Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

SISTEM URINARI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM


URINARI : TRAUMA URETRA

DISUSUN OLEH :
MARIANTI OLA (C12116704)
YULIANI (C12116708)
DWI MAULIDTA (C12116712)
ARMIATY HASYYATI S (C12116716)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KERJASAMA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016 / 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNYAlah sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca terutama bagi mahasiswa keperawatan.

Makassar, November 2016

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan terdiri dari 2 ginjal, 2 ureter, kandung kemih (bladder), dan
uretra. Fungsi utama sistem perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit, selain itu merupakan indicator dalam mempertahankan regulasi lingkungan
konstan atau stabil.
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
Salah satu bagian dari sistem perkemihan adalah uretra. Uretra merupakan
saluran berbentuk tabung yang keluar dari dasar kandung kemih ke permmukaan
tubuh. Uretra pada pria berbeda dengan uretra pada wanita. Uretra pada pria
panjangnya sekitar 20 cm – 23 cm dan berfungsi sebagai saluran sperma dari organ
reproduksi. Uretra pada pria terbagi atas 3 bagian, yaitu : Uretra Pars Prostatica,
Uretra Pars Membranosa dan Uretra Pars Spongiosa. Sedangkan uretra pada wanita
lebih pendek dengan ukuran 3 cm – 4 cm.
Uretra dapat mengalami trauma yang diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya,
fraktur pelvis, terjatuh dari sepeda dengan tekanan ke daerah kemaluan, ataupun
intervensi medis dan bedah.
Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena
di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena
apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan sistem
perkemihan pada pasien dengan trauma uretra
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi uretra
b. Mengetahui pengertian trauma uretra

3
c. Mengetahu klasifikas trauma uretra
d. Mengetahui etiologi trauma uretra
e. Mengetahui patofisologi trau uretra
f. Mengetahui manifestasi klinis trauma uretra
g. Mengetahui pmeriksaan penunjang trauma uretra
h. Mengetahui komplikasi pada trauma uretra
i. Mengetahui penatalaksanaaan trauma uretra
j. Memahami asuhan keperwatan pada pasien trauma uretra

BAB II
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke
lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem
kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem
reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.
1. Uretra pada wanita
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan
pembukaan vagina. Pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya,
wanita lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran
kemih.
2. Uretra pada pria

4
Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra pada pria
dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya:
1) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
2) Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara
vasdeferens.
3) Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
4) Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.

Gambar 1. Perbedaan uretra laki-laki dan perempuan

B. DEFINISI
Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga
menyebabkan ruptur pada uretra. Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi
langsung akibat trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os
pubis (simpiolisis).

Gambar: hematoma akibat trauma uretra


Sumber: google.com

C. KLASIFIKASI
Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:
1. Ruptur uretra anterior :

5
Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra terjadi
antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya. Terdapat daerah
memar atau hematoma pada penis dan scrotum (kemungkinan ekstravasasi urine
Penyebab tersering : straddle injury ( cedera selangkangan )
Jenis kerusakan :
o Kontusio dinding uretra.
o Ruptur parsial.
o Ruptur total.
2. Ruptur uretra posterior :
- Paling sering pada membranacea.
- Ruptur utertra pars prostato-membranasea
- Terdapat tanda patah tulang pelvis.
- Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.
- Robeknya ligamen pubo-prostatikum.
- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan
nyeri tekan.
- Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan peritoneum.

Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :


1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.
2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital utuh. Ekstravasasi
terbatas pada diafragma urogenital.
3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa proksimal rusak,
ekstravasasi sampai perineum.
Ruptur Uretra Total
• Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda paksa.
• Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.
• Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

D. ETIOLOGI
- Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun perineum.
- Cedera eksternal
- Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.
- Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.
- PIatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.
- Persalinan lama.
- Ruptur yang spontan

E. PATOFISIOLOGI
Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul
karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ; rupture
uretra posterior dan anterior.
Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat fraktur
tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan uretra prostatika
6
tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra membranaseae terikat di
diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada
rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek, sehingga
buli-buli dan prostat terlepas ke cranial.
Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk
atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras seperti batu, kayu atau
palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra anterior selain oleh cedera kangkang
juga dapat di sebabkan oleh instrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi
dan bedah endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle
injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang
biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak
ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.

.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan per-uretra post trauma.
2. Retensi urine.
Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter.
Lebih khusus: Pada Posterior dan Anterior :
a. Pada Posterior
• Perdarahan per uretra
• Retensi urine.
• Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.
• Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.
b. Pada Anterior:
• Perdarahan per-uretra/ hematuri.
• Sleeve Hematom/butterfly hematom.
• Kadang terjadi retensi urine.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologik:
Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi
bahan kontras uretografi retrograd.

