Laporan Pendahuluan - Ii - 1 - PT Sarana M PDF
Laporan Pendahuluan - Ii - 1 - PT Sarana M PDF
BAB II
METODOLOGI
Sesuai ketentuan didalam kerangka acuan kerja tentang tahapan dan aktifitas
utama pekerjaan, kegiatan-kegiatan pada tahap pertama dan tahap kedua
tersebut diatas diuraikan sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap ini konsultan menyiapkan personil inti dan personil
pendukung, peralatan untuk pengujian jalan, alat ukur dan formulir
standar untuk menunjang pelaksanaan survai. Alat-alat ukur dan
peralatan pengujian jalan sudah dikalibrasi dan dalam keadaan siap
untuk dipergunakan. Pelaksanaan pekerjaan dikoordinasi oleh Team
Leader dibantu oleh anggota tim.
3. Mobilisasi
Mobilisasi personil konsultan dilaksanan setelah SPMK diterbitkan
pada tanggal 26 September 2007 oleh Kepala SNVT Perencanaan
dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Provinsi Lampung.
Mobilisasi personil tidak dilaksanakan sekaligus, tetapi secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan, untuk lebih jelasnya
dapat diperiksa pada Gambar 2.1
Kegiatan koordinasi dan konsultansi antar instansi ini telah diatur dalam
kerangka acuan kerja, yang bertujuan menyamakan misi dan visi antara
instansi perencanaan dan pelaksanaan.
2. Inventarisasi Jembatan
1. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton ukuran 10x10x75 cm
atau pipa pralon ukuran 4” yang diisi dengan adukan beton dan
diatasnya dipasang neut dari baut.
Dipasang pada lokasi yang aman, kokoh dan mudah dicari
4. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistim tachimetri, mencakup
semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang
ada disepanjang jalur pengukuran
Untuk pengukuran situasi digunakan alat ukur theodolit
1. Test pit
2. Sondir
Sondir dilakukan sebanyak 20 titik. Titik-titik sondir ditetapkan pada
lokasi jembata < 11.00 m. Semua kondisi yang ada/ditemui selama
sondir dicatat termasuk level muka air tanah.
1. Sieve Analysis
Test analisa saringan bertujuan untuk mengetahui ukuran butiran
agar dapat ditentukan sifat dan klasifikasi tanahnya. Sifat tanah
dipakai untuk menentukan batas-batas plastisitas dan klasifikasi
dipakai untuk pemberian nama kepada jenis-jenis tanah tertentu.
Bahan pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan
Contoh-cantoh tanah diambil pada kedalaman lubang bor 1 m atau
1,8 m tergantung jenis tanah yang ditemui.
4. Compaction (Proctor)
Bahan pengujan adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan.
Cara pengambilan contoh tanah sebagaimana telah dijelaskan
diatas. Pengujian adalah untuk mengetahui :
i. Nilai swelling (setelah perendaman 4 hari)
ii. Kadar air optimum
iii. Berat isi kering maksimum ( dry max )
Test yang akan digunakan adalah Modified Compaction Test.
Berat isi kering maksimum atau dry max dipaki sebagai dasar
pelaksanaan pemadatan dilapangan.
Hasil survai detil dituangkan dalam Laporan Antara, isi laporan ini sudah
mengarah kepada final perencanaan teknik lengkap (full design), pada
tahap ini akan dibahas secara lebih terinci perkiraan output perencanaan
secara menyeluruh.
1. Dokumen Teknik
a. Nota Perhitungan merupakan hasil kajian dan perhitungan untuk :
Perkerasan Jalan, Drainase dan Struktur
2. Laporan Akhir
Atas dasar dokumen teknik disusun Laporan Akhir yang berisi :
i. Metoda Pelaksanaan Konstruksi
ii. Perkiraan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
iii. Perhitungan Volume Pekerjaan
iv. Perkiraan Biaya Konstruksi
3. Dokumen Pelelangan
Atas dasar laporan akhir, maka disusun dokumen pelelangan yang
mengacu kepada Kepmen PU No. 38/KPTS/1998
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3D3 + …
Dimana :
ITP = Index Tebal Perkerasan
a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Lapisan.
D1, D2, D3 = Tebal Lapisan.
ITP dihitung dengan cara Bina Marga dan AASHTO. Dari hasil kedua cara
tersebut diambil nilai yang terbesar.
4,0 - dpn
Kombinasi 16,5 2,5 4,0 1,3 2,2 12,0
9,0 - blk
9. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas, berfungsi:
Ruangan untuk tempat berhenti sementara.
11. Talud
Talud umumnya dibuat kemiringan 2 H : 1 V, atau dibuat sesuai dengan
landai yang arnan. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan,
rnungkin juga dibuat dinding penahan tanah (retaining wall).
KRITERIA KEAMANAN
j = jenis kendaraan
UR = Umur Rencana
i = Perkembangan lalu lintas
Air hujan (air) yang jatuh disuatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk
keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan
yang mengalir dipermukaan tanah dan mengalirkannya kedalam saluran
Rencana drainase dibagi menjadi dua sistem yang terpisah, yaitu sistem
drainase untuk hujan permulaan dan sistem drainase pokok.
1. Perkiraan run-off
Karena syarat drainase yang baik adalah amat penting untuk
pemeliharaan jalan dan keselamatan lalu lintas, maka ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
Drainase air permukaan termasuk air hujan, kemiringan tanggul dan
permukaan-permukaan lainnya dalam batas ROW.
Drainase tepi jalan termasuk air hujan pada tepi jalan dan areal
terdekat yang mempunyai pengaruh terhadap jalan.
Saluran terbuka dan saluran pembuangan yang melintang jalan.
a. f .I . A
Q
3,6
Q = Debit (m3/det)
A = Faktor penghitung
F = Koefisien run-off
A = Luas permukaan (km2)
I = Intensitas curah hujan
Koefesien
Jenis areal drainase
run-off
Kemiringan permukaan dan tepi jalan 0,9
Daerah perdagangan 0,8
Daerah industri dan pemukiman 0,5
Sawah ber-irigasi 0,5
Daerah pedesaan dan militer 0,3
Bukit dengan lereng landai 0,3
Daerah terbuka (hutan dan areal pemakaman) 0,2
V R 2 3 .S 1 2
A
R
P
Q = Debit banjir (m3/det)
V = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas tampang basah (m3)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Radius hidraulik (m)
S = Gradien rata-rata
P = Keliling basah (m)
5. Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran C ini sukar ditentukan secara tepat dan
memerlukan pertimbangan teknis dalam pemilihannya. Pemilihan
koefisien ini hams mempertimbangkan kemungkinan akan adanya
pembangunan dan pengembangan daerahnya dikemudian hari
Besarnya koefisien pengaliran dapat diambil seperti pada Tabel 2.3.
berikut :
Tabel 2.3 : Koefesien Pengaliran
Type daerah aliran C
Perumputan Tanah pasir, datar, 2% 0,05-0,10
Tanah pasir, rata-rata 2-7% 0,10-0,15
Tanah pasir, curam 7% 0,15-0,20
Tanah gemuk, datar 2% 0,13-0,17
Tanah gemuk, rata-rata 2-7% 0,18-0,22
Tanah gemuk, curam 7% 0,25-0,35
Busines Daerah kota lama 0,75-0,95
Daerah Pinggiran 0,50-0,70
Perumahan Daerah “single family” 0,30-0,50
“Multi units”, terpisah-pisah 0,40-0,60
“Multi unit”, tertutup 0,60-0,75
“Suburban” 0,25-0,40
Daerah rumah2 apartemen 0,50-0,70
Pertamanan, kuburan, 0,10-0,25
Tempat bermain, 0,20-0,35
Halaman kereta api, 0,20-0,40
Daerah yang tidak dikerjakan 0,10-0,30
Jalan Beraspal 0,70-0,95
Beton 0,80-0,95
Batu 0,70-0,85
6. Koefisien kekasaran
2) Analisis Hidrolika
a. Tentukan / pilih bentuk penampang basah dari alternatif sebagai
berikut:
Segi empat
Trapesium
Untuk perencanaan saluran dianjurkan perbandingan antara lebar
dasar saluran b dan tinggi air h sebagai berikut (Tabel 2.6) :
R 2 .S 1
Rumus Manning: V 3 2
n
R = Radius hidrolik dalam meter
S = Kemiringan dasar saluran
n = Koefisien kekasaran
2) Terjunan
b. Terjunan Miring
Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang
olakan dengan prinsip-prinsip “Hidraulic jump”.
Perencanaan struktur box culvert yang sesuai dengan keperluan, dalam arti
yang belum terdapat pada standard yang sudah ada, dilakukan perhitungan/
analisis struktur tersendiri oleh konsultan.
1. Modelisasi struktur
QD = b T2 / ( H B )
QD = Tekanan bottom slab (t/m2)
T2 = Tebal side wall (m)
H = Tinggi sebelah dalam culvert
B = Lebar sebelah dalam culvert (m)
i. Front wheels :
2xT
P
2,75
ii. Rear wheels :
2xT
P
2,75
iii. Distribusi beban :
P
PI
2D 0,3
PI = Live load top ceiling (t/m2)
8) Beban rencana
Model A Model B
Top Ceilling Top Ceilling
Qt = Pv + Wd+P Qt = Pv + Wd + PI
Bottom Slab Bottom Slab
2.T 2.H .c 2.T 2.H .c
QD Pv Wd QD Pv Wd
B 2.T 2 B 2.T 2
Side Wall Side Wall
Q1 = E1 Q1 = E1
Q2 = Ee Q2 = E2 + Ee
9) Check floating
Tekanan air bottom slab :
Wf = Hw (m) x 1 (t/m3) = Hw
Wf = Buoyancy (t/m2)
Hw = Tinggi original water level (m)
QD > Wf (OK)
4. Mekanika teknik
Side wall
1 1
RDA Q1.L Q2 L
3 2
1 1 1 x3
M x RDA .x Q2 .x 2 Q2 .x 2 Q2 .
2 2 6 L
dM x
M max : 0
dx
max = 0,75 b
200
max
fy
200
min fy
b 0,85 0,85 f ' c 87000
fy 87000 fy
200
min fy
b
b 0,85 0,85 f ' c 87000
fy 87000 fy
Angka penulangan pada keadaan leleh :
0,85. f ' c.d ' 87000 0,85. f ' c.d ' 87000
1 1 0,85
fy.d 87000 fy fy.d 87000 fy
5) Anggapan angka penulangan
6) Asumsi lengan momen
7) Luas tulangan tarik
Pekerjaan jalan dan jembatan umumnya tidak terlepas dari perlunya dinding
penahan tanah terutama pada daerah berbukit, timbunan, talud-talud dan
pada kepala jembatan.
1) Beban rencana
Berat sendiri tembok penahan.
Tekanan tanah.
Beban dibelakang dinding untuk jalan raya dianggap sebesar 1
T/m2 sebagai pembebanan kendaraan.
2) Kemantapan / stabilitas
Kontrol stabilitas guling.
Kontrol stabilitas geser.
Kontrol esentrisitas
Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi
3) Data dan ketentuan untuk perencanaan
Tinggi : h
Soil properties tanah timbunan
Soil properties tanah dasar dibawah telapak.
Koefesien gesekan antara telapak dan tanah dasar :
Berat satuan bahan
Sudut kemiringan tulud
Sudut kemiringan dinding sebelah dalam
Pendekatan dimensi dan asumsi
H–D =h
D = 1/6 H
B = 0,5 H
d = 0,5 D
7) Kontrol eksentrisitas
e = 0,5 B - x < 1/6 B
Mv M H
x
V
8) Kontrol kapasitas daya dukung telapak
V 6.V .e
qmax 2
B.L B L
V 6.V .e
qmin 2
B.L B L
a2
Nq
2. cos2 45
2
a e 0,75. tan
2
Nc = (Nq – 1) cot
N = 2 (Nq + 1) tan
2.4.6. Penggambaran
Gambar teknik diproduksi pada skala yang sesuai dan dalam detail yang
cukup mewakili lokasi secara utuh, tipologi, cakupan dan skala dari
pekerjaan yang diusulkan, termasuk batas konstruksi.
Detail khusus digambar untuk persinggungan dengan fasilitas lain yang ada,
seperti : jembatan, saluran drainase, jalur listrik, telepon, dan fasilitas
pendukung utama penting.
1. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan disiapkan dari perhitungan desain, gambar-gambar
dan spesifikasi, dalam sebuah format dan pada sebuah tingkatan rinci.
Hal ini ditinjau seteliti mungkin dari jumlah atau volume dari pekerjaan
yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
Setiap paket pekerjaan yang direncanakan dihitung volume pekerjaan
untuk tiap bagian sesuai masing-masing kontrak pelaksanaannya dan
dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan.
2. Perkiraan Biaya
Analisa harga satuan menggunakan metode Bina Marga (Kimpraswil)
dan acuan lain yang baku berdasarkan faktor-faktor : tenaga, material,
peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yang berlaku di
daerah setempat.
Perkiraan biaya yang diperoleh dari analisa ini dibandingkan dengan
proyek-proyek lainnya di daerah sekitar lokasi.