Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT TROPIS :

MUMPS

OLEH:

SUPRIADI

SURAEDA

DWI MAULIDTA

ARMIATY HASYYATI S

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan

Keperawatan pada Penyakit Tropis : Mumps dengan baik.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan

saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai mumps dan Asuhan

keperawatannya.

Makassar, April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. LATARBELAKANG............................................................. 1

B. TUJUAN ................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS RUBELA .................................................. 2

A. PENGERTIAN ..................................................................... 2

B. ETIOLOGI.............................................................................. 2

C. MANIFESTASIKLINIS ........................................................ 2

D. PATOFISIOLOGI................................................................... 3

E. PEMERISAAN PENUNJANG……………………………….. 4

F. PENATALAKSANAAN ...............................................….. 4

G. HAL YANG PELU DIPERHATIKAN.......................... 4

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 5

A. PENGKAJIAN………………………………………………… 5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................... 5

C. INTERVENSI KEPERAWATA...................................... 5

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………… .9

KESIMPULAN……………………………………………………...9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Penyakit mumps atauyang biasa dikenal dengan pennyakit parotitis

atau gondong tersebar diseluruh dunia,dapat timbul secara endemik atau epidemic

yang disebabkan oleh paramyxovirus yang menyerang pada kelenjar luda terutama

kelenjar parotis, penularannya melalui percikan ludah atau air droplet dan melalui

urine penderita, virus ini dapat menyerang laki-laki dan perampuan secara merata,dan

pada anak-anak 85% terjadi infeksi,akan tetapi penyakit ini sering menyerang pada

dewasa muda, sumber dari penyakit ini sangat susah di ketahui oleh karena 30-40%

infeksi ini bersifat subklinis, dimana ada terjadi penurunan insiden sejak adanya

vaksin parotitis pada tahun 1968.

Virus ini dapat diisolasi sebelum 2-6 hari terjadi pembesaran kelenjar

parotis.Pada penderita parotitis epidemika tampa pemesaran kelenjar parotis, virus

sudah dapat diisolasi dari faring. Virus ini dapat diketemukan pada urine sejak hari

pertama sampai hari ke 14 setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis, baik infeksi

klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumurhidup.

B. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : meningkatkan pengetahuan

mahasiswa tentang penyakit mumps atau penyakit yang sering disebut parotitis,dan

melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara komperhensif dan holistik


BAB II

TINJAUAN TEORI MUMPS

A. PENGERTIAN

Penyakit mumps merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

paramyxovirus yang menyerang kelenjar ludah atau kelenjar paroti diantara telingah

dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi

bagian bawah.[ CITATION Cro00 \l 1033 ]

Mumps merupakan penyakit menular yang disebabkan virus paramyxovirus yang

menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis yang disertai nyeri, infeksi ini

pada orang dewasa akan menyerang system saraf pusat,testis,prostat,pancreas

,payudara dan organ lain, penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak

lasung,percikan ari ludah atau droplet, muntahan bisa pula melalui air kencing.

(Sumarmo,2008).

Pada penyakit ini tidak semua orang yang infeksi mengalami keluhan, bahkan

sekitar 30-40% penderita tidak menunjukan tanda-tanda sakit atau subklinis,bisa

menjadi sumber penularan sama seperti penderita mumps yang Nampak sakit, masa

inkubasi virus ini dari 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

B. ETIOLOGI
Agen penyebab mumps atau parotitis epidemika adalah anggota dari

kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza,

measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90

– 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan

jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal.

genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus

mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin- neuramidase dan perpaduan

protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :

antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen

V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu

<4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus

masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran

napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum

setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya

lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,

jantung atau otak.

Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi

pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari

ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat

diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya
pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan

kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang [ CITATION Soe00 \l

1033 ]

C. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda dan gejala penyakit mumps yang timbul setelah terinfeksi

dan berkembangnya masa tunas atau masa inkubasi dapat digambarkan sebagai

berikut :

a. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita mumps mengalami gejala: demam (suhu

badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu

makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai

kaku rahang (sulit membuka mulut).

b. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang

diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua

kelenjar mengalami pembengkakan.

c. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur

mengempis.

d. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)

dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa terjadi

pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.


D. PATOFISIOLOGI

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis

(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat: Percikan ludah, Kontak langsung

dengan penderita parotitis lain, Muntahan, urine.

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar

yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar

parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari

serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam

tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian

terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di

jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan

ini dissebut parotitis.


Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi

demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot [ CITATION Man001 \l 1033 ]

Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula

unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada

manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan

liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia

ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya

leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif,

namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear

tingkat sedang.

b. Amilase serum

ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan

parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar

amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan

adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu;

a) Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan

serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen

4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.

b) Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan

fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.

Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh


titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode

yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis

dan tidak mahal.

c) Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon

antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis

epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1

bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun

secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.

Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun

menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul

cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala,

hilang dalam 6 sampai 12 minggu

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus

dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor

serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat

hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada

pada biakan yang diberi serum hiperimun.


F. KOMPLIKASI

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,

obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi

nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,

pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa

penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang

organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi

setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau

pengobatan yang kurang dini menurut [ CITATION Nel001 \l 1033 ]

mengioensepalitis, ketulian, ortitis, ooforitis, pancreatitis, nefritis, tiroditis,

miokraditis, artitis, kelainan pada mata kabur atau kebutaan, dan mata berair.

G. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi

pasif dan imunisasi aktif.

a. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.
b. Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis

epidemiksa yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp

and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan

[ CITATION Nga071 \l 1033 ]. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau

reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.

Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin

campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella).

Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam

menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu

yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai

95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak

mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi

variola yang diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam

akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi

obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps”

dalam situasi ini


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Identitas diri: nama, umur,jenis kelamin, alamat tempat tinggal, pekerjaan,

penanggung jawab,nomor registrasi RS

b. Keluhan Utama :demam, nyeri pada rahang bagia belakang saat mengunyah,

sakit bila membuka mulut, sakit kepala,pusing,tidak ada napsumakan.

bengkak di bawah telingah (kelenjar parotis), kadang pembesaran pada

kelenjar dibawah rahang (submandibula),pembesaran kelenjar dibawah lidah

(sublingual), pembesaran testis

c. Riwayat Penyakit Sekarang: panas 1 atau dua hari yang lalu, sakit pada rahang

dan bengkak di bawah kedua telinga.

d. Riwayat Penyakit Dahulu: pernah menderita penyakit yang sama atau

belumpernah.

e. Riwayat Penyakit Keluarga: apakah ada keluarga yang menderita penyakit

yang sama .

f. Pemeriksaan Fisik:

Inpeksi : wajah tampak kemerahan, tidak simetri,tedapat pembesaran pada

kelenjar parotis dibawah telinga salah satu atau keduanya,tampak kemerahan.

Palpasi : akral hangat ,teraba udem dan lunak pada daerah dibawa telinga,

submandibula,dan kelenjar sublingual.


B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan sensivitas serabut saraf lokal sekunder akibat

respon inflamasi lokal terhadap parotitis

b. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi istemik(penyakit parotitis)

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kesulitan mengunyah dan menelan


