Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MANUSIA DAN POLITIK

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya

Disusun Oleh:
Putri Auliya Fitra
Fajria Haniifah
Fatika Anggasari
Swatika Pitahaya Novianiti
Ahmad Husain Al Rasyid

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai makhluk monodualistik, yaitu sebagai makhluk


individu yang mempunyai hak sebenarnya (hakiki) Setiap manusia berhak ikut serta
dalam menjalankan suatu politik di negerinya. Politik adalah usaha atau proses dari
perseorangan atau kelompok dalam suatu pemerintahan yang mempunyai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan dan di jalankan dengan berbagai cara yang baik. Biasanya politik
cenderung mengarah pada kekuasaan negara. Jika seseorang ingin berkecimbung dalam
dunia politik, setidaknya mereka mempunyai ilmu politik yang mempelajari kekuasaan,
negara, pengambilan keputusan dan kebijakan. Politik mempunyai budaya yang berasal
dari perilaku lahiriah manusia. Budaya politik terdiri dari keyakinan, sikap, nilai-
nilai.Indonesia adalah negara demokrasi yaitu masyarakat bebas berpendapat. Tetapi
dalam mengeluarkan pendapat masyarakat pun harus menaati peraturan yang ada.
Pemerintahan suatu negara sebenarnya yang menjalankan adalah rakyat dari negara itu
sendiri. Jadi rakyat yang menjalankan suatu negara itu. Didalam suatu pemerintahan
negara harus ada pemimpin yaitu perwakilan dari rakyat negara tersebut. Karena tidak
semua warga negara dapat menajalankan pemerintahan secara langsung. Jika ingin
berperan dalam pemerintahan negaranya seseorang dapat masuk dalam suatu poltik.
Seperti di Indonesia pemerintahan di pilih dari beberapa orang yang sudah berada dalam
suatu organisasi politik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian manusia dan politik

2. Apa yang dimaksud dengan partisipasi politik?

3. Bagaimana sosialisasi politik yang ada di Indonesia?


PEMBAHASAN

A. Manusia dan Politik

Plato menamakan pribadi manusia sebagai homo pliticus, yaitu manusia politik
secara abstrak, yang suka berpolitik, untuk menata masyarakat dan negaranya, tanpa
memandang asal dan derajatnya , di satu Negara. Politik secara ringkas adalah segala
sesuatu yang bersangkutan dengan kekuasaan,pemerintahan,proses memerintah dan
bentuk organisasi pemerintahan, lembaga/institusi, tujuan Negara atau pemerintahannya.
Politik di abad pertengahan lebih banyak berkaitan dengan masalah-masalah
spiritual,moral,dan etis. Maka politik dan etika di zaman itu tidak bisa dipisahkan satu
dari lainnya(Sunarso,2007:19).
Sosialisasi politik dalam arti luas adalah merupakan cara bagaimana masyarakat
mentransmisikan budaya politik dari suatu generasi ke generasi berikutnya (Kennet P
Langton dalam Cholisin,2000:6). Sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi,
yang bertujuan khusus untuk membentuk nilai-nilai politik, yakni tentang bagaimana
seharusnya setiap anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politik (Almond dan
Verba,1984:447). Sosialisasi politik adalah suatu proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat, melalui sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat terbentuk sikap dan orientasi politiknya (Ramlan Surbakti,1992:117).
Sosialisasi politik merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai politik dari masyarakat
kepada individu. Proses ini bisa berlangsung terus menerussejak masa kanak-kanak
sampai usia lanjut, selama hidup baik disadari maupun tidak. Proses pewarisan nilai-nilai
politik dari generasi ke generasi berikutnya ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai proses politik yang sedang berlangsung di negaranya, sehingga diharapkan
setiap anggota masyarakat mau berpartisipasi dalam sistem politik (Nazarudin, 1993:88).
Ada lima teori mengenai sosialisasi politik : (1) Teori Sistem; (2) Teori
hegemonik ; (3) Teori Psikodinamik; (4) Teori belajar social dan; (5) Teori
perkembangan kognitif (Prewitt & Dawson, dalam Cholisin 2000:6.3-6.5).
a) Teori sistem, menurut teori sistem, sosialisasi politik dianggap memainkan
peranan utama dalam menjaga kestabilan politik, sehingga memungkinkan sistem
politik yang sama berlaku terus menerus sehingga mencapai dan berada dalam
suasana mapan. Sosialisasi politik menurut teori ini diarahkan untuk memelihara
dan mengembangkan sistem politik yang ideal, yang ingin dibangun. Bagi bangsa
Indonesia sistem politik demokrasi yang ideal adalah sistem demokrasi yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
b) Teori Hegemonik, menurut teori hegemonik sosialisasi politik diarahkan oleh
kelompok kekuatan politik yang dominan. Dalam sistem ini kelompok yang
berkuasa mengarahkan kelompok yang dikuasai sesuai dengan keinginan yang
sedang berkuasa. Sosialisasi politik diarahkan untuk kepentingan kelompok yang
sedang berkuasa, bukan untuk kepentingan sistem politik yang ideal.
c) Teori Psikodinamik, menurut teori ini, pengalaman pada usia dini (kanak-kanak)
meninggalkan kesan yang sangat mendalam terhadap pembentukan kepribadian
seseorang anak dan setelah mereka dewasa akan merespon terhadap berbagai
peristiwa ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut akan diadopsi anak ke
dalam pandangan dunia politik, terutama yang akan memberikan kepuasan
terhadap kebutuhan pribadinya. Dengan demikian, kebutuhan dan pengalaman
pribadi yang terbentuk pada masa awal anak-anak akan menentukan orientasi
politik seseorang.
d) Teori belajar sosial. Teori ini merupakan kebalikan dari teori Psikodinamik yang
menekankan faktor internal sebagai penentu orientasi politik seseorang. Teori
belajar sosial menekankan pada faktor eksternal, yaitu penerimaan stimulus dan
penguatan dari lingkungan. Pesan-pesan yang diterima individu dari lingkungan
merupakan faktor yang krusial dalam menentukan pandangan yang akan diadopsi
seseorang. Pandangan yang positif diantara anak-anak terhadap kekuasaan,
menurut teori ini dikarenakan pesan yang diterima anak dari keluarga,guru dan
media yang memperhatikan figur penguasa.
e) Teori perkembangan kognitif. Teori ini menekankan pada interaksi antara
lingkungan dan perkembangan kapasitas berfikir individu. Menurut teori ini
kemampuan respond dan pemahaman individu tentang sesuatu dalam
lingkungannya, sangat ditentukan oleh kapasitas pemikirnya.
Bagi Negara demokrasi, sosialisasi politik yang dilakukan sebaiknya yang
mendukung pengembangan budaya demokrasi. Oleh karena itu sosialisasi politik yang
tepat adalah mengacu pada teori sistem dan teori belajar sosial. Sedangkan teori
Psikodinamik dan teori Perkembangan dapat melengkapinya.

B. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokrasi,sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Secara umum
dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih ditentukan oleh
segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut serta mempengaruhi
kehidupan bangsa relatif sangat kecil. Partisipasi politik itu merupakan kegiatan yang
dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pemerintah. Huntington dan Nelson dalam bukunya yang berjudul
Partisipasi Politik di Negara Berkembang mendefinisikan politik sebagai kegiatan warga
negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan
oleh pemerintah. Menurut Budiarjo secara umum mengartikan pengertian partai politik
sebagai kegitan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Pemberian suara dalam
kegiatan pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik yang terbiasa, yang
seringkali lebih luas dibandingkan dengan partisipasi politik lain. Di negara-negara yang
demokratis pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan kesempatan kepada
rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijakan pemerintah dan sistem politik yang
berlaku (sastroatmodjo.1995:67-68).
Kegiatan politik (aktivitas politik) adalah aktivitas warga negara biasa yang tidak
memiliki jabatan dalam pemerintahan/kewenangan dalam pengambilan keputusan politik.
Di pihak lain, penjabat pemerintah memiliki kewenangan membuat dan melaksanakan
keputusan politik. Bentuk partisipasi politik ada dua yaitu partisipasi politik aktif
mencangkup kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum,
mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah,
mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kenbijaksanaan, membayar
pajak, dan ikut serta dalam kegitan pemilihan pimpinan pemerintahan sementara
partisipasi politik pasif hanya terletak pada keluaran politiknya saja, tetapi terdapat
sekelompok orang yang menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada dinilai telah
menyimpang dari apa yang dicita citakan. Dalam konteks itu mereka mengaktualisasi ke
dalam sikap apatis (sastroatmodjo.1995:74).
Meluasnya partisipasi dipengaruhi beberapa hal diantaranya, modernisasi di
segala bidang berimplikasi pada komersialisasi pertanian,industralisasi, meningkatnya
arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis, perbaikan pendidikan, dan
pengembangan media massa/media kominiasi secara lebih luas. Kedua, terjadinya
perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Ketiga,pengaruh kaum intelegtual dan
meningkatnya komunikasi massa. Ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, dan
egalitisme membangkitkan tuntutan-tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Keempat, adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik. Kelima,
menurut Weimer ialah adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam
urusan sosial,ekonomi, dan kebudayaan (sastroatmodjo.1995:89).
Partisipasi politik dalam satu masyarakat dengan masyarakat yang lain seringkali
ditanggapi secara berbeda. Salah satu perbedaan konsep tersebut, disebabkan oleh
perbedaan sistem politik negara yang berakibat terhadap model pembangunan yang
ditetapkan. Secara keseluruhan memiliki arti penting, pertama sebgai satu tujuan tama
kaum elite politik dan kekuatan-kekuatan sosial dari perseorangan yang terlibat di dalam
proses tersebut. Kedua, sebagai sarana kaum elite, kelompok-kelompok, dan perorangan
untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang mereka nilai tinggi. Ketiga, sebagai hasil
sampingan atau konsekuensi tercapianya tujuan-tujuan lain baik oleh masyarakat secara
keseluruhan,oleh kaum elite, kelompok-kelompok, maupun perorangan di dalam
masyarakat (sastroatmodjo.1995:103).
C. Budaya Politik
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, politik pemerintahan, hukum, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh
anggota masyarakat. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai budaya politik.
(Sudiyono,dkk.2017:143)
1. Pammanett dan Whittingtong, mengatakan bahwa budaya politik berarti
melihat budaya politik berarti melihat sebagai bagian dari fenomena politik
yang terdiri dari sikap, orientasi, percaya, emosi, dan imajinasi dalam
masyarakat.
2. Lueian W. Pye, dengan budaya politik kita lebih sistematis dan eksplisit
dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan etos dan semangat nasional,
psikologi politik nasional, dan nilai0nilai fundamental.
3. Mr Gabriel Almond, budaya politik sebagai sikap yang khas dan orientasi
warga negara terhadap sistem politik dan berbagai bagian, dan sikap terhadap
peran warga negara dalam sistem politik.
4. Chileote, secara umum pengertian budaya politik merujuk pada keyakinan,
simbol,nilai-nilai (Sudiyono,dkk.2017:143).

Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :


1. Budaya politik apatis ( acuh, masa bodoh dan, pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipan (aktif) (Sudiyono,dkk.2017:144).

