Anda di halaman 1dari 12

PERADABAN ARAB PRA-ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Oleh :
Kelompok II

1. Anisa Lailatul Mustafidah NIM : 1723143013


2. Anisa Mahfudah Aulia NIM : 1723143014

Dosen Pengampu
Lailatuz Zuhriyah, S.Th.I, M.Fil,I
NIP. 19860528 201403 2 002

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG


FAKULTAS TARBIYAH
TADRIS BAHASA INGGRIS 1-A
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERADABAN ARAB PRA-ISLAM” ini dengan lancar. Makalah ini penulis
buat dengan tujuan memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Dalam hal ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin M,Ag , selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Ibu Lailatuz Zuhriyah, S.Th.I, M.Fil,I , sebagai dosen Sejarah
Peradaban Islam sekaligus .
3. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebut satu persatu yang
telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan


keberhasilan penulisan makalah ini pada masa-masa mendatang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca.

Tulungagung, September 2014

Penulis
DAFTAR ISI
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan
masyarakat manusia yang meliputi pengetahuan, politik, kepercayaan,
kebudayaan, tradisi sosial, dan semua kemampuan dan kebiasaan yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat1. Kita bisa belajar banyak
dari peradaban yang telah lampau. Suatu peradaban dimulai ketika
manusia melakukan hal-hal yang luar biasa dan menarik bagi kita untuk
menggali lebih dalam tentang peradaban-peradaban yang telah ada. Salah
satunya ialah peradaban bangsa arab. Yang dimana akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu Peradaban Arab Pra-islam. Arab memiliki peradaban
yang menjadi cikal bakal diturunkannya agama islam. Sebelum Arab
menjadi negara Islam terselip berbagai hal yang membentuk suatu
peradaban pada masa itu. Baik dari segi kebudayaan politik ,
kemasyarakatan, sosial, agama dan sebagainya. Pada masa peradaban ini,
Arab masih berada pada masa yang disebut masa Jahiliyah.
Ada banyak manfaat mempelajari peradaban. Terutama bagi umat
islam dalam meneladani setiap kejadian yang telah terjadi untuk diambil
pelajaran bagi umat di masa selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas
hal-hal tersebut dengan referensi yang telah penulis masukkan.

1
Moh. Nurhakim, 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun, Jakarta, Kementrian agama RI, hal 4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana politik pada masa pra-islam di Arab ?
2. Apa kepercayaan pada masa pra-islam di Arab ?
3. Bagaimana kebudayaan pada masa pra-islam di Arab ?
4. Bagaimana masyarakat pada masa pra-islam di Arab ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui politik pada masa pra-islam di Arab.
2. Mengetahui kepercayaan pada masa pra-islam di Arab.
3. Mengetahui kebudayaan pada masa pra-islam di Arab.
4. Mengetahui kemasyarakatan pada masa pra-islam di Arab.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik pada masa pra-islam di Arab

Sebelum Islam datang, wilayah sekitar semenanjung Arabia diapit


2 kerajaan besar yang dibagi menjadi dua imperium : Imperium Romawi
Timur ( ibukota : Bizantine, sekarang menjadi kostantinopel ) di sebelah
barat dan Imperium Persia di sebelah timur. Hubungan antara Imperium
Romawi ( Bizantine ) dengan Imperium Persia adalah hubungan Revalitas,
peperangan demi peperangan tidak dapat dihindarkan sehingga rakyatnya
sering menderita.
Jazirah Arab ini merupakan daerah netral, dapat dikatakan bahwa
Islam diletakkan oleh nabi di Mekkah dan Madinah adalah agama yang
masih murni, tidak dipengaruhi oleh perkembangan agama-agama dan
kekuasaan politik disekitarnya 2 . Sementara itu, kondisi sosial politik
internal wilayah Arab pra-islam di masa Jahiliyah menjelang kedatangan
Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal kepemimpinan

2
Tim penyusun text book Sejarah dan Kebudayaan Islam Ditjen Depag, Sejarah dan Kebudayaan
Islam jilid I, proyek pembinaan PTAI IAIN Alauddin, Ujung Pandang 1981, hlm. 2
sentral dan persatuan. Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang
ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik
disana didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna
mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain. Masing-masing
suku memiliki seorang pemimpin besar yang disebut Syeikh atau Amir
yang memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian harta
rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu seorang Syeikh tidak
berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Ikatan-ikatan sosial dibuat berdasarkan darah dan kepentingan
mempertahankan diri. Ikatan-ikatan sosial ini sering menimbulkan apa
yang biasa disebut fanatisme jahiliyah, dan yang menyebabkan munculnya
sikap politik yang kuat adalah yang menang. Pada masa Muhammad nanti
sikap ini akan ditentang oleh islam.
Pemerintahan dikalangan bangsa Arab sebelum islam sebagai
berikut :
1. Arab Baidah
Meliputi daerah Irak, Syria, India dan Mesir terdapat kerajaan
Aad, kaum Tsamud dan kerajaan Al Ambath (amaliqah).
2. Arab Aribah (Qathaniyah)
Kerajaan Mainiyah di Yaman.
3. Arab Musta’rabah
Kerajaan Ghassaniyah yang berpusat di Mekah dan Yatsrib.

Namun dalam referensi lain3 dikatakan bahwa keadaan politik


sebelum islam bisa dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Kabilah Badui
Kabilah yang hidupnya terpencar-pencar dan diikat oleh ikatan
darah dan fanatisme. Tidak ada kerajaan karena adanya
ketundukkan antara kabilah satu dengan kabilah lainnya.

3
Ussairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad ke XX, ( Jakarta :Akbar, 2003 ),
hlm. 63
2. Kerajaan Kindah (480-529)
Pendirinya Hajar Akil l Mirrar, mereka tunduk dengan kerajaan
Himyar.
3. Kerajaan di perkotaan yang terletak di 3 kawasan yaitu Yaman,
wilayah utara, dan Hijaz.

B. Kepercayaan pada masa pra-islam di Arab


Masyarakat Arab sebelum menyembah berhala, batu-batuan dan
pepohonan adalah penganut Tauhid lazim juga disebut ajaran Hanif (yang
benar dan lurus) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. Namun karena
adanya keputusan risalah, akhirnya mereka menyembah selain Allah.
Mereka mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah
kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Lubayi
keturunan Khuza’ah datang mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin
Lubayi meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari
batu akik merah yang berbentuk patung orang yang ditempatkan disisi
Ka’bah. Kemudian ia menyeru penduduk Hijaz untuk menyembahnya.
Mereka mempunyai berhala sesembahan, berhala yang terbesar adalah
Lata, Mana, ‘Uzza dan Hubal. Mereka juga membuat berhala-berhala lain
yang diletakkan diantara bukit Shafa dan Marwa berjumlah lebih dari 360
buah yang diletakkan disekeliling Ka’bah sebagai sesembahan. Dengan
demikian, masuklah kepercayaan baru kedalam tradisi keberagamaan
masyarakat Arab.

Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul


dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan
watsaniyah (paganisme). Seperti kepercayaan terhadap dewa, roh jahat,
hantu, azimat, tuah dan lain sebagainya, dimana hal ini sering disinyalir
oleh Al-Qur’an sebagai kemusyrikan yang amat dilarang dalam islam.
Mereka percaya ada hantu yang berkeliaran dipadang pasir untuk
menganggu perjalanan musafir. Hantu itu disebut Ghaul untuk jenis laki-
laki dan Aimir untuk jenis perempuan. Mereka juga mempercayai
kekuatan jimat-jimat yang berfungsi sebagai penangkal kejahatan seperti
sihir dan gangguan jin atau syetan. Azimat juga dipercayai dapat
menyembuhkan penyakit-penyakit psikis atau mendatangkan penyakit
psikis. Selain itu mereka juga percaya adanya roh Hammah yang berada
didalam ular, karena itu membunuh ular dilarang keras. Mereka
menyembah bintang, bulan, matahari, karena mereka menganggap bahwa
semua benda-benda alam tersebut mempunyai kekuasaan untuk
menentukan aturan-aturan jalannya seluruh isi alam ini.
Mayoritas bangsa arab Jahiliyah menyembah berhala kecuali para
penganut Yahudi dan Nasrani. Selain itu juga menyembah matahari,
bintang, dan angin. Bahkan ada yang meyembah batu-batu kecil dan
pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka juga menganggap bahwa
malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan menguasai gerak
kehidupan manusia, bahkan ada yang percaya bahwa malaikat adalah
keturunan Tuhan. Disamping itu juga menyembah jin, ruh atau hantu,
bahkan ada tempat yang dikeramatkan sebagai tempat mengadakan
sesajian berupa kurban binatang agar terhindar dari mara bahaya dan
bencana.
Dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan atau agama sebelum
islam sebagai berikut :
No Agama ( Kepercayaan ) Tempat
1. Kristen Romawi dan Eropa
2. Ajaran Zoroaster Persia
3. Budha Tiongkok
4. Watsani, berkembang menjadi kasta India
5. Berhala / Watsani Arab
6. Ratu Balqis menyembah matahari Yaman
Pada umumnya mereka tidak mempunyai kepercayaan kepada
Tuhan yang Esa (monotheisme) dan tidak mempercayai hari pembalasan
(akhirat) sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an sebagai orang-orang
kafir dan musyrik. Disisi lain juga terdapat sejumlah orang yang dalam
islam disebut Ahlul kitab (mereka yang memahami dan konsisten pada
Kitab Suci Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

C. Kebudayaan pada masa pra-islam di Arab

Salah satu kelebihan bangsa Arab terletak pada bahasanya, mereka


pandai dalam bidang sastra, khususnya membuat syair-syair. Karena itu,
Philip K. Hitti dalam bukunya A History of the Arabs memberikan
penilaian, bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung
oleh keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab al-qur`an ( Hitti,
1973 ).
Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan,
dan pengalaman hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr
(prosa), amtsal (perumpamaan-perumpamaan), khitabah (pidato), ansab
(geneologi), dan lainnya. Terdapat pertandingan forum umum untuk
membuat dan membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan
dipilih yang terbaik (Ukadz). Yang terpilih akan digantungkan didinding
ka’bah sebagai penghargaan yang biasa disebut mu’allaqat. Tradisi ini
masih berkembang dan dimanfaatkan dalam islam sebagai alat dakwah dan
pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab Islam.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain
tempat yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup.
Kondisi seperti ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan
bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan, juga
membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan ketrampilan
untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka menguasai
ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan
turun hujan, dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang
binatang buruan serta binatang buas. Disiang hari mereka mampu
membaca jejak melalui padang pasir, sedangkan dimalam hari
menggunakan bintang-bintang.
Bangsa arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah
keluarga dan nenek moyangnya, sehingga mereka mampu menunjukkan
hubungan dirinya dengan nenek moyang yang besar-besar sehingga
mendapat prestise karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan
mengetahui silsilahnya.

D. Masyarakat masa pra-islam di Arab

Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat


rendah, bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Ia identik
dengan barang-barang komoditas. Perempuan tidak diperbolehkan untuk
tampil sebagaimana laki-laki, karena mereka tidak mempunyai ketrampilan
dalam sektor publik seperti memimpin peperangan dan mencari nafkah.
Perempuan halal dijadikan gundik-gundik seorang penguasa, dimana
mereka mudah dikawini dan diceraikan. Disaat perempuan haid, mereka
tidak diperbolehkan tidur satu rumah dengan keluarganya melainkan tidur
dikandang bagian belakang rumah. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi
yang sangat buruk, yaitu suka mengubur anak perempuan mereka hidup-
hidup. Mereka merasa terhina memiliki anak-anak perempuan. Perbuatan
itu mereka lakukan karena merasa malu dan khawatir anak perempuannya
akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.
Sistem perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa
Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak majikan dan dujualbelikan
serta ditukar dengan barang seperti pedagang bertransaksi secara barter.
Struktur sosial antara bangsawan dan rakyat jelata terdapat batas jurang
yang sangat tajam. Kaum bangsawan menindas rakyat jelata sesuka hati
dan segala cara. Maka, perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan,
peperangan demi peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan
manusia didasarkan atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial
ditentukan oleh ikatan darah dan emosi bukan ikatan kemanusiaan dan
keagamaan yang ditawarkan dalam islam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kondisi politik Arab pra-islam tidak mengenal pemerintahan sentral


dan persatuan serta tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan
politik disana berdasarkan kabilah-kabilah dan suku-suku, yang dalam
masing-masing suku terdapat pemimpin besar yang disebut Syeikh atau
Amir yang memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian
harta rampasan dan pertempuran tertentu tanpa berhak mengatur anggota
kabilahnya.
Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul
dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan
watsaniyah (paganisme). Seperti kepercayaan terhadap dewa,roh jahat,
hantu, azimat, tuah dan lain sebagainya. Selain itu mereka juga
menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan ada yang meyembah
batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka juga
menyembah malaikat karena dianggap sebagai keturunan Tuhan. Juga
terdapat sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab (mereka
yang memahami dan konsisten pada Kitab Suci Taurat dan Injil) dari
kalangan Yahudi dan Nasrani.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain
tempat yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup.
Kondisi seperti ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan
bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan, juga
membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan ketrampilan
untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Bangsa arab juga mahir dalam
membuat dan menghafal silsilah keluarga dan nenek moyangnya, sehingga
mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek moyang
yang besar-besar sehingga mendapat prestise karena keturunan. Syair bagi
mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan pengalaman
hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal
(perumpamaan-perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan
lainnya. Terdapat pertandingan forum umum untuk membuat dan
membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan dipilih yang
terbaik (Ukadz).
Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat
rendah, bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Sistem
perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka
dipekerjakan dengan sekehendak majikan dan dujualbelikan serta ditukar
dengan barang seperti pedagang bertransaksi secara barter. perdamaian
antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus
terjadi diantara mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas prestise
bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan
emosi bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan dalam
islam.

B. Saran
Bagi pembaca umum diharapkan makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca terutama dalam hal yang berkaitan dengan Arab pra-islam.
Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna untuk siapapun dan untuk hal-hal
yang bersifat konstruktif, semoga dapat meningkatkan kecintaan dan keimanan
kita pada agama islam yang di sampaikan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Nurhakim, Moh., 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun. Jakarta Pusat : Kementerian
Agama Republik Indonesia.

Abubakar, Istianah, 2008, Sejarah peradaban Islam. Malang : UIN Malang Press.

Murodi, Drs., 1994, Sejarah Kebudayaan islam, Semarang : PT Karya Toha Putra.

Kumaidi, Drs, dkk., 2008, Sejarah Kenudayaan Islam Kelas XII, Sragen : CV
Akik Pusaka.

Jariyah, Mufidah Dra. Hj., dkk, 2008, Modul Hikmah Sejarah Kebudayaan islam
kelas XI, Sragen : CV Akik Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai