19. Milfa SM, Afriwardi, Rose DM. Hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi
kognitif pada usila di kelurahan jati kecamatan padang timur. Jurnal Kesehatan Andalas.
2014;3:202-5.
20. Blondell SJ, Hammersley-Mather R, Veerman JL. Does physical activity prevent cognitive
decline and dementia?: a systematic review and meta-analysis of longitudinal studies. BMC
Public Health. 2014;14:510.
21. Baker LD, Prank LL, Foster SK, Green PS, Wilkinson CW, McTiernan A et al. Effects of
aerobic exercise on mild cognitive impairment: a controlled trial. Arch Neurol. 2010;67:9-71.
22. Allison J, Soham Al, Saad M, Kyriakos S, James E, Graham et al. Role of physical activity in
reducing cognitive decline in older mexican-american adults. J Ant Geriatr Soc. 2014;62:1786-
91.
23. Middleton LE, Manini TM, Simonsic EM, Harris TB, Tamara B, Deborah E et al. Activity
energy expenditure and incident cognitive impairment in older adults. Arch Intern Med.
2011;171:1251–7.
24. Tung WA, Timothy K, Jenny L, Ping CL, Jason L, Jean W. Functional decline in cognitive
impairment-the relationship between physical and cognitive function. Neuroepidemiology.
2008;31:167-73.

13
25. Erickson KI, Raji CA, LopezOL, Becker JT, Rosano C, Newman AB et al. Physical activity
predicts gray matter volume in late adulthood. Neurology. 2010;75:1415-22.
26. Geda YE, Roberts RO, Knopman DS, Teresa J, Christianson TJ, Pankratz VS et al. Physical
exercise, aging, and mild cognitive impairment: a population-based study. Arch Neurol.
2010:67;80–6.
27. Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. A prospective study of physical activity
and cognitive decline in elderly women: women who walk. Arch Intern Med. 2001:161;1703–
8.
28. James BD, Wilson RS, Barnes LL, Bennett DA. Late-life social activity and cognitive decline
in old age. Journal of the International Neuropsychological Society. 2011;17:998–1005.
29. Yoqing H, Lei X, Smith JP, Zhao Y. Effects of social activities on cognitive functions:
evidence from charls [Working Paper]. 2012
30. Foubert S, Goffl L, Helmer C, K Pérès1, Orgogozo JM, Barberger G et al. Change in leisure
and social activities and risk of dementia in elderly cohort. J Nutr Health Aging. 2014:18;876-
82.

14

Anda mungkin juga menyukai