7
Gambar 2: hasil rontgsen pada trauma uretra
Sumber : google.com

G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra
• Infeksi
• Hematoma
• Abses periuretral
• Fistel uretrokutan
• Epididimitis
2. Komplikasi lanjut
• Striktura uretra
• Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :
- Impotensi
- Inkontinensia

H. PENATALAKSANAAN
1. Pada ruptur anterior
a) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter
dan melakukan drainase bila ada.
b) Rruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan
penyambungan dengan membuat end-to-end, anastomosis dan
suprapubic cystostomy.
c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi
ulang.
d) Sistostomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura
sache jika timbul stiktura uretra.
e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.
2. Pada ruptur uretra posterior
a) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu.
b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang
douwer kateter.
c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA URETRA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien:
 Meliputi nama,tanggal lahir, alamat,
 Jenis kelamin: trauma uretra bisanya terjadi pada pria karena uretra pria
lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih besar).
 Umur: usia produktif lebih beresiko karnena rentan terjadi kecelakaan
 Pekerjaan: pekerja lapangan atau pekerja berat lebih beresiko terjadi
kecelakaan dalam pekerjaan.
2. Keluhan utama
Hal yang paling dirasakan pasien seperti:
 Nyeri akut
 Perdarahan per--uretra post trauma
 Fraktur pelvis
 Hematom penis dll.
3. Riwayat penyakit sekarang
Menceritakan tentang perjalanan penyakit dari pasien dirumah sampai
dibawa ke rumahsakit. Biasanya pasien mengeluh Perdarahan per-uretra post
trauma, hematoma dll (kaji riwayat trauma)
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji pasien memiliki riwayat fraktur pelvis
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit keluarga
dengan trauma uretra.
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Misalnya kebiasaan mengendarai sepedah beresiko untuk terjadinya
trauma atau cidera uretra
7. Pengkajian Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

9
Pola Kebutuhan Dasar (Virginia Handerson)
a. Oksigenasi
Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)
b. Nutrisi
Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis,
frekuensi., dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya. Kaji apakah terjadi mual
dan muntah
c. Eliminasi ( BAB & BAK )
Perhatikan apakah terjadi retensio urine, anuria, hematuria dll.
d. Aktivitas / mobilitas fisik
Pola aktifitas terganggu.
e. Istirahat dan Tidur
Adakah gangguan pola tidur
f. Pola Berpakaian
Dilakukan secara mandiri / tidak
g. Kebutuhan bekerja
Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit
h. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh
Apabila terjdi infeksi maka kaji suhu tubuh (akan meningkat)
i. Personal hygiene
Mandi, Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi, Dilakukan secara mandiri /
tidak
j. Rekreasi
Jenis rekreasi yang dilakukan
k. Pola rasa aman dan nyaman
Merasa nyaman bersama keluarga, merasa nyaman dengan perawat,
merasa nyaman jika dirumah, gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika
ada) dan sesak.
l. Pola berkomunikasi
Bahasa, lancar / tidak.
m. Pola sepiritual
Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.
n. Pola belajar
Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit,
terapi yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.
.
8. Pemeriksan Fisik
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran
 TTV
 Pemeriksaan Head to Toes
 Kepala: normal
 Mata:
inspeksi: konjungtiva anemis
 Hidung: normal

10
 Dada & axila: normal
 Pernafasan: normal
 Sirkulasi jantung:
Palpasi : apabila terdapat perdarahan perureta, pasien beresiko syok
hipovolemik. TD 
 Abdomen:
Inspeksi: abdomen tampak kembung (distensi abdomen)
Palpasi: nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi: bising usus
 Genitouary:
Inspeksi: terdapat hematum pada perivesika, hematum pada penis &
inguinal. Iritasi kulit penis / inguinal. Terdapat perdarahan per uretra.
Palpasi: terdapat edema pada daerah genetalia (hematum)
 Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):
Inspeksi: kemerahan/iritasi pada kulit penis, kulit tampak pucat
,spasmeotot peritonem.
Palpasi: tugor kilit jelek. Kulit tampak pucat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penyebab multiple
3. Risiko perdarahan kekurangan volume cairan
4. Risiko infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN NOC-NIC


No. Diagnosa Tujuan / kriteria hasil NOC Intervensi NIC
Keperawatan
1  Nyeri akut  Nyeri terkontrol  Lakukan
 Mengambil tindakan
berhubungan pengkajian
untuk mengurangi nyeri
dengan agen Gangguan
 Tanda-tanda vital
cedera fisik : eliminasi
berada dalam kisaran
trauma urine
normal
 Ekspresi wajah tidak berhubungan

11
nyeri dengan
 Pasien mampu penyebab
beristirahat multiple
nyeri komprehensif, yang
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi
 Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif,
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi
 Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
 Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam (misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri,
sesuai kebutuhan.
 Mulai dan
modifikasi tindakan
pengontrol nteri
berdasarkan respon
pasien
 Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
 Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
12
2 Gangguan eliminasi  Pol  L
urine berhubungan a eliminasi kembali akukan pengkajian
dengan penyebab normal komprehensif sistem
multiple  Ret perkemihan
ensi urine tidak terjadi  M
 Pasi onitor distensi
en mampu kandung kemih
mengosongkan kandung dengan palpasi dan
kemih sepenuhnya perkusi
 Pasi  M
en mampu mengenali onitor intake dan
keinginan untuk output cairan
berkemih  R
 Pasi ujuk pada spesialis
en tidak ragu untuk perkemihan, sesuai
berkemih kebutuhan

D. IMPLEMENTASI
Lakukan sesuai dengan intervensi

E. EVALUASI
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menemtukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji ulang penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

13
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan
ruptur pada uretra.
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan
kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).
Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:
1. Ruptur uretra anterior
2. Ruptur uretra posterior
Penatalaksanaan :
1. Pada ruptur anterior
a) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan
melakukan drainase bila ada.
b) Ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan
dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.
c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.
d) istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika
timbul stiktura uretra.
e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.
2. Pada ruptur uretra posterior
a) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu.
b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer
kateter.
c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur

14
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan:
1. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan
pembanding dalam pembuatan tugas serupa
2. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa
3. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
4. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan
kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai