Anda di halaman 1dari 44

SRIWIJAYA SONGKET PEN

KARYA SOLUTIF, INOVATIF, DAN PRODUKTIF BAGI PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DENGAN KONSEP SOCIOPRENEURSHIP
Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai
“Inovasi Untuk Indonesia”

Rusdianto
07011181520192

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
SRIWIJAYA SONGKET PEN
KARYA SOLUTIF, INOVATIF, DAN PRODUKTIF BAGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DENGAN KONSEP SOCIOPRENEURSHIP
Oleh: Rusdianto

PENDAHULUAN

“Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak
akan meminta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat
ini syarat itu! Lebih baik makan geplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi
budak!” –Ir. Soekarno

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki


banyak potensi, baik dari segi sumber daya alam maupun warisan budayanya. Potensi-
potensi tersebut sebenarnya dapat terus dikembangkan lebih inovatif, namun terdapat
beberapa kendala yang menghambat masyarakat lokal. Sehubungan dengan proyek
sociopreneurship yang penulis usulkan, permasalahan kurang teroptimalkannya sumber
daya bambu menjadi salah satu fokusnya. Mengapa bambu? Bambu merupakan sumber
daya alam yang cukup melimpah di Sumatera Selatan, khususnya di daerah Musi
Banyuasin (MUBA) yang merupakan daerah utama penghasil bambu di Sumatera
Selatan, bahkan Nasional.

Salah seorang petani sekaligus pedagang bambu, Sugiat, membenarkan bahwa


penghasilannya menjual bambu masih tidak menentu dan belum dapat menyejahterakan
keluarganya. Ini berarti, masih kurangnya usaha-usaha atau kegiatan masyarakat yang
memberdayakan bambu sehingga sampai saat ini sumber daya bambu di Sumatera
Selatan kurang optimal. “Biasanya hanya ketika mendekati masa kampanye permintaan
bambu mengalami peningkatan yang cukup tinggi bisa mencapai ratusan batang, namun
jika bukan musim kampanye untuk menjual 10 batang saja perhari sangat sulit."
Ujarnya, (Tribun Sumsel).

Permasalahan sumber daya bambu tersebut setidaknya dapat diminimalisir


melalui proyek socioprenuership yang akan di gagas. penulis mencoba lebih
mengoptimalkan sumber daya bambu dengan cara menginovasikannya menjadi sebuah
produk pena yang dikombinasikan dengan kain khas Sumatera Selatan, yakni songket.
Dengan begitu, para pedagang bambu di Sumatera Selatan dapat meningkatkan
penghasilannya melalui bambu-bambu yang dibeli oleh para pengrajin pena songket
setiap harinya secara kontinyu, tidak hanya saat musim kampanye.

Permasalahan lainnya yang tim kami coba atasi adalah limbah pena plastik yang
semakin melimpah. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini pabrik-pabrik penghasil
pena hanya menggunakan plastik sebagai material utama. Padahal pengunaan plastik ini
sangat tidak ramah lingkungan. Mulai dari siswa-siswa sekolah, tenaga pengajar,
pegawai kantor, sampai masyarakat umum pasti memerlukan pena. Bayangkan saja jika
semua lapisan masyarakat menggunakan pena yang terbuat dari plastik dan
membuangnya begitu saja setelah tidak terpakai lagi, bisa terbayang bukan banyaknya
limbah plastik yang akan bertambah menumpuk dan berbahaya bagi kelanjutan planet
bumi.

Limbah plastik ini termasuk sampah anorganik yang sangat susah untuk
dihancurkan, penggunaannya secara tidak ramah lingkungan tak hanya berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia saja, tetapi juga dapat membunuh hewan dan
merusak lingkungan secara sistematis. Meskipun penggunaan plastik sebagai material
utama produk pena memiliki berbagai kelebihan, seperti lebih ringan, bisa dibentuk
sesuai model terkini, tidak karatan, dll. Namun bahaya akibat sampah plastik yang susah
dihancurkan dan zat adiktif beracun dalam plastik yang mengancam kesehatan—seperti
pewarna plastik—akhirnya telah menyadarkan masyarakat untuk lebih memilih produk
yang ramah lingkungan meski pilihan tersebut masih minim. Untuk itu, proyek
Sriwijaya Songket Pen yang bermaterialkan bambu ini hadir menjadi solusi dan
alternatif utama pengganti pena plastik yang tak ramah lingkungan sekaligus sebagai
project Community Developtmen.

Permasalahan terakhir yang kami angkat mengenai warisan budaya Provinsi


Sumatera Selatan yang tersohor, yakni kain Songket. Walau hampir seluruh daerah
Indonesia memiliki keterampilan menenun, tetapi tenun Songket khas Sumatera Selatan
ini memiliki motif yang khas dan makna dibalik motif itu sendiri. Seluruh masyarakat
Sumatera Selatan sangat membanggakan kain ini, kendati demikian ternyata masih
banyak masyarakat Sumsel yang tak memiliki kain ini dirumahnya. Hal semacam ini
sering sekali dijumpai ketika kedatangan tamu wisatawan dari luar Sumatera Selatan,
terutama luar negeri. Wisatawan-wisatawan tersebut sering sekali bertanya mengenai
kain Songket, bahkan ingin melihat langsung bagaimana sebenarnya motif dan bahan
kain khas Sumatera Selatan ini. Namun sangat disayangkan, keingintahuan wisatawan
tersebut harus ditunda mengingat masyarakat tersebut tidak memiliki kain Songket.
Terasa aneh bukan masyarakat lokal Sumatera Selatan tidak memiliki kain songket yang
seharusnya dapat diperkenalkan kepada masyarakat dari daerah lain. Kasus semacam ini
ternyata disebabkan karena harga songket yang sangat mahal. Per meternya saja bisa
mencapai Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00. Merujuk pada masalah tersebut dan
keinginan yang besar dari penulis agar masyarakat lokal Sumsel secara merata memiliki
kain Songket yang bisa dibanggakan kepada para wisatawan, walaupun bukan kain
Songket yang lebar bisa di pakai, namun hanya dengan kain songket kecil yang
dililitkan pada sebuah pena, besar harapan kami agar rasa bangga dan tanggung jawab
melestarikan warisan budaya dapat terus tertanam pada masyarakat Sumsel.

ISI

Provinsi kami, Sumatera Selatan salah satunya. Sampai saat ini masyarakat
lokalnya masih belum bisa memanfaatkan sumber daya secara optimal, baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut,
solusi yang bisa diterapkan adalah melalui upaya peningkatan potensi desa. Dalam
upaya meningkatkan potensi desa diperlukan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan sumber daya manusia atau
masyarakat itu sendiri dalam bentuk penggalian kemampuan pribadi, kreatifitas,
kompetensi dan daya pikir serta proses kegiatan sosial. Proses kegiatan sosial yang
dimaksud dapat berupa inovasi program maupun industri kreatif.

Melalui kaum pemuda, kaum intelektual, Indonesia bisa menjadi lebih maju dan
mandiri melalui berbagai inovasi kreatif dari para pemuda. Kami, salah sekian pemuda
yang meluangkan waktu untuk membawa perubahan kepada Indonesia agar menjadi
lebih maju dan mandiri dengan ide sociopreneurship kami, yaitu Sriwijaya Songket Pen.
Sociopreneurship adalah wirausaha yang mempunyai perhatian penuh terhadap
pengembangan masyarakat di lingkungannya dan mampu memberdayakannya untuk
menghasilkan satu perubahan sosial yang berujung pada kesejahteraan bersama. Sriwijaya
Songket Pen ini terdiri dari bambu sebagai pondasi awal untuk meletakkan tinta
didalamnya, dengan songket yang dipotong berukuran dan dijahit sebagai
pelapis luar dari bambu, dengan bagian bawah—tempat memasukkan dan mengeluarkan
tinta—dibuat mudah dibuka. Kami membuat bagian bawah pena dibuka, agar jika
pengguna pena ini kehabisan tinta, mereka hanya perlu mengganti tinta pena saja secara
berkelanjutan, tanpa membuang limbah pena secara keseluruhan.

Dalam menerapkan solusi ini diperlukan suatu kegiatan pengoptimalisasian


pemanfaatan sumber daya alam serta pemberdayaan masyarakat. Dimana masyarakat
disosialisasikan mengenai cara pembuatan pena ini dengan pengoptimalisasian
pemanfaatan bambu dan songket. Bambu yang merupakan salah satu kekayaan alam asli
Indonesia bisa terus diberdayakan dan dimanfaatkan untuk pembuatan pena ini.
Paradigma songket yang mahal akan hilang, serta ide songket yang hanya dibuat untuk
produk-produk umum seperti kain, pakaian, dan tas, menjadi lebih berinovasi.

Penulis yakin, setiap individu dari semua golongan di dunia pasti membutuhkan
sebuah pena. Melalui pena songket ini didapatkan tiga keuntungan sekaligus, yakni
ekonomi masyarakat bisa ditingkatkan, kain khas songket sebagai budaya asli Sumatera
Selatan berpotensi terkenal ke seluruh penjuru Indonesia atau bahkan dunia, dan ramah
lingkungan. Betapa tidak, banyak individu yang membuang pena beserta tintanya. Jika
satu orang, menghabiskan satu lusin pena setiap tahunnya, maka berapa banyak limbah
plastik pena di Indonesia bahkan dunia. Melalui inovasi Sriwijaya Songket Pen yang
hanya perlu diganti tintanya, tanpa membuang penanya sekaligus, akan mengurangi
limbah plastik dari pena. Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan potensi
daerah secara berkelanjutan akan membuat ekonomi masyarakat daerah menjadi
meningkat. Sehingga Indonesia dapat menjadi lebih maju dan mandiri.

Gambar1 : Sriwijaya Songket Pen


Penulis yakin, dengan dukungan penuh dari pemerintah setempat diharapkan
proyek Sriwijaya Songket Pen ini dapat membantu masyarakat untuk membuka
lapangan pekerjaan baru, yang kemudian dapat mengatasi angka pengangguran,
mengatasi masalah kemiskinan dan lain sebagainya. Setelah itu dilakukan, tentunya
kami memiliki visioner dengan terus memajukan dan mencari ide serta inovasi baru
dalam proyek Sriwijaya Songket Pen ini, dengan tetap melaksanakan misi kami, yaitu
memberdayakan masyarakat agar dapat menjadi SDM yang inovatif, kreatif dan
produktif, melestarikan dan mengoptimalkan potensi daerah—sumber daya alam dan
warisan budaya, serta menekan laju limbah plastik yang merusak lingkungan. Output-
nya dari misi proyek kami ini adalah akan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Sumatera Selatan umumnya.

PENUTUP

Kewirausahaan atau biasa disebut entrepreneurship menjadi salah satu faktor


penting untuk mendorong pertumbuhan di suatu negeri. Standar minimal jumlah
entrepreneur supaya dikatakan sebagai negara maju adalah 2% dari total penduduk.

Selain berkutat dengan implementasi, kami juga berusaha untuk mengenalkan


lebih jauh tentang proyek ini kepada masyarakat di daerah lain, sehingga tidak hanya di
satu lokasi saja yang dapat memproduksi pena songket tersebut. Bahkan target kami
ialah menjadikan pena songket ini sebagai souvenir atau oleh-oleh khas dari Sumatera
Selatan dengan kearifan budaya dan keramahan lingkungannya. Jika memungkinkan,
penulis pun akan berupaya menemukan solusi lainnya untuk peningkatan potensi daerah
lainnya di Indonesia melalui ide-ide kreatif dan kualitas kinerja. penulis akan berusaha
membuat perubahan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju yang mana semua
rakyatnya sejahtera.
EFEKTIVITAS DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina) SEBAGAI OBAT
ALTERNATIF UNTUK PENDERITA DIABETES MELITUS DI MASA DEPAN

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai


“Inovasi untuk Indonesia”

Penulis:
dr. Cindy Kesty
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan
yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (Yoga, 2009). Penyakit ini menjadi salah satu penyakit kronik yang dapat
membebani masyarakat baik dari sisi ekonomi maupun kualitas hidup hampir di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Saat ini, diabetes melitus
menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke-21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes diatas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2009).
Di Indonesia sendiri diperkirakan bahwa pada tahun 2030 angka kejadian diabetes
melitus mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2001).
Angka kejadian komplikasi jangka panjang yang diakibatkan oleh diabetes
melitus cukup tinggi, yaitu retinopati (28,5%) yang dapat menimbulkan kebutaan, gagal
ginjal (44%), gangguan saraf berupa neuropati (60-70%), darah tinggi (67%), dan
amputasi (>60%). Pada tahun 2006, telah dilakukan 65.700 amputasi pada penderita
diabetes. Selain itu, resiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke pada penderita
diabetes 2-4 kali lipat lebih besar daripada orang normal (U.S. Department of Health
and Human Services, 2011).
Oleh karena tingginya angka kejadian dan angka kecacatan yang disebabkan oleh
diabetes melitus, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak ekonomi pada diabetes jelas
terlihat yang berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan. Maka dari itu,
perlu dilakukan pencegahan dini. Pada masa sekarang ini, pasien semakin kritis dalam
penggunaan obat modern. Mayoritas kaum awam meyakini bahwa obat yang beredar di
pasaran mengandung zat kimiawi yang memiliki banyak efek samping jika dikonsumsi
secara terus-menerus. Di Indonesia, ada kelompok masyarakat tertentu yang lebih suka
memakai obat-obatan tradisional daripada obat-obatan yang dijual di pasaran. Mereka
meyakini bahwa obat tradisional lebih aman dan lebih murah. Banyak dari kaum awam
menganggap bahwa obat tradisional lebih aman karena tidak ada zat kimia sehingga
tidak ada efek samping yang akan ditimbulkan. Persepsi kaum awam yang salah ini
harus diluruskan. Pada kenyataannya, dalam kehidupan kita sehari-hari selalu
berhubungan dengan zat kimia. Sebagai contoh, Oksigen (O2) yang kita hirup setiap
hari dan garam dapur (NaCl) yang digunakan untuk memasak. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa baik obat modern maupun tradisional sama-sama mengandung
bahan kimia.
Akan tetapi, ada beberapa permasalahan lain yang patut diperhatikan mengenai
obat tradisional ini. Misalnya, apa kandungan aktif dari obat tradisional, bagaimana
farmakodinamik dan farmakokinetiknya, berapa dosis maksimumnya dan efek toksisitas
pada overdosis. Beberapa permasalahan ini akan menjadi tantangan tersendiri sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap obat-obatan tradisional ini. Dalam
rangka pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengobatan, pemerintah
Indonesia pun terus memberikan dukungan dan dorongan. Salah satunya melalui
Undang-Undang No.36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan
tradisional termasuk dalam 17 jenis layanan upaya kesehatan yang wajib disiapkan.
Salah satu tanaman yang akhir-akhir ini banyak dipakai oleh masyarakat sebagai
obat tradisional adalah daun Afrika (Vernonia amygdalina). Daun Afrika telah dipakai
secara turun-menurun di Afrika sebagai obat tradisional. Daun ini sangat mudah
dibudidayakan oleh masyarakat baik di dalam pot maupun di kebun yang luas sehingga
siapapun bisa membudidayakan daun ini. Efektivitas daun ini sebagai antimalaria,
antihipertensi, antidiabetik, antimikroba, antikanker, ramuan laksatif, dan penurun
kolesterol, telah diteliti pada hewan. Efek yang paling signifikan dan menarik perhatian
dari penggunaan daun Afrika adalah efeknya sebagai antidiabetik (Ademola, 2011).
Akhir-akhir ini, penggunaan empiris daun Afrika di Indonesia sebagai
antidiabetik marak diperbincangkan. Meskipun belum ada penelitian klinis penggunaan
daun Afrika pada manusia, penulis ingin memaparkan efektivitas daun Afrika (Vernonia
amygdalina) sebagai obat alternatif untuk penderita diabetes. Dengan harapan, di masa
yang akan datang, dapat dilakukan penelitian mengenai kegunaan daun Afrika pada
manusia.
Tujuan

1. Menentukan bahan-bahan aktif dari daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai


bakal antidiabetik oral.
2. Mengetahui farmakodinamik (cara kerja) dan farmakokinetik (absorbsi,
distribusi, metabolisme di hati, dan ekskresi melalui ginjal) daun Afrika
(Vernonia amygdalina).
3. Mendapatkan data yang lebih ilmiah mengenai daun Afrika (Vernonia
amygdalina) sehingga bisa diterima sebagai obat alternatif yang bisa digunakan
oleh kalangan medis secara luas.

ISI

Pemaparan Masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa kandungan aktif dalam tanaman dapat bermanfaat
dalam pengobatan suatu penyakit. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa obat herbal
lebih aman daripada obat yang diresepkan oleh dokter. Paradigma ini perlu diluruskan
dan dibuktikan secara ilmiah misalnya, mengenai kandungan aktif, cara kerja, dosis
maksimum, dan efek toksisitas daun Afrika (Vernonia amygdalina) pada overdosis.

Tinjauan Pustaka
Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan kronik metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Insufisiensi relatif atau absolut dalam respons sekretorik insulin, yang
diterjemahkan menjadi gangguan pemakaian karbohidrat (glukosa), merupakan
gambaran khas pada diabetes melitus (Kumar, 2009).
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak
dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya gula dalam urine (glukosuria) saja. Dalam
menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah
plasma vena. Untuk memantau kadar glukosa darah, dapat dipakai bahan darah
kapiler. Saat ini, banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen
kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik
dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara berkala, hasil
pemantauan dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional
(Shahab, 2006).
Jika kelebihan gula darah mencapai tingkat yang berat dan melebihi ambang
batas ginjal untuk zat ini, maka akan timbul glukosuria. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan
timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang
semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien
mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2006). Gejala tidak khas DM di antaranya
lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan
pruritus vulva (wanita) (Purnamasari, 2009).

Daun Afrika (Vernonia amygdalina)


Daun Afrika (Vernonia amygdalina)
disebut juga bitter leaf (universal), Nan Hui
Ye (Cina), Nan Hui Shu (Cina), butterfly
leaf (Malaysia), Pokok Bismillah (Jawa).
Sebutan daun ini di Afrika adalah grawa,
ewuro, etidot, onugbu, ityuna, oriwo,
chusar-doki. muluuza, labwori, dan olusia
(lihat gambar 1) (Atangwho, 2009).
Gambar 1. Daun Afrika
(Vernonia amygdalina)

Daun Afrika berasal dari Kingdom Plantae, Divisio Angiosperms, Sub-divisio


Asterids, Ordo Asterales, Famili Asteraceae, Genus Vernonia, dan Species Vernonia
amygdalina (Atangwho, 2009).
Adapun farmakodinamik dan farmakokinetik ekstrak Vernonia amygdalina
sebagai antidiabetik oral, yaitu:
1. V. amygdalina memediasi upregulasi G6PDH yang akan meningkatkan sintesis
DNA dan akan meningkatkan proliferasi sel pada sel pankreas (Oluwafunmike,
2009). Proliferasi NIH 3T3 berhubungan dengan overekspresi G6PDH (Kuo dan
Tang, 2010). G6PDH telah dibuktikan berhubungan dengan peningkatan status
redoks dari sel, menjaga glutation (GSH) dalam bentuk reduksi dan glutation sangat
esensial untuk detoksifikasi radikal bebas yang reaktif dan hidroperoksida lemak.
NADPH juga bisa menjaga aktivitas katalitik dari katalase dan reduksi H2O2
menjadi air dan molekul Oksigen. Aktivitas yang menguntungkan dari G6PDH ini
akan menjaga integritas struktural dari pankreas dengan menekan stres oksidatif
(Halliwell B, 1989).
2. Walaupun komponen aktif antihiperglikemia pada daun Afrika belum diidentifikasi
secara pasti, mereka diperkirakan bekerja dengan meregenerasi sel dan
meningkatkan sensitisasi insulin (Marles RJ, 1995).
3. Bioflavonoid dan koumarin memainkan peranan dalam membuat tikus diabetik
menjadi normoglikemia (Adewole, 2006).
4. Fraksi F6 dari V. amygdalina aman dan berguna sebagai agen hipoglikemia dan
hipolipidemia (P.A. Akah, 2009).
5. Flavonoid seperti quercetin memperbaiki hiperglikemia dan morfologi islet pada
tikus diabetik yang diinduksi (Adewole, 2006).
6. Dua mekanisme V. amygdalina dalam menurunkan gula darah adalah memicu
produksi insulin dari sel islet dan terlibat dalam mekanisme karbohidrat periferal
(Atangwho, 2009).
7. Pada tikus yang diberi V.amygdalina, 27% terjadi peningkatan berat badan,
dibandingkan 4% peningkatan berat badan pada tikus diabetik yang tidak diberi
obat. Peningkatan berat badan ini mungkin karena peningkatan kadar insulin
plasma. Insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans mempunyai peranan dalam
metabolisme energi pada jaringan sensitif insulin seperti otot skeletal dan lemak.
Dengan adanya insulin, substrat yang berasal dari makanan yang dimakan akan
dimetabolisme oleh sel tubuh dan pemasukan kalori yang berlebihan disimpan
sebagai jaringan adiposa, yang akan meningkatkan berat badan (Oluwanfunmike,
2009).
8. V. amygdalina akan meningkatkan efek pembersihan glukosa pada jaringan ekstra
hepatik (Oluwafunmike, 2009).
9. Pendidihan V. amygdalina mungkin akan mempengaruhi struktur dari komponen
aktif yang akan mengganggu kapasitas pembersihan glukosa darah. Maka dari itu,
kandungan aktif dari V. amygdalina mungkin labil terhadap panas (Ibiba, 2010).

Gagasan Penulis
Berdasarkan penelitian-penelitian para ahli terhadap Vernonia amygdalina,
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Vernonia amygdalina dapat meningkatkan proliferasi dan regenerasi sel-sel
tubuh termasuk sel pankreas. Dengan adanya regenerasi, maka sel-sel tubuh yang lama
akan digantikan dengan sel-sel yang baru. Begitu pula dengan sel pankreas. Sel
pankreas akan berproliferasi (bertambah banyak dan bertumbuh secara cepat) sehingga
sel β pun akan meningkat dan produksi insulin pun akan meningkat. Dengan
meningkatnya insulin, maka pengambilan glukosa pada jaringan pun akan meningkat
dan akan menurunkan kadar glukosa darah.
Insulin merupakan hormon anabolik sehingga insulin akan membantu
metabolisme makanan (intake) dan kalori yang berlebihan akan disimpan di jaringan
adiposa yang akan meningkatkan berat badan. Berdasarkan penelitian dari Marles RJ
(1995), Vernonia amygdalina akan meregenerasi sel dan meningkatkan sensitisasi
insulin. Peningkatan sensitisasi insulin mengindikasikan peningkatan sensitivitas
jaringan terhadap insulin sehingga pengambilan glukosa jaringan akan meningkat dan
akan menurunkan kadar gula darah.
Akan tetapi, belum ada farmakodinamik (cara kerja) yang pasti dan farmakokinetik
(absorbsi, distribusi, metabolisme di hati, dan ekskresi melalui ginjal) dari V.
amygdalina pada manusia. Selain itu, belum diketahui berapa dosis maksimum dan efek
toksisitas V.amygdalina pada kasus overdosis.
Daun Afrika telah melalui uji preklinik. Selanjutnya, kita dapat maju ke uji klinik
dimana peneliti merancang suatu protokol lalu menentukan beberapa poin seperti
kriteria seleksi, jumlah sampel, lama penelitian, kelompok kontrol atau cara lainnya
untuk meminimalkan bias penelitian, cara pemberian obat dan dosisnya, jenis data dan
waktu pengumpulan, dan cara data dikaji serta dianalisa (U.S. FDA, 2017).
Terdapat 4 tahap yang harus dilalui untuk melalukan uji klinik terhadap daun
Afrika (V.amygdalina). Setiap fase memiliki tujuan yang berbeda dan membantu
peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berbeda (lihat tabel 1) (U.S. FDA, 2017).
Tabel 1. Rancangan Tahap Uji Klinik Daun Afrika (Vernonia amygdalina)
Fase I Jumlah Sampel 20-100 sampel sehat atau pasien DM
Lama Studi Beberapa bulan
Tujuan Menentukan keamanan dan dosis
Sekitar 70% obat akan masuk ke fase II
Fase II Jumlah Sampel Beberapa ratus pasien DM
Lama Studi Beberapa bulan hingga 2 tahun
Tujuan Menentukan efektivitas dan efek samping
Sekitar 33% obat akan masuk ke fase III
Fase III Jumlah Sampel 300-3.000 pasien DM
Lama Studi 1 hingga 4 tahun
Tujuan Menentukan efektivitas dan monitor efek samping
Sekitar 25-30% obat akan masuk fase IV
Fase IV Jumlah Sampel Beberapa ribu pasien DM
Tujuan Menentukan keamanan dan efektivitas
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(PKBPOM) No. 21 Tahun 2015, informasi mengenai produk uji yang menggunakan
tumbuhan, wajib menyertakan nama tumbuhan disertai nama ilmiah dan kandungannya,
bagian tumbuhan yang digunakan, sumber perolehan bahan baku, bentuk simplisia atau
ekstrak, bukti penggunaan tradisional dan atau berdasarkan jurnal penelitian, dan
standarisasi yang dilakukan (metode ekstraksi/metode penyiapan bahan, metode
penentuan kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif/senyawa identitas).
Jika penelitian tersebut berhasil dilakukan dan menunjukkan hasil yang sesuai,
V. amygdalina dapat ditingkatkan statusnya sebagai suatu fitofarmaka yang dapat
dipakai oleh kalangan medis secara luas sebagai obat alternatif bagi para penderita DM.
Dengan demikian, jenis obat DM bisa lebih bervariasi dan pemberiannya dapat
disesuaikan dengan kondisi masing-masing penderita DM. Tujuan akhir kita adalah
mengurangi angka kematian dan kecacatan akibat DM sehingga tidak ada keterbatasan
bagi para pasien DM untuk bekerja secara produktif.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Kandungan aktif dari daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang berguna bagi
penderita diabetes melitus adalah ekstrak etanolik. Berdasarkan penelitian pada hewan,
cara kerja daun Afrika (Vernonia amygdalina) adalah meningkatkan proliferasi,
regenerasi sel-sel tubuh termasuk sel pankreas, dan meningkatkan sensitisasi insulin.
Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai farmakodinamik dan farmakokinetiknya
pada manusia sehingga perlu dilakukan uji klinik terhadap daun Afrika.
Dosis efektif daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai agen hipoglikemia
adalah 400 mg/kgBB/hari. Akan tetapi, belum ada data mengenai dosis maksimumnya
dan belum ada penelitian mengenai efek toksisitas daun Afrika (Vernonia amygdalina)
pada overdosis.

Rekomendasi
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut (dari hewan ke manusia) berupa uji klinik
agar daun Afrika (Vernonia amygdalina) dapat dijadikan sebagai suatu obat fitofarmaka
yang bisa dipakai oleh kalangan medis secara luas. Selain itu, diperlukan kerja sama
dari berbagai pihak seperti pemerintah, institusi, dan peneliti untuk merealisasikan
penelitian lebih lanjut. Untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut, dukungan
Pemerintah Indonesia berupa fasilitas dan dana sangat dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ademola IO, Eloff JN. 2011. Anthelminthic Activity Of Acetone Extract And Fractions Of
Vernonia amygdalina Against Haemonchus Contortus Eggs And Larvae. Trop Anim
Health Prod 43 (2): 521–7.
Adewole, S.O, dkk. 2006. Morphological and Hypoglycaemic Effects. Afr. J. Biomed. Res.
9:173-187.
American Diabetes Association. 2000. Standards of Medical Care for Patients with Diabetes
Mellitus, Diabetes Care 23 (suppl 1):532-542.
Atangwho IJ. 2009. Comparative Chemical Composition of Leaves of Some Antidiabetic
Medicinal Plants. Afr. J. Biotech 8: 4685-4689.
Chase HP et al. 2001. The Impact of The Diabetes Control and Complications Trial and
Humalog Insulin on Glycohemoglobin Levels and Severe Hypoglicemia in Type 1 Diabetes,
Diabetes Care 24:430-433.
Dimneen SF et al. 1998. Effects of Changing Diagnostic Criteria on The Risk of Developing
Diabetes, Diabetes Care21:1408-1413.
Halliwell B, dkk. 1989. Free Radicals in Biology and Medicine. Clarendon, Oxford, UK.
Ibiba, dkk. 2010. Glucose Tolerance Test in Hyperglycemic Guinea Pigs Treated with Aqueous
V.amygdalina. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences 18:1, 21-26.
Kumar, Vinay, dkk. 2009. Pankreas. Jakarta: EGC.
Marles RJ. 1995. Antidiabetic Plants and Their Active Constituents, Phytomedicine, 2:137-139.
Oluwafunmike S. Akinola, dkk. 2009. V.amygdalina Upregulates Hepatic Enzymes and
Improves Liver Microanatomy in Experimental Diabetes Mellitus. Pharmacologyonline
2:1231-1242.
P.A. Akah, dkk. 2009. Effects of V.amygdalina on Biochemical and Hematological Parameters
in Diabeticn Rats. Asian Journal of Medical Sciences 1(3):108-113, 2009.
Purnamasari, Dyah;. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Jakarta: EGC.
Report of the Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. 1997.
Diabetes Care 20:1183-1197.
Sckidelkski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in the β-cells of the
Rat Pancreas. Physiol Res, 50/6:537-546.
Schteingart, David E. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Jakarta:
EGC.
Shahab, Alwi. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus. (http://dokter-
alwi.com/diabetes.html, diunduh pada 19 April 2013 pukul 00.19 WIB).
Suyono, Slamet. 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: EGC.
U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention:
National. 2011. Diabetes Fact Sheet: National Estimates and General Information on
Diabetes and Prediabetes in the U.S.
U.S. Food and Drug Administration. 2017. The Drug Development Process.
(https://www.fda.gov/ForPatients/Approvals/Drugs/ucm405622.htm, diakses pada 29
Agustus 2017 pukul 19.30 WIB).
Yoga, Tjandra. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 213 Juta
Orang. (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html, diunduh pada 17
April 2013 pada pukul 23.07 WIB).
“Cakrawala Nusantara Sebagai Wujud Inovasi Pendidikan Kemaritiman
Indonesia”

Karya ini disusun untuk Mengikuti

Lomba Essay Competition Event Hunter Indonesia

“INOVASI UNTUK INDONESIA”

Disusun Oleh :

GEMALA RANTI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JAKARTA

2017
Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan, secara geografis memiliki garis pesisir


yang panjang (lk 81.000 km) dan lautan yang luas (lk 5,8 juta km2) dengan kekayaan
sumber daya alam dan lingkungan. Wilayah laut dan pesisir Indonesia dengan
keragaman hayati yang cukup tinggi di hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun, rumput laut serta hasil perikanan telah menjadi tumpuan harapan dan pusat
pertumbuhan baru bagi keberlanjutan pembangunan dan peningkatan ekonomi
masyarakat.

Konsentrasi penduduk dalam pemanfaatan sumber daya alam telah bergeser dari
wilayah daratan ke wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan sumber daya hayati laut
oleh masyarakat pesisir hendaklah sesuai dengan etika dan ramah lingkungan, agar
pelestarian sumber daya hayati laut tetap terjaga dengan baik. Pemahaman masyarakat
pesisir akan etika dan ramah lingkungan laut tidak serta merta mereka peroleh begitu
saja, peran dari pendidikan sangat penting untuk memberikan pemahaman lingkungan
laut kepada mereka. Masyarakat pesisir hendaknya menggunakan sumber daya sesuai
dengan kebutuhannya, tidak menggunakan secara berlebihan, karena semua sumber
daya diciptakan sesuai dengan maknanya. Hadirnya Pendidikan merupakan sebuah
solusi yang mumpuni untuk memberikan wawasan kemaritiman untuk masyarakat
pesisir, agar mereka mengerti dan paham bagaimana menjaga sumber daya hayati laut
yang sesungguhnya.

Pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat pesisir ialah pendidikan formal


mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai pendidikan sekolah menengah atas,
secara garis besar jika disimpulkan, belum tentu mereka menerima pemahaman penuh
tentang bagaimana menjaga dan melestarikan sumber daya hayati laut, karena
kurikulum yang digunakan oleh pendidikan di pesisir sama halnya dengan kurikulum
yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya, yakni di darat. Kegiatan
ekstrakurikulerpun belum sepenuhnya mengajarkan khusus konservasi sumber daya
hayati laut pada masyarakat pesisir, sehingga pelestarian dan penjagaan sumber daya
hayati laut di Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu, sangat diperlukan inovasi
pendidikan kemaritiman kepada masyarakat pesisir di Indonesia, karena pendidikan
adalah solusi yang jitu dalam pembentukan karakter bangsa. Kemudian inovasi adalah
sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, melalui inovasi
pendidikan kemaritiman, maka sudah ada bentuk pembaharuan terhadap pendidikan
yang diperoleh oleh masyarakat pesisir selama ini. Dalam menjawab harapan ini
“Cakrawala Nusantara” hadir sebagai wadah untuk menyalurkan pendidikan dan
pemahaman masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga sumber daya hayati laut.

Isi

1. Apa itu Cakrawala Nusantara?

Cakrawala Nusantara merupakan sebuah komuintas penggiat sosial yang


memperhatikan pendidikan kemaritiman anak-anak pesisir khususnya anak-anak
kepulauan seribu DKI Jakarta, melalui komunitas ini diharapkan pendidikan
kemaritiman yang masih rendah di daerah peisir dapat tersalurkan dengan baik. Melalui
berbagai inovasi belajar dan pembelajaran, yang ditawarkan oleh Cakrawala Nusantara
demi memberikan pendidikan kemaritiman bagi anak, sehingga tujuan agar masyarakat
pesisir mampu memiliki wawasan yang lebih luas akan sumber daya hayati laut tercapai
dengan maksimal. Tidak hanya mengetahui bagaimana pentingnya pelestarian sumber
daya hayati laut, masyarakat juga diberikan motivasi agar mampu menjadikan daerah
pesisir lebih maju dan berkembang. Fokus usia pendidikan yang di berikan oleh
Cakrawala Nusantara adalah kepada anak usia dini sampai anak usia sekolah menengah
pertama. Karena mulai dari usia dini anak berkembang pengetahuannya, kemudian anak
juga pada masa golden age sangat penting untuk diberikan stimulasi sejak awal,
sehingga karakter dan akhlak anak terbentuk dengan baik hingga dewasa kelak.

2. Program Apa yang ditawarkan ?

Cakrawala Nusantara mempunyai dua program besar yang diunggulkan untuk


pengembangan pendidikan kemaritiman,

a. Pendidikan
Pendidikan menjadi sorotan utama Cakrawala Nusantara, melalui inovasi
pendidikan kemaritiman Cakrawala Nusantara ingin mengembang tumbuhkan
wawasan kemaritiman masyarakat peisisr dengan dua metode yaitu :
 Talk Show Inspiratif
Talk Show Inspiratif yang dikemas oleh Cakrawala Nusantara adalah,
mendatangkan tokoh-tokoh inspirator di Indonesia yang bergerak di
bidang pendidikan dan kemaritiman, kemudian mereka memberikan
motivasi, pendidikan kemaritiman, serta mengembangkan wawasan
kemaritiman anak-anak pesisir melalui Talk Show Inspiratif, sehingga
tergugah nilai-nilai cinta akan kemaritiman dan keinginan meraih cita-
cita setinggi mungkin oleh anak-anak pesisir, karena anak pesisir berhak
mempunyai mimpi setinggi-tingginya.

Gambar 1 : Ini merupakan bentuk dokumentasi kegiatan Talk Show Inspiratif


Cakrawala Nusantara di Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu
 Character Building Training (CBT)
Character Building Training merupakan pelatihan yang difokuskan
untuk pembentukkan karakter anak, pelatihan ini diberikan kepada anak
usia sekolah menengah pertama. Dalam pelatihan ini Cakrawala
Nusantara ingin mengembangkan nilai-nilai karakter anak, dan
bagaimana etika anak dalam menjaga sumber daya hayati laut. Dalam
pelatihan karakter ini, akan dilaksanakan dengan berbagai metode dan
strategi pembelajaran, salah satunya adalah kegiatan menaman tanaman
mangrove, anak akan dibekali dengan pengetahuan seputar tanaman
mangrove terlebih dahulu, barulah mengajak mereka menanam
mangrove dan bagaimana memelihara tanaman mangrove. Selain
kegiatan menenam tanaman mangrove, Character Building Training
juga melatih rasa percaya diri anak, melatih jiwa kepemimpinan, dan
ketangguhan anak, karena anak pesisir harus mempunyai jiwa perkasa
dan kuat, karena mereka harus mampu menjadi penakluk samudera yang
luas.

b. Literasi

Literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks,


dinamis, ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut
pandang. Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang
dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh
kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar
literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi
pengembangan makna literasi secara lebih luas. Cakrawala Nusantara
memandang literasi sangat penting dikembangkan pada anak-anak pesisir
karena melalui literasi akan berkembang kemampuan bahasa anak dengan
maksimal. Dalam mengembangkan literasi Cakrawala Nusantara memiliki
konsep belajar yang disetting dan dinamai dengan Halaman Pintar.
 Halaman Pintar
Halaman pintar merupakan setting pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan literasi anak, dalam settingannya halaman pintar berbentuk
halaman yang luas yang didalamnya terdapat 3 program, yaitu 3 B (
Bermain, Baca, Belajar), 3 program ini dibatasi dengan sekat dari
masing-masing program. Pertama yaitu bermain, bermain merupakan
kegiatan main anak yang diberikan oleh inspirator Cakrawala Nusantara
untuk anak Pendidikan Usia Dini sampai anak Sekolah Dasar, permainan
yang diberikan adalah permainan yang berkaitan dengan kemaritiman,
salah satunya bermain jaring ikan. Kemudian B kedua yaitu baca, baca
merupakan kegiatan membaca anak yang dikemas dengan berbagai
metode, yaitu menyediakan buku-buku bacaan kemaritiman kepada anak
mulai dari buku cerita, ensklopedia kemaritiman, dll, kemudian
mengajak anak mendengarkan cerita/storytelling, dan membimbing anak
yang baru mulai belajar membaca awal (usia 4-6 tahun). Dan yang
terakhir Belajar, merupakan kegiatan mengenalkan dan mengajarkan
anak bahasa asing, salah satunya bahasa Inggris dengan pembelajaran
yang menyengangkan yang tetap disesuaikan dengan konsep
kemaritiman, salah satu metode belajar bahasa inggris ini, yaitu
mengenalkan kosa kata berbahasa inggris hewan yang ada di laut.
3. Tujuan Apa yang ingin di capai ?

Tujuan dari inovasi pendidikan kemaritiman yang dikembangkan oleh Cakrawala


Nusantara adalah, agar anak-anak pesisir sejak usia dini (golden age) sudah memahami
arti penting dari menjaga lingkungan sumber daya hayati laut, mencintai dan
melestarikannya, serta memiliki semangat yang tinggi dalam meraih cita-cita saat
mereka dewasa kelak. Besar harapan dari para Inspirator Cakrawala Nusantara, agar
anak-anak pesisir memiliki kepercayaan diri walaupun mereka berasal dari daerah
pesisir, walaupun mereka hanyalah seorang nelayan, namun mimpi dan cita-cita mereka
tetaplah melambung tinggi ke angkasa. Sehingga Indonesia yang 65 % terdiri dari
daerah pesisir, memiliki sumber daya manusia dan sumber daya daya hayati laut yang
saling berkesinambungan dan berkembang dengan baik.
Penutup

Pendidikan kemaritiman merupakan sebuah usaha memberikan wawasan sumber


daya hayati laut kepada anak, dan memberi motivasi untuk mengembangkan praktek
konservasi sumberdaya alam di wilayah pesisir. Memberikan pendidikan kemaritiman
kepada anak, merupakan sebuah inovasi pendidikan yang menjadi solusi bagi
permasalahan masyarakat pesisir. Berbagai metode, strategi, teknik, media dalam
pembelajaran yang bisa digunakan dalam upaya pengembangan inovasi pendidikan
kemaritiman untuk anak, sehingga tertanam rasa cinta terhadap laut dan sumber daya
hayati laut dari anak sejak dini sampai mereka dewasa kelak. Inovasi pendidikan
kemaritiman untuk anak pesisir sangat membantu mereka dalam memahami dan
mencintai sumber daya hayati laut, dan belajar melestarikannya sehingga permasalahan
dan kekhawatiran terhadap kemaritiman Indonesia dapat diatasi dengan baik. Cakrawala
berharap bisa menjadi salah satu komunitas penggerak yang mengembangkan
pendidikan kemaritiman bagi anak-anak pesisir dan berharap kelak memiliki cabang di
seluruh daerah pesisir di Indonesia.

Identitas
Nama : Gemala Ranti
Tempat tanggal lahir : Surian, 7 Juni 1993
Nomor ponsel : 081276509628
Alamat surel : gemalaranti154@gmail.com
Alamat : Jl. Pemuda 3, No.20, RT 14 RW 02, Kelurahan Rawamangun,
Jakarta Timur
Status : Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Judul Esai
“ECO-FRIENDLY TRANSPORTATION TEKNOLOGI
MASA DEPAN INDONESIA”

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai


“Inovasi Untuk Indonesia”

Penulis :
Prabujati Adistya NIS. 17202

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI JAWA TENGAH
SMA NEGERI 1 CILACAP
Jl. Jend. M.T Haryono No. 730 Telp. 0282-533765 Fax 0282-535863 CILACAP

2017
Pada era ini, terdapat berbagai alat transportasi modern yang digemari oleh
masyarakat karena mampu menempuh jarak yang jauh maupun dekat dalam
waktu yang relatif singkat. Teknologi yang digunakan pun cukup canggih dan
efektif. Selain itu, pasti terdapat mesin yang berfungsi untuk menggerakan alat
tersebut. Namun sumber energi yang digunakan untuk menggerakkan mesin
tersebut masih tergantung pada bahan bakar minyak. Sedangkan bensin termasuk
salah satu olahan minyak bumi yang jumlahnya semakin menipis. selain itu,
cadangan BBM Negara Kesatuan Republik Indonesia terus menyusut dan
diperkirakan 20 tahun lagi sumber energi ini akan terkuras habis (DESDM,
2005). Oleh karena itu diperlukan sebuah inovasi guna memproduksi sumber
enegi yang dapat menggerakan mesin tersebut agar mampu bergerak dan
memproduksi energi secara mandiri tanpa harus bergantung pada pembakaran
bensin.
Peneliti memandang perlu adanya sumber energi lain yang dapat
menggerakan mesin kendaraan bermotor, yaitu energi listrik. Akan lebih baik
apabila sumber energi ini merupakan sumber energi yang berkelanjutan, ramah
lingkungan, dan mudah didapatkan pada saat kendaraan tersebut sedang bergerak.
Dilihat dari sisi lain, energi yang berkelanjutan atau energi alternatif yang
berlimpah pada saat kendaraan sedang bergerak adalah energi angin. Energi
angin salah satu energi yang berkelanjutan dan mudah dikonversi menjadi energi
listrik seperti pada sistem kincir angin yang sudah banyak diterapkan di berbagai
negara eropa. Akan tetapi, kincir angin yang dibuat untuk pembangkit listrik
rumah tangga di beberapa negara eropa adalah turbin yang besar dengan proses
yang begitu rumit serta bahan yang berat dan besar, tentu ini menjadi masalah
utama dalam pembuatan turbin angin pada kendaraan bermotor. Jika turbin ini
dibuat pada kendaraan bermotor tanpa adanya penyederhanaan sistem pastilah
akan mengganggu pengemudian kendaraan tersebut, bahkan dapat
mengakibatkan kecelakaan bagi pengendara.
Disisi lain, daya listrik yang diperlukan untuk mengerakkan mesin pada
setiap kendaraan bermotor pun tidak sebanyak daya yang diperlukan oleh banyak
rumah – rumah seperti di beberapa negara eropa. Oleh karena itu sistem yang
diperlukan tidak sebesar sistem turbin pada umumnya, karena panjang diameter

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 2


turbin tergantung pada berapa jumlah daya dan kuat arus listrik yang dibutuhkan.
Dari aspek lain kuatnya daya angin juga berpengaruh terhadap berapa energi
kinetik yang dihasilkan, yang nantinya akan dikonversi menjadi energi listrik
oleh generator atau dinamo. Dengan ini berarti besar dan panjang diameter sudu
tergantung pada berapa daya listrik yang dibutuhkan oleh kendaraan bermotor
yang diinovasikan. Maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui sistem
kerja dari mobil listrik bertenaga angin itu sendiri. Maka dari metode eksperimen
diperlukan untuk mengadakan suatu percobaan dan analisa untuk mendapatkan
suatu hasil yang menegaskan antara variabel – variabel yang diselidiki. Adapun
variabel yang menjadi tolak ukur yaitu panjang diameter panjang sudu turbin dan
daya listrik yang mampu dikonversikan (Nazir, 2003). Penelitian ini bertujuan
untuk menguji kuatnya arus dan daya listrik yang dihasilkan oleh Wind Converter
(WiCt) pada Eco-friendly Transportation. Penelitian ini merupakan kelompok
uji penerimaan dalam melihat berapa kuat dan daya listrik yang dihasikan, di
mana dalam uji tersebut peneliti menguji kuatnya arus dan daya listrik yang
dihasilkan Wind Converter (WiCt) yang digunakan sebagai pemasok enegi utama
untuk menggerakan kendaraan Eco-friendly Transportation. Penelitian dilakukan
di SMA Negeri 1 Cilacap selama 4 bulan terhitung mulai bulan Januari tahun
2017 hingga bulan April tahun 2017. Uji kekuatan angin dan daya listrik
dilakukan dengan cara pembuatan Wind Coverter (WiCt) dengan berbagai ukuran
yang berbeda-beda. Lalu peneliti membuat semua ukuran dengan memberikan
berbagai macam kekuatan angin yang mungkin terjadi pada saat Eco-friendly
Transportation sedang digunakan di jalan, untuk menguji kekuatan dan kinerja
dari Wind Converter (WiCt) tersebut. Dengan menggunakan Multi Tester, Silet,
Gitung, Lem Polivinil, sudu, dinamo altenator, kabel, Sensor piezoelektrik yang
merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengubah deformasi mekanik
menjadi medan listrik. (Tama, 2009), Aki, Magnet, Motor Listrik, Kontak Point
Ket Out (Angkle), Saklar Tarik, Inverter DC 12V to AC 220V dan Kerangka
Mobil.
Prosedur yang dilakukan untuk menguji kecepatan Eco-friendly
Transportation, daya listrik yang dihasilkan oleh WiCt dan Daya yang

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 3


dikeluarkan oleh Eco-friendly Transportation untuk bergerak, serta keefektifan
energi yang dihasikan oleh Wind Converter (WiCt) , antara lain :
1. Pengujian kecepatan Eco-friendly Transportation dilakukan dengan cara
mengijak gas yang sudah dirakit pada Eco-friendly Transportation sehingga
dapat dilihat kecepatan maksimal Eco-friendly Transportation
2. Pengujian daya listrik yang dihasilkan oleh WiCt dengan mengukur voltase
yang dihasilakn oleh WiCt berserta Sensor Pizoelektrk dan Letivsai
magnetik lalu menjadi daya dengan rumus P = V x I. Lalu
membandingkannya dengan daya yang dikeluarkan oleh aki untuk
menggerakan Eco-friendly Transportation supya energi yang masuk
sebanding dengan energi yang keluar.
3. Pengujian keefektifan energi yang dihasilkan dilakukan dengan cara
membandingkan daya energi listrik yang dihasilkan oleh Wind Converter
(WiCt) dengan energi listrik yang didapat oleh pengisian biasa yang
dilakukan oleh mobil listrik pada umumnya.

Gambar Rangkaian Dari Eco-friendly Transportation

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Maka dari itu Eco-friendly Transportation mampu bersaing dengan kendaraan


bersumber energi bensin kecepatan yang dihasilkan oleh Eco-friendly Transportation

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 4


dapat membantu masyarakat untuk berpergian yang hanya memerlukan sumber energi
dari energi alternatif angin, letivasi magnetik dan gaya tekan dari penumpang, sehingga
penggunaan tidak memerlukan banyak biaya dan jauh lebih ramah lingkungan

Energi angin yang tersedia sangat banyak pada saat Eco-friendly Transportation
berada di jalan atau pada saat digunakan sebaiknya dapat dimanfaatkan dengan baik
guna menjadikan salah satu sumber energi Makanik pada kendaraan bermotor. Setelah
peneliti melakukan pengujian menghasilkan sebuah energi mekanik bersumber dari
energi angin yang membuat sebuah energi kinetik pada Wind Converter(WiCt) yang
kemudian menjadi energi listrik.

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian.

Daya Litrik Daya Listrik


(yang dihasilkan WiCt) (yang digunakan Motor Listrik)
P=V x I P=VxI
P = 12 v x 3 A P =`12 v x 3A
= 36 Watt = 36 Watt

Sehingga peneliti dapat membandingkan daya listrik yang yang dihasilkan oleh
Wind Converter (WiCt) dan daya yang digunakan oleh motor listrik agar tidak terjadi
kekurangan daya listrik pada Eco-friendly Transportation.

Daya yang dihasilkan oleh Piezoelektric Sensors dapat dihitung dengan


memberikan tekanan pada tempat duduk pada Eco-friendly Transportation sebesar 60
kg sehingga daya listrik yang dihasilkan sebesar 0,1 watt/s menurut (Arno, A. 2008)
waktu pengujian yang dilakukan oleh peneliti selama 1 detik sehingga daya total yang
dihasilkan oleh sensor pizoelektrik untuk membantu putaran sudu Wind Converter
(WiCt), yaitu :
Ptotal = P x n

Ptotal = jumlah daya (watt)


P = Daya yang dihasilkan setiap detik (watt/s)
n = Jumlah piezoelektrik yang dirangkai

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 5


Maka :
Ptotal = P x n
Ptotal = 0,1 Watt/s x 35
Ptotal = 3,5 Watt

Energi listrik yang dihasilkan oleh Wind Converter (WiCt) adalah energi listrik
dengan arus DC (Searah) yang mampu langsung digunakan untuk pengisian
akumulator, namun karena motor listrik yang digunakan untuk mengerakan Eco-
friendly Transportation bersumber listrik AC (Bolak – Balik) sehingga diperlukan
pengubahan arah arus listrik dengan menggunakan alat inverter dari DC 12 v mampu
mendukung energi listrik AC (Bolak Balik) sebesar 220 V yang dipasang pada
rangkaian sistem, sehingga arus listrik yang keluar dari aki dapat dimanfaatkan
langsung untuk menggerakan motor listrik Eco-friendly Transportation.
Arus listrik yang dihasilkan oleh Wind Converter (WiCt) harus diubah terlebih
dahulu menjadi arus AC (Bolak - Balik) karena arus listrik yang dihasilkan oleh alat
pengkonversi angin tesebut ialah DC (Searah), supaya daya listrik yang dihasilkan oleh
Wind Converter (WiCt) dapat disimpan dengan baik pada Accu Eco-friendly
Transportation. Oleh karena itu, diperlukan suatu rangkaian sistem yang dapat
memproses arus dan daya listrik tersebut.

Bagan 4.1 Rangkaian Eco-friendly Transportation dengan Wind Converter


(WiCt)

Energi Angin
dengan bantuan Wind Converter (WiCt) Kontak Point Ket
Letivasi Magnetik dibantu oleh daya listrik Arus OutAngkel
DC
dan Sensor Pizoelektrik dan Letivasi Tidak
Teratur
Pizoelektrik Magnetik yang dipasang.
Arus DC
Teratur

inverter DC 12V to AC 220V Akumulator


Motor Listrik
Eco-friendly
Transportation Listrik DC
Penggunaan

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 6


Dari situ dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengolahan energi yang masuk kedalam
Wind Converter (WiCt) dapat berpengaruh secara optimal terhadap Eco-friendly
Transportation. Dapat dilihat dari bagaimana Wind Converter (WiCt) dapat mengolah
energi angin yang masuk menjadi energi gerak dan listrik yang cukup efisien untuk
memutar motor listrik, sehingga Eco-friendly Transportation mampu berjalan dengan
kecepatan tertentu hanya dengan modal energi alternatif angin berkelanjutan yang
diolah oleh Wind Converter (WiCt) dengan optimal.
Cara mengkonversikan energi alternatif angin menjadi listrik dengan
mengubahnya dulu menjadi energi kinetik atau gerak supaya dapat menggerakan
medan magnet dengan menggunakan tenaga angin lalu gerakan medan magnet
tersebut dengan mendekatkan kepada kumparan tembaga dengan cepat supaya terjadi
listrik arus DC yang kemudian diubah menjadi arus AC dengan menggunakan inverter
yang kemudian disalurkan pada mesin motor yang ada pada Eco-friendly
Transportation, guna mengerakan mesin sehingga menjadikan Eco-friendly
Transportation berjalan dan menjadi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.
Energi listrik yang diperluan untuk menggerakkan Prototype Eco-friendly
Transportation berbasis Wind Converter (WiCt) adalah energi listrik dengan arus AC
(bolak-balik) dengan besar daya 36 Watt, tegangan sebesar 12 Volt, sedangkan daya
listrik yang mampu dihasilkan oleh altenator yang digerakan oleh WiCt adalah 36 Watt
dengan besar tegangannya 12 volt sehingga perbandingan daya listrik yang masuk
dengan daya yang keluar adalah 1: 1 atau sebanding, sehingga tidak terjadi kekurangan
daya pada Eco-friendly Transportation. Oleh Sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
pengisian akumulator secara manual dengan disetrum sudah tidak diperlukan lagi
karena kerja dari pada penyetruman tersebut telah digantikan oleh listrik yang
dihasilkan oleh Wind Converter (WiCt).
Maka dari itu, penulis meyakini bahwa Eco-friendly Transportation dapat
diterapkan menjadi kendaraan yang ramah lingkungan karena dapat memproduksi
sumber energinya sendiri, sehingga dapat diterapkan sebagai kendaraan bersumber
energi listrik karya Indonesia yamg siap dipasarkan dan membuat nama Indonesia
menjadi sebuah negara pencetus Eco-friendly Transportation yang sudah menjadi
impian dunia.

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 7


DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Heri. 2007. Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu Sebagai Penggerak Mula
Alternator pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin. (Skripsi). Universitas
Negeri Semarang: Fakultas Teknik.
Andika, M dkk. 2007. Kincir Angin Sumbu Horisontal Bersudu Banyak. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma.
Anggraini, F. 2016. Pemanfaatan Energi Angin Pada Sepeda Motor Bergerak Untuk
Menyalakan Lampu. Bandar Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Arno, Antonio. Piezoelectric transducers and applications. 2008. New York: Springer.
Bintoro, A dan Prabowo, G. 2013. Penelitian dan Kajian Teknologi Pesawat Terbang.
Jakarta : Indonesia Book Project.
Bureau of Energy Efficiency (BEE). 2004, Goverment of India. Energy Efficiency
Guide Book,chapter 5, p 93-112.
DESDM. 2005. Rasio Cadangan Dibanding Produksi Minyak Bumi di Indonesia dalam
Kurun Waktu 18 tahun. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia.
Dewi, Marizka. 2010. Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Vertikal Dengan Modifikasi
Rotor Savonius untuk Optimasi Kinerja Turbin. Surakarta : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
Hasanudin. 2009. Analisis Pemakaian Bahan Bakar pada Auxiliary Power Unit (APU)
GTCP 85-129 H/J/K. Jakarta : Fakultas Teknik Industri, Teknik Mesin,
Universitas Gunadarma.
Kustija, Jaja. 2014. Listrik Pesawat. Bandung: Teknik Elektro Universitas Pendidikan
Indonesia.
Lasmani, M. 2003. Motor Listrik. Universitas Gunadarma. Jakarta
Nazir, Moch. 2003. Metode penelitian, Salemba Empat, Jakarta, 63.
Nugraha, Beni Setya. 2005. Sistem Pengisian dan Penerangan. Fakultas Teknik UNY.
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif.
Parekh, B. (2003). Cosmopolitanism and Global Citizenship. Review of International
Studies, 29, 3-17.

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 8


Putranto, Adityo. 2011. Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Untuk Penerangan
Rumah Tangga. Semarang: Fakultas Teknik Program Studi Diploma III
Teknik Mesin, Universitas Diponegoro.
Sendow, T.K dkk. 2013. Analisa Kecepatan Yang Diinginkan Oleh Pengemudi (Studi
Kasus Ruas Jalan Manado-Bitung). Manado. Fakultas Teknik, Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi.
Suryatin, Budi. Fisika IX. Jakarta : PT Grafindo, 2008.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis. cetakan kesembilan. Bandung: CV. Alfabeta.
Setiyo, Muji. 2010. Menjadi Mekanik Spesialis Kelistrikkan Sepeda Motor (Dalam
Kajian Teori dan Terapan). Bandung: Alfabeta. Hal. 142-145.
Zuhal. 2005. Prinsip Dasar Elektro Teknik. Surakarta: PT. Gramedia Pustaka

Prabujati Adistya - SMA N 1 Cilacap 9


ZERO BULLYING: SEBUAH GEBRAKAN UNTUK MENEKAN ANGKA
BULLYING

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai


“Inovasi Untuk Indonesia”

Penulis :
SITI MUSAYAROH
Pendahuluan
Baru-baru ini media Indonesia tengah digegerkan dengan pemberitaan bullying
yang dilakukan oleh siswa SMP di Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat
(14/7/2017). Aksi bullying tersebut terungkap setelah videonya viral di dunia maya dan
menjadi konsumsi publik. Video yang berdurasi sekitar 50 detik itu dengan jelas
mempertontonkan bagaimana si pelaku yang bergerombol dengan sok berkuasanya
membully satu siswa perempuan.
Kejadian diatas mengingatkan kepada kita bahwa betapa dekatnya bullying
dengan kehidupan anak-anak. Bullying bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Setiap
anak berpotensi menjadi pelaku maupun korban bullying. Namun kesadaran orang tua
dan guru tentang pentingnya memperhatikan anak dari bahaya perilaku bullying masih
nol besar.
Menurut data LSM Plan International dan International Center for Research on
Women (IRCW) yang melakukan riset terkait bullying pada tahun 2015, memaparkan
bahwa sebanyak 84% anak di Indonesia mengalami bullying di sekolah. Yang tak kalah
mengejutkan adalah ternyata angka tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain
di kawasan Asia, seperti Vietnam, Kamboja, Nepal dan Pakistan (geev.com). Tidak
menutup kemungkinan, angka tersebut terus merangkak naik mengingat bahwa belum
ada penanganan serius dari pemerintah Indonesia terkait masalah bullying di sekolah.
Seperti filosofi taman siswa yang dirintis Ki Hajar Dewantara, sekolah harusnya
menjadi tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi semua anak untuk belajar,
bermain, menjalin pertemanan dan berproses tumbuh kembang. Kemunculan kata
sekolah berasal dari bahasa Prancis “Schulee” yang berarti taman. Itulah sebabnya Ki
Hajar Dewantara menamai sekolah yang dirintisnya dengan “Taman Siswa”, dengan
harapan anak-anak dapat belajar dengan menyenangkan seperti berada di taman.
Sistem pembelajaran yang menyenangkan dan suasana yang nyaman, saat ini
bukanlah menjadi prioritas utama bagi orang tua dan guru. Yang menjadi hal penting bagi
orang tua saat ini adalah sekolah yang mencetak prestasi, namun hanya diukur dengan
deretan nilai. Jam sekolah yang padat, sistem pembelajaran yang kurang menyenangkan
dan tuntutan yang mensyaratkan semua siswa jago dalam semua mata pelajaran dapat
membuat siswa tertekan ketika berada di sekolah sehingga sebagian dari mereka
melampiaskannya dengan menjadi pelaku bullying.
Menilik statistika angka kasus bullying di Indonesia yang sangat tinggi tersebut,
isu bullying di Indonesia masih perlu mendapat perhatian khusus. Jika tidak, Indonesia
yang tengah mendapatkan bonus demografi ini, akan kehilangan kesempatan untuk
mencicipi masa-masa “Indonesia Emas” beberapa tahun kedepan. Untuk itu, isu bullying
perlu dibahas dan dikaji secara mendalam, bukan hanya sekedar berbagi definisi dan
dampaknya saja tapi bagaimana harusnya kita menjadi agen perubahan dalam mengatasi
kasus bullying. Tulisan ini hadir untuk memberikan solusi bagaimana cara menekan
angka bullying di sekolah.
Bullying dan Payung Hukum
Kata bullying berasal dari kata bully, yang dalam kamus bahasa inggris berarti
ancaman. Bullying dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perundungan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, rundung memiliki arti yaitu mengganggu, mengusik
terus-menerus, atau menyusahkan. Jadi, bullying atau perundungan adalah perbuatan
mengganggu, mengusik terus-menerus atau menyusahkan orang yang lebih lemah
darinya.
Sebagian besar orang menganggap bahwa bullying atau perundungan adalah
perbuatan kekerasaan yang berkaitan dengan kontak fisik. Padahal, ucapan seperti
mengejek dan menghina termasuk jenis bullying verbal. Menurut Wiyani (2012) contoh
perilaku bullying yaitu mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan,
menakut-nakuti, mengancam, menindas, memalak atau menyerang secara fisik.
Pemahaman yang keliru mengenai bullying ini mengakibatkan orang tua, guru dan
masyarakat kurang peka tentang kondisi perkembangan anak mereka. Bisa jadi, candaan
yang biasa anak-anak mereka lakukan dan terima adalah tindakan bullying. Meskipun
secara fisik mereka tidak terluka, namun secara psikologis biasanya anak akan terganggu
jika candaan itu ditujukan secara terus menerus. Korban bullying verbal ini sering
terabaikan karena dampak yang ditimbulkan tidak terlihat secara fisik namun lebih ke
arah psikis. Ketidakpekaan orang tua dan guru terhadap perubahan kondisi mental dan
psikis yang dialami anak, juga turut memperparah kondisi para korban bullying verbal.
Dampak bullying tidak boleh dianggap sebagai masalah enteng oleh guru dan
orang tua. Secara psikologis, korban bullying akan merasa cemas, khawatir, takut secara
berlebihan, malu, tertekan, dendam terhadap pelaku, mengasingkan atau menarik diri dari
lingkungan, kurang percaya diri, stress dan depresi. Yang lebih parahnya yaitu
melampiaskan diri dengan menggunakan obat-obatan terlarang, narkotika, minum-
minuman keras, bertindak kriminal atau membalas pelaku bullying dan bahkan
melakukan bunuh diri.
Untuk saat ini, cara pemerintah untuk menangani masalah bullying yaitu dengan
melakukan penyuluhan atau sosialisasi dan memberikan sanksi hukum bagi pelaku
bullying. Berdasarkan pasal 80 (1) UU No. 35 Tahun 2014 menyebutkan bahwa setiap
orang yang membiarkan, melakukan atau terlibat dalam kekerasan anak akan dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling
banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Penyelesaian kasus bullying
secara pidana adalah kurang tepat. Mengingat para pelaku bullying sendiri kebanyakan
adalah siswa. Oleh karenanya jika jalur penyelesaian dilakukan secara pidana maka akan
mengaburkan masa depan mereka.
Jika kita cermati lebih dalam, penyuluhan atau sosialisasi terkait bullying adalah
langkah pemerintah untuk mencegah melonjaknya angka kasus bullying dan payung
hukum adalah langkah mengobati. Permasalahannya adalah upaya pencegahan yang
dilakukan oleh pemerintah masih terlalu loyo. Itu sebabanya mengapa masih banyak
kasus bullying yang terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Bukankah mencegah lebih
baik daripada mengobati?
Zero Bullying: Sebuah Gebrakan dalam Menekan Angka Bullying
Dalam ranah pendidikan, Finlandia adalah negara yang mampu mendongkrak
kualitas pendidikan di negaranya dengan signifikan. Tak tanggung-tanggung, setelah
jatuh bangun memperbaiki sistem pendidikannya, negara dengan ibu kota Helsinki
tersebut menyandang predikat sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan nomor
wahid sedunia.
Meski mempunyai kualitas pendidikan terbaik sedunia, Finlandia pun tak
mengelak bahwa kasus bullying juga terjadi di sekolah-sekolah mereka. Namun
pemerintah dengan sigap mendorong Universitas Turku melakukan riset selama kurang
lebih 20 tahun untuk membuat program anti bullying. Adalah Kiva Koulu, program
unggulan Finlandia dalam menangani kasus bullying di sekolah-sekolah. Dengan
melibatkan peran orang tua, guru dan anak, program Kiva Koulu berhasil mereduksi
angka bullying di sekolah-sekolah Finlandia. Lantas, akankah program ini juga berhasil
jika diterapkan di negara kita?
Terinspirasi dari program-program di Finlandia adalah sah-sah saja. Namun,
apabila kita hanya mengcopy paste program-program dari Finlandia, hal tersebut tentu
tak selamanya akan sukses. Karena perlu digaris bawahi bahwa masyarakat Indonesia
memiliki kebergaman dalam hal letak geografis, suku, budaya dan bahasa. Untuk itu perlu
sebuah program inovatif yang menjawab tantangan dari keberagaman masyarakat
Indonesia.
Untuk mengatasi kasus bullying di sekolah-sekolah Indonesia, salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan program “Zero Bullying”, yaitu suatu
program untuk menekan angka bullying di sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa serta melibatkan orang tua dalam pelaksanaannya.
Program-program Zero Bullying harus dikembangkan oleh setiap sekolah itu sendiri
karena yang mengetahui kebutuhan, kelebihan dan kekurangan setiap siswa adalah
masing-masing guru di sekolah tersebut serta para orang tua. Kenapa harus melibatkan
orang tua? Karena sejatinya masalah anak di sekolah bukan sepenuhnya tanggung jawab
guru. Yang menjadi catatan merah pendidikan di Indonesia adalah kurang melibatkan
peran orang tua dalam pemantauan proses tumbuh kembang anak. Selama ini peran orang
tua dalam pendidikan bagi anak-anaknya adalah hanya sebatas sebagai penyedia dana.
Padahal yang terpenting adalah keterlibatan aktif dari orang tua dalam mendidik putra
putrinya.
Program Zero Bullying ini dilakukan dengan berbagai langkah. Hal pertama yang
dilakukan adalah pihak sekolah terlebih dulu merumuskan program-program Zero
Bullying yang meliputi kegiatan-kegiatan yang ditawarkan untuk siswa dan materi yang
ditujukan oleh orang tua, guru dan siswa itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang ditawarkan
kepada siswa harus kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung mengajarkan apa itu
kerja sama, tolong menolong, sportivitas, tanggung jawab dan nilai-nilai karakter lainnya
serta kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan diri siswa. Dimana dengan
kegiatan tersebut, siswa menjadi lebih percaya diri karena mereka memiliki suatu
kemampuan yang dapat dibanggakan dan diapresiasi oleh lingkungan sekitar. Kegiatan-
kegiatan tersebut bisa berupa kegiatan ekstrakurikuler, outbound per semester, class
meeting serta kejuaraan antar kelas. Sedangkan, materi yang ditujukan kepada orang tua
dan guru adalah materi yang berisi bagaimana memantau perkembangan anak di rumah
dan di sekolah serta bagaimana menyikapi sikap dan perubahan yang terjadi pada anak.
Dengan begitu, setiap proses tumbuh kembang dan perilaku anak akan terpantau dengan
baik. Dan materi untuk siswa itu sendiri lebih berkaitan bagaimana cara menghindari
perilaku bullying, menyikapi atau merespon, melawan dan melaporkan perilaku bullying
yang dilakukan siswa lain.
Setelah program terumuskan, maka langkah selanjutnya adalah menjalin kerja
sama dengan orang tua siswa. Namun sekolah perlu melakukan sosialisasi terlebih dahulu
dengan para orang tua untuk menyamakan persepsi terkait program Zero Bullying. Orang
tua disini mempunyai peran yang sama penting dengan guru. Mereka adalah super team
yang saling bertukar informasi mengenai perkembangan anak. Disini, orang tua dituntut
untuk terus berkomitmen dalam memantau setiap perkembangan dan perilaku anak.
Tanpa keterlibatan orang tua, guru akan kesulitan mengontrol perilaku anak-anak di
rumah. Karena anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dari pada di
sekolah, hal terebut memungkinkan bahwa selama di rumah, anak mendapat banyak
pengaruh buruk dari luar seperti pergaulan bebas, masalah keluarga atau pertemanan dan
lain-lain yang dapat menyebabkan diri mereka tertekan dengan masalahnya dan
melampiaskan amarahnya dengan melakukan bullying pada temannya di sekolah.
Selanjutnya, sekolah perlu mendirikan unit layanan Zero Bullying untuk
memudahkan para orang tua melapor apabila anak mereka terindikasi menjadi korban
atau bahkan pelaku bullying. Unit layanan ini dapat berdiri sendiri atau tergabung dengan
unit bimbingan dan konseling yang sudah ada di sekolah. Yang menjadi catatan penting
hanyalah, perlu adanya prosedur yang jelas apabila orang tua ingin melaporkan jika
anaknya menjadi korban atau pelaku bullying atau jika ada siswa yang ingin melapor
ketika mengetahui adanya perilaku bullying di sekolah. Adanya unit layanan ini
diharapkan dapat memberikan ruang kepada orang tua, guru dan siswa untuk
menyelesaikan masalah bullying dengan bijaksana tanpa harus menempuh jalur hukum.
Sebisa mungkin bahwa kasus bullying tidak akan sampai mengaburkan masa depan
pelakunya namun tetap membuat mereka jera sekaligus menjamin rasa aman dan nyaman
bagi korbannya.
Terakhir, monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
program yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan dan memberikan hasil yang
maksimal atau belum. Jika belum, maka perlu dilakukan perbaikan atau bahkan
perubahan program secara total. Yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi antara
lain yaitu kegiatan-kegiatan yang ditawarkan oleh siswa, keterlibatan orang tua dalam
implementasi program Zero Bullying serta seluruh proses jalannya program. Monitoring
dan evaluasi bukan hanya dilakukan sekali atau dua kali, tetapi terus menerus atau
sustainable. Dengan begitu, program Zero Bullying akan terus berjalan sesuai koridornya.
Simpulan dan Rekomendasi
Kasus bullying yang terjadi di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru
di sekolah, melainkan juga tanggung jawab orang tua dan anak itu sendiri. Langkah-
langkah dalam implementasi program Zero Bullying yaitu merumuskan program,
menjalin kerja sama dengan orang tua, membangun unit layanan serta melakukaan
monitoring dan evaluasi secara sustainable. Dengan menerapakan program Zero
Bullying, diharapkan angka kasus bullying di sekolah dapat ditekan karena program
tersebut melibatkan peran aktif orang tua, guru dan siswa itu sendiri. Untuk itu, perlu bagi
setiap sekolah untuk membuat program “Zero Bullying” versi sekolah mereka masing-
masing yang didasarkan kepada kebutuhan siswanya. Meski hal tersebut tidak bersifat
wajib bagi setiap sekolah, namun kita perlu menyadari bahwa setiap orang dilarang
menempatkan membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan kekerasan terhadap anak seperti yang tertuang dalam pasal 76C UU No. 35
Tahun 2014. Untuk itu, dengan menerapkan program Zero Bullying, sekolah turut
berperan dalam melindungi siswa dari perilaku kekerasan anak.

