Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

FILSAFAT ILMU DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI

WAODE RIZKY AMALIA

A062181023

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

1. FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita
ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat
berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.Pengetahuan dimulai dengan
rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai
dengan ke dua-duanya.
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan
terminology. Yang dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Tujuan dari filsafat adalah mencari
hakikat dari suatu objek/gejala secara mendalam.

B. OBJEK FILSAFAT

1.Objek material filsafat; yaitu hal yang diselidiki, dipandang, atau disoroti
oleh suatu disiplin ilmu. Yang sifatnya sangat luas mencakup segala
sesuau yang ada.
2.Objek formal filsafat; yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara
umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.(Lasiyo
dan Yuwono, 1985,6)

C. METODE FILSAFAT

1. Metode Kritis (Socrates, Plato) : Bersifat analisis istilah dan pendapat.


Merupakan hermeneutika, yang mejelaskan keyakinan, dan
memperlihatkan pertentangan.
2. Metode Intuitif (Plotinus, Bregson) : Dengan jalan introspeksi intuitif, dan
dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual
(besama dengan pensucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan
pemikiran. Bergson: dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses
perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode skolastik (Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad
Pertengahan) : Bersifat sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari
definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik
kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris ( Rene Descartes dan Pengikutnya) : Melalui analisis
mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat
‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat
itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris (Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume) : Hanya
pengalamanlah menyajikan pengertian benar; maka semua pengertian (ide-
ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi)
dan kemudian disusun bersama secara geometris.
6. Metode Transdental (Immanuel Kant, Neo-Skolastik) : Bertitik tolak dari
tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat
apriori bagi pengertian sedemikian.
7. Metode Fenomenologis (Husserl, Eksistensialisme) : Dengan jalan
beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomin dalam
kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
8. Metode Dialektis (Hegel, Marx) : Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran
arau alam sendiri, menurut triade tesis, antithesis, sintesis dicapai hakikat
kenyataan.
9. Metode-Neopositivistis : Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan
jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahua
positif (eksakta).
10. Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein) : Dengan jalan analisa pemakaian
bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis.
(Anton Bakker, 1984, 21-22)
D. CIRI-CIRI FILSAFAT
1. Menyeluruh. Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri
dan bukan hanya ditinjau dari sau sudut pandangan tertentu. Pemikiran
kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan
ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar. Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat
dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
3. Spekulatif. Artinya hasil pemmikiran yang didapat dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya.

E. ASAL DAN PERANAN FILSAFAT

1. Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu
keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
2. Peranan Filsafat
Ada tiga peranan filsafat, yaitu sebagai pendobrak, pembebas,
pembimbing. Filsafat membebasakan manusia dari cara berpikir yang
mistis dan mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara
rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan
dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih
mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai
radix dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan
manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang utuh dan begitu
fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral
dan koheren.
F. KEGUNAAN FILSAFAT
Filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia
tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu
dipelajarinya dari dua jalur: secara sistematik dan secara historis. Menurut
sebagian para filsuf kegunaan secara umum dari filsafat adalah sebagai berikut.
1. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat
yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang
maha berharga.
2. Rene Descrates yang menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba
sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi
berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada suatu kebenaran
yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
3. Alfred North Whitehead. “Filsafat adalah keinsaan dan pandangan jauh ke
depan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan
kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban.”
4. Maurice Marleau Ponty mengatakan bahwa jasa dari filsafat baru ialah
terletak dalam sumber pnyelidikannya, sumber itu adalh eksistensi dan
dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia. (Burhanuddin
Salam,1988,110-111)
Disamping kegunaan secara umum, filsafat juga dapat berguna secara
khusus dalam lingkungan sosial-budaya indonesia.

G. CABANG-CABANG FILSAFAT

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan
mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang
termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah
lagi yakni, teori tentang ada: metafisika; dan kajian mengenai organisasi
social/pemerintahan yang ideal: politik. Kelima cabang ini kemudian berkembang
lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih
spesifik antara lain mecakup: Epistemology (filsafat pengetahuan); Etika ( Filsafat
Moral); Estetika (Filsafat Seni); Metafisika; Politik (Filsafat Pemerintahan);
Filsafat Agama; Filsafat Ilmu; Filsafat Pendidikan; Filsafat Hukum; Filsafat
Sejarah; Filsafat matematika.

2. FILSAFAT ILMU

A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang


secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.
Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tiga medan telaah tentang gambaran singkat pengertian filsafat ilmu sebagai
berikut.
1. Filsafat ilmu adalah sautu telaah kritis terhadap metode yang digunakan
oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan dan terhadap
struktur penalaran tentang system lambang yang digunakan.
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar
konsep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk
membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan.
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan tang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujuan untuk menetapkan batas yang tegas
mengenai ilmu tertentu ( Hartono Kasmadi,dkk., 1990, 17-18)

B. OBJEK FILSAFAT ILMU

1. Objek Material Filsafat Ilmu ; adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis, dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
umum.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu ; adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan,
artinya filsaat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar
ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu merupakan telaah yang ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan:
1. Objek apa yang ditelaah ilmu? bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut? Bagaimana huungan antara objek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikit, merasa dan mengindera) yang membuah
pengetahuan (landasan ontologis)
2. Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu?bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus dipehatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? apa yang disebut
kebenaran itu sendiri ? apakah kriterianya ? cara/teknik/sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
(landasan epistimologis)
3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
(landasan aksiologis)

C. LIGKUP FILSAFAT ILMU

Menurut Ernest Nagel filsafat ilmu mencakup tiga bidang luas:


1. Pola logis ang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu;
2. Pembuktian konsep ilmiah;
3. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.

D. PROBLEMA FILSAFAT ILMU


1. Apakah konsep dasar dari ilmu ? maksudnya bagaimana filsafat ilmu
mencoba untuk menjelaskan praanggapan dari setiap ilmu, dengan
demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagi
setiap cabang ilmu.
2. Apakah hakikat dari ilmu ? artinya langkah-langkah apakah suatu
pengetahuan sehingga mencapai yang bersifat keilmuan.
3. Apakah batas-batas dari ilmu ? maksudnya apakah setiap ilmu mempunyai
kebenaran yang bersifat sangat universal ataukah ada norma-norma
fundamental bagi kebenaran ilmu.

E. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT ILMU

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang


menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi
dan metode keilmuan.
3. Filsafat ilmu memberikan prndasaran logis terhadap metode keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai