By. V usia 9 bulan di bawa ibunya ke RS untuk imunisasi. Saat akan menyuntikan vaksin,
dokter menanyakan apakah By. V sedang demam atau batuk pilek. Ibu By. V mengatakan
anaknya tidak demam maupun batuk pilek, namun anaknya selalu demam setelah di
imunisasi. Selain melakukan imunisasi pada bayinya, ibu tersebut menyatakan
kekhawatirannya karena bayi V sampai saat ini belum bisa duduk sendiri, padahal anak
tetangganya yang berusia sama sudah mulai belajar berdiri. Dokter akhirnya melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan KMS dan Denver tes untuk menilai tumbuh kembang
By. V. Melalui pengamatan terhadap raut wajah By. V, dokter juga menemukan beberapa
kelainan seperti flat nasal bridge, upward slanting palpebral fissure, hidung pesek dan anak
tampak floopy. Dokter menduga By. V menderita kelaianan kromosom yaitu down
syndrom dan menyarankan ibu By. V untuk mengikuti konseling genetik.
KLARIFIKASI MASALAH
1. Imunisasi :
Suatu upaya meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif maupun pasif terhadap
suatu antigen sehingga apabila terpapar antigen yang serupa sehingga tidak terjadi
penyakit.
2. Vaksin :
Antigen yang dapat merangsang imunitas tubuh, sehingga jika terpapar antigen
yang sama, tidak menimbulkan penyakit
3. KMS :
Kartu yang gunanya untuk memantau tumbuh kembang anak.
4. Denvert Test :
Test untuk pengenalan bayi dan prasekolah dengan kelambatan perkembangan.
5. Flat Nassal Bridge : Sela hidung yang mendatar
6. Tumbuh kembang :
Proses tumbuh kembang yang berkesinambungan mulai dari konsepsi hingga
dewasa.
7. Upward slanting palpebral fissure :
Fissura palpebranya miring keatas.
8. Floppy : Otot-otot yang lemah /terkulai.
9. Down Syindrom :
Kelainan Kromosom 21 dan 15 yang autosom
10. Konseling Genetik :
Komunikasi yang terkait problem yang berhubungan dengan kejadian/resiko
kelainan genetik pada keluarga.
11. Kromosom :
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana
informasi genetik dalam sel disimpan.
DEFINISI MASALAH
a. Imunisasi dasr
b. Imunisasi tambahan
2. Apa manfaat dan tujuan Imunisasi ?
Jawab:
Tujuan
a. Menjegah terjadinya penyakit
b. Mencegah penyakit tertentu pada suatu populasi
c. Untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Manfaat
a. Bayi : mencegah infeksi,penyakit tertentu,kecacatan dan kematian.
b. Ibu : Hemat biaya
c. Negara : meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan kejadian penyakit
tertentu
3. Kapan jadwal pemberian Imunisasi ?
Jawab:
4. Apa Kontraindikasi pemberian Imunisasi ?
Jawab:
a. BCG
Uji Mantoux (+)
Immunodefisiensi
Gizi Buruk
Demam tinggi
Infeksi kulit yang luas
Riwayat TB
HIV
b. DVT
Enselopati
Demam tinggi
Syok
Kejang
Riwayat Anafilaksis
ANALISI MASALAH
A. Imunisasi
1. Definisi
Jawab :
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
2. Jenis Imunisasi
Jawab:
a) Pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh & tidak berlangsung lama karena
dimetabolisme o/ tubuh imunisasi
Ex; kekebalan pada janin yang diperoleh dari Ibu (IgG-waktu paruhnya 28
hari)/kekebalan yang diperoleh dari suntikan immunoglobulin
b) Aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat pajanan antigen yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun dalam tubuh,
mis pada: imunisasi, atau terpajan secara alamiah vaksinasi
3. Tujuan Imunisasi
Imunisasi sebagai :
4. Kontraindikasi
a) Kontraindikasi BCG
o Reaksi uji tuberculin > 5 mm
o Sedang menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang
mengenai sum-sum tulang atau system limfe.
o Anak menderita gizi buruk
o Sedang menderita demam tinggi
o Menderita infeksi kulit yang luas
o Pernah sakit TB
o Kehamilan
b) Kontraindikasi Hepatitis B
Sampai saat ini tidak ada indikasi kontra obsolut pemberian vaksin VHB.
Kehamilan dan laktasi bukan kontra imunisasi VHB
c) Kontraindikasi DPT
Kontraindikasi pertusis :
o Riwayat anafilaksis
o Ensefalopatisesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
o Riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam,
anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3
hari sesudahnya
Kontraindikasi OPV (oral polio vaccine)
o penyakit akut atau demam (suhu>38,50c), vaksinasi harus ditunda
o muntah atau diare berat, vaksinasi ditunda
o dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan oral
atau suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi umum.
o Keganasan yang berhubungan dengan system retikuloendoteliaal dan
yang mekanisme imunologisnya terganggu, misalnya pada
hipogamaglobulinemia
o Infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak
o OPV jangan diberikan kepada ibu hamil pada 4 bulan pertama kehamilan
kecuali terdapat alas an mendesak, misalnya bepergian kedaerah endemis
poliomyelitis.
o Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin
inactivated dan virus hidup lainnya tetapi jangan bersama vaksin oral
tifoid
o Bila BCG diberikan pada bayi tidak perlu memperlambat pemberian
OPV
o OPV dan IPV mengandung sejumlah kecil antibiotic namun hal ini tidak
memerlukan kontraindikasi
o Kepada saudara atau anggota keluarga kontak dengan anak yang
menderita imunosupresi jangan diberikan OPV, tetapi diberikan IPV
d) Kontraindikasi campak
o Sedang menderita demam tinggi
o Sedang memperoleh pengobatan imunosupresif
o Hamil memiliki riwayat alergi
o Sedang memperoleh pengobatan immunoglobulin atau bahan-bahan
yang berasal dari darah.
5. Cara pemberian
Dalam bentuk tabel,cara pemberian,tempat penyuntikan,dosis dan sedian kalau
bisa merek dagang
B. Tumbuh Kembang Anak
1. Definis tumbuh kembang
Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan
Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang perka terhadap zat-zat teratogen,
misalnya thalidomide, phenitoin, methadion, obat kanker dan sebagainya
dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Endokrin
Hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah
somatotropin, hormone plasent, hormone tiroid, insulin, dan peptide-
peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth
factors/IGFs).
Radiasi
Pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat mnyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.
Infeksi
Biasanya pada Ibu yang terinfeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex), varisela, malaria, leus, HIV, polio,
campak, virus influenza, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiprpireksia
pada ibu hamil dapat merusak janin.
Stress
Dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain : cacat bawaan,
kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
Imunitas
Rhesus dan ABO inkomtabilitas sering mnyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
Anoksia embrio
Pada gangguan plasenta, atau taliu pusat menyebabkan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).
1. Perubahan ukuran
2. Perubahan proporsi
3. Hilangnya ciri – ciri lama
4. Timbulnnya ciri – ciri baru
Ciri – ciri pertumbuhan mempunyai keunikan, yaitu:
1) Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur
2) Masing – masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbeda
Secara umum terdapat 4 pola kurva pertumbuhan:
a) Pola pertumbuhan umum
b) Pola pertumbuhan organ limfoid
c) Pola pertumbuhan otak dan kepala
d) Pola pertumbuhan organ reproduksi
Ciri – Ciri Perkembangan:
2. Down Sindrom
5. Gangguan Congenital
Penyebabnya :
C. Kelaian Kromosom
1. Definisi kelainan Kromosom
Penyimpangan kromosom / gangguan dalam isi kromosom sel normal, dan
merupakan penyebab utama gangguan genetik pada manusia.
2. Jenis kelainan kromosom/genetik
A. Set Kromosom (Ploiditas)
1.Euploid
Triploid
Tambahan kromosom paternal.
Pada kelainan plasenta Hydatiiform moles (mola).
Tambahan kromosom maternal
abortus spontan pada awal kehamilan.
Tetraploid diduga kegagalan pada cleavage zigot.
2.Aneuploid
Monosomi umumnya letal, kecuali monosomi
kromosom X 45, X (sindrom Turner)
Trisomi
Trisomi 21 Sindrom Down
Trisomi 18 Sindrom Edward
Trisomi 13 Sindrom Patau
B. Kelainan Autosom :
1. Trisomi 21 (Sindrom Down) (47,XX/XY + 21)
Insidensi Kelahiran 1 : 700
Fenotip :
Retardasi mental, IQ : 25 – 50
Jarak mata lebar (hipertelorisme)
Hidung datar dengan pangkal pipi
Tangan/jari pendek, terdapat simian crease
Ada kelainan jantung
1. Sindrom Klinefelter
Kariotip umumnya 47,XXY
Kromatin X dan Y Positif (+)
Insiden 1 : 600 bayi laki-laki lahir hidup (USA)
Fenotip :
Postur tubuh tinggi kurus (>170 cm), tungkai kaki panjang
Gynecomastia
Testis kecil, dengan biopsi :
Hialinisasi tubulus seminiferus, tidak ada sp’genesis,
azoospermia, sel Leydig sedikit
Libido menurun (hypogonadism)
Steril/infertil (Ciri seks sekunder tidak berkembang)
IQ biasanya rendah (Retardasi mental).
Beberapa pasien dijumpai gangguan kesulitan belajar.
Aspek penurunan ND pada oogenesis atau sp’genesis
Varian : 48,XXXY; mosaik 46,XY/47,XXY atau 46,XY/48,XXXY.
2. Sindrom Turner
Kariotip umumnya 45,X0.
Kromatin seks (X dan Y) negatif (-)
Insiden 1 : 2.500 kelompok perempuan
Fenotip :
Postur tubuh pendek (130 cm)
Webbed neck, edema pada kaki
Cubitus vagus
Dada rata, mamae (-)
Coartation aorta dan defek skeletal
Genitalia eksterna infantil
Klitoris hipertrofi
Rambut axilla dan pubis (-)
Streak gonads, Ovarium dysgenesis, amenore primer, steril
IQ : normal (< rata-rata normal).
Aspek penurunan ND selama oogenesis Meiosis I
Varian – Mosaik : 45,X/46,XX (15%); 45,X/47,XXX; dll
3. XXX Females
Memiliki kariotipe 47, XXX. Terjadi kesalahan pada meiosis I.
4. XXY Males
Terjadi penambahan kromosom Y dikarenakan non-disjunction meiosis II yang
bersifat paternal/post-zygotic event.
5. Fragile X Syndrome
Sindrom Martin Bell.
Alpha-fetoprotein dibuat di bagian rahim yang disebut yolk sac dan di hati
janin, dan sejumlah AFP masuk ke dalam darah ibu. Pada sindrom Down,
AFP menurun dalam darah ibu, mungkin karena yolk sac dan janin lebih
kecil dari biasanya.
Estriol adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, menggunakan bahan
yang dibuat oleh hati janin dan kelenjar adrenal. estriol berkurang dalam
sindrom Down kehamilan.
Human chorionic gonadotropin hormon yang dihasilkan oleh plasenta, dan
digunakan untuk menguji adanya kehamilan. bagian yang lebih kecil
tertentu dari hormon, yang disebut subunit beta, adalah sindrom Down
meningkat pada kehamilan.
Inhibin A adalah protein yang disekresi oleh ovarium, dan dirancang untuk
menghambat produksi hormon FSH oleh kelenjar hipofisis. Tingkat
inhibin A meningkat dalam darah ibu dari janin dengan Down syndrome.
PAPP-A , yang dihasilkan oleh selubung telur yang baru dibuahi. Pada
trimester pertama, rendahnya tingkat protein ini terlihat dalam sindrom
Down kehamilan.
Pertimbangan yang sangat penting dalam tes skrining adalah usia janin (usia
kehamilan). Analisis yang benar komponen yang berbeda tergantung pada usia
kehamilan mengetahui dengan tepat. Cara terbaik untuk menentukan bahwa
adalah dengan USG.
Ada beberapa item lain yang dapat ditemukan selama pemeriksaan USG
bahwa beberapa peneliti telah merasa bahwa mungkin memiliki hubungan
yang bermakna dengan sindrom Down. Temuan ini dapat dilihat dalam janin
normal, tetapi beberapa dokter kandungan percaya bahwa kehadiran mereka
meningkatkan risiko janin mengalami sindrom Down atau abnormalitas
kromosom lain. echogenic pada usus, echogenic intracardiac fokus, dan
dilitation ginjal (pyelctasis). marker ini sebagai tanda sindrom Down masih
kontroversial, dan orang tua harus diingat bahwa setiap penanda dapat juga
ditemukan dalam persentase kecil janin normal. Penanda yang lebih spesifik
yang sedang diselidiki adalah pengukuran dari hidung janin; janin dengan
Down syndrome tampaknya memiliki hidung lebih kecil USG dari janin tanpa
kelainan kromosom. masih belum ada teknik standar untuk mengukur tulang
hidung dan dianggap benar-benar dalam penelitian saat ini.
Penting untuk diingat bahwa meskipun kombinasi terbaik dari temuan USG
dan variabel lain hanya prediksi dan tidak diagnostik. Untuk benar diagnosis,
kromosom janin harus diperiksa.
Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di
rahim. Ini dilakukan di tempat praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah
jarum dimasukkan melalui dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan
USG untuk memandu jarum. Sekitar satu cairan diambil untuk pengujian.
Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes kromosom.
Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down
atau tidak.
Rekomendasi saat ini wanita dengan risiko memiliki anak dengan sindrom
Down dari 1 dalam 250 atau lebih besar harus ditawarkan amniosentesis. Ada
kontroversi mengenai apakah akan menggunakan risiko pada saat penyaringan
atau perkiraan resiko pada saat kelahiran. (Risiko pada saat skrining lebih
tinggi karena banyak janin dengan Down syndrome membatalkan secara
spontan sekitar waktu penyaringan atau sesudahnya.
Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan
diambil dari plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi
kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan
dengan cara yang sama seperti amniosentesis, tetapi metode lain untuk
memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.
D. Syindrom Down
1. Definisi
Suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang di
akibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom 21 dan 15.
2. Faktor resiko
a. Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetic terhadap “non-
disjunctional”.
Adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak
dengan sindrom down.
b. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “non-
disjunctional”.
Uchida 1981 bahwa 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
down, pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya
konsepsi.
Peneliti lain tidak mendapatkan hubungan antara radiasi dengan
penyimpangan kromosom.
c. Infeksi
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus
dapat mengakibatkan terjadinya “non-disjunctional”.
d. Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
Penelitian Fialkoww 1966 adanya perbedaan autoantibody tiroid pada
ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan ibu control yang
umurnya sama.
e. Umur ibu
Pada ibu yang berumur diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunctional” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya androgen, menurunnya kadar
hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormone dan peningkatan secara tajam
kadar Luteinzing Hormone dan Folicle Stimulating Hormon secara tiba-tiba
sebelum dan selama menopause, dapat meningkatkan kemungkinann
terjadinya “non-disjunctional”.
f. Umur ayah
Penelitian sitogenetik pada orangtua dari anak dengan sindrom down
mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari
ayahnya. Tetapi korelaisnya tidak setinggi dengan umur ibu.
3. Patofisiologi
Sindrom Down
USG
Untuk mengkonfirmasi usia kehamilan janin.
Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin akan bermanfaat bagi perawatan
anak setelah lahir.
Penanda yang lebih spesifik yang sedang diselidiki pengukuran dari
hidung janin; janin dengan Down syndrome tampaknya memiliki hidung
lebih kecil USG dari janin tanpa kelainan kromosom. masih belum ada
teknik standar untuk mengukur tulang hidung dan dianggap benar-benar
dalam penelitian saat ini.
6. Penegakan Diagnosis
Berat badan pada waktu lahir dari bayi dengan sindrom down pada
umumnya kurang dari normal. Diperkirakan 20% kasus mempunyai berat
badan lahir ≤ 2.500 gr. Komplikasi pada masa neonatal lebih sering daripada
bayi yang normal.
Pueschel membuat suatu table tentang frekuensi yang secara fenotip
karakteristik dan paling sering terdapat pada bayi dengan sindrom down, yaitu
:
Karakteristik Fenotip Frekuensi (%)
Sutura sagitalis yang terpisah 98
Fissure palpebralis yang miring 98
Jarak yang lebar antara jari kaki I dan II 96
Fontanella palsu 95
Plantar crease jari kaki I dan II 94
Hiperfleksibilitas 91
Peningkatan jaringan sekitar leher 87
Bentuk palatum yang abnormal 85
Hidung hipoplastik 83
Kelemahan otot 81
Hipotonia 77
Bercak brushfield pada mata 75
Mulut terbuka 65
Lidah terjulur 58
Lekukan epikantus 57
“single palmar crease” pada tangan kiri 55
“single palmar crease” pada tangan kanan 52
“brachylinodactily” tangan kiri 51
“brachynodactily” tangan kanan 50
Jarak pupil yang lebar 47
Tangan yang pendek dan lebar 38
Oksiput yang datar 35
Ukuran telinga yang abnormal 34
Kaki yang pendek dan lebar 33
Bentuk/struktur telinga yang abnormal 28
Letak telinga yang abnormal 16
Kelainan tangan lainnya 13
Kelainan mata lainnya 11
Sindaktili 11
Kelainan kaki lainnya 8
Kelainan mulut lainnya 2
Screening :
Prenatal
- Amniosentesi
- Maternal serum feto protein
- Chorionis filus sampling
Pemeriksaan tambahan
- Dermatoglifik
DERMATOGLYPHICS
• Analisis Sidik Jari
• Galton; Pola : Arch, loop dan whorl
• Lipatan germinal epidermis
• Herediter
• Terbentuk 12-19 minggu setelah konsepsi
• Dipengaruhi gen, diterminasi kromosom besar
• Dapat dipengaruhi penyakit (Rubella)
• Diagnosa kelainan genetik :
» Mutasi gen
» Kelainan struktur kromosom
» Embryopati (selama kehamilan)
Pola :
– Arch : simple, tented
– Loop : ulnar, radial, pheripheral dan central
– Whorl : konsentris, double loop, spiral, komplek, lateral pocket, central
pocket
Palmar
Triradius ; A = 0 L = 1 W = 2; a, b, c, d dan t
sudut atd : normal 0-14,9, 39,9 (besar)
Tinggi t D = h/l X 100%
h = t basis palmar, l = t basis digital
• Abnormalitas alur : aplasia, hypoplasia, disosiasi, (parsial/
complete), distorsi.
Palmar crease
- 3 alur mayor : distral transversal, proximal transversal dan thenar.
SIMIAN CREASE (< 6%)
SYDNEY CREASE ((<11%)
Transisional (1 dan 2)
Hallucal : Distal loop, whorl, tibial loop, fibular loop, proximal arch, tibiar
arch,
fibular arch.
Analisis : metoda Walker, uppsala, Indiana University Foundt. Terutama
untuk
Sindroma Down (Mongolism).
7. Tatalaksana
b. Pendidikan
1. Intervensi dini
Latihan khusus yang mencakup aktivitas motorik kasar dan halus dan
petunjuk agar anak mampu berbahasa agar mampu menolong diri
sendiri seperti belajar makan, belajar BAB/BAK, mandi, berpakaian, akan
memberi kesempatan anak untuk belajar mandiri.
2. Taman bermain/taman kanak-kanak
Anak akan memperoleh manfaat berupa peningkatan keterampilan motorik
kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, serta dapat melakukan
interaksi social.
3. Pendidikan khusus (SLB-C)
Lingkungan sekolah memberi kepada anak dasar kehidupan dalam
perkembangan keterampilan fisik, akademis dan kemampuan social.
8. DD
a. Hipotiroidisme
Kadang-kadang sulit dibedakan. Secara kasar dapat dilihat dari aktifitasnya,
karena anak dengan hipotiroidisme sangat lambat dan malas sedangkan
anak dengan sindrom down biasanya sangat aktif.
b. Akondroplasia
c. Rakitis
d. Sindrom Turner
Biasanya terjadi pada wanita, yaitu jumlah kromosomnya ada 45 buah
dengan kromosom seksnya cuma 1 X, bukan XX seperti umumnya.
Otomatis, anak perempuan yang mengalami sindrom ini tak bisa mentruasi.
9. Pencegahan
Pada keluarga yang memiliki riwayat Sindrom Down dianjurkan untuk
menjalani konsultasi genetik.
Sindrom Dwon bisa diketahui pada kehamilan awal dengan melakukan
pemeriksaan kromosom terhadap cairan ketuban atau vili korion.
10. Prognosis
Sebanyak 44% kasus dengan sindrom down hidup sampai 60 tahun dan 14%
sampai umur 68 tahun. Yang terpenting adalah tingginya angka kejadian
penyakit jantung bawaan pada penderita ini, yang mengakibatkan 80%
kematian. Kematian terutama pada satu tahun pertama kehidupan.
Keadaan lain yang lebih sedikit pengaruhnya terhadap harapan hidup penderita
ini adalah meningkatnya angka kejadian leukemia pada sindrom down, sekitar
15 kali populasi normal.
E. Konseling Genetik
1. Definisi
Suatu proses pemberian nasihat tentang konsekuensi kelainan bawaan kepada
pasien atau anggota keluarga yang memiliki risiko kelainan yang mungkin
diturunkan.
MIND MAPPING
IMUNISASI KIPI
- jenis
- jadwal
- cara pemberian
- manfaat
- kontaindikasi
KELAINAN KROMOSOM
KONSELING GENETIK
SINDROM DOWN - jenis
- Etiologi - jadwal
- Faktor risiko - cara pemberian
- patogenesis - manfaat
- tatalaksana - kontaindikasi
TABEL LEARNING ISSUES
What I Have How Will I
Problem What I Know What I dont Know
to Prove Learn
Definisi
Jenis
- Reading
Jadwal
IMUNISASI book
Cara pemberian - √
- Browsing
Manfaat
KI
KIPI
Definisi
Tumbuh - Reading
PROSES
kembang normal book
TUMBUH - √
KEMBANG Deteksi dini - Browsing
kelainan tumbuh
kembang
definisi - Reading
KELAINAN jenis-jenis apa saja jenis-jenis book
√
KROMOSOM kelainan kelainan kromom - Browsing
kromosom
Definisi
Ciri-ciri tumbuh - Reading
Etiologi
DOWN kembang anak book
Faktor risiko √
SINDROM sindrom down - Browsing
Pategenesis
Tatalaksana
- Siapa saja yang
Definisi dapat melakukan
Tujuan konseling konseling genetik Text Book
KONSELING genetik - Kapan saja dapat Jurnal
√
GENETIK Cara konseling dilakukan Internet
genetik konseling genetik Tanya Pakar
Sintesis
Imunisasi
No Jenis dosis Cara Lokasi Sediaan
imunisasi pemberian pemberian
1 BCG Bayi < 1 intrakutan di daerah insersio Bubuk+pelarut
tahun = M.
0,05 ml Deltoideus/lengan
: 0,05 ml
kanan atas luar
Anak =
0,1 ml
: 0,1 ml
3 Polio Satu dosis Oral dan Botol dengan alat tetes mulut
terdiri injeksi
dari 2
tetes (0,1
ml)
Kartu Menuju Sehat untuk Balita adalah kartu yang memuat data pertumbuhan anak, yang
dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. 7
1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan
dan tingkat perkembangan yang optimal
2. Sebagai alat bantu untuk memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan
untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal
3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan
pertumbuhan yang memadai (protektif)
Manfaat/Fungsi KMS 7
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita
4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita
Penyuluhan Balita Yang Mengacu pada KMS
1. Tentang pertumbuhan
2. Perkembangan anak/balita
3. Imunisasi
4. Penanggulangan diare
5. Kondisi kesehatan anak
6. Pemberian ASI eksklusiif dan makanan pendamping ASI
7. Pemberian makanan anak/balita dan rujukan ke puskesmas/rumah sakit
8. Berisi pesan – pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang
kesehatan anaknya
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan
dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu
dan hasil penimbbangan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis –
garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita
yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai
umumnyya. Grafik pertumbuhan dalam KMS terdiri dari garis merah, pita warna
kuning, hijau tua dan hijau muda.