Tipe budaya politik antara lain adalah budaya politik parokial. Budaya ini sangat
rendah dan dapat dikatakan sempit jika frekuensi orientasi mereka ke empat dimensi krisi
budaya politik mendekati nol atau tidak ada lagi perhatian sama sekali untuk dimensi
keempat. Yang kedua adalah subyek budaya politik,budaya politik telah masyarakat yang
relatif maju terkait baik sosial dan ekonomi, tetapi masih pasif. Dapat dikatakan subjek
jika ada orientasi frekuensi tinggi untuk sistem politik dalam pengetahuan dan output
umum benda atau tidak ada pemahaman tentang penguatan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Tipe budaya politik yang terakhir adalah budaya politik partisipan,
merupakan budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi
(Sudiyono,dkk.2017:144).
C. Kasus
1. Peran masyarakat sipil dalam politik partisipasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya kader dan simpatisan Partai Hanura
menggelar aksi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Kamis
(20/12/2018), tak membuahkan hasil. Mereka tidak berhasil menemui satu pun
komisoner KPU lantaran seluruhnya tengah bertugas di luar kantor KPU. Meskipun
massa akhirnya dapat memasuki gedung KPU untuk audiensi, tetapi kedatangan
mereka tidak diterima langsung oleh komisioner. Massa ditemui oleh Kabag
Pengamanan KPU, Suyadi, dan Staf Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat
KPU, Febrianda. "Kami hanya memfasilitasi. Pimpinan tidak ada di tempat semua,"
kata Suyadi di kantor KPU. Baca juga: OSO Anggap KPU Langgar Hukum bila
Cetak Surat Suara Calon DPD Tanpa Namanya Aksi itu dilakukan untuk meminta
KPU memasukan nama Ketua Umum Partai Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO) ke
dalam Daftar Calon Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Pemilu
2019, tanpa harus mundur sebagai ketua umum. Ketua DPP Partai Hanura Bidang
Organisasi Benny Ramdhani menuding, ada politik kotor yang masuk dalam KPU.
Pasalnya, KPU tidak mau menjalankan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Baca juga: KPU Beri Waktu OSO Mundur dari Hanura sampai 21
Desember 2018 Putusan itu memerintahkan KPU DCT anggota DPD yang tidak
memuat nama OSO sebagai calon anggota DPD. Majelis Hakim juga meminta KPU
menerbitkan DCT baru dengan mencantumkan nama OSO di dalamnya. "Kami miliki
dugaan kuat politik kotor sudah masuk di gedung KPU ini," kata Benny di kantor
KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018). KPU meminta OSO untuk
menyerahkan surat pengunduran diri dari pengus partai politik hingga Jumat
(21/12/2018). Hal itu disampaikan KPU melalui surat tertulis. Baca juga: Yusril
Sebut KPU Ngawur karena Minta OSO Mundur dari Hanura Surat pengunduran diri
ini diperlukan untuk syarat pencalonan diri OSO sebagai anggota DPD Pemilu 2019.
Jika sampai tanggal yang telah ditentukan OSO tak juga menyerahkan surat
pengunduran diri, maka KPU tak akan memasukan yang bersangkutan ke dalam
Daftar Calon Tetap (DCT) partai politik. KPU beralasan, sikap mereka berdasar pada
putusan MK No. 30/PUU-XVI/2018 yang melarang ketua umum partai politik
rangkap jabatan sebagai anggota DPD (Fitria Chusna Farisa ,2018).
Jakarta - Sebanyak 11.582 WNI terdaftar di DPTHLN (Daftar Pemilih Tetap
Hasil Perbaikan) KJRI New York, Amerika Serikat. Mereka pun siap untuk
menggunakan hak pilihnya di pemilu 2019.
Berdasarkan informasi dari KJRI New York, Jumat (1/3/2019), sebanyak 11.582
calon pemilih tersebut tersebar di 13 negara bagian wilayah kerja PPLN KJRI New
York. Mulai dari New York hingga West Virginia. Mahasiswa Indonesia lulusan
Colombia University yang saat ini telah bekerja sebagai guru konseling di Queens,
Robinson Sinurat, menyebut WNI lebih antusias mengikuti pemilu 2019 dibanding
pemilu sebelumnya.
"Kita bisa menilai dari opini masyarakat Indonesia di media sosial setelah debat
presiden baru-baru ini. Menurut observasi saya semakin banyak juga generasi
millennials yang turut berpartisipasi di pemilu tahun ini, jadi semakin seru," ujar
Robinson.
Seperti diketahui Pemilu Serentak di LN akan dilaksanakan pada tanggal 8 hingga
14 April 2019. Khusus di New York, pencoblosan akan digelar 13 April 2019 di TPS
KJRI New York mulai pukul 08.00-18.00 waktu setempat. Selain itu, WNI yang
terdaftar sebagai pemilih juga bisa menyalurkan hak pilihnya melalui KSK maupun
Pos.
"Sejak dilantik pada 6 Maret 2018, PPLN New York telah memenuhi setiap tahapan
Pemilu LN seperti diberlakukan oleh KPU Pusat dan jadwalnya transparan serta bisa
diakses oleh masyarakat umum melalui website dan semua media sosial lainnya," ujar
Ketua PPLN New York, Indriyo Sukmono. “Pasca diterbitkannya DPTHLN,
terdapat calon pemilih yang belum terdaftar karena berbagai sebab antara lain: pindah
lokasi, turis, atau WNI yang tidak memperbaiki data seperti pindah alamat yang
berakibat kembalinya surat PPLN, dll. Dalam hal ini, PPLN New York secara terbuka
telah dan masih terus memfasilitasi serta mengakomodasi hak WNI sesuai dengan
PKPU No 3, Tahun 2019 Pasal 99 - 101 yang mengatur DPTb (DPT Tambahan) dan
DPK agar WNI tetap bisa mengikuti Pemilu2019,"bebernya (Rina Atriana, 2019).
2. Peran pemerintah dalam kebijakan politik
KOMPAS.com – Menteri Pertahanan ( Menhan) Ryamizard Ryacudu pada saat
Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan (Kemhan) pertengahan Januari lalu
menyampaikan Kebijakan Pertahanan Tahun 2019. Menurutnya kebijakan pertahanan
tahun ini diselenggarakan untuk mengelola seluruh sumber daya dan sarana prasarana
nasional guna mencapai tujuan pertahanan negara. Pelaksanaan kebijakan tahun ini
juga dalam rangka mendukung pembangunan nasional. “Untuk itu, kebijakan
pertahanan negara harus bersifat fleksibel dan adaptif yang diwujudkan melalui arah
dan sasarannya,” kata Menhan dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima,
Rabu(21/2/2019) (Michael Gawati, 2019).

Hadirnya Undang-undang No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh


(UUPA) sebagai upaya proses percepatan kesejahteraan dan kedamaian di Aceh telah
berlangsung selama 13 tahun. Melalui UUPA, masyarakat Aceh telah disuguhi
berbagai kebijakan khusus yang tak dimiliki oleh provinsi lainnya. Substansial UUPA
memiliki empat keistimewaan dan 26 kekhususan Aceh dalam tatanan hukum di
Indonesia.

Empat keistimewaan tersebut meliputi; penyelenggaraan agama, penyelenggaraan


kehidupan adat, penyelenggaraan pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan
kebijakan daerah. Dan 26 kekhususan Aceh, beberapa di antaranya meliputi
pembentukan partai politik lokal (parlok), Lembaga Wali Nanggroe (LWN), bendera,
lambang dan himne Aceh (Bakri,2019).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bagi Negara demokrasi, sosialisasi politik yang dilakukan sebaiknya yang
mendukung pengembangan budaya demokrasi. Oleh karena itu sosialisasi politik yang
tepat adalah mengacu pada teori sistem dan teori belajar sosial. Sedangkan teori
Psikodinamik dan teori Perkembangan dapat melengkapinya. Partisipasi politik dalam
satu masyarakat dengan masyarakat yang lain seringkali ditanggapi secara berbeda. Salah
satu perbedaan konsep tersebut, disebabkan oleh perbedaan sistem politik negara yang
berakibat terhadap model pembangunan yang ditetapkan. Secara keseluruhan memiliki
arti penting, pertama sebgai satu tujuan tama kaum elite politik dan kekuatan-kekuatan
sosial dari perseorangan yang terlibat di dalam proses tersebut. Kedua, sebagai sarana
kaum elite, kelompok-kelompok, dan perorangan untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang
mereka nilai tinggi. Ketiga, sebagai hasil sampingan atau konsekuensi tercapianya tujuan-
tujuan lain baik oleh masyarakat secara keseluruhan,oleh kaum elite, kelompok-
kelompok, maupun perorangan di dalam masyarakat. Budaya politik merupakan pola
perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, politik pemerintahan, hukum, dan
norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat. Tipe budaya politik
antara lain adalah budaya politik parokial. Budaya ini sangat rendah dan dapat dikatakan
sempit jika frekuensi orientasi mereka ke empat dimensi krisi budaya politik mendekati
nol atau tidak ada lagi perhatian sama sekali untuk dimensi keempat. Yang kedua adalah
subyek budaya politik,budaya politik telah masyarakat yang relatif maju terkait baik
sosial dan ekonomi, tetapi masih pasif. Dapat dikatakan subjek jika ada orientasi
frekuensi tinggi untuk sistem politik dalam pengetahuan dan output umum benda atau
tidak ada pemahaman tentang penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Tipe
budaya politik yang terakhir adalah budaya politik partisipan, merupakan budaya politik
yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya politik sangat penting
bagi masyarakat karena budaya politik merupakan system nilai dan keyakinan yang dimiliki
bersama oleh masyarakat. Dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek
politik. Praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam pelaksanaannya bisa terjadi secara
langsung atau tidak langsung dengan praktik- praktik politik. Jika secara tidak langsung
hanya sekedar mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa-peristiwa politik
yag terjadi. Dan jika secara langsung berarti orang tersebut terlibat langsung dalam
peristiwa politik tertentu.
B. Saran
Dalam berpolitik sebaikya dilakukan menurut kaidah-kaidah dan aturan-aturan
yang sesuai agar tercipta integrasi nasional. Karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, ras, agama, dan budaya. Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini
akan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua pihak pembaca terutama
kami sebagai penyusun, dan tidak lupa pula kami mengharapkan masukkan, kritik
maupun saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan penyusunan makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almond Verba. 1984. Budaya Politik : Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima
Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Bakri. 2019. Kusutnya Kekhususan Aceh. http://aceh.tribunnews.com/2019/03/04/kusutnya-
kekhususan-aceh (diakses pada 4 Maret 2019 pukul 20.20 WIB).
Fitria Chusna Farisa. 2018. Demo, Massa Hanura Tak Berhasil Temui Komisioner KPU.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/20/13383051/demo-massa-hanura-tak-
berhasil-temui-komisioner-kpu (diakses pada 4 Maret 2019 pukul 20.35 WIB).
Cholisin. 2000. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Michael Gawati. 2019. Menhan Beberkan Kebijakan Pertahanan Negara Tahun 2019.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/21/11015331/menhan-beberkan-kebijakan-
pertahanan-negara-tahun-2019 ( diakses pada 4 Maret 2019 pukul 20.40 WIB).
Nazaruddin. 1993. Dinamika Sistem Politik Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.
Rina Atriana. 2019. Mengintip Persiapan WNI di New York Jelang Pemilu 2019, Debat
Jadi Patokan. https://news.detik.com/berita/d-4449250/mengintip-persiapan-wni-di-new-
york-jelang-pemilu-2019-debat-jadi-patokan (diakses pada 4 Maret 2019 pukul 20.14
WIB).
Sastroatmodjo,Sudijono.1995.Perilaku Politik.Semarang:IKIP Semarang Press.
Sudiyono, dkk. 2016. Ilmu Sosial Dasar. Yogyakarta : Kaliwangi Offset.

Anda mungkin juga menyukai