Anda di halaman 1dari 13

Makalah Total Quality Management

“KONSEP TOTAL QUALITY MANAGEMENT“


Dosen Pengampu : Agung Nugroho Adi, SE., MM.,MM(HRM).

DISUSUN OLEH :

Muhammad Faiz Faalih 165020201111010

Luthfan Gibran 165020207111036

Rafif Bisma Marhaendra 165020207111027

Ahmad Irwan Ardiansyah 165020201111004

Ainy nurhidayati f 165020201111043

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
Jalan MT.Haryono 165 Malang 65145
Telp. 0341-555000 Fax. 0341-553834 Web. feb@ub.ac.id
2019
BAB 1

LATAR BELAKANG

Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu penentu bagi pembangunan


negara. Karena dengan pendidikan inilah kelak akan menghasilkan generasi-
generasi penerus bangsa yang akan siap membangun negara ke arah yang lebih
baik. Dan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dibutuhkan sistem
pendidikan yang berkualitas pula. Dalam pembentukan sistem pendidikan yang
berkualitas, selain perlunya uang yang cukup diperlukan juga manajemen yang
berkualitas pula. Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen di sekolah dan
perguruan tinggi mengarah pada sistem manajemen yang disebut Total Quality
Management (TQM)

Asal-usul Total Quality Management atau TQM bermula dari pendekatan W.


Edwards Deming terhadap manajemen. Pendekatan ini diperkenalkan ke dalam
industri Jepang di tahun 1950 dengan banyak keberhasilan. Implementasi TQM di
Barat selama tahun 1980-an tidak pernah cukup efektif. Abad ke-21 menawarkan
berbagai tantangan baru tapi daya tarik TQM tetap kuat. Variasi pada metodologi
TQM adalah perbaikan/peningkatan berkelanjutan.

Semua metodologi ini terfokus pada penyediaan kualitas barang dan jasa. Semua
pelanggan terfokus, dan produksi dioptimalkan melalui kerja tim, kepemimpinan
dan pengukuran statistik.

Fokus utama Total Quality Management dan pendekatan terkait berada/terfokus


pada pelanggan. Pelanggan adalah alasan untuk sebuah bisnis tetap ada, dan
dengan mengarahkan setiap operasi bisnis terhadap hasil pelanggan dalam hal
produk yang berkualitas dan tingkat cacat yang rendah.

Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik
agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan
menghasilkan kualitas terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan
upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan
lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-
komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
Maka dari itu juga diperlukan prinsip dan metode TQM agar lancar dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berbau TQM
BAB 2

ISI

Sejarah Singkat Perkembangan TQM

Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi waktu dan oleh bapak
manajemen ilmiah frederick taylor pada tahun 1920-an. Aspek yang paling
fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya pemisahan antara perencanaan
dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah menimbulkan peningkatan
besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah
menyisihkan konsep lama mengenai keahlian/keterampilan, dimana individu yang
sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk yang berkualitas. Manajemen ilmiah Taylor mengatasi hal ini dengan
membuat perencanaan tugas manajemen dan tugas tenaga kerja. Untuk
mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan maka dibentuklah
departemen kualitas yang terpisah.

Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas pemanufakturan,


kualitas juga menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan kompleksitas
mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an . Quality
engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik
dalam pengendalian kualitas, yang akhir-nya mengarah pada konsep control chart
dan statistical process control. Kedua konsep terakhir merupakan aspek
fundamental dari total quality management.

Sekalipun konsep TQM banyak yang dipengaruhi oleh perkembangan-


perkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM “made in
Japan”. Hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari Amerika
(Schmidt dan Finnigan, 1992, dalam Bounds, et al, 1994, p. 61) di antaranya:

1. Manejemen ilmiah, yaitu berupaya menemukan satu cara terbaik dalam


melakukan suatu pekerjaan.
2. Dinamika kelompok, yaitu mengupayakan dan mengorganisasikan
kekuatan –kekuatan pengalaman kelompok.
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan investasi dalam sumber
daya manusia.
4. Motivasi berprestasi
5. Keterlibatan karyawan
6. Sistem sosioteknikal, dimana organisasi beroperasi sebagai sistem yang
terbuka
7. Pengembangan organisasi
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan, mitos, dan nilai-nilai
yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam organisasi
9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan dan memberdayakan
orang lain untuk bertindak
10. Konsep linking-pin dalam organisasi, yaitu membentuk tim fungsional
silang
11. Perencanaan strategik

LATAR BELAKANG PERLUNYA TQM

Amerika Serikat pernah menikmati situasi di mana standar hidupnya paling


tinggi di dunia untuk jangka waktu lebih dari 100 tahun. Mereka pernah menjadi
pelopor dan pemimpin dalam perkembangan faktor-faktor pendorong utama bagi
peningkatan standar hidup, yaitu dalam perbaikan produkvitas, pertumbuhan, dan
inovasi. Kemampuan pemanufakturan Amerika saat itu memberikan basis
ekonomi yang memungkinkan mereka membangun masyarakat yang berstandar
hidup terbaik didunia. Akan tetapi semenjak tahun 1980-an terjadi perubahan
besar.

Dominasi Amerika semakin tergerogoti. Amerika mulai kehilangan


pasarnya, produktivitasnya tertinggal dari Jepang, tingkat penganggurannya
meningkat dalam sektor manufaktur, dan posisi kompetitifnya semakin terkikis
dalam pasar global. Semua ini merupakan gejala dari penurunan sektor industri
industri Amerika. Para pesaingnya, terutama Jepang, telah merebut banyak pasar
dimana sebelumnya didominasi Amerika.

Permasalahan tersebut sebenarnya dimulai semenjak berakhirnya Perang


Dunia II. Pada saat itu kualitas produk yang dihasilkan Jepang masih kurang baik
untuk bersaing dalam pasar internasional. Satu-satunya keunggulan yang dimiliki
Jepang saat itu adalah harga yang murah. Perusahaan-perusahaan Amerika
memandang bahwa ancaman potensial dari produk-produk Jepang adalah aspek
biaya, bukan kualitas.

Akan tetapi di lain pihak, perusahaan-perusahaan Jepang menyadari bahwa


kunci sukses dimasa mendatang adalah kualiatas. Oleh karena itu mereka sangat
menaruh perhatian terhadap kualitas. Sementara perusahaan-perusahaan Amerika
dan negara-negara Barat lainnya memusatkan perhatian pada biaya, secara
bertahap dan terus-menerus perusahaan-perusahaan Jepang berusaha menciptakan
infrastruktur sebagai dasar kualitas, yaitu aspek manusia, proses, dan fasilitas.
Berbagai upaya perbaikan dilakukan Jepang, misalnya mengirimkan tim khusus ke
luar negeri untuk mempelajari pendekatan-pendekatan yang dilakukan perusahaan
asing untuk datang ke Jepang dan memberikan kursus-kursus pelatihan kepada
para manajernya. Jepang akhirnya menemukan strategi-strategi untuk menciptakan
revolusi dalam kualitas. Beberapa diantaranya adalah:

1. Para manajer tingkat atas secara personal mengambil alih pimpinan


revolusi tersebut.
2. Semua level dan fungsi menjalani pelatihan untuk mengelola kualitas.
3. Perbaikan kualitas dilakukan dengan revolusioner dan terus menerus
4. Tenaga kerja dilibatkan dalam perbaikan kualitas melalui konsep
pengendalian kualitas (Quality Control)

Berkat usaha-usaha tersebut, maka pada pertengahan 1970 an kualitas


barang-barang manufaktur Jepang, seperti mobil dan produk elektronika,
melampaui kualitas yang dihasilkan para pesaingnya dari Barat. Sebagai akibatnya,
ekspor Jepang mengalami peningkatan drastis sementara ekspor negara-negara
Barat mengalami penurunan. Di samping itu dominasi Amerika dalam beberapa
industri kunci- seperti baja, otomotif, mesin industri, dan elektronika, mulai
digantikan oleh Jepang.

Penyebab lain atas kegagalan Amerika dalam bersaing adalah aspek


perhatian atau penekanan. Alasan mengapa Amerika unggul pada aspek-aspek
kuantitatif dari suatu pekerjaan adalah karena aspek-aspek tersebut semenjak
Perang Dunia II sangat diperhatikan, dihargai, dan diberi status lebih baik. Hal ini
menyebabkan industri Amerika kurang memperhatikan masalah kualitas produk.

Selama dekade 1980 an, dimana pangsa pasar Amerika menurun tajam,
pilihan para mahasiswa Amerika untuk jenjang pendidikan perguruan tinggi adalah
program MBA. Pada periode yang sama, sebagian besar mahasiswa universitas-
universitas teknik di Amerika adalah mahasiswa asing.

Jadi, misalnya persaingan global dalam sektor industri diibaratkan arena


balap mobil, maka Amerika pada dekade 1980 an lebih memfokuskan pada upaya
mengiklankan mobilnya secara lebih intensif dan lebih baik sementara para
pesaingnya menekankan pada usaha meningkatkan kemampuan mobil, pengemudi
, mekanik, dan pit crewnya. Pada saat Amerika terlambat menyadari bahwa untuk
memenangkan pasar global perlu penekanan lebih besar pada kualitas daripada
pemasaran, gerakan total quality muncul dan memberikan harapan perbaikan.

Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara


terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan
menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik
diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan
kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah
dengan menerapkan TQM.

Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa


manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing
perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara
terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua rute .
Rute pertama, yaitu rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi
persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat
lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba
yang diperoleh juga semakin besar. Sedangkan pada rute kedua, perusahaan dapat
meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas.
Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba
yang diperoleh akan meningkat .