Referensi
Geev.com. (2016). Statistik Bullying di Indonesia Tinggi, Hentikan Bullying di Sekolah!.
Diunduh dari www.geev.com, pada tanggal 8 September 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Diunduh
dari www.kpai.go.id, pada tanggal 8 September 2017.
Wiyani, N. Ardy. (2012). Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
JUDUL ESAI
“ PEMUTUAN APEL MANALAGI MENGGUNAKAN APLIKASI PENGOLAHAN
CITRA“
Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai
“Inovasi Untuk Indonesia”

Penulis :
Ahmad Haris Hasanuddin Slamet
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Dengan
iklim, suhu dan kelembaban yang cocok maka hampir seluruh tanaman dapat tumbuh baik
di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, banyak potensi lokal di
Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk unggulan. Apel (Malus
sylvestris Mill) merupakan produk pertanian unggulan dari Indonesia.. Apel sudah mulai
ditanam pada tahun 1934 dan dapat tumbuh, serta berbuah secara baik di Indonesia.
Kabupaten Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan merupakan sentra produksi apel di
Indonesia (Soelarso, 1996:9).
Produksi Apel di Indonesia cukup tinggi. Hal ini ditunjukan dari data produksi di
sentra produksi apel yaitu Kecamatan Poncokusumo yang berada di Kabupaten Malang dan
Kota Batu. Produksi apel di Kecamatan Poncokusumo besar pada tahun 2011 mencapai
150.545 ton (Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Malang tahun 2013 dalam Rahaju
dan Muhandoyo, 2013) sedangkan di Kota Batu mencapai 621.701 ton pada tahun 2015
(Statistik Kota Batu, 2016).
Apel manalagi merupakan salah satu jenis apel yang sudah banyak dikenal
masyarakat secara luas karena memiliki rasa yang enak dan harganya terjangkau. Selain itu,
apel ini juga banyak memiliki manfaat untuk kesehatan. Dalam meningkatkan harga jual
sudah banyak produk olahan dari apel ini diantaranya di olah menjadi kripik dan jus.
Sebelum di olah menjadi berbagai macam produk, proses pascapanen pertama yang
dilakukan adalah pemutuan. Proses pemutuan dilakukan dengan mengkatagorikan apel
berdasarkan kelas mutu. Tujuan pemutuan adalah memberikan nilai tambah/peningkatan
nilai jual dari apel sesuai kelas mutunya.
Secara umum di Indonesia sebagian besar pemutuan apel manalagi dilakukan secara
manual dengan tenaga manusia. Cara pemutuan seperti memiliki banyak kekurangan
diantaranya hasil pemutuan kurang seragam, membutuhkan waktu yang lama dan
melelahkan, dan perbedaan persepsi mutu produk hasil pemutuan karena unsur
subyektifitas. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif dalam pemutuan apel manalagi
sehingga diperoleh hasil yang seragam.
Pengolahan citra (image processing) dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan
dalam pemutuan apel manalagi. Pengolahan citra adalah proses pengolahan dan proses
analisa citra yang banyak melibatkan persepsi visual (Ahmad, 2005:4). Pengolahan citra
dapat menentukan parameter dari mutu buah seperti tingkat kematangan, berat buah, lebar
buah, dan area cacat yang merupakan acuan pemutuan secara manual.

II. ISI

A. Aplikasi Pemutuan Apel Manalagi


Aplikasi pemutuan dibuat berdasarkan prinsip pengolahan citra. Proses pertama yang
dilakukan yaitu mengambil citra buah apel berdasarkan kelas mutu, dapat dilihat pada
gambar 1. Kelas mutu ini mengacu pada kelas mutu yang digunakan oleh salah satu
pengepul di Kota Batu. Aplikasi dibuat dengan menggunakan software SharpDevelop 4.2.
Aplikasi ini dibuat untuk mendapatkan variabel mutu buah Apel Manalagi. Variabel mutu
yang dijadikan acuan untuk dihitung dalam proses pemutuan Apel Manalagi yaitu
perimeter, area, tinggi, lebar, indeks warna r, g, dan area cacat. Tampilan aplikasi dapat
dilihat pada gambar 2.
(a) (b) (c)

(d) (e)

(a) Kelas mutu Super; (b) Kelas mutu A; (c) Kelas mutu AB; (d) Kelas C putih; (e)
Kelas mutu Reject
Gambar 1. Sampel Buah Apel Manalagi Pada Berbagai Kelas Mutu

Gambar 2. Aplikasi Pemutuan Apel Manalagi


B. Pengujian Pemutuan Apel Manalagi dengan Menggunakan Aplikasi Pengolahan Citra
Pengujian hasil pemutuan Apel Manalagi dilakukan terhadap 75 sampel mutu buah
Apel Manalagi. Pengujian dilakukan mengacu pada pemutuan apel manalagi yang
dilakukan secara manual. Pengujian secara manual dikodekan dengan “Aktual” dan
pengujian dengan aplikasi dikodekan dengan “Prediksi”. Sampel mutu tersebut meliputi
mutu Super, A, AB, C, dan Reject. Pengujian akurasi aplikasi ini dilakukan dengan proses
validasi menggunakan confusion matrix. Hasil pengujian menggunakan confusion matrix
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Aplikasi Pemutuan Apel Manalagi
Prediksi Total Akurasi
Kelas Mutu
Super A AB C Reject baris produksi
Super 13 2 0 0 0 15 86,67%
A 2 11 1 1 0 15 73,33%
Aktual
AB 0 1 10 2 2 15 66,67%
C 0 0 0 12 2 15 80%
Reject 0 0 1 0 15 15 100%
Total kolom 15 14 12 15 19 75
Akurasi user 86,67% 78,57% 83,33% 80,00% 78,95%
Kesalahan komisi 17,65% 23,08% 14,29% 20,00% 12,5%
Akurasi total: 81,42%
Sumber: Data Primer (2015).
Berdasarkan tabel 1, hasil ketepatan pengujian mencapai 81,42%. Dengan demikian
aplikasi pemutuan apel manalagi dapat menduga hampir keseluruhan kelas mutu apel
manalagi dengan acuan kelas mutu manual.

III. PENUTUP
1. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai total akurasi sebesar 81,42%. Berdasarkan
data tersebut, aplikasi sudah dapat menduga hampir keseluruan kelas mutu acuan mutu
manual.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan acuan pemutuan manual menggunakan alat bantu
pemutuan seperti penggaris, jangka sorong, dan timbangan sehingga meningkatkan
ketepatan dalam pemutuan.

Anda mungkin juga menyukai