» Informasi Hukum
KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN
50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTRAK DAN
SANKSISANKSI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
26/02/2014 – 15:31
KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER,
PEMUTUSAN KONTRAK DAN SANKSISANKSI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
Bab I
Pendahuluan
Pada tanggal 1 Agustus 2012 ditetapkan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. dalam Perpres tersebut terdapat pasal yang memberikan kesempatan
penyelesaian pekerjaan selama 50 hari, yaitu Pasal 93 ayat (1) huruf a.1 dan a.2 yang menyatakan bahwa:
(1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
a.1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
a.2.setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender
sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan
ketentuan tersebut diatas merupakan ketentuan setelah mengalami perubahan sebagaimana diatur
sebelumnya dalam Perpres 54 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa:
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 1/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
(1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila:
1. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa sudah
melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
Bab II
Permasalahan
Bab III
Pembahasan
1. A. Pemahaman atas Pasal 93 ayat (1) Perpres 70 Tahun 2012 terkait pemberian
kesempatan menyelesaikan pekerjaan kepada penyedia barang/jasa selama 50 (lima puluh)
hari
Pasal 93 Perpres 70 Tahun 2012 mengatur halhal terkait pemutusan kontrak dalam proses pengadaan
barang/jasa pemerintah, selanjutnya ayat (1) pada pasal tersebut mengatur mengenai syarat maupun
kondisikondisi dalam proses pengadaan barang/jasa yang dapat dilakukan pemutusan secara sepihak
oleh PPK. Salah satu syarat/kondisi yang dapat dilakukan pemutusan secara sepihak oleh PPK adalah
sebagaimana termuat dalam Pasal 93 ayat (1) huruf a.1 dan a.2 yang menyatakan bahwa:
(2) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
a.1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
a.2.setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender
sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan
ketentuan tersebut diatas merupakan ketentuan setelah mengalami perubahan sebagaimana diatur
sebelumnya dalam Perpres 54 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa:
(2) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila:
1. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa sudah
melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
hubungan antara Pasal 93 ayat (1) huruf a antara Perpres 54 Tahun 2012 dan perubahannya dalam
Perpres 70 Tahun 2012 pada dasarnya mengatur hal yang sama terkait keterlambatan maksimal yang
dapat diberikan toleransi oleh PPK, hal tersebut dapat kita simulasikan dalam tabel dibawah ini:
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 2/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
waktu pekerjaan
Nilai Kontrak
Uraian Koefisien yang terlambat Nilai (Rp)
(Rp)
(hari)
0,001 50
denda keterlambatan 200.000.000 10.000.000
Berdasarkan simulasi dalam tabel tersebut nilai maksimal denda keterlambatan dengan perhitungan
1/1000 x hari keterlambatan x nilai kontrak dengan keterlambatan 50 hari (asumsi dalam kontrak yang
denda keterlambatan dihitung berdasarkan seluruh nilai kontrak bukan bagian tertentu dari nilai kontrak)
akan sama dengan nilai maksimal dari jaminan pelaksanaan sebesar 5%.
Terkait dengan pengaturan pemberian kesempatan 50 hari yang mulai diatur dalam perubahan kedua
Perpres 54 Tahun 2010, yang diatur dalam huruf a.1 dan a.2 memiliki konsekuensi yang berbeda, yaitu
sebagaimana berikut ini:
1. huruf a.1 : PPK tidak memberikan kesempatan maksimal 50 hari kepada penyedia barang/jasa
untuk menyelesaikan pekerjaan sejak berakhirnya pelaksanaan pekerjaan karena dengan mengacu
pada performa dan progres pekerjaan penyedia barang/jasa dianggap tidak akan mampu untuk
menyelesaikan pekerjaannya;
2. huruf a.2 : dengan mengacu pada pertimbangan performa dan progress pekerjaan penyedia
barang/jasa yang dianggap masih mampu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan diberikan
kesempatan maksimal 50 hari akan tetapi sampai dengan 50 hari kesempatan itu diberikan pihak
penyedia barang/jasa tetap tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya.
Atas kedua huruf (a.1 dan a.2) tersebut dalam memahaminya harus diterjemahkan secara bertahap saling
berhubungan satu sama lainnya maksudnya adalah pemerintah dalam hal ini memiliki toleransi kepada
penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan, pertama yang harus dilakukan pemerintah melalui
PPK adalah meneliti apakah PPK yakin dengan melihat performa dan progres pekerjaan dari
penyedia/jasa jika diberikan kesempatan 50 hari untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut akan selesai dan
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak maka dengan demikian PPK dapat memberikan
kesempatan kepada penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan maksimal 50 hari akan tetapi
jika PPK tidak yakin berdasarkan hasil penelitiannya terhadap performa dan progres pekerjaan yang
diberikan oleh penyedia barang/jasa maka PPK dapat memutus kontrak dengan tidak memberikan
kesempatan penyelesaian pekerjaan maksimal 50 hari kepada penyedia barang/jasa untuk selanjutnya
Pemerintah segera mencari penyedia barang/jasa lainnya yang dapat menyelesaikan kebutuhan atas
barang/jasa dimaksud baik melalui pelelangan umum maupun pengadaan/penunjukan/pemilihan
langsung mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku atau dilakukan penganggaran untuk
penyelesaian sisa pekerjaan pada tahun anggaran berikutnya jika waktu penyelesaian pekerjaan tersebut
mendekati tutup tahun anggaran berjalan sehingga tidak memungkinkan dilakukan proses pengadaan
kembali. Kedua, setelah PPK yakin dengan pertimbangannya berdasarkan penelitian atas kemampuan
penyedia barang/jasa dengan memberikan kesempatan maksimal 50 hari untuk menyelesaikan pekerjaan
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 3/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
kepada penyedia barang/jasa maka apabila setelah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam waktu maksimal 50 hari penyedia barang/jasa dimaksud tidak juga dapat menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan kesempatan tersebut maka PPK dapat memutus kontrak secara sepihak.
Frasa Kesempatan dan Perpanjangan
Perlu kami uraikan lebih lanjut terkait frasa “kesempatan” dalam huruf a.1 dan a.2, kesempatan berbeda
pemahamannya dengan perpanjangan. Dalam Perpres 70 Tahun 2012 dan peraturan sebelumnya lebih
mengenal frasa perpanjangan, perpanjangan ini muncul khususnya terkait perpanjangan waktu
penyelesaian pekerjaan yang diberikan oleh PPK, syaratsyarat perpanjangan waktu diatur dalam
lampiran Perpres 54 Tahun 2010 pada Lampiran III (sebagai contoh untuk pengadaan kontruksi) bagian
C.2.m tentang perpanjangan waktu pelaksanaan yang menyatakan bahwa:
1) Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas pertimbangan yang layak dan
wajar untuk halhal sebagai berikut:
a) pekerjaan tambah;
b) perubahan disain;
c) keterlambatan yang disebabkan oleh PPK;
d) masalah yang timbul diluar kendali penyedia; dan/atau
e) Keadaan Kahar.
Syaratsyarat perpanjangan waktu pelaksanaan tersebut sifatnya kumulatif atau alternatif karena
mengandung frasa “dan/atau” atau dengan kata lain syarat tersebut dapat dipenuhi seluruhnya atau salah
satu pun dipenuhi dapat digunakan sebagai pertimbangan pemberian perpanjangan waktu. Konsekuensi
hukum dengan diberikannya perpanjangan waktu pelaksanaan ini berarti sejak tanggal berakhirnya waktu
pelaksanaan pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak sampai dengan berakhirnya waktu
perpanjangan waktu pelaksanaan maka penyedia barang/jasa tidak dikenakan sanksi denda
keterlambatan. Lain halnya dengan frasa “kesempatan” sebagaimana diatur dalam Pasal 93 ayat (1) huruf
a.1 dan a.2, menurut hemat kami, dalam “kesempatan” ini apabila penyedia barang/jasa tidak mampu
menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu akan tetapi dengan pertimbangan berdasarkan penelitian atas
kemampuan penyedia barang/jasa menyelesaikan pekerjaan maka penyedia diberikan toleransi untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut oleh PPK, akan tetapi dalam frasa “kesempatan” ini memiliki
konsekuensi hukum bahwa sejak diberikannya kesempatan menyelesaikan pekerjaan ini berarti sejak
tanggal berakhirnya waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak sampai dengan
berakhirnya waktu kesempatan yang diberikan (maksimal 50 hari) untuk menyelesaikan pekerjaan maka
penyedia barang/jasa dikenakan sanksi denda keterlambatan.