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan -Tingkat kenyamanan:ting kat 1. mengkaji keadaan umum pasien.
2.mengkaji skala nyeri dengan meminta pasien
dengan sensivitas serabut persepsif positif terhap
untuk menilain nyeri atau ketidak nyamanan
saraf lokal sekunder akibat kemudahan fisik dan
pada skla 0-10.
respon inflamasi lokal psikologis. 3.lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
-pengendalian nyeri :tindakan
terhadap parotitis. meliputi lokasi,karakteristik,awitandan
Batasan karakteristik : invidu untuk mengendalikan
subyektif durasi,frekuensi,kualitas,intensitas, atau
-mengungapkan secara nyeri.
-tingkat nyeri : keparahan keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
verbal atau melaporkan nyeri 4.obserfasi isyarat nonverbal,
nyeri yang dapat diamati atau
dengan isyarat ketidaknyamanan,khususnya pada mereka yang
Obyektif dilaporkan.
-Posisi untuk menghindari Criteria evaluasi: tidak mampu berkomunikasi efektif.
-Memperlihatkan 5.berikan informasi tentang nyeri,seperti
nyeri
- perubahann tonus otot pengendalian nyeri: nyeri penyebab nyeri, berapalama akan berlangsung,
-respon autonomic (misalnya
berkurang atau hilang. dan antisipasi ketdak nyamanan akibat prosedur.
diaphoresis ; perubahan -Skala nyeri 0 6. ajarkan penggunaan teknik
Melaporkan nyeri dapat
tekana darah,pernapasan, nonfarmakologi,distraksi,terapi music, terapi
nadi,dilatasi pupil) dikendalikan. bermain,terapi akupresur,kompres hangat atau
-perubahan selerah makan -Menujukan tingkat nyeri :
-perilaku distraksi(modar dingin
ekspresi waja riles,tidak 7. kaji adanya alergi obat analgesic
mandir,mencari 8. kolaborasi pemberian obat analgesic.
gelisah,otot tidak tegang,tidak 9.bantu pasien mengindentifikasikan tindakan
orang,aktivita berulang)
-perilaku ekpresi merintih dan kenyamanan yang efektif di masa lalu seperti

(mis:gelisah,menangis,merint menangis,gelisah distraksi, relaksasi, atau kompres hangat atau

ih,kewaspadaan dingin.
10.hadir didepan pasien untuk memenuhi rasa
berlebihan,pekaterhadap
nyaman dan aktivitaslain untuk membantu
rangsangan,dan menghela
relaksasi meliputi tindakan sebagai berikut :
napas panjang.
-waja topeng (nyeri) masase punggung, dan relaksasi gantilinen
-fokus menyempit
tempat tidur bila diperlukan.
(misalnya :gangguan presepsi 11. berikan perawatan dengan sikap tidak

waktu,proses piker,interaksi terburuh – buruh dengan sikap yang mendukung.

dengan oranglain menurun.


-gangguan tidur(terlihat

kuyu,gerakan tidak teratur


atau tidak menyentu dan

menyeringani.
2. Hipertermi berhubungan -Termoregulasi: 1. kaji keadaan umum,dan tanda-tanda hipertermi.
2. kaji tanda-tanda vital
dengan respson inflamasik keseimbangan antara 3. kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan.
4. pantau suhu tubuh minimal dua jam sesuai
instemik produksi panas, peningkatan
Batasan karakteristik : kebutuhan dan warna kulit.
Obyektif panas, dan kehilangan panas. 5. kolaborasi pemberian obat antipiretik
-Kuli merah -Tanda- tanda vital: nilai suhu 6.kompres hangat dingin pada aksila,kening,
-suhu tubuh meningkat
tubuh, denyut nadi,frekuensi tengkuk dan lipat paha.
diatas rentang normal 7.anjurkan asupan cairan oral sedikit 2liter perhari
-frekuensi napas meningkat pernapasan dan tekanan darah 8. gunakan kipas yang berputar di ruangan pasien.
-kulit teraba hangat 9. gunakan selimut pendingin.
-takikardi dalam batas normal.
Obyektif Criteria evaluasi
-tampak terlihat bengkak - Pasien akan menunjukan

pada kelenjar parotis termoregulasi yang

dibawah telinga. dibuktikan oleh indicator:


-akral teraba hangat
tidak ada gangguan

peningkatan suhu

kulit,hipertermi,dehidrasi,

mengantuk,
-Klien akan menujukan
tanda-tanda vital dalam batas

normal.
-klien dan keluarga

menjelaskan tindakan untuk

mencegah atau

meminimalkan peningkatan

suhu tubuh.
3 Ketidak seimbangan nutrisi -Selera makan:keinginan 1.kaji status nutrisi, tentukan motivasi pasien

kurang dari kebutuhan untuk makan ketika dalam untuk mengubah kebiasan makan.
2.ketahui makanan kesukaan pasien.
tubuh berhubungandengan keadaan saikit atau sedang 3.tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi

kesulitan mengunya atau menjalani pengobatan. kebutuhan nutrisi.


