TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN BAGIAN KAMAR BEDAH
DI RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang aman, berfokus
kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan (patient
centeredness) di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, maka diperlukan
Pedoman Pelayanan Bagian Kamar Bedah
Pedpel/KBD/02/Rev.00 1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di Kudus
Pada tanggal : 20 November 2014
Plt. Direktur Utama,
Pedpel/KBD/02/Rev.00 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang menimbulkan
stress. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai resiko integritas atau keutuhan
tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan. Penyulit dapat disebabkan
oleh aspek manusia / tenaga, fasilitas / alat dan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan.
Kesalahan-kesalahan selama operasi antara lain kesalahan insisi pada posisi yang akan
dilakukan operasi, kesalahan dalam memberi label pada specimen patologi, kesalahan
tranfusi dan obat-obatan, sehingga pasien sangat rentan terhadap bahaya yang disebabkan
oleh kesalahan – kesalahan tersebut saat menjalani operasi sedangkan pasien dan
keluarga menempatkan / memberikan kepercayaan kepada perawat kamar bedah dan
petugas bedah lainya untuk meyakinkan bahwa pasien menerima pelayanan yang efektif
dan mengutamakan keselamatan.
Bahaya yang dapat di hadapi perawat kamar bedah dan tim bedah lainya antara lain
terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau bedah, terpapar gas anestesi, obat-
obatan dan radiasi. Penggunaan cairan pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi dapat
merusak kulit, lapisan membran dan system pernafasan, kontak dengan permukaan panas,
peralatan listrik dapat menyebabkan kulit terbakar, masalah otot dan tulang serta nyeri
punggung akibat posisi yang salah dalam memindahkan pasien, stress dan jenuh yang
disebabkan oleh jadwal dinas, kerja malam dan factor psikologi lainya, waktu kerja yang
melebihi batas waktu yang telah di tentukan karena kekurangan perawat kamar bedah
sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kesalahan serta kecelakaan kerja. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa waktu kerja perawat tidak boleh melebihi 12 jam dalam
setiap jadwal dinas atau 40 jam dalam satu minggu.
Meningkatkan keselamatan dari hasil yang optimal pada pasien yang menjalani operasi
dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan kesempatan dalam pengembangan
perawat kamar bedah secara profesional dengan melakuan tindakan yang nyata dan salah
satunya adalah menyusun pedoman pelayanan bedah untuk mencegah terjadinya bahaya
yang di hadapi perawat kamar bedah dan pasien yang menjalani operasi. Pedoman
pelayanan bedah diharapkan dapat dijadikan suatu tolok ukur bagi perawat kamar bedah
dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah guna menurunkan angka
kematian dan kecacatan pada pasien yang menjalani operasi.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 3
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Tujuan dari buku pelayanan kamar bedah ini adalah untuk memberikan gambaran singkat
mengenai kamar bedah serta membantu memudahkan tenaga / karyawan baru dalam
mengenal secara singkat tentang kamar Rumah Sakit Mardi Rahayu dalam
melaksanakan program orientasinya serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
kamar bedah.
Tujuan Khusus
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah
2. Adanya asuhan keperawatan kamar bedah
3. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah
4. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah
Pedpel/KBD/02/Rev.00 4
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi
Pelayanan pembedahan yang dilakukan oleh dokter bedah spesilis maupun
subspesialis.
2. Pelayanan penjadwalan operasi elektif.
Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi yang terencana, dimana
perawat/bidan unit terkait ( BGD, ICU, VK/ Kebidanan, Keperawatan) mendaftarkan
ke bagian kamar operasi, minimal 1 hari sebelum operasi via telpon atau
menyerahkan formulir pendaftaran pada hari tsb sampai jam 00.00 wib.
3. Pelayanan penjadwalan operasi emergensi / cito
Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi emergency / cito yang memerlukan
tindakan pelayanan segera/darurat karena dapat mengancam kesalamatan pasien
maupun dapat menyebabkan kecacatan pasien, dengan ketentuan waktu dari
penjadwalan yang diterima dari perawat/bidan unit terkait ( IGD, ICU, VK/
Kebidanan, Keperawatan) dalam 30 menit.
4. Pelayanan peri operatif adalah pelayanan pembedahan secara menyeluruh yang meliputi :
a. Pelayanan pra operasi adalah kegiatan dimana dokter operator melakukan
kunjungan pra bedah untuk mendapatkan informasi mengenai status kesehatan
pasien sehingga operator dapat membuat rencana tindakan pembedahan
b. Pelayanan durante operasi adalah suatu tahap dimana pasien dilakukan
pembedahan
c. Pelayanan post operasi adalah penatalaksanaan pasien setelah dilakukan
pembedahan serta pemantauan selama pemulihan
5. Pelayanan bedah diluar kamar operasi adalah kegiatan pembedahan yang dapat dilakukan
diluar kamar operasi missal ; klinik bedah, UGD, Klinik gigi
6. Pelayanan ODC dan Rawat Jalan adalah mekanisme tindakan pembedahan yang
dilakukan pada pasien bedah sehari atau pasien rawat jalan
7. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang republic Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
4. Peraturan Mentri kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik keperawatan
5. Keputusan Mentri Kesehatan RI No 1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar
pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten / Kota
Pedpel/KBD/02/Rev.00 5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pedpel/KBD/02/Rev.00 6
C. Pengaturan jaga
Pelaksanaan pengaturan jaga diatur menjadi 3 (tiga) shiff kerja
Shiff I Pagi jam 07.00 – 14.00 terdiri dari 4 tim
Shiff II Siang jam 14.00 – 21.00 terdidri dari 3 tim
Shiff III Malam jam 21.00 – 07.00 terdiri dari 1 tim
Dalam satu tim terdiri dari 1 assisten bedah, assisten instrument, 1 scrub nurse dan dalam satu
shiff ada 1 petugas jaga RR yang membantu anestesi, Jika diperlukan tenaga tambahan / operasi
cito kamar bedah memberlakukan system on call dengan menghubungi perawat yang tinggal di
asrama atau tempat tinggal yang terdekat dengan rumah sakit.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
5000mm. 6000mm. 3000mm. 5500mm. 3500mm. 3000mm. 3000mm. 3000mm. 3000mm. 3500mm. 1500mm.
2000mm.
3000mm.
10
12
1000mm.2000mm.
2 4 6 8
3000mm.
14
2000mm.
21 22
3000mm.
15000mm.
1 16
18
10000mm.
23
3000mm.
13
17
3 5 7 9
3000mm.
11 15 19 20
KETERANGAN :
1. RUANG PEMULIHAN 13. RUANG GUDANG
2. RUANG OPERASI I 14. RUANG TUNGGU
3. RUANG OPERASI II 15. RUANG GANTI DOKTER WANITA
4. RUANG OPERASI III 16. RUANG JAGA / ADMINISTRASI
5. RUANG OPERASI IV 17. RUANG ISTIRAHAT PERAWAT
6. RUANG ALAT STERIL 18. RUANG KONSULTASI
7. RUANG OPERASI V 19. RUANG GANTI PERAWAT PRIA
8. RUANG STERILISASI 20. RUANG GANTI PERAWAT WANITA
9. RUANG ISTIRAHAT DOKTER 21. RUANG FARMASI
10. RUANG LINEN 22. RUANG GANTI PASIEN
11. RUANG GANTI DOKTER PRIA 23. RUANG SPOEL HOOK
12. RUANG PERSIAPAN
OK
Pedpel/KBD/02/Rev.00 8
B. STANDAR FASILITAS
1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik
Pedpel/KBD/02/Rev.00 9
menggunakan air RO
Syarat air bersih :
a. Tidak berwama, berbau dan
berasa.
b. Tidak mengandung kuman
pathogen
c. Tidak mengandung zat kimia
d. Tidak mengandung zat beracun
5 Listrik Tiap kamar bedah terpasang 3 buah
tombol stop kantak dengan voltase 220
volt terpasang 1,40m dari lantai
dilengkapi dengan genset otomatis
sehingga bila listrik utama mati dapat
langsung menyala tidak kurang dari 10
detik.
6 Tata Ruang 1. Ruang Persiapan
Pasien yang akan menjalani pembedahan
masuk keruangan bedah melalui tempat
ini. Pakaian dari ruang perawatan diganti
disini dengan pakaian dari kamar bedah.
Pasien di pindahkan ke tempat tidur
(transfer bed). Pada ruangan ini pasien
dibuat agar tidak tegang atau takut
dengan bunyi-bunyian yang asing.
Perlengkapan ruangan ini adalah :
monitor pasien, meja emergency
lengkap, standar infuse, thermometer,
stetoskop, suction pump, timbangan
berat badan, lampu baca rongen, oxygen
sentral, wastafel dan penerangan cukup.
2. Ruang Pemulihan
Ruangan ini digunakan untuk
menempatkan pasien-pasien post bedah.
Disini pasien dipantau, bila keadaan
sudah stabil pasien akan dikembalikan
keruang perawatan. Sedangkan pada
pasien post bedah dengan resiko tinggi
dari sini dipindahkan keruang intensif.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 10
3. Ruang Cuci tangan
Ruangan ini biasanya terletak
berdampingan dengan kamar bedah,
seolah-olah merupakan satu kesatuan
ruangan dengan kamar bedah, antara
ruang cuci tangan dan kamar bedah harus
ada kaca tembus pandang sehingga
petugas yang sementara melakukan cuci
tangan dapat melihat dan mengetahui
keadaan di dalam kamar bedah
4. Kamar Operasi
Ruangan ini merupakan ruang terbatas /
ketat. Orang-orang yang bisa masuk
hanyalah para petugas yang sedang
bertugas. Orang-orang yang tidak
berkepentingan dilarang masuk, ini untuk
menjaga sterilisasi dari rungan ini.
Kamar bedah mempunyai beberapa
persyaratan
a. Bentuk
Sudut-sudut kamar bedah tidak tajam,
lantai dinding dan langit-langit
melengkung, lantai dan dinding berlapis
vinyl sehingga tidak berpori, kedap air,
tidak mempunyai sambungan, warna
lantai hijau terang, warna dinding biru
terang dan tidak memantulkan cahaya
dan mudah dibersihkan serta tidak
menampung debu.
b. Ukuran
RS Mardi Rahayu mepunyai 5 kamar
operasi 3 kamar berukuran 6m X 6m
2 kamar berukuran 6m X 5,5m. dengan
tinggi plafon 3,5 m.
c. Pintu
Tiap kamar memiliki 2 pintu : 1 pintu
untuk pasien dengan lebar 1,60 m X 2,10
m dan 1 pintu untuk petugas lebar 0,80 m
X 2,10 m. Pintu terbuat dari alumunium
Pedpel/KBD/02/Rev.00 11
dan kaca tipe swiging door dan selalu
tertutup, tidak bersuara sehingga tidak
menggangu operator yang sedang
bekerja.
d. System gas medis
Pemasangan gas medis secara sentral
memakai system pipa, jadi tidak ada
tabung gas berada didalam kamar
operasi. System perpipaan melalui langit-
langit dan dipasang di dinding kemudian
disambung dengan pipa yang dapat
ditarik sesuai dengan keperluan. Pipa gas
tersebut dibedakan warnanya disertai
petunjuk untuk membedakan gas
Nitrogen oksida dan oksigen.
5. Ruang penyimpanan alat-alat
bedah
Penyimpanan alat-alat bedah ditata
dengan rapi dan dikelompokan secara
terpisah menurut jenis operasinya seperti
alat untuk bedah syaraf, orthopedic,
digestif, urologi, dan lain-lain. Hal ini
dimaksud untuk memudahkan pencarian.
a. Ruang penyimpanan steril
Alat-alat di set sesuai dengan jenis
pembedahanya setelah steril kemudian
disimpan dalam lemari. Untuk alat yang
kecil-kecil dimasukan dalam box
b. Ruang penyimpanan tidak steril
Untuk alat yang belum steril tempatkan
pada kereta dorong untuk siap
disterilkan. Sedangkan untuk linen atur
pada lemari linen sebelum di set.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 12
pakaian khusus di dalam kamar ruangan
bedah. Ruangan ini mempunyai
perlengkapan sebagai berikut : lemari
pakaian / locker, tempat menampung
pakaian kotor (pakaian yang habis
dipakai diruang bedah) dan cermin
7. Ruang istirahat
Ruang istirahat perawat dan dokter
terpisah. Tapi umumnya ruang istirahat
ini dipakai bersama-sama. Juga ruang ini
berfungsi sebagai ruang makan para
petugas kamar bedah, antara lain : 1
(satu) set sofa, peralatan makan minum,
televisi, lemari es, wastafel dan tempat
sampah tertutup.
8. Ruang administrasi dan
kantor
Fungsi ruang administrasi sebagai
berikut :
Melayani adminstrasi antara
ruangan bedah dengan rumah
sakit
Melayani administrasi antara
ruang bedah dengan bagian atau
unit lainya di rumah sakit
Menyediakan keperluan
administrasi dari pasien-pasien
yang akan dilakukan pembedahan
baik rawat inap maupun rawat
jalan (one day care) dimana
administrasi disini berhubungan
dengan keuangan
Melayani contoh darah atau
jaringan dari pasien yang
sementara menjalani pembedahan
untuk disampaikan ke
laboratorium
Mencatat jadwal operasi untuk
Pedpel/KBD/02/Rev.00 13
hari berikutnya koordinasi
dengan unit perawatan
Kantor / Ruang Konsultasi
Dengan keterbatasan ruangan yang ada,
tempat ini sebagai ruang konsultasi,
ruangan ini mempunyai pintu yang
berhubungan dengan daerah luar, karena
sering kali kepala ruang, kepala perawat
bedah maupun dokter perlu berhubungan
dengan orang luar antara lain tamu atau
keluarga pasien yang ingin berkonsultasi
sehubungan dengan pasien sebelum dan
sesudah menjalani pembedahan.
11. Koridor
Koridor disini merupakan ruang
berfungsi penghubung antar ruang. Oleh
karena itu koridor ini harus cukup lebar
untuk lalu lintas petugas, pasien, dengan
tempat tidur / brankat serta alat-alat yang
besar. Lebar koridor 3m
Pedpel/KBD/02/Rev.00 14
12. Gudang
Pada ruangan ini berisi rak tempat
disimpanya alat-alat/sarana penunjang
missal : WSD, spalk almunium dsb.
2. Jenis Peralatan
a. Peralatan Medis Umum
1) Aparatur Anestesi unit 5 buah + Ventilator buah
2) Operating table 5 buah
3) Operating lamp (Ceiling Type) 10 buah
4) Electro Surgery Unit 6 buah
5) Suction unit 6 buah
6) Patient Monitor 5 buah
7) Stetoskop 5 buah
8) Infusion Stand 10 buah
9) Pemeras infuse 5 buah
10) Mayo instrument table : 8 buah
11) Table instrument : 7 buah
b. Peralatan medis khusus
1) Operating Microscope : 3 buah
2) X-Ray C Arm/X-Ray mobile : 2 buah, apron Pb : 6 buah
3) Laparascopy set : 1 set
4) Urologi set : 1 set
5) Opthalmic PACHO : 1 set
6) Meja traksi 2 buah
c. Peralatan Non Medis
1) Warm matras dewasa 1 buah, anak 1 buah dan infan warm + neopuff 1 buah
2) Masker disposible
3) Schort bedah /apron disposible
4) Penutup kepala pasien /topi disposible
5) Baju pasien dewasa dan anak
6) Sandal / sepatu tertutup
7) Sepatu Booth : 4 pasang
d. Peralatan di ruang persiapan
1) Monitor 1 buah
Pedpel/KBD/02/Rev.00 16
2) Infuse stand 2 buah
3) Termometer 1 buah
4) Stetoskop 1 buah
5) Timbangan berat badan 1 buah
6) O2 sentral
7) Hospital bed 1 buah
8) Suction unit 1 buah
e. Peralatan di ruang pemulihan
1) Hospital bed 5 buah
2) Suction unit : 5 buah
3) Infusion pump : 2 buah
4) Patient monitor : 4 buah
5) Stetoskop 1 buah
6) Infusion stand : 8 buah
7) Troly emergency
f. Alat rumah tangga
Yang termasuk alat rumah tangga adalah :
1) Alat kebersihan : sapu, sikat lantai, lap kerja, mesin penghisap debu (vacuum
cleaner), alat penyikat lantai dan ember
2) Alat makan dan minum
3) Meubel
g. Alat ukur
Untuk dapat memonitor kondisi pada kamar bedah diperlukan beberapa alat ukur 7 buah,
yaitu:
1) Thermometer suhu ruangan
2) Hygrometer pengukur kelembaban udara.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pedpel/KBD/02/Rev.00 19
s. Varicocele
t. Orethrolithotomi
u. Aff Double J-Stent
v. Dilatasi/Bougie
w. Urethroscopy
x. Litotripsi
Pedpel/KBD/02/Rev.00 20
f. Myomektoni
g. Kystektomi
h. KET SOS / SOD
i. KET Bilateral
j. Curet
k. Colvorafi
l. Penireorafi / Ruptur Perineum & Vistula Vagina
m. Serviksitis ( Couterisasi )
n. Evakuasi Placenta Akreta
Pedpel/KBD/02/Rev.00 21
cc. Poly Dactili Jari Kaki
dd. Poly Dactili Jari Tangan
ee. Tendo Release dikaki
a. Labioschizis
b. Palatoschizis
c. Hypospadi
d. Fr Os Nasal
e. Pasang Kawat Remanium
f. Fr Zigomatica
g. Fr Maxilla dan Mandibulla
h. Ganglion
i. Tendo Release
j. Anputasi jari Tangan & Kaki
k. FAM
l. Skin Graff
m. Debridement
n. Lipoama, Haemangioma, Dermoid Kyste, Atroma
o. Vulnus Laceratum & Vulnus Amputatum
p. Kontraktur
q. Syndaktili
r. Circusisi
s. Poly Dactili Jari Tangan
t. Poly Dactili Jari Kaki
u. Rekostruksi Daun Telinga
v. Varises
Pedpel/KBD/02/Rev.00 22
9) Operasi bedah mata
a. Gloucoma
b. Insisi Hordeolum/Kalazion
c. Ruptur Palpebrae
d. Pterigium
e. Ruptur Cornea
f. Strabismus
g. Eviserasi Bola Mata
h. Catarak dan Ekstraksi Lensa
i. Ruptur Conjunctiva
j. Lithiasis
k. Reparasi Lain Kelopak Mata (Mengembalikan Letak Pangkal Bulu Mata)
l. Blepharoplasti
m. Reparasi Terusan Air Mata (Canaliculus Lacrimalis)
n. Pembuangan Bola Mata (Enucleasi)
o. Infeksi Mata Endoptalmitis
p. Insisi Cornea
Pedpel/KBD/02/Rev.00 23
11) Operasi bedah thorak
a. Pasang WSD.
b. Thoracotomi.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 24
4.1.1 Pemberian Informasi Edukasi
Dokter operator memberikan informasi rencana pembedahan kepada
pasien dan atau keluarga mengenai resiko pembedahan, manfaat yang di
peroleh dari pembedahan serta komplikasi yang mungkin terjadi, selain itu
juga alternative lain yang berhubungan dengan prosedur bedah yang akan
dilakukan. Begitu juga jika dibutuhkan darah maka dokter menjelaskan
mengenai resiko dan manfaat maupun alternatif kebutuhan darah tersebut
Standing Order
a. STANDING ORDER OPERASI ELEKTIF PADA ANAK
≤ 18 TAHUN
1) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan padat, 4 jam untuk
susu dan untuk air bening (air putih / teh) 3 jam sebelum
operasi
2) Laboratorium
1) Darah Rutin
2) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
3) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien dengan adanya
kelainan-kelainan bawaan)
a) Laboratorium Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
c) Ureum creatinim k/p
d) Elektrolit k/p
e) Gula darah sewaktu k/p
f) Albumin k/p
g) HBsAg dan HIV(Universal Precaution di Kamar
Bedah)
4) Rogent Thorak
5) Konsultasi: anestesi, pediatric, disiplin ilmu lain sesuai
indikasi : (pulmunologi, cardiologi dan rehabilitasi).
Pedpel/KBD/02/Rev.00 25
3) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien dengan adanya
kelainan-kelainan bawaan)
a. Laboratorium Darah Rutin
b. Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
c. Ureum creatinim diatas diatas 40 tahun
d. Natrium,Kalium dan Klorida (elektrolit lain bila
dibutuhkan) k/p
e. Gula darah sewaktu
f. Albumin k/p
4) HBsAg dan HIV (Universal Precaution di Kamar Bedah)
5) Rogent Thorak
6) EKG umur diatas 35 tahun atau sesuai indikasi (riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dicurugai menderita penyakit
jantung, gangguan elektrolit)
7) Konsultasi : anestesi, penyakit disiplin ilmu lain sesuai
indikasi : (pulmunologi, cardiologi dan rehabilitasi).
Konsultasi dapat ditunda bila kondisi sangat mengancam
jiwa.
8)
Pedpel/KBD/02/Rev.00 26
5) HBsAg dan HIV (Universal Precaution di Kamar Bedah)
6) Rogent Thorak
7) EKG
8) Konsultasi wajib : Kardiologi, penyakit dalam,
anestesiologi
9) Konsultasi tambahan : penyakit disiplin ilmu lain sesuai
indikasi / bila dibutuhkan
Pasien akan diantar oleh perawat ruangan ke kamar bedah dan diserah
terimakan kepada perawat kamar operasi (perawat Anestesi & perawat
bedah) dengan bertujuan :
a. Dapat diketahui rencana program tindakan dan pelaksanaan operasi
oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa
berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 27
b. Dapat Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi
tersebut.
Ada beberapa hal dalam penerimaan pasien yang harus dilakukan :
a. Identitas pasien
b. Kelengkapan status atau rekam medis (RM)
c. Surat persetujuan tindakan operasi, dari pasien atau keluarga
d. Memeriksa lokasi operasi (site marker), gigi palsu, lensa
kontak, perhiasan, cat kuku, peniti, jepit rambut, lipstick dan
asesoris lainnya.
e. Menilai keadaan umum pasien dan keadaan puasa
f. Hasil pemeriksaan penunjang : laborat, Rongen
Pedpel/KBD/02/Rev.00 28
7. Memasang duk steril (drapping)
Memasang duk duk steril merupakan suatu prosedur menutup pasien diatas meja
operasi dengan menggunakan alat tenun yang steril, bertujuan memberi batas
tegas daerah steril atau daerah pembedahan, setelah permukaan kulit dilakukan
desinfeksi.
8. Membantu pelaksanaan tindakan setelah mendapatkan persetujuan dari dokter
anestesi. Semua anggota team bekerjasama sesuai dengan peran dan fungsinya.
9. Memeriksa kelengkapan instrument dan alat lain agar tidak tertinggal dalam
tubuh pasien sebelum luka operasi tertutup dengan cara :
a. Hitung kain kasa yang belum dipakai
b. Hitung jumlah kain kasa yang dipakai
c. Jika terdapat selisih antara jumlah kain kasa yang disediakan dengan
jumlah dari sisa kain kasa dan yang terpakai harus segera lapor kepada
dokter bedah atau scrub nurse (perawat instrumen)
d. Sirkulating nurse bersama scrub nurse, mengulangi menghitung jumlah
kain kasa
e. Jika jumlah perthitungan kain kasa sudah selesai luka dapat ditutup.
10. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
a. Persiapan
1) Menyiapkan label atau etiket yang berisi nama pasien, No. RM,
jenis pemeriksaan serta tanggal
2) Menyiapkan tempat untuk setiap jenis bahan pemeriksaan
3) Menyiapkan formulir pemeriksaan yang harus diisi oleh dokter
bedah
b. Prosedur pengumpulan bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan diterima oleh scrub nurse kemudian diserahkan
kepada sirculating nurse
c. Sirculating nurse memeriksa ulang bahan pemeriksaan dan etiket yang
menempel dan kemudian mencatat dibuku penunjukan hasil pemeriksaan.
Dokter bedah mengisi formulir dengan lengkap, sirculating nurse
menyerahkan bahan pemeriksaan dan formulir pemeriksaan yang telah
diisi lengkap kepada petugas atau keluarga pasien. Penyerahan atau
pengiriman bahan pemeriksaan dan formulir tersebut harus dicatat dalam
buku ekspedisi.
11. Menutup luka
Setelah selesai pembedahan, luka ditutup dengan kasa steril. Sekitar luka
dibersihkan dari bekas-bekas bekuan darah dengan NaCL 0,9% kemudian
diplester atau fiksasi.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 29
12. Menyambung pipa drain
Pada jenis pembedahan tertentu, ahli bedah akan memasang drain. Drain
ini akan disambungkan dengan konektor ke pipa drain yang telah
dilengkapi dengan penampung steril / urine bag atau barovac.
13. Pengawasan pasien durante operasi (airway, breating dan circulation)
serta Haemodinamik dilakukan monitoring secara terus menerus.
14. Dokter operator menmbuat laporan operasi dalam Rekan mMedis pasien
(RM 9.1) yang mencakup a.l :
a. Nama dokter dan asisten-asistennya
b. Diagnose pre dan post operasi
c. Jaringan yang diexcisi/incise
d. Nama prosedurnya
e. Macam pembedahan
f. Specimen untuk pemeriksaan
g. Tanggal, waktu mulai dan selesai operasi serta tanda tangan dokter
yang bertanggung jawab
h. Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama
operasi termasuk jumlah kehilangan darah
Pedpel/KBD/02/Rev.00 30
4.3.3 Recovery Room (RR) dan Pengawasan di ruang rawat inap
1) Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar betul.
2) Petugas OK melaksanakan tugas post operasi sambil mengawasi
pasien. Setelah selesai atau setelah pasien stabil dan sadar betul ,pasien
ditranfer ke rawat inap.
3) Setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer ke ruang pulih sadar
sampai pasien sadar betul dan diawasi petugas ruang pulih. Tanggung
jawab pengelolaan pasien diruang pulih adalah petugas anestesi. Bila
sudah sadar betul / stabil, dapat dipindahkan ke ruangan inapnya.
6. Pelayanan ODC
Suatu pelayanan pembedahan pasien operasi yang terencana yang tidak memerlukan
perawatan inap dari keperawatan / kebidanan. Pasien dilakukan pemeriksaan pada
saat kunjungan ke rumah sakit dan direncanakan untuk dilakukan pembedahan,
pendaftaran pasien dapat dilakukan via telepon dan dapat dilayani mulai pukul 07.00
wib – 20.00 wib.Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien ODC adalah operasi
kecil dan sedang dengan komplikasi minimal. pasien dipersiapkan dari rumah dan
untuk pasien dengan anestesi general dikonsultasikan ke spesialis anestesi maksimal 2
hari sebelum dilakukan pembedahan.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 31
BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat di kamar bedah dilakukan sesuai kebutuhan.
Perencanaan obat dibuat untuk obat yang belum tersedia di kamar operasi. Sedangkan untuk
peralatan dilakukan bila alat belum tersedia atau penggantian alat yang rusak perlu ganti
baru. Untuk peralatan besar perencanaan ini masuk dalam program anggaran tahun
mendatang.
2. Permintaan barang
2.1. Petugas administrasi membuat bon permintaan barang (obat-obatan dan sarana
medis) ke bagian gudang apotik dengan cara mengetik kode barang yang diminta
otomatis akan muncul diskripsi nama barang lalu masukan jumlah barang yang
diminta
2.2. Bon permintaan dicetak rangkap 2 (dua) dan ditanda tangani oleh kepala bagian
- Lembar 1 diserahkan ke gudang
- Lembar 2 sebagai arsip kamar bedah
2.3. Petugas gudang akan memberikan barang-barang yang diminta beserta bukti
penyerahan
2.4. Petugas gudang dan petugas administrasi bersama-sama menghitung dan
mencocokan jenis dan jumlah barang yang diminta, bila sudah tepat kedua
petugas menadatangani bukti serah terima barang
2.5. Untuk barang yang belum mempunyai kode computer, permintaan menggunakan
formulir permintaan barang rangkap 3 yang ditanda tangani oleh kepala bagian
- Lembar 1 bagian gudang
- Lembar 2 bagian akutansi
Pedpel/KBD/02/Rev.00 32
- Lembar 3 arsip
2.6. Permintaan ke gudang dilakukan tiap 2 minggu sekali
2.7. Permintaan cito
- Beritahu petugas gudang adanya permintaan segera, apabila barang yang
dimaksud ada maka petugas administrasi segera membuat bon permintaan (
prosedur 2.1. s/d 2.5. ). Tapi jika barang tidak ada petugas pembelian / gudang
obat untuk mengusahakannya karena keadaan cito
2.8. Permintaan barang non medic
- Yang dimaksud barang non medic seperti : blangko-blangko, alat tulis, alat
kebersihan / rumah tangga, permintaan ditujukan pada bagian logistik
- Petugas administrasi melakukan prosedur 2.1 s/d 2.5. diatas
- Permintaan ke logistic dilakukan pada
Senin untuk alat kantor / alat tulis
Rabu untuk alat rumah tangga
Jumat untuk bahan-bahan cairan
2.9. Permintaan linen ke bagian rumah tangga
- Permintaan linen biasanya dilakukan bila robek dan tidak bisa digunakan lagi
atau jumlah yang tersedia di kamar bedah tidak cukup
- Untuk keadaan robek dan masih bisa diperbaiki akan dibawa ke bagian
penjahit, catat jumlah dan jenis barang pada yang blangko permohonan
perbaikan yang telah ditanda tangani oleh kepala ruang.
- Sedangkan linen yang tidak bisa diperbaiki akan ditukar dengan yang baru
sesuai dengan jumlah dan jenis yang diminta sertakan bukti penyerahan yang
telah ditanda tangani kepala bagian.
C. Monitoring & Evaluasi
1. Semua arsip permintaan barang medic maupun non medic disimpan guna inventaris
tiap akhir bulan
2. Semua petugas kamar bedah yang menggunakan obat / barang medic mencatat jenis
dan jumlahnya pada buku aktivitas.
3. Petugas penanggung jawab farmasi menjumlah total pamakaian sehari dan untuk
selanjutnya akan dijumlahkan tiap akhir bulan, pada tiap akhir bulan petugas
inventaris menjumlah semua stok yang ada untuk selanjutnya dilakukan pencocokan
jumlah obat/alat yang diminta apakah sama dengan yang dipakai ditambah stok yang
masih ada.
4. Hasil penghitungan ini sebagai inventaris laporan bulanan.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 33
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di RS menjadi lebih
aman. System ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya.
Upaya peningkatan keselamatan ini mencakup kegiatan untuk mencegah terjadinya kesalahan -
kesalahan yang di ketahui dan tampak, serta upaya untuk mengurangi akibat dari kesalahan
tersebut dengan mengacu pada kegiatan enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit
Pedpel/KBD/02/Rev.00 34
Sasaran II. Peningkatan komunikasi yang efektif
Semua tenaga kesehatan dan staf pendukung pelayanan wajib melaksanakan peningkatan
komunikasi efektif . Peningkatan komunikasi efektif, meliputi:
1. Proses mencatat perintah atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah,
2. Membacakan kembali perintah atau hasil pemeriksaan yang ada
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi olah pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil
Teknik melakukannya dengan cara SBAR (Situation Background Assesment
Recommendation).
- Ucapkan salam (selamat pagi/siang/malam)
- Pastikan nama dokter penerima (apakah saya dapat bicara dengan dokter.....?)
SITUATION
- Jika benar sebutkan nama petugas (nama saya......, perawat/petugas ruang......, akan
melaporkan tentang.......)
- Sebutkan nama pasien, jenis kelamin, umur, keluhan utama saat masuk rumah sakit,
diagnose yang sudah ada atau diagnosa masuk.
- Sebutkan tujuan lapor : melaporkan kondisi terkini sebagai laporan untuk terapi
lanjut, atau untuk konsul.
- Informasikan tentang keadaan pasien saat ini diagnosis dan data klinis pasien
meliputi:
Status kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, hasil tanda vital, EKG,
dsb).
Status respirasi (frekuensi pernafasan, SpO2, analisa gas darah, dsb)
Status gastrointestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan, dsb).
Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb)
Hasil laborat, penunjang lain
ASSESMENT:
- Sebutkan problem pasien:
- Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dll)
- Problem gastrointentinal (perdarahan masif dan syok).
REKOMENDASI:
- Kebutuhan memindahkan pasien ke ruang khusus, melihat pasien, mewakilkan dokter
lain untuk mengecek kondisi
- Informasikan terapi yang sudah diberikan
- Infomasikan tindakan yang sudah dilakukan sehubungan dengan kondisi saat ini
- Apabila ada perubahan terapi kapan perlu dilakukan pengecekan dan frekuensinya
Pedpel/KBD/02/Rev.00 35
- Catat semua rekomendasi atau instruksi dokter dalam rekam medis pasien, Jangan
membuat singkatan yang tidak baku pada catatan hasil laporan. Catat di kolom
perintah pengobatan
- Konfirmasi ulang ke dokter dengan cara membacakan ulang instruksi dokter tersebut
(read back)
- Dokter mengkonfirmasi apa yang dibacakan perawat/ petugas tersebut, berupa tanda
tangan di kolom perintah pengobatan
- Cek ulang instruksi dokter tersebut
- Beri stampel “ lapor doter via telepon”. Beri tanda dimana dokter akan menanda
tangani laporan tersebut sebagai verifikasi.
Metoda komunikasi SBAR, tidak hanya digunakan saat terjadi komunikasi antara perawat dan
dokter, melainkan juga dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi, seperti:
1. Situasi kritis atau waktu yang mendesak
2. Apabila diputuskan akan membuat suatu keputusan medis dan setiap petugas
memerlukan konsistensi terhadap rencana tindakan
3. Saat perawat atau dokter jaga menelpon dokter yang merawat pasien/ konsultasi melalui
telepon
4. Saat serah terima tugas atau transisi
5. Apabila petugas membutuhkan kejelasan informasi.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 36
6. Catat semua rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang merawat dalam lembar
format komunikasi SBAR/catatan terintegrasi dan berikan paraf.
7. Pastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai dengan cara mengulang
kembali hal-hal yang diminta oleh dokter yang merawat.
Sasaran IV. Kepastian tepat lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien operasi
Kepastian tepat lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien operasi dilakukan sebagai berikut :
I. Tata laksana verifikasi tepat pasien tepat sisi dan tepat prosedur
Pedpel/KBD/02/Rev.00 37
a) Verifikasi tepat pasien
Tim melakukan verifikasi tepat pasien dengan menjalankan identifikasi
pasien sesuai dengan SPO identifikasi pasien
b) Verifikasi tepat sisi operasi
1) Petugas menanyakan kepada pasien dan atau keluarga untuk
menjelaskan sisi/ bagian mana yang akan dilakukan tindakan
operasi
2) Tim melakukan pencocokan terhadap hasil asesmen dan lembar
program operasi dan lembar ceklist persiapan pra operasi terhadap
penjelasan pasien dan atau keluarga
3) Jika terjadi ketidak cocokan antara pasien dan hasil asesmen maka
lakukan klarifikasi ulang pada pasien dan keluarga serta hasil
asesmen, jika masih tidak cocok konfirmasikan kepada dokter
yang merawat
c) Verifikasi tepat prosedur
1) Petugas menanyakan apakah pasien dan keluarga sudah
mendapatkan penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan dan
rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Apabila pasien dan atau keluarga menyatakan sudah mendapat
penjelasan tanyakan apakah rencana tindakan yang akan dilakukan
dan lakukan pencocokan dengan Rekam Medik pasien dan hasil
pemeriksaan lainnya
3) Jika terjadi ketidakcocokan , periksa dan tanyakan lagi pada pasien
dan atau keluarga , jika masih tidak cocok lapor dan tanyakan pada
dokter operator.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 38
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi, dokter bedah
menanyakan kembali sisi mana yang sakit ,
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan tujuan kepada
pasien bahwa akan dilakukan penandaan sisi yang akan dioperasi,
dengan menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang akan dioperasi ,
dokter bedah segera melakukan penandaan dengan menggunakan spidol
permanen dengan tanda garis lurus( ) ± 5 cm tepat pada
sisi yang akan dioperasi
Pedpel/KBD/02/Rev.00 39
c) Dokter bedah memberikan informasi kepada keluarga tentang hasil
asesmen/pemeriksaan dan rencan tindakan yang akan diambil sesuai
dengan SPO KIE rumah sakit
d) Dokter bedah harus meminta izin kepada keluarga untuk melakukan
tindakan /operasi sesuai dengan asesmen yang ditemukan sesuai
dengan SPO Inform Consent
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi, dokter bedah
menanyakan kembali sisi mana yang sakit ,
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan tujuan kepada
kelurga bahwa akan dilakukan penandaan sisi yang akan dioperasi,
dengan menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang akan dioperasi ,
dokter bedah segera melakukan penandaan dengan menggunakan
spidol permanen dengan tanda garis lurus ( ) 5 cm tepat
pada sisi yang akan dioperasi
B. TIME OUT
Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap di atas meja operasi, sudah dalam
keadaan terbius, dimana tiem anestesi dalam keadan siaga dan tiem bedah telah dalam
posisis steril
Pedpel/KBD/02/Rev.00 40
1. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi insisi pada tubuh
pasien, prosedur yang akan di jalankan dan kemungkinan kesulitan teknik
pembedahan yang dihadapi selama proses berlangsungnya operasi
2. Disisi lain perawat bedah di wajibkan untuk menyatakan kesiapan alat /
instrument, keadaan sterilitas alat dan termasuk perhitungan jumlah kasa
3. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat antibiotika profilaksis yang
telah diberikan beserta hasil pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan lain-lain
yang sewaktu-waktu mungkin diperlikan operator ketika menjalankan operasinya
4. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi menjadi
kewajiban team anestesi untuk menyampaikanya
C. SIGN OUT
Sesaat setelah operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang operasi, dipastikan
kembali beberapa hal menyangkut nama prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya
1. Perhitungan jumlah instrument, jarum dan kasa secara benar jika digunakan
selama operasi serta catatan juka ada permasalahan pada alat atau bahan habis
pakai lainya. Pemberian label sesuai identitas pasien pada jaringan yang telah
diangkat dari tubuh pasien juga menjadi perhatian pada tahap ini
2. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi menyampaikan hal-hal
yang perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan perawatan pasca operasi
selanjutnya
Pedpel/KBD/02/Rev.00 41
Kebersihan tangan dengan air mengalir jika tangan terlihat kotor
Kebersihan tangan dengan Hanrub berbasis alcohol jika tangan kita terlihat bersih
Rumah sakit telah menerapkan assesmen awal resiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil assesmen dianggap beresiko
Untuk mengetahui pasien resiko jatuh, pasien dikenakan gelang berwarna kuning
Untuk pasien yang tingakat kesadaran menurun, pada saat tindakan perlu
dilakukan restrein
Semua tempat tidur di kamar operasi telah dilengkapi dengan penutup
Setiap pasien post operasi dianggap beresiko jatuh karena pengaruh anestesi
Pedpel/KBD/02/Rev.00 42
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pedpel/KBD/02/Rev.00 43
C. Program Pemeriksaan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di RS
Mardi Rahayu, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksan darah rutin, pemeriksan kimia
darah, tes kehamilan ( khusus wanita) rectal swab untuk petugas gizi, Rongen thorax,
TKMI ( khusus dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis)
Pedpel/KBD/02/Rev.00 44
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Kalibrasi Alat
Kalibrasi merupakan bagian dari jaminan mutu yang dilakukan setahun sekali dan sebelum
alat dipergunakan dilakukan QC untuk menjaga dan menjamin peralatan siap dipergunakan .
Jenis peralatan yang di kamar operasi yang perlu kalibrasi
1. Cauter
2. Monitor pasien
Setiap hari pemeriksaan harian setiap alat (QC dan kalibrasi harian):
a. Menghidupkan alat
b. Kalibrasi alat
c. Dibuat catatan harian kondisi alat, apakah baik atau tidak untuk dioperasikan.
d. Dibuat laporan alat-alat yang rusak dan tidak bisa dipergunakan.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 45
C. Corrective Maintenance Alat
Corektive Maintenance adalah adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
peralatan jika ada kerusakan termasuk penyetelan dan perbaikan mesin sehingga alat bisa
dipakai kembali
Jika ada kerusakan mesin yang ringan, cukup memanggil teknisi intern rumah sakit. Jika ada
kerusakan berat, langsung menghubungi vendor
- Trouble shooting
Dimulai dari analisa laporan kerusakan, oleh sebab itu laporan harus dibuat sesuai dengan
kronologi kejadian kerusakan, sehingga pekerjaan perbaikan menjadi lebih terarah dan
lebih cepat diatasi.
Jika alat tidak dapat berfungsi yang perlu dilakukan adalah
- Cek kelistrikan
- Hidupkan alat
- Restart alat
- Cek fungsi tombol
- Jika fungsi tombol tidak bisa hubungi tehnisi Rumah sakit atau tehnisi rekanan
- Penggantian suku cadang
Jika diperlukan penggantian suku cadang sangat dianjurkan menggunakan suku cadang
asli dari pabrik. Memodifikasi dari merk lain sangat tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan kerusakan pada bagian lain.
- Readjustment
Setelah dilakukan peralatan berfungsi seperti sedia kala, harus dilakukan
readjustment agar tidak terjadi penyimpangan pada out put mesin.
- Uji fungsi
Sebelum mesin digunakan dengan pasien, uji fungsi harus dilakukan untuk memastikan
bahwa mesin telah benar-benar kembali berfungsi dengan baik.
Pengujian alat meliputi :
a. Alat baru – Acceptence test
b. Maintenace – Periodik Test
c. Perbaikan – korektive
Keuntungan dari pengujian tersebut adalah
1. Diperolehnya data yang terukur tentang kinerja suatu peralatan
2. Data awal ( accepten test) digunakan sebagai acuan pengukuran kepatuhan
(compliance test) periodik berikutnya
3. Mengetahui konsistensi dan penurunan fungi peralatan
4. Penyimpangan secara dini dapat diketahui
5. Segera dapat dilakukan perbaikan sebelum kerusakan yang lebih parah
6. Tingkat keselamatan dan keamanan selalu diketahui
Pedpel/KBD/02/Rev.00 46
D. Pendidikan dan Pelatihan staf
a. Seiap pegawai yang baru masuk / bergabung dengan RS Mardi rahayu dilakukan program
orientasi, yang dibagi dalam 2 tahap
1. Tahap I Orientasi Umum :
Materi yang diberikan meliputi :
a. Administrasi Personalia
b. Visi, Misi, Moto Rumah Sakit
c. Struktur organisasi Rumah Sakit
d. Penggajian
2. Tahap II Bagian Kamar Bedah/ Orientasi khusus
Materi yang diberikan meliputi :
- Mengenal Visi, Misi dan Moto kamar bedah
- Mengenal stuktur orgasnisasi kamar bedah
- Adminstrasi
- Pengenalan tempat / ruang dan alat-alat bedah
- SPO Kamar Bedah
b. Pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan Rumah Sakit baik internal maupun
external, a.l :
Pelatihan umum :
- K3
- Blue Code
- PPGD
- Service Excellen
- Patien safety
- PPI : Hand Hygine
- Peningkatan mutu
Pelatihan khusus :
- BSORN
- Asistensi Endourologi
- Asistensi Laparaskopy
- Asistensi Bedah mata
Setelah pengangkatan sebagai karyawan tetap di bagian kamar bedah, secara bergilir akan
mendapatkan pelatihan Basic Skill Operating Room For Nurse (BSORN) serta pelatihan-
pelatihan lain yang berhubungan dengan kamar bedah yang diselenggarakan oleh
Himpunan Perawat Kamar Bedah (HIPKABI) baik tingkat Regional atau Nasional.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini berkoordinasi dengan bagian DIKLAT Rumah
Sakit dan masuk dalam program tahunan kamar bedah.
Pedpel/KBD/02/Rev.00 47
E. Indikator mutu pelayanan
Pedpel/KBD/02/Rev.00 48
Judul Indikator : Penghitungan instrument sebelum operasi mulai dan
sebelum operasi di tutup
Definisi Operasional : Penghitungan instrument sebelum operasi mulai dan
sebelum operasi ditutup adalah mencocokan jumlah
instrument termasuk juga kasa yang dipakai saat operasi
jumlahnya harus sama
Bagian / Unit : Kamar bedah
Person In Charge : Kepala Bagian
Kepala Ruang
Kebijakan Mutu :
Rasionalisasi : Dengan dilakukan penghitungan instrument sebelum operasi
dimulai dan sebelum operasi ditutup diharapkan jumlah
instrument termasuk kasa yang dipakai harus sama untuk
mencegah hilang / tertinggalnya instrument/kasa dalam
tubuh pasien.
Formula Kalkulasi : Jumlah instrument yanghilang /bln X 100%
Jumlah pasien operasi dalan/bulan
Numerator :
Denominator :
Kriteria Inklusi : Semua tindakan open operasi
Kriteria Ekslusi : Tindakan close operasi
Metodelogi Pengumpulan : Concurrent / periode berjalan
Data
Tipe Pengukuran : Proses dan Outcame : data diambil sewaktu pelaksanaan
penghitungan dan laporan kehilangan
Sumber Data : Chek list laporan perawatan intra operasi
Waktu pelaksanaan sign out
Waktu Pelaporan : Pada tanggal 10 setiap bulanya
Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali
Target Kinerja : ……. %
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Kamar bedah
Rencana Komunikasi ke : Rapat rutin, morning briefing , gugus kendali mutu
Staf
Referensi : SK Dir No : 060/SK/DIRUT/XI/2014 Tentang kebijakan
pelayanan instalasi Kamar Bdah dan CSSD
Pedpel/KBD/02/Rev.00 49
BAB IX
PENUTUP
Buku pedoman pelayanan bedah ini sangat penting karena bermanfaat untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit. Buku ini bersifat teknis dan praktis sehingga
dapat digunakan sebagai petunjuk kerja bagi petugas yang bekerja di kamar bedah dan sarana
belajar bagi para mahasiswa yang bertugas di kamar bedah.
Dengan adanya buku pedoman ini yang merupakan langkah awal proses kerja yang panjang
sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapan untuk
mencapai tujuan yang baik
Dalam menyusun pedoman ini sangat banyak kekurangan untuk itu akan dilakukan evaluasi dan
revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan masa kini, untuk itu saran
dan masukan yang mendukung dalam mengevaluasi buku ini kami ucapkan terimakasih
Ditetapkan di Kudus
Pada tanggal : 20 November 2014
Plt. Direktur Utama,
Pedpel/KBD/02/Rev.00 50