Literature Review Terbaru-3
Literature Review Terbaru-3
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Literature Riview
Dosen
Prof. Suryani SKp.,MHSc., Phd
Disusun oleh :
Ade Iwan Mutiudin 220120180009
Alvian Pristy W 220120180017
Asha Grace Sicilia 220120180040
Cahyo Nugroho 220120180007
Heri Budiawan 220120180054
b. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature
review berbasis jurnal, dengan beberapa tahap yakni : penentuan topik besar,
screenning journal dan menentukan tema dari referensi jurnal yang didapatkan.
c. Formulasi Permasalahan
Sistematik review ini merupakan penelitian sekunder dengan menggunakan
artikel / jurnal penelitian sebagai sumber data. Dilakukan penilaian kualitas
artikel/jurnal dengan mengkaji secara independen artikel tersebut sehingga dapat
dikategorikan sebagai sumber data yang relevan atau tidak. Informasi mengenai
topik, karakteristik partisipan, intervensi dan hasil juga menjadi catatan. Dalam
pemformulasian masalah yang dibahas ditulis dalam metode PICO yang mengacu
pada jurnal atau hasil studi pustaka.
d. Literature Screenning
Proses ini berawal dari pengumpulan jurnal nasional dan internasional.
Literatur dari jurnal yang dikumpulkan harus relevan dengan topik, Screenning
dilakukan untuk memudahkan proses literature review yang bertujuan untuk
mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan sub topik. Pencarian artikel yang
digunakan adalah PROQUEST, EBSCO, Pub Med, dan Google Scholar dengan
menggunakan keywords: “Self Management” dan “Hyypoglycemia” Diabetes
Melitus Tipe 2” tanpa pembatasan waktu dan metodologi penelitian Hasil pencarian
didapatkan 10 jurnal yang berkaitan.
e. Evaluasi Data
Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali compare (kesamaan)
dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan kelemahan untuk
mengidentifikasi level of significance yang terdiri dari literatur utama (significant
literature) dan literature penunjang (collateral literature).
f. Hasil Pencarian
Proses pencarian artikel dilakukan melalui 4 search engine yang berbeda
yaitu PROQUEST 3 jurnal, EBSCO 5 jurnal, PubMed 5 Jurnal, google sholar 2
jurnal, sedangkan yang relevan untuk dijadikan sebagai referensi sebanyak 10 jurnal.
Hasil dari analisis dan sintesis disampaikan di bawah ini :
3jurnal proquest
15 Jurnal
5 jurnal ebsco 10 jurnal
5 PubMed
Skema 1. Seleksi Atikel
2 Google Scholar
B. Summary
Artikel 1 : Perceptions of hypoglycemia and self‑monitoring of blood glucose in
insulin-treated diabetes patients: results from a European online
survey.(Diago-Cabezudo, Anne Madec-Hily, Aftab Aslam,2013 Future
Medicine 3(1), 15–23)
Penelitian yang dilakukan oleh (Ejegi et al, 2016) bertujuan untuk menilai
pengetahuan pasien diabetes dewasa yang mengunjungi klinik diabetes tentang gejala
hipoglikemia dan bagaimana mereka menanggapi gejala-gejala ini. Metode penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional.Jumlah sampel
200 pasien dengan kriteria semua pasien dewasa yang berusia di atas 18 tahun yang
menghadiri klinik diabetes yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria
eksklusi termasuk wanita hamil dan mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Dalam
penelitian, didapatkan hasil bahwa mayoritas pasien memiliki pengetahuan baik tentang
hipoglikemia; Namun, kurang dari 25% tahu tindakan apa yang harus diambil ketika
mereka mengalami gejala sugestif hipoglikemia. Sebanyak 200 pasien diabetes
diwawancarai, di antaranya 152 (76%) adalah perempuan dan 48 (24%) adalah laki-laki.
30 pasien (15%) hanya menggunakan metformin; 40 (20%) menggunakan metformin
dan sulfonilurea; 98 (49%) menggunakan metformin, insulin dan sulfonilurea; 13 (6,5%)
menggunakan metformin dan insulin; dan 19 (9,5%) hanya pada insulin. Berkenaan
dengan pengetahuan tentang gejala hipoglikemia, 66% (100/200, 50% baik; 32/200,
16% sangat baik) pasien memiliki pengetahuan yang baik atau sangat baik, sementara
hanya 8% pasien tidak dapat mengidentifikasi gejala hipoglikemia. Namun, kurang dari
seperempat pasien (48/200, 24%) menyadari apa yang harus dilakukan ketika
mengalami gejala hipoglikemia. Tidak ada hubungan statistik insulin dan pengetahuan
tentang hipoglikemia atau bagaimana mengelola hipoglikemia. Juga tidak ada hubungan
statistik antara pengetahuan yang baik dan sangat baik tentang gejala hipoglikemia dan
kemampuan untuk mengelola hipoglikemia. Lima puluh delapan pasien (24%) memiliki
glucometer di rumah, sementara 68 (34%) mampu memeriksa kadar gula mereka. di
rumah atau di apotek terdekat. Delapan puluh enam pasien (43%) mengindikasikan
bahwa mereka menyesuaikan obat mereka di rumah.
Artikel 9 : Siwi Handayani, D., Yudianto, K., & Kurniawan, T. (2013). Perilaku Self-
Management Pasien Diabetes Melitus (DM). Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, v1(n1), 30–38. https://doi.org/10.24198/jkp.v1n1.4
Self-management pada pasien diabetes melitus antara lain mengikuti pola
makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes melitus dan
obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar
gula darah serta melakukan perawatan kaki secara berkala. Perilaku self-management
diabetes melitus menunjukkan lebih dari setengah responsden (64,9%) melakukan
lima aspek self-management dengan baik. Hampir semua responsden (94,7%)
melakukan medikasi dengan baik, lebih dari setengah responsden melakukan diet
(69,1%), olahraga (61,7%) dan perawatan kaki (77,7%) dengan baik. Namun hanya
25,5% responsden yang melakukan pemantauan gula darah dengan baik.
Artikel 10 : Optimalisasi Self Monitoring Blood Glucose Pasien Diabetes Melitus dalam
Melakukan Deteksi Episode Hipoglikemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Magelang. (Masitoh, Robiul Fitri; Priyanto, P. (2017). 73–82.)
Hasil penelitian Masitoh (2017) mengungkapakan bahwa factor self-
management yang berhubungan dengan deteksi hipoglikemia meliputi usia, lama
menderita diabetes dan pengetahuan. Usia merupakan faktor yang berhubungan
dengan kemampuan deteksi hipoglikemia, dimana pada kelompok usia yang lebih
muda memiliki kemampuan lebih baik dari pada usia yang lebih tua. Faktor lamanya
menderita diabetes berkaitan dengan resiko kejadian dan frekuensi diabetes dimana
episode hipoglikemia yang berulang dapat menimbulkan kerusakan pada kerusakan
glukosensitif. Pasien diabetes dengan riwayat penyakit lama memiliki kecenderungan
berkurangnya intensitas keluhan automik atau bahkan menghilang disebabakan oleh
kegagalan yang progresif aktivitas sistem saraf otonomik, sehingga sering terjadi
hipoglikemia yang tidak disadari. Selain itu, faktor pengetahuan hipoglikemia
berhubungan dengan kemampuan deteksi episode hipoglikemia. Ketika seseorang
kurang pengetahuannya tentang identifikasi dan gejala awal hipoglikemia maka
kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada pasien akan semakin tinggi.
C. Literature Riview
a. Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Seseorang dapat di diagnosa diabetes melitus apabila mempunyai
gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan
kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl. Klasifikasi
diabetes melitus secara umum terdiri dari diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe
2, diabetes gestasional, dan diabetes karena faktor lain. Diantara klasifikasi diabetes
melitus yang ada, diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang lebih
sering terjadi yaitu sekitar 90-95% dari semua orang yang menderita diabetes. (Black &
Hawks; ADA,2010)
Prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan
rendah dan menengah dari pada di negara-negara berpenghasilan tinggi. Secara global
total populasi diabetes melitus dewasa usia antara 20-79 tahun sebanyak 4,84 miliar pada
tahun 2017, sekitar 425 juta orang di seluruh dunia atau 8,8% diperkirakan menderita
diabetes. Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 9,9 %
atau 629 juta jiwa pada usia 20-79 tahun akan menderita diabetes. (IDF Diabetes Atlas,
2017).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI,
terakhir tahun 2013 jumlah diabetes mellitus di Indonesia 6,9 % atau sekitar 12 juta jiwa
dengan estimasi jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas 176,6 juta jiwa.,
jumlah ini terus bertambah diprediksi pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa.
Data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi diabetes di
Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau 12 juta jiwa pada tahun 2013. Data
Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes merupakan
penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%,
setelah Stroke (21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%).
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Akibatnya terjadi kegagalan sekresi atau
ketidakadekuatan penggunaan insulin dalam metabolisme tersebut yang menimbulkan
gejala hiperglikemia, sehingga untuk mempertahankan glukosa darah yang stabil
membutuhkan terapi insulin atau obat pemacu sekresi insulin (Oral Hypoglycemia Agent
/ OHA). (Bosi, et al 2013)
Terapi insulin atau OHA sering menimbulkan dampak berupa hipoglikemia
yang disebabkan ketidakadekuatan pemberian insulin yang cenderung berlebihan atau
bahkan terjadinya kegagalan mekanisme counter regulatory akibat proses penyakit
diabetes melitus yang telah berlangsung lama. Hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang dapat terjadi secara berulang
dan dapat memperberat penyakit diabetes bahkan menyebabkan kematian. (Siwi
Handayani, D., Yudianto, K., & Kurniawan, T. 2013)
Kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-hari, mengendalikan
serta mengurangi dampak penyakit yang dideritanya dikenal dengan self-management.
Menurut Konsensus Pengendalian dan Pencegahan diabetes melitus Tipe 2 di Indonesia
tahun 2011, perilaku sehat yang merepresentasikan self-management pada pasien
diabetes melitus antara lain mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan
jasmani, menggunakan obat diabetes melitus dan obat-obat pada keadaan khusus secara
aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula darah serta melakukan perawatan
kaki secara berkala. (Morales, J., & Schneider, D. 2014).
Pada penerapan program self-management perlu penyesuaian dengan berbagai
aspek termasuk aspek sistem, biaya, efektifitas, hambatan dan dukungan dari pihak-
pihak terkait. Oleh karena itu, review mengenai efektifitas protokol self management
pada pasien diabetes mellitus sangat diperlukan sebagai landasan dalam pembuatan dan
penerapan program self management sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita
penyakit diabetes mellitus. Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan dari literature
review ini yaitu untuk mendeskripsikan self management hypoglikemia pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2.
b. Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review
berbasis jurnal, dengan beberapa tahap yakni : penentuan topik besar, screenning journal
dan menentukan tema dari referensi jurnal yang didapatkan. Literatur review ini
merupakan penelitian sekunder dengan menggunakan artikel / jurnal penelitian sebagai
sumber data dilakukan penilaian kualitas artikel/jurnal dengan mengkaji secara
independen artikel tersebut sehingga dapat dikategorikan sebagai sumber data yang
relevan atau tidak. Informasi mengenai topik, karakteristik partisipan, intervensi dan
hasil juga menjadi catatan. Artikel-artikel ini didapatkan melalui pencarian dengan
menggunakan ProQuest, EBSCOhost, Pub Med, & Google Scholar dengan
menggunakan kata kunci Self Management, Hypoglikemia, Diabetes Mellitus type 2.
Artikel yang di review adalah seluruh artikel dari tahun 2008-2018 yang
membahas mengenai Self Management, Hypoglikemia, Diabetes Mellitus type 2 dengan
artikel full text serta menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Berdasarkan
hasil pencarian, didapatkan 20 artikel secara spesifik berkaitan dengan Self Management
hypoglikemia pada pasien Diabetes Mellitus type 2.
Bosi, Scavini, Ceriello, Cucinotta, Tiengo, Marino, Bonizzoni, et al. (2013) . Intensive
Structured Self-Monitoring of Blood Glucose and Glycemic Control in Type 2
Diabetes. Diabetes Care, 36:2887-2894.
Harris, S., Mamdani, M., Galbo-Jørgensen, C. B., Bøgelund, M., Gundgaard, J., & Groleau,
D. (2014). The effect of hypoglycemia on health-related quality of life: Canadian results
from a multinational time trade-off survey. Canadian Journal of Diabetes, 38(1), 45–
52. https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2013.09.001
IDF Diabetes Atlas Eight Edition 2017. https://www.diabete.qc.ca/en/understand-
diabetes/resources/getdocumentutile/IDF-DA-8e-EN-finalR3.pdf
Masitoh, Robiul Fitri; Priyanto, P. (2017). Optimalisasi Self Monitoring Blood Glucose
Pasien Diabetes Melitus dalam Melakukan Deteksi Episode Hipoglikemia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabupaten Magelang, 73–82.
Morales, J., & Schneider, D. (2014). Hypoglycemia. The American Journal of Medicine,
127(10), S17–S24. https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2014.07.004