-Status gizi : tingkat 4.timbang pasien pada interval yang tepat.
menelan 5.berikan informasi yang tepat tentang
Batasan karakteristik: ketersediaan zat gizi untuk
Subjektif kebutuhan nutrisi dan bagaiman memenuhinya.
-menolak makan memenuhi kebutuhan 6.kolaborasi dengan ahligizi jika di perlukan .
-presepsi ketidak mampuan 7. ciptakan lingkungan yang menyenangkan
metabolic.
untuk mencerna makanan -Status gizi asupan gizi: untuk makan(misalnya: pindahkan cairan atau
-melaporkan kurangnya
jumlah makanan dan cairan barang-barang yang tidak sedap dipandang.
makan yang dikonsumsi selama 8.Anjurkan pada pasien makan sedikit tapi sering
Objektif
-adanya bukti kekurangan waktu 24 jam. dengan makanan yang lunak.
-Perawatan diri makan :
makanan
-bising usus hiperaktif kemampuan untuk
-kurangnya minat terhadap
mempersiapkan dan
makanan
-menolak untuk makan mengingesti makanan dan
-nyeri otot yang berfungsi
cairan secara mandiri dengan
untuk menelan atau
atau tampa alat bantu.
mengunyah. -Berat badan,Masa tumbuh :

Tingkat kesesuaian berat

badan,otot dan lemak, dengan

tinggi badan, rangka tubuh,

jenis kelamin dan usia.


Criteria evaluasi
Memeperlihatkan status gizi

asupan makanan dan cairan

adekuatnya asupan makana


dancairan peroral
- Mempertahan kan berat

badan atau berat badan

bertambah.
-menoleransi diet yang

dianjurkan.
mempertahankan masa tubuh

dan berat badan dalam batas

normal.
-melaporkan tingkat energy

yang kuat.
-Memiliki nilai laboratorium

(misalnya:

transferin,albumin,dan

elektrolit dalam batas normal.


BAB 1V
PENUTUP

KESIMPULAN
Penyakit mumps atau biasa disebut dengan parotitis dan gondongan

merupakan penyakit disebab kan oleh virus paramyxoviridae yang merupa

kan penyakit menular yang menyerang kelenjar ludah(kelenjar parotis)

diantara telinga dan rahang yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan,

kelembutan pada saluran kelenjar ludah dan dapat juga menyebabkan kelainan

berupa penyumbatan dan pelebaran saluran,ganguan parotitis cenderung

menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun sekitar 85 %kasus, mengingat

penyakit ini banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar

saliva sehingga harus sidini mungkin penangana diawali dengan berbagai test

laboratorium dan pengobatan simptomatis dan suportif, karena parotitis

merupakanpenyakit yang bersifat self-limited (sembuh hilang sendiri) namun

penanganan harus tepat dan salah satu pencegahan dengan imunisasi pasif dan

aktif ( vaksinMMR: Mumps, Morbili, Rublla).

DAFTAR PUSTAKA

Crowin, E. J. (2000). Rencana asuhan keperawatan (3 ed.). Jakarta: ECG.


Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran (2 jilid 2 ed.). Jakarta: EGC.
Nelson. (2000). Ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta: ECG.
Ngastiyah. (2007). perawatan pada anak. Jakarta: EGC.
Soemarmo. (2008). Buku ajar infeksi dan pediatri Tropis (2 ed.). Jakarta: IDAI.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2014). Buku saku diagnosis kepertawatan (9 ed.). Jakarta:

EGC.
willams, L. s., & Hopper, P. D. (2007). Understanding medical surgical nursing E book (3 ed.).

Philadelphia: by.F.A Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai