Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak selamanya dapat berjalan
dengan lancar. Masalah kesulitan belajar ini sudah merupakan masalah umum yang terjadi
dalam proses pembelajaran.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar seorang siswa di sekolah
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Oleh karena itu, seorang guru harus
dapat mengidentifikasi setepat mungkin faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan
belajar pada diri siswa tersebut.\
Kesulitan belajar yang dialami siswa di sekolah bias bermacam-macam, baik dalam hal
menerima pelajaran, menyerap pelajaran, atau kedua-duanya. Setiap siswa pada prinsipnya
mempunyai hak untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Namun, dalam
kenyataannya, jelas bahwa siswa-siswa tersebut memiliki perbedaan, baik dalam kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar
yang tepat untuknya. Karena itulah saya, memilih judul “Pendidikan dan Pengajaran
Remedial” untuk makalah ini. Sehingga, diharapkan permasalahan ini mendapatkan solusi
atau perbaikan yang tepat bagi dunia pendidikan.

B. Tujuan
1. Agar siswa dapat atau mengubah cara belajar kearah yang lebih baik.
2. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil yang lebih baik.
3. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
4. Memahami lebih jauh tentang “Pendidikan dan Pengajaran Remedial”.
BAB II
PROGRAM REMEDIAL
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Pengajaran Remedial (Perbaikan)


Dilihat dari arti katanya, istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa Inggris) yang
berarti obat, memperbaiki, atau menolong. Karena itu , remedial berarti hal-hal yang
berhubungan dengan perbaikan. Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran
yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pengajaran dan membuatnya
menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal.
Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang
komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan
yang dialami siswa dalam belajar. Kegiatan remedial (perbaikan) dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan yang berupa kegiatan perbaikan
yang telah diprogram dan disusun secara sistematis.
Tantangan, krisis dan kesenjangan belajar berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah
siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah, terutama bagi siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah.Dalam proses pembelajaran, akan selalu ada siswa-siswa yang
memerlukan bantuan, baik dalam hal mencerna materi pelajaran maupun dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya. Sering ditemui seorang atau sekelompok siswa
yang tidak mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Hasil belajar seorang siswa kadang-
kadang berada di bawah rata-rata bila dibandingkan dengan hasil belajar teman-teman
sekelasnya. Siswa-siswa seperti inilah yang perlu memperoleh pengajaran remedial.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru sudah barang tentu bertanggung jawab untuk
membantu dan membimbing siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Seorang
guru sangat diharapkan untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, efisien,
dan relevan. Agar hal ini dapat tercapai, maka seorang guru harus memiliki kompetensi yang
beraneka ragam.
Salah satu kompetensi guru yang dimaksud adalah bahwa seorang guru harus mempunyai
kemampuan untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa. Artinya, ia bukan saja harus
dapat menganalisis bahan pelajaran yang disampaikannya, tetapi juga berbagai kesulitan
yang mungkin dialami oleh siswa dalam menerima pelajaran tersebut.
Dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial ini merupakan bagian yang integral dari
suatu proses pembelajaran yang menghendaki ketuntasan dalam pencapain TPK (tujuan
pembelajaran khusus). Sebenarnya, apabila ada persiapan yang matang, artinya seorang guru
memikirkan terlebih dahulu akibat dari metode, materi, dan alat yang akan digunakan, akan
mempermudah siswa maupun guru dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan
pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan kata lain, program
remedial ini akan berhasil dengan baik apabila didahului oleh adanya suatu upaya guru untuk
dapat mengidentifikasikan kesulitan belajar siswa dengan baik.
Semua faktor yang mempengaruhi hasil belajar hendaknya ditelusuri untuk mengetahui
faktor mana yang berperan pada hasil belajar siswa. Faktor yang paling utama adalah guru
dan siswa sendiri.
Dilihat dari faktor guru, keberhasilan belajar siswa paling tidak dipengaruhi oleh:
1. Kesiapan guru dalam mengajar.
2. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran.
3. Kemampuan bawaan guru.
4. Kemampuan guru dalam berkomunikasi.
Dalam hal ini, seorang guru membutuhkan informasi dari hasil tes diagnostik tersebut
untuk mengontrol dan memperbaiki cara mengajar yang dipergunakannya. Bila ada siswa
yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu pokok bahasan, maka guru dapat
melakukan tes diagnostik belajar dan menganalisis hasilnya, sehingga ia dapat
mengusahakan adanya perbaikan atau penyesuaian cara mengajar yang dipergunakannya
dengan materi yang diajarkan.
Sementara, dilihat dari faktor siswa, keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh:
1. Kesiapan belajar siswa.
2. Kebiasaan belajar siswa.
3. Sikap belajar siswa.
4. Ada atau tidaknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada umumnya.
5. Ada atau tidaknya kesulitan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
Dalam hal ini, siswa harus mampu mengetahui hal-hal apa yang belum dikuasainya
dalam belajar, sehingga ia dapat mencari jalan pemecahan masalah kesulitan belajar yang
dialaminya. Kesulitan belajar yang timbul ini harus segera diketahui sedini mungkin agar
dapat segera ditangani. Untuk itulah, perlu dilakukan tes diagnostic belajar. Dengan tes
diagnostic belajar, diupayakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa serta menemukan
kesalahan konsep dan proses yang terjadi.
Informasi dari tes diagnostik belajar sangat diperlukan oleh seorang guru sebagai dan
bahan pertimbangan untuk memperbaiki cara mengajarkannya, karena tidak setiap metode
mengajar berlaku secara tepat dan efektif untuk semua materi bidang studi. Jelaslah bahwa
tes diagnostik ini sangat bermanfaat bagi guru dalam menelusuri tingkat keberhasilan
mengjarnya, juga untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan dalam penyampaian
pengajarannya, agar dapat diupayakan program perbaikann.
Di sisi lain, informasi tentang kelemahan dan kesulitan belajar siswa juga diperlukan
agar siswa dapat mengetahui bagian mana yang masih belum dikuasainya, dan mencari
faktor penyebabnya. Dengan demikian, siswa dapat mengupayakan alat bantu atau cara
untuk memperbaiki kelemahannya atau mencari jalan pemecahan kesulitan belajar yang
dialaminya.
Berdasarkan informasi yang diterima dari pelaksanaan tes formatif, maka akan diketahui
jenis kesulitan khusus yang dialami siswa, sekalipun telah diupayakan dan diberikan umpan
balik (feed back).
B. Macam-macam Perbaikan
Macam-macam kegiatan perbaikan bergantung pada dimensi/unsur-unsur yang terdapat
pada kegiatan perbaikan itu sendiri, yaitu:
1. Sifat kegiatan perbaikan itu sendiri.
2. Jumlah siswa yang memerlukan perbaikan.
3. Tempat perbaikan diberikan.
4. Waktu, kapan dan berapa lama perbaikan diberikan.
5. Orang yang memberikan perbaikan.
6. Metode yang dipakai dalam perbaikan.
7. Sarana/fasilitas/alat-alat yang dipakai dalam perbaikan.
8. Tingkat kesulitan belajar siswa.
Berdasarkan kedelapan unsur kegiatan perbaikan tersebut di atas, dapat dipilih macam-
macam kegiatan perbaikan, antara lain:
1. Mengajarkan kembali (re-teaching) bahan yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
2. Bimbingan individual/kelompok kecil.
3. Memberikan pekerjaan rumah.
4. Menyuruh siswa mempelajari sendiri dari sumber-sumber yang ditunjuk oleh guru.
5. Menggunakan alat-alat audio-visual yang lebih banyak.
6. Bimbingan oleh:
· Wali kelas
· Guru BP
· Tutor sebaya
· Tutor serumah
· Guru bidang studi dan sebagainya.
C. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial (Perbaikan)
Pengajaran remedial ini pada hakikatnya merupakan suatu upaya “bantuan” untuk
memperbaiki prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik, berupa
perlakuan pengajaran maupun bimbingan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar diupayakan dapat mencapai prestasi belajar yang
baik melalui kegiatan remedial ini.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial ini berguna untuk
memperbaiki prestasi belajar siswa. Dengan mengikuti program pengajaran remedial ini,
siswa dapat lebih memahami dirinya, terutama mengenai prestasi belajarnya, sehingga ia
dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar, atau mengatasi hambatan-hambatan lainnya
yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya.
Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda dengan
pengajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara
khusus, pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa
perlakuan pengajaran kepada para siswa yang lambat, mengalami kesulitan, ataupun gagal
dalam belajar, sehingga mereka dapat secara tuntas dalam menguasai bahan atau materi
pelajaran yang diberikan, dan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui
proses perbaiakan.
Secara lebih rinci, tujuan pengajaran perbaikan adalah:
1. Agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal
kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
2. Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3. Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil yang lebih baik.
5. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia
mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan
dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.

Sedangkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, pengajaran perbaikan (remedial)


berfungsi sebagai:
1. Fungsi Korektif
Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan
pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang
diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
2. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman berarti bahwa dengan pengajaran remedial memungkinkan guru,
siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
dan komprehensif mengenai pribadi siswa.
3. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuain berarti bahwa pengajaran remedial dapat membentuk siswa
untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses
belajarnya).
4. Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan berarti bahwa pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses
pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, akan
dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
5. Fungsi Akselerasi
Fungsi akselerasi berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil
belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien. Dengan
kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu mau pun
materi.
6. Fungsi Terapeutik
Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial akan
dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa
yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.
BAB III
KESULITAN BELAJAR
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar itu sendiri merupakan gangguan dalam satu atau lebih dari proses
psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau menghitung. Kesulitan belajar siswa di
sekolah bisa bermacam-macam baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran, atau
kedua-duanya.

B. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua
macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal (dalam diri siswa), di antaranya:
a. Kelemahan secara fisik, seperti:
· Adanya suatu susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna, sehingga sering
mengakibatkan terjadinya gangguan emosional.
· Adanya penyakit menahun yang dapat menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
b. Kelemahan – kelemahan secara mental, baik kelemahan yang dibawa
sejak lahir maupun karena pengalaman, yang sukar diatasi oleh individu yang
bersangkutan, seperti:
· Kelemahan mental, artinya taraf kecerdasan (intelegensia)-nya memang kurang.
· Kurang bakat dan minat, bimbang, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang
semangat, kurang gizi, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental
dalam belajar.
c. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti:
· Adanya rasa tidak aman.
· Tercekam oleh rasa fobia (takut, benci, dan antipati).
· Ketidakmatangan.
d. Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, seperti:
· Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang kegiatan sekolah,
atau malas belajar.
· Kegagalan dalam usaha memusatkan perhatian.
· Gugup.
e. Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, spt:
· Ketidakmampuan membaca (dyslexia), menulis (dysgraphia), berhitung (dyscalculia),
dan kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang
diikuti.
· Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri siswa,
diantaranya:
a. Adanya kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber yang
tidak sesuai dengan tingkat kematangan siswa dan perbedaan individual.
b. Adanya ketidaksesuaian standar administratif, seperti sistem pengajaran,
penilaian, pengelolaan, kegiatan, dan pengalaman pembelajaran.
c. Adanya beban belajar siswa yang terlalu berat, atau populasi siswa yang
ada di dalam kelas terlalu besar.
d. Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.
e. Adanya kelemahan dari sistem pembelajaran pada tingkat pendidikan
dasar sebelumya.
f. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status
social ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman, dan keamanan).
g. Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
h. Kekurangan gizi,dan sebagainya.

C. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar


Ada berbagai cara untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan informasi yang diterima dari tes formatif, maka akan diketahui kesulitan khusus
yang dialami oleh siswa. Mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, tidak dapat
dibicarakan secara terpisah dengan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar tersebut.
Apabila seorang guru melihat siswanya mengalami kesulitan belajar, maka harus
mengamatinya apakah gangguan yang terjadi pada siswa itu merupakan gangguan internal
ataukah gangguan eksternal, dan apakah gangguan itu tergolong berat atau ringan.
Usaha perbaikan kesulitan belajar siswa ini dapat dilakukan dengan memperhatikan apabila
ada lebih dari satu siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sama, maka upaya perbaikan ini
hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa itu secara bersama-sama. Akan tetapi, apabila ada
siswa yang memiliki kesulitan khusus yang bersifat unik, maka upaya perbaikan hendaknya
diberikan secara individual.
Metode yang dipakai dalam usaha mengatasi kesulitan belajar tidak berbeda dengan metode
yang dipakai pada pelaksanaan proses belajar-mengajar pada umumnya, antara lain:
· Metode ceramah
· Metode diskusi
· Metode pemberian tugas dan resitasi
· Metode kerja kelompok
· Metode tanya jawab
· Metode demonstrasi dan eksperimen
· Metode sosiodrama/bermain peran (role playing)
· Metode tutorial, dan
· Metode pengajaran individual.
Tidak ada satu metode pun kalau ia berdiri sendiri, merupakan metode yang paling baik atau
merupakan metode yang tidak paling baik.Baik buruknya suatu metode bergantung pada faktor-
faktor antara lain:
1. Tujuan pembelajaranyang akan dicapai.
2. Kemampuan guru dalam menggunakani metode pengajaran yang dimaksud.
3. Kemampuan siswa dalam mengadaptasi metode pengajaran yang digunakan.
4. Besarnya kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode pengajaran itu.
5. Waktu belajar.
6. Tempat belajar.
7. Fasilitas yang tersedia.
Yang penting adalah bagaimana guru menentukan/mengombinasikan metode yang paling tepat
untuk melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tentu saja dengan memperhatikan
faktor-faktor di atas.
Dengan metode yang tepat, diharapkan siswa akan:
1. Mempunyai motivasi belajar lebih giat.
2. Mengerti sungguh-sungguh apa yang dipelajari.
3. Mendapatkan ketrampilan yang cukup, sehingga dapat menguasai pelajaran dengan baik.
Untuk menetapkan metode apa yang dipakai dalam memberikan “bimbingan belajar”, perlu
dipahami dulu pengertian “belajar” dan “bimbingan belajar”. Belajar ialah suatu usaha untuk
menguasai suatu kecakapan, baik jasmaniah maupun rohaniah dengan jalan mengorganisasikan
atau mereorganisasikan materi, hingga menjadi orang yang belajar dan mengubah tingkah laku
yang lebih baik. Yang penting adalah bagaimana belajar yang efektif dan efisien (berdaya guna
dan berhasil guna).
Bimbingan belajar ialah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dengan
memperhatikan siswa sebagai makhluk individual, makhluk social dan perbedaan-perbedaan
individu, agar supaya siswa dalam proses perkembangannya dapat maju seoptimal mungkin,
dapat memecahkan masalah/kesulitannya sendiri demi peningkatan kebahagiaan hidupnya.Yang
penting bagi guru/pembimbing ialah bagaimana menentukan metode yang paling tepat untuk
memberikan bimbingan belajar di dalam penerapannya secara operasional kepada para siswa
yang memerlukan bimbingan belajar itu.
· Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode mengajar yang dilakukan dengan penyajian
materi melalui penjelasan lisan oleh seorang guru kepada siswa-siswanya. Metode ini biasanya
digunakan apabila guru akan menyampaikan suatu kenyataan yang tidak ada dalam buku
pelajaran, sementara fakta ini dimaksudkan untuk memperdalam atau memperluas materi
pelajaran yang tidak terdapat di dalam buku tersebut.
Metode ini juga akan efektif bila digunakan untuk menghadapi siswa yang berjumlah
banyak, dan guru dapat memberi motivasi atau dorongan belajar kepada siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar tersebut.
· Metode diskusi
Metode diskusi merupakan suatu metode untuk menguasai bahan atau materi pelajaran
yang dilakukan melalui tukar menukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki oleh masing-masing siswa untuk memecahkan suatu masalah.
Dengan menggunakan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan,maka diharapkan
setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya serta menemukan jalan
pemecahannya, berinteraksi dalam kelompok sehingga menumbuhkan sikap percaya-
mempercayai, mengembangkan kerja sama antarpribadi, menumbuhkan kepercayaan diri, dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab.
· Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui
jenis dan sifat kesulitannya. Dalam rangka perbaikan, serangkaian tanya jawab dapat membantu
siswa dalam memahami dirinya, mengetahui kelebihan atau kekurangannya, dan memperbaiki
cara-cara belajarnya.
Metode tanya jawab ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Dengan
metode tanya jawab dalam rangka pengajaran perbaikan ini, maka akan memungkinkan
terbinanya hubungan guru-siswa, meningkatkan motivasi belajar, menciptakan kondisi yang
menunjang pelaksanaan penyuluhan, dan menumbuhkan rasa harga diri.
· Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode eksperimen ini sangat berkaitan erat dengan metode demonstrasi, karena
setelah melakukan suatu demonstrasi, kemudian akan diikuti kegiatan eksperimen. Metode
demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang dilakukan dengan mempertunjukkan
sesuatu, dapat berupa suatu rangkaian percobaan, model, atau keterampilan tertentu. Dalam
penggunaan metode ini, siswa dituntut untuk memperhatikan hal-hal yang didemonstrasikan.
Sedangkan metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa, baik secara individual maupun kelompok, untuk
melatih melakukan suatu kegiatan percobaan secara mandiri.
Dalam program pengajaran remedial, kedua metode ini j Agar siswa Agar siswa uga
dapat digunakan untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, karena
melalui kegiatan pengamatan dan mencoba melakukan sendiri, maka besar peluang siswa untuk
dapat memahami suatu materi pelajaran.
· Metode tutorial
Dalam program remedial, guru juga dapat menggunakan metode tutorial, baik tutor
sebaya maupun tutor serumah.Yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah kegiatan bantuan
perbaikan yang diberikan oleh teman-teman yang sekelas dengan siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Tutor sebaya ini tidak harus merupakan siswa yang paling pandai di kelas,
tetapi tentunya siswa tersebut sudah mastery (menguasai) terhadap bahan atau materi pelajaran
yang akan ditutorkan. Guru juga dapat menggunakan tutor serumah, baik kakaknya, paman, atau
orang tua siswa itu sendiri.
Namun demikian, fungsi tutor di sini hanya membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan perbaikan bagi siswa yang memerlukan. Artinya, pelaksana utama kegiatan perbaiakan
ini tetaplah guru itu sendiri, dan guru bertanggung jawab terhadap penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran yang dipelajari.
Dengan petunjuk-petunjuk dari guru, tutor membantu temannya yang mengalami
kesulitan. Pemilihan tutor didasarkan atas prestasi, punya hubungan social baik dan cukup
disenangi oleh teman-temannya. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok
sebagai pengganti guru. Dengan tutor ini diharapkan adanya hubungan yang lebih dekat dan
akrab. Tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar, juga
dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan sendiri.

D. Contoh Kasus Kesulitan Belajar dan Mengatasinya


Seorang siswa kelas 1 SMP mengalami kesulitan dalam hal membaca “reading” bahasa
Inggris mengenai lafal maupun tekanannya. Dengan demikian ia juga kesukaran dalam
mengartikan kalimat demi kalimat, sehingga dia menemui kesulitan dalam memahami isi bacaan
yang dipelajarinya.
Bagaimana guru harus memberikan pertolongan kepada siswa tersebut ?
Memahami kasus tersebut dapatlah :
Dilokalisasikan jenis dan sifat kesulitannya yaitu :
1. Hal membaca reading, tentang ucapan atau lafal dan tekanan.
2. Memahami isi bacaan.
Dilokalisasikan jenis dan sifat faktor penyebab kesulitan :
1. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran baru.
2. Tulisan atau ejaannya berbeda dengan lafalnya.
3. Tidak ada kelainan pada siswa.
Perkiraan dan penetapan kemungkinan bantuan :
1. Tingkat kesulitannya ringan, relatif mudah ditolong.
2. Waktu yang digunakan ± 4×30 menit.
3. Di rumah siswa.
4. Oleh kakaknya yang kebetulan duduk di kelas III SMP.
5. Metode tutoring serumah.
Pelaksanaan tindak lanjut :
Meminta kepada kakak siswa tersebut yang duduk di kelas III SMP untuk melatih
membaca di rumah selama 4 malam berturut-turut @ 30 menit. Sebelumnya guru
memberikan contoh bagaimana membaca reading yang benar kepada kakak siswa
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan remedial (perbaikan) dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bentuk
kegiatan pemberian bantuan yang berupa kegiatan perbaikan yang telah diprogram dan disusun
secara sistematis. Tantangan, krisis dan kesenjangan belajar berpengaruh terhadap pertumbuhan
jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah, terutama bagi siswa lamban belajar
dan berprestasi rendah.Dalam proses pembelajaran, akan selalu ada siswa-siswa yang
memerlukan bantuan, baik dalam hal mencerna materi pelajaran maupun dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya. Sering ditemui seorang atau sekelompok siswa yang
tidak mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Hasil belajar seorang siswa kadang-kadang
berada di bawah rata-rata bila dibandingkan dengan hasil belajar teman-teman sekelasnya.
Siswa-siswa seperti inilah yang perlu memperoleh pengajaran remedial.

B. Saran
Dalam proses pembelajaran, seorang guru sudah barang tentu bertanggung jawab untuk
membantu dan membimbing siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Seorang guru
sangat diharapkan untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, efisien, dan
relevan. Agar hal ini dapat tercapai, maka seorang guru harus memiliki kompetensi yang
beraneka ragam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mukhtar dan Rusmini, 2005. Pengajaran Remedial. Jakarta: Nimas Multima.


2. Ischak dan Warji, 1987. Program Remedial. Yogyakarta: Liberty.
3. Wijaya,Cece, 1996. Pendidikan Remedial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
4. http://www.google.com
5. http://www.pikiran-rakyat.com
6. https://fanmooy.wordpress.com/2009/02/21/program-remedial/ Program Remedial,
20/06/2017. 10.08 WIB

Anda mungkin juga menyukai