I. Tujuan
1.1. Menentukan kelarutan H2C2O4 pada berbagai suhu
1.2. Menentukan kalor pelarutan diferensial H2C2O4
Massa Massa
Volume titran Volume titran
T (⁰C) piknometer piknometer +
1 (mL) 2 (mL)
kosong (gram) zat (gram)
50 10,8 10,8 18,00 47,20
45 9,6 9,5 18,00 47,00
40 7,9 8,0 18,00 46,78
35 6,7 6,6 18,00 46,51
30 5,8 5,8 18,08 46,23
Tabel 4.1 Data pengamatan percobaan
𝑉1 + 𝑉2 10,8 + 10,8
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 50℃ = = = 10,8 𝑚𝐿
2 2
Untuk suhu 50℃ 𝑎𝑡𝑎𝑢 323𝐾, log m = 0,504811; 1/T = 0,003096 K-1
Dengan cara yang sama untuk masing-masing suhu:
Log molalitas
T (K) Molalitas (m) 1/T(K-1)
(m)
323 3,1975 0,504811 0,003096
318 2,9661 0,472186 0,003145
313 2,5927 0,413752 0,003195
308 2,3596 0,372838 0,003247
303 2,3051 0,36269 0,0033
Tabel 6.7 Data Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat Cara Grafik
Sehingga diperoleh grafik:
0.6
0.5
y = -748.69x + 2.8185
R² = 0.9547
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
PERTANYAAN
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan disini dilakukan dari suhu tinggi ke
suhu rendah. Bagaimana pendapat anda jika pencuplikan itu dilakukan dengan
arah berlawanan yaitu dari suhu rendah ke suhu tinggi?
Jawab:
Jika pelarutan suhu larutan bertambah dari sebelumnya, berarti
proses pelarutannya menghasilkan kalor. Proses pelarutan yang menghasilkan
kalor disebut proses eksoterm. Penurunan suhu akan menambah jumlah zat yang
dapatlarut. Hal tersebut akan membuat kelarutan akan mengalami perbedaan
proses, yaitu endoterm.
2. Dalam integrasi persamaan Van’t Hoff diandaikan bahwa ∆H tidak bergantung
pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor pelarutan merupakan
fungsi kuadrat suhu? ∆H = A + BT + CT2 dengan A, B, dan C tetapan.
Jawab:
𝜕 𝑙𝑛 𝐾 ∆𝐻 0
( ) =
𝜕𝑇 𝑝 𝑅𝑇
𝑇2
𝑑 𝑙𝑛 𝑚 ∆𝐻
∫ = ∫
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
𝑇1
𝑇2
∆𝐻
∫ 𝑑 𝑙𝑛 𝑚 = ∫ 𝑑𝑇
𝑅𝑇 2
𝑇1
𝑇2
1 𝐴 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇 2
𝑙𝑛 𝑚 = ∫ 𝑑𝑇
𝑅 𝑇2
𝑇1
𝑇2
1
𝑙𝑛 𝑚 = ∫ 𝐴𝑇 2 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇 𝑑𝑇
𝑅
𝑇1