1. B. Pemahaman atas pemutusan kontrak
Halhal terkait pemutusan kontrak dalam Perpres 70 Tahun 2012 diatur dalam pasal 93, kondisi/syarat
syarat PPK dapat memutus kontrak diatur dalam ayat (1) Pasal tersebut yang menyatakan bahwa:
(1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
1. a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak;
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 4/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
a.1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
a.2. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari
kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan;
1. b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
2. c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
3. d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi
yang berwenang.
Kondisi/syaratsyarat terkait pemutusan kontrak tersebut sifatnya kumulatif atau alternatif karena
mengandung frasa “dan/atau” atau dengan kata lain kondisi/syarat tersebut dapat dipenuhi seluruhnya
atau salah satu pun dipenuhi dapat digunakan sebagai pertimbangan PPK dapat memutuskan kontrak.
Konsekuensi hukum yang terjadi dengan diputusnya kontrak bagi penyedia barang/jasa diatur dalam ayat
(2) nya yang menyatakan bahwa:
(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:
1. a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
2. b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka
dicairkan;
3. c. Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
4. d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam
Tindakantindakan pengenaan dalam hal pemutusan kontrak tersebut diatas memiliki sifat komulatif
karena hanya mengandung frasa “dan”, artinya apabila suatu penyedia barang/jasa dikenakan pemutusan
kontrak maka tindakantindakan tersebut diatas harus dilaksanakan seluruhnya.
Perlu kami jelaskan lebih lanjut terkait salah satu syarat/kondisi penyedia barang/jasa dapat dikenakan
pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK, yaitu terkait pengaturan dalam ayat (1) huruf b yang
menyatakan bahwa “Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan”. Pemahaman atas ketentuan
tersebut bahwa menurut kami PPK dapat memutus kontrak secara sepihak apabila terbukti penyedia
barang/jasa lalai/cidera janji, akan tetapi hal tersebut dimaksudkan tidak serta merta saat pelaksanaan
kontrak PPK menemukan kelalaian atau cidera janji dalam pelaksanaan pekerjaan langsung diputus
kontrak oleh PPK, karena terdapat syarat lain yang dimuat dalam kalimat berikutnya yaitu “….dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan”. Sehingga harus ada suatu
tindakan peringatan/teguran terlebih dahulu terhadap penyedia barang/jasa untuk memperbaiki halhal
yang ditemukan PPK terkait kelalaian/cidera janji dalam pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia
barang/jasa, jika proses tersebut telah disampaikan oleh PPK dan dalam waktu yang telah ditentukan
pihak penyedia barang/jasa tidak juga memperbaiki kelalaian/cidera janji tersebut dan diyakini tidak ada
itikad baik/usaha untuk memperbaiki hal tersebut maka untuk selanjutnya PPK dapat melakukan
pemutusan kontrak secara sepihak.
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 5/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
1. C. Sanksisanksi yang berlaku dalam proses pengadaan barang/jasa Pemerintah
Terkait sanksi yang dapat diberikan bagi penyedia barang/jasa adalah apabila penyedia barang/jasa
melakukan perbuatan/tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Perpres 70 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa:
(1) Perbuatan atau tindakan Penyedia Barang/Jasa yang dikenakan sanksi adalah:
1. a. berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja ULP/ Pejabat Pengadaan/pihak lain yang
berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi
keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan/Kontrak, dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan;
2. b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Barang/Jasa lain untuk mengatur Harga
Penawaran diluar prosedur pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, sehingga
mengurangi/menghambat/ memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau
merugikan orang lain;
3. c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/ atau keterangan lain yang tidak benar untuk
memenuhi persyaratan Pengadaan Barang/Jasa yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan;
4. d. mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan penawaran atau mengundurkan diri dari
pelaksanaan Kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak
dapat diterima oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan;
5. e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak secara bertanggung jawab;
dan/atau berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3),
ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan Barang/Jasa produksi dalam negeri.
Selanjutnya dalam ayat (2) nya, Perpres mengatur bentukbentuk sanksi apakah yang dapat dikenakan
bagi penyedia barang/jasa apabila terbukti melakukan perbuatan/tindakan sebagaimana diatur dalam ayat
(1). Sanksisanksi dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa:
1. a. sanksi administratif;
2. b. sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam;
3. c. gugatan secara perdata; dan/atau
4. d. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
Selain sanksi tersebut Pasal 119 Perpres 54 Tahun 2010 juga mengatur sanksi lainnya yaitu:
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) huruf f, selain dikenakan
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf a dan huruf b, dikenakan sanksi finansial.
Mekanisme/penerapan pemberian sanksi tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 118 ayat (3), (4), (5)
dan (6) sebagaimana berikut ini:
(3) Pemberian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan oleh PPK/Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan sesuai dengan ketentuan.
(4) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan oleh PA/KPA setelah
mendapat masukan dari PPK/Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan sesuai dengan ketentuan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d, dilakukan sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 6/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
Dalam Perpres sanksi pengaturan sanksi tidak hanya ditujukan bagi penyedia barang/jasa saja, pihak
pihak lainnya yang terkait dalam proses pengadaan barang/jasa pun diatur pengenaan sanksinya
sebagaimana berikut ini:
1. Kelompok Kerja ULP/Pejabat pengadaan
Pasal 118 ayat (7) Perpres 70 Tahun 2012 dan Pasal 123 Perpres 54 Tahun 2010 mengatur sanksi apa
saja yang dapat diberikan bagi kelompok kerja ULP/pejabat pengadaan yaitu sebagai berikut:
1) Pasal 118 ayat (7) : Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa, ULP:
a) dikenakan sanksi administrasi;
b) dituntut ganti rugi; dan/atau
c) dilaporkan secara pidana
2) Pasal 123 : Dalam hal terjadi kecurangan dalam pengumuman Pengadaan, sanksi diberikan kepada
anggota ULP/Pejabat Pengadaan sesuai peraturan perundangundangan.
1. PPK
Pasal 122 Perpres 54 Tahun 2010 mengatur sanksi yang dapat diberikan kepada PPK yaitu bahwa “PPK
yang melakukan cidera janji terhadap ketentuan yang termuat dalam Kontrak, dapat dimintakan ganti
rugi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga
terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat
itu menurut ketetapan Bank Indonesia; atau
2) dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam Kontrak”.
terhadap kententuan ini perlu penjelasan lebih lanjut apabila sanksi tersebut diberikan kepada apakah
PPK bertanggung jawab secara pribadi atau untuk dan atas nama Instansi memberikan ganti rugi atau
kompensasi sesuai ketentuan dalam kontrak.
1. Konsultan Perencana
Pasal 121 Perpres 54 Tahun 2010 mengatur terkait sanksi lainnya yang dapat diberikan bagi penyedia
barang/jasa yang berperan sebagai konsultan perencana yaitu “Konsultan perencana yang tidak cermat
dan mengakibatkan kerugian negara, dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali
perencanaan dengan beban biaya dari konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi”.
Denda Keterlambatan
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 7/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
Sanksi lainnya yang dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa adalah terkait denda yang harus
dibayar oleh penyedia barang/jasa jika penyelesaian pekerjaannya terlambat dari waktu yang telah
ditentukan dalam kontrak. hal tersebut diatur dalam Pasal 120 Perpres 70 Tahun 2012 yang menyatakan:
Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa
yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak
karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam Penjelasan Pasal 120:
Bagian kontrak adalah bagian pekerjaan yang tercantum di dalam syaratsyarat kontrak yang terdapat
dalam rancangan kontrak dan dokumen kontrak. Penyelesaian masingmasing pekerjaan yang tercantum
pada bagian kontrak tersebut tidak tergantung satu sama lain dan memiliki fungsi yang berbeda, dimana
fungsi masingmasing bagian kontrak tersebut tidak terkait satu sama lain dalam pencapaian kinerja
pekerjaan.
Menjadi pertanyaan besar terkait pengaturan pasal 120 ini, karena dalam ketentuan tersebut tidak diatur
batasan maksimal denda keterlambatan sebagaimana diatur dalam Pasal 120 sebelum perubahan (Perpres
54 Tahun 2010) yang menyatakan bahwa:
Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa
yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak,
dapat dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak atau bagian
Kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya Jaminan Pelaksanaan.
Jelas berdasarkan ketentuan sebelum perubahan bahwa maksimal pengenaan denda keterlambatan adalah
sebesar jaminan pelaksanaan (5%), apabila melewati jaminan pelaksanaan maka PPK harus memutus
kontrak. jika kembali mengacu kepada pemberian denda keterlambatan yang diatur setelah perubahan
Perpres yang tidak ada batasan maksimal denda keterlambatan, kita dapat menggunakan ketentuan
pemberian kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan selama maksimal 50 hari kalender karena pada
dasarnya waktu 50 hari keterlambatan sama besarannya dengan jaminan pelaksanaan 5%, akan tetapi
seperti yang telah diuraikan sebelumnya tidak serta merta pemberian kesempatan 50 hari diberikan
kepada penyedia barang/jasa harus terlebih dahulu ada penelitian dari PPK apakah penyedia barang/jasa
tersebut mampu untuk menyelesaikan pekerjaan setelah diberikan kesempatan dimaksud.
Sanksi Pencantuman dalam Daftar Hitam
Terkait pencantuman dalam daftar hitam bagi penyedia barang/jasa yang diputus kontrak ada kalanya
dalam satu instansi/daerah penyedia barang/jasa terikat dengan lebih dari satu kontrak pekerjaan dalam
satu tahun anggaran, maka bagaimana jika dalam satu kontrak pekerjaan penyedia barang/jasa tersebut
telah diputus kontrak dan didaftarkan dalam daftar hitam apakah hal ini secara langsung berpengaruh
terhadap kontrak lainnya yang sedang berjalan? Hal tersebut diatur secara tegas dalam Penjelasan Pasal
124 ayat (1) Perpres 70 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa:
Pengenaan sanksi daftar hitam tidak berlaku surut (nonretroaktif). Penyedia yang terkena sanksi daftar
hitam dapat menyelesaikan pekerjaan lain, jika kontrak pekerjaan tersebut ditandatangani sebelum
pengenaan sanksi.
Bab IV
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 8/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
Penutup
Berdasarkan kajian/tinjauan yuridis yang telah diuraikan sebelumnya, dengan ini kami berkesimpulan
bahwa:
1. Pemberian kesempatan penyelesaian pekerjaan maksimal 50 hari kalender tidak serta merta
diberikan kepada penyedia barang/jasa, harus terlebih dahulu ada penelitian dari PPK melihat dari
performa dan progres pekerjaa yang telah dilakukan apakah penyedia barang/jasa tersebut mampu
untuk menyelesaikan pekerjaan setelah diberikan kesempatan dimaksud;
2. Penyedia barang/jasa yang diputus kontrak dikenakan seluruh tindakantindakan yang harus
dilakukan yaitu Jaminan Pelaksanaan dicairkan; sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia
Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan; Penyedia Barang/Jasa membayar denda
keterlambatan; dan Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam;
3. Peraturan Presiden mengatur secara tegas terkait sanksisanksi apa saja yang dapat diberikan
kepada Penyedia barang/jasa, PPK dan kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan apabila dalam
proses pengadaan barang/jasa terdapat pelanggaran terhadap prosedur/ketentuan yang berlaku.
Daftar Pustaka
1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerint
Berita Lainnya
Bimtek Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Desa
BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Menerima Kunjungan Mahasiswa Polines
MEDIA WORKSHOP: AKUNTABILITAS PEMDA MELALUI PENERAPAN AKRUAL
BASIS PADA LKPD TA 2015
EVALUASI KERJA SEMESTER I DAN RENCANA KERJA SEMESTER II 2016
KABUPATEN TEMANGGUNG MEMPEROLEH OPINI WTP ATAS LKPD TA 2015
PROVINSI JAWA TENGAH MEMPEROLEH OPINI WTP ATAS LKPD TA 2015
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Propinsi Jawa Tengah
Jl.Perintis Kemerdekaan No.175, Semarang Propinsi Jawa Tengah
Telp. 024 8660883, Fax. 024 8660884
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 9/10
9/4/2016 BPK RI Perwakilan Propinsi Jawa Tengah » KAJIAN ATAS PEMAHAMAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI KALENDER, PEMUTUSAN KONTR…
Hak Cipta 2009 © BPK RI Propinsi Jawa Tengah
Hubungi Kami | Peta Situs | Syarat dan Ketentuan
Untuk mendapatkan tampilan terbaik situs ini gunakan resolusi 1024x768 dan browser IE versi 7+ atau
Firefox versi 3+.
http://semarang.bpk.go.id/?p=4253 10/10