PRINSIP DAN UNSUR POKOK DALAM TQM

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan system


manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu di perlukan perubahan besar dalam
budaya dan system nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam
Scheuning dan Christoper, 1993,pp. 165-166), ada empat prinsip utama dalam
TQM, keempat Prinsip tersebut adalah :

1. Kepuasan pelanggan
Dalam TQM, Konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi
tertentu., tetapi kualitas tersebut di tentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu
sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuha pelanggan
diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalam harga,
dan ketetepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas perusahaan harus
dikordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri
yang unik. Dengan demikian karyawan merupaka sumber daya organisasi
yang paling bernilai.
3. Manajemen berdasarkan fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksdnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan pada sekedar perasaan
(feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini, pertama,
Prioritasi yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumberdaya yang ada.
Konsep kedua, variasi, variabilitas kinerja manusia. Data statistic
dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian
yang wajar dari siste organisasi.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanaka perbaikan berkesinambungan. Konsep yang
berlaku disini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil
pelaksana rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

Yang membedakan TQm dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan


usaha adalah komponen bagaimana tersebut. Kompone ini memiliki sepulih unsur
utama (Goersch dan Davis, 1994, pp. 14-18) yang masing masing akan dijelaskan
sebagia berikut.

1. Focus pada pelaanggan


Dalam TQM, baik pelanggan internal maupu eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar
dalam menentukan kualitas manuasia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas ditetapkan tersebut,
organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang
ditentukan tersebut.
3. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama
untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain
tersebut.
4. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk
itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu
komitmen jangka Panjang sangat penting guna mengadakan perubahan
budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerjasama tim
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisonal, seringkali diciptakan
persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya
saingya terdongkrak.
6. Perbaikan system secara berksinambungan
Setiap produk/jasa dihasilakn dengan memanfaatkan proses proses tertentu
didalam suatu system/lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu
diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilakan dapat
meningkat.
7. Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan factor fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip
bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan ketrampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting.
Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rsa memilki dan
anggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu
unsur ini juga dapat memperkaya wawasan pandangan dalam suatu
keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat banyak.
9. Kesatuan tujuan
Supaya TQm dapat diterapkan dengan baik maka perusahan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada
tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus
selalu ada persetujuan/kesepakatan antar pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja
10. Adanya keterlinbatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayan karyawan merupaka hal yang penting dalam
penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2 manfaat.
Pertama, meningkatkan kemingkinan hasil yang diputuskan yang baik,
rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif. Kedua, keterlibatan
karyawan juga meningkatakan rasa memiliki dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang orang yang harus melaksanakanya.

Metode Dalam TQM

Metode W. Edwards Deming


Deming telah menuliskan kesuksesan dalam memimpin revolusi di Negara Jepang
yakni dengan mengenalkan pemakaian teknik pemecahan masalah dan
pengendalian proses statistik (Statistical Process Control/SPC). Yang merupakan
salah satu metode Deming yang terkenal adalah siklus deming (Deming
Cycle)Siklus Deming adalah model perbaikan dengan berkesinambungan yang
pengembangannya dilakukan oleh W. Edward Deming yang tersusun atas empat
komponen utama dengan urutan yang terkenal dengan siklus PDCA (Plan Do
Check Act). Pembahasan dari masing-masing siklus PDCA diatas adalah sebagai
berikut:

 Pengembangan rencana perbaikan (Plan)


 Pelaksanaan rencana (Do)
 Pemeriksaan atau meneliti hasil yang diperoleh (Chek atau Study)
 Melakukan tindakan penyesuaian jika dibutuhkan (Action)
Metode Joseph M. Juran
Juran mengartikan kualitas yaitu cocok atau sesuai untuk dipakai (Fitnes for use)
yang mengandung pengertian bahwa sebuah barang atau jasa harus bisa memenuhi
apa yang menjadi harapan oleh para penggunanya.Kontribusi Jurang yang populer
adalah Juran’s Basic Steps to Progress. Tiga langkah dasar ini adalah langkah yang
harus dikerjakan perusahaan jika mereka hendak mencapai kualitas tingkat dunia.
Jurang juga meyakini jika ada titik diminishing return dalam keterkaitan antara
kualitas dan daya saing. Ketiga langkah tersebut terdiri atas sebagai berikut:

 Tercapainya perbaikan struktur dengan berdasar kesinambungan yang


dicampurkan dengan dediksi dan kondisi yang mendesak
 Pengadaan program pelatihan yang meluas
 Membantu komitme dan kepemimpinan di tingkat manajemen yang lebih
tinggi

Metode Philip B. Crosby

Crosby sangat populer dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan
yang menentang tingkat kualitas yang bisa diterima dengan statistik (acceptable
quality level), pandangan-pandangan Crosby terangkum pada ringkasan yang ia
sebut dengan dalil-dalil manajemen kualitas yakni:

 Pengertian kualitas adalah sama dengan persyaratan


 Sistem kualitas adalah pencegahan
 Kerusakan nol (zero effect) adalah standar kinerja yang wajib dipakai
 Ukuran kualitas adalah price of nonconformance
DAFTAR PUSTAKA

1. Bab I Konsep Total Quality Management Menurut buku Fandy Tjiptono


dan Anastasia Diana ( Hal: 1-18).
2. https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-karakteristik-metode-
manfaat-total-quality-management.html
3. https://www.dosenpendidikan.com/total-quality-manajemen-pengertian-
karakteristik-metode-manfaat/

Anda mungkin juga menyukai