Anda di halaman 1dari 16

PERSYARATAN ATAU KARAKTERISTIK

TEST YANG BAIK

Sebuah Makalah

Untuk Melengkapi Tugas:


EVALUASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

FITRI AMELIA RITONGA (8166121002)


PURNAMA SARI (8166121008)
SYAHRIL FAZAL (8166121011)

KELAS :A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayah-Nya makalah evaluasi pendidikan dan pelatihan yang berjudul
“Persyaratan atau Karakteristik test yang baik” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Makalah ini membahas tentang apa dan bagaimana persyaratan atau
karakteristik test yang baik .Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas
dorongan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pendidikan
dan Pelatihan di PPS UNIMED Bapak Prof Dr. Mukhtar, M.Pd. Dengan kuliah
yang diberikan Beliau, kami dapat memahami persyaratan atau karakteristik test
yang baik sehingga hal tersebut menjadi bekal bagi kami untuk memahami
evaluasi pendidikan dan pelatihan, serta dapat menuliskannya dalam makalah ini.
Kami mohon maaf apabila makalah ini kurang sempurna dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian
demi perbaikan di hari yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... .............. 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes ............................................................................................. 3
B. Karakteristik Tes yang Baik ........................................................................ 4
C. Hubungan Antara Karakteristik Tes Yang Satu Dengan Yang Lainnya ..... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu teknik penilaian yang digunakan yang digunakan untuk menilai
kemampuan belajar anak adalah dengan tes. Agar tes yang disusun itu dapat di
harapkan sesuai dengan prinsipnya, maka dalam menyusun soal tes harus benar-
benar memenuhi beberapa kriteria. Sehingga tes itu benar-benar menilai secara
tepat, sesuai dengan keadaan anak yang di nilai.
Sebuah tes harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai alat pengukur,
sebab memang tidak jarang kesimpulan penting ditarik dan keputusan penting
diambil berdasarkan informasi-informasi yang berhasil diperoleh melalui
penggunaan tes, padahal di lain pihak di menyadari kelemahan-kelemahannya
yang sebagaian terletak pada kurang cermatnya di memerikasa alat pengukur (tes)
itu sendiri. Kadang-kadang tes yang dipergunakan tidak benar-benar mengukur
apa yang mau diukur, hasil pengukuran tidak cukup mantap, tidak ada patokan
interpretasi yang cukup tegas tentang benar tidaknya suatu jawaban, dan kadang
tes itu tidak cukup mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan kemampuan.
Untuk itu, diperlukan karakteristik atau syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pembuatan tes yang baik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa
pengertian dari tes, bagaimana karakteristik tes yang baik, dan hubungan
karakteristik tes yang satu dengan yang lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan tes?
2. Bagaimana karakteristik tes yang baik itu?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik tes yang satu dengan yang lainnya?

1
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui defenisi tes.
2. Untuk mengetahui karakteristik tes yang baik.
3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik tes yang satu dengan yang
lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TES
Istilah tes secara bahasa diambil dari kata “testum” yaitu suatu pengertian
dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia.
Seorang ahli bernama Jamea Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan
pengertian tes ini melalui bukunya yang berjudul “Mental Test and
Measurement”. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan,
psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Adapun dalam pengertian yang lebih luas, para ahli memberikan beberapa
pengertian tentang tes, yaitu:
1. Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul “Psychological Testing”
mengatakan bahwa tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar
objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas dan akurat untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”
mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk mengukur dan memperoleh data-data atau keterangan-
keterangan yang diinginkan tentang seseorang atau kelompok dengan cara
yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
3. Bimo Walgito mengatakan tes adalah suatu metode atau alat untuk
mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau
tugas-tugas dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah
dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan.
4. Muchtar Bukhari dalam bukunya yang berjudul “Teknik-teknik Evaluasi”
mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang individu
atau kelompok.

3
5. Dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah sederet pertanyaan atau latihan
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat dipahami bahwa dalam dunia
pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian cara atau prosedur-
prosedur yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
akurat tentang suatu objek dalam rangka pengukuran dan penilaian, yang nantinya
akan digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan.

B. KARAKTERISTIK TES YANG BAIK


Sebagai suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur,
membandingkan dan memperoleh suatu informasi yang akurat, maka suatu tes
yang baik harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Berikut adalah
pandangan para ahli mengenai karakteristik suatu tes yang baik:
1. Prof. Drs. Anas Sudijono dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Evaluasi
Pendidikan” (2005: 93) mengatakan bahwa setidak-tidaknya ada empat
karakteristik yang harus dimiliki oleh tes yang baik yaitu: valid, reliable,
objektif, dan praktis.
2. Masrun MA dan Dra. Sri Mulyani Martaniah (1974: 117) mengatakan bahwa
suatu tes yang baik harus memiliki minimal tiga hal, yaitu: validitas, reliable,
dan kemampuan membandingkan.
3. Arikunto dalam bukunya “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan” mengatakan
bahwa syarat-syarat tes yang baik adalah: validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas, dan ekonomis.
4. Miller (1991: 91) dan Gronlund & Lin (1990: 47) menyatakan bahwa ada
tiga hal yang harus diperhatikan dalam menentukan suatu alat ukur yang
berkualitas, yaitu: validitas, reliabilitas, dan praktikabilitas.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat di lihat bahwa tidak ada yang
bertentangan antara yang satu dengan yang lain, tetapi saling melengkapi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria tes yang baik meliputi:

4
1. Valid atau Validitas
Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, dan shahih. Jadi, kata
validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, dan kesahihan. Dan apabila
kata valid atau validitas itu dikaitkan dengan fungsi tes sebagai pengukur, maka
sebuah tes dapat dikatakan valid dan memiliki validitas apabila tes tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (Anas Sudijono, 2005: 93). Dengan kata
lain, Validitas adalah kesesuaian antara materi ujian dan materi yang telah
dipelajari (Djemari Mardapi (1996: 22). Misalnya: apabila di memberikan tes
bidang studi IPA pada anak SD kelas V, tetapi apabila tes tersebut mengukur
kemampuan IPS kelas VI SD maka tes tersebut tidak mengukur pelajaran IPA
tetapi mengukur kemampuan pelajaran IPS, maka jelas tes tersebut tidak memiliki
validitas. Atau misalkan juga: alat thermometer dikatakan valid apabila mengukur
suhu badan, tetapi dikatakan sebagai alat yang tidak valid apabila untuk mengukur
tekanan udara.
Allen & Yen (1979: 970) membagi validitas kepada tiga bentuk, yaitu:
validitas isi (content validity), validitas kriteria (criterion validity), dan validitas
susunan (construct validity).
a. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi artinya kejituan atau ketepatan suatu tes ditinjau dari isi tes
tersebut. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila materi tersebut benar-benar
merupakan bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang telah
diberikan (Wayan Nurkancana & PPN Sunartana, 1990: 143). Pembuktian hasil
validitas dapat diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes atau instrument
pengukuran dengan analisis rasional (Azwar, 1997:45).
b. Validitas Susunan (construct validity)
Validitas susunan adalah kejituan atau ketepatan suatu tes ditinjau dari
susunan tes tersebut (Wayan Nurkancana & PPN Sunartana, 1990: 144). Validitas
konstruk merujuk pada sejauh mana suatu tes mengukur suatu konstruk teoretik
atau trait yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979: 108). Konstruk dalam
pengertian ini adalah berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seseorang
khususnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5
c. Validitas Kriteria (criterion related validity).
Validitas kriteria merupakan validitas yang menghendaki terjadinya kriteria
eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Kriteria yang dimaksud
adalah variable perilaku yang akan diprediksi oleh skor tes atau berupa suatu
ukuran lain yang relevan (Nurlaila, 2008: 68). Validitas kriteria disusun
berdasarkan kriteria yang telah ada sebelumnya, dan kesahihan alat ukur dilihat
dari sejauhmana hasil pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain
yang dijadikan kriteria. Biasanya, dalam pengukuran psikologis, yang dijadikan
kriteria adalah hasil pengukuran lain yang telah dianggap sebagai alat ukur yang
baik misalnya tes Stanford Binnet atau tes Weschler.

2. Reliabilitas
Kata reliabilitas diambil dari bahasa Inggris “Reliability” yang berasal dari
kata “Reliable” yang berarti dapat dipercaya dan juga sering diterjemahkan
dengan keseimbangan (stability) atau kemantapan (consistency). Apabila istilah
tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat ukur, maka suatu tes dapat
dikatakan reliabel dan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek
yang berbeda, kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja diperiksa atau dinilai
senantiasa menunjukkan hasil yang relatif sama (Anas Sudijono, 2005: 95).
Reliabilitas juga dikatakan menentukan validitas, jika suatu tes tidak
reliable berarti tes tersebut tidak valid (Fernandes,1984:43). Ebel (1980:224)
mengemukan bahwa suatu tes tidak dapat dikatakan bagus apabila tidak
menunjukkan kualitas reliabilitasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi reliabilitas
suatu tes, maka semakin bagus kualitas tes tersebut. Dan jika dihubungkan dengan
validitas, maka reliabilitas adalah ketetapan sedangkan validitas adalah ketepatan.
Misalnya: sebuah soal tes IPS sebanyak 100 soal, diberikan kepada siswa
dan hasilnya siswa tersebut betul 80. Kemudian selang beberapa hari tes itu (tes
yang sama) diberikan lagi pada anak tersebut dan hasilnya ternyata 81. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa tes tersebut memiliki reabilitas. Karena
menunjukkan hasil yang mantap dan hasil tetap (walaupun ada perbedaan, tetapi
perbedaan itu tidak berarti karena hanya 1).

6
Tes yang memberikan hasil yang tidak tetap atau unriliabel itu disebabkab
karena harapan beberapa hal, diantaranya :
1) Situasi pada waktu tes berlangsung.
Dalam hal ini melibatkan factor siswa yang mengerjakan tes, yang
mencakup segi fisik maupun psikis dari yang mengerjakan tes. Misalnya :
a. Kesehatan anak terganggu pada waktu mengerjakan tes.
b. Perasaan anak yang takut, gugup atau terburu-buru pada waktu mengerjakan
tes.
c. Tidak mengerjakan tes dengan sepenuh hati.
Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat mengakibatkan hasil tes anak tidak
reliabel. Misalkan pada waktu tes pertama anak merasa gugup dan takut, dan pada
waktu tes yang kedua anak sudah tidak takut dan tidak gugup karena pernah
mengerjakan tes itu. Maka hasil tes pertama dan tes kedua (dari tes yang sama)
hasilnya akan tidak sama (tidak reliabel).
2) Keadaan tes itu sendiri.
Hal ini disebabkan karena soal dari tes itu sendiri kurang baik, misalnya
antara lain:
a. Pertanyaan tidak jelas apa yang dimaksud sehingga ada kesulitan bagi anak
untuk menjawab itu.
b. Tidak ada petunjuk yang jelas bagaimana cara mengerjakan soal itu.
c. Pertanyaan soal tes itu membingungkan, sehingga bias terjadi salah
pengertian antara anak dan guru yang membuat soal.
Karena itu agar tes yang disusun benar-benar dapat reliabel maka harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Ciptakan situasi yang tenang dalam pelaksanaan tes. Seorang guru harus
mengusahakan agar lingkungan sedir pelaksanaan tes tidak terjadi kegaduhan.
b. Membuat soal tes yang jelas pertanyaannya sehingga tidak terjadi salah
pengertian antara murid dengan guru yang membuat soal tes. Dalam hal ini
soal tes yang disusun supaya menggunakan bahasa yang sederhana, jelas dan
mudah dimengerti.
c. Membuat petunjuk yang jelas cara mengerjakan soal tes.
d. Membuat kunci jawaban/pola jawaban sebelum hasil tes dikoreksi.

7
3. Kemampuan membandingkan
Kemampuan membandingkan merujuk pada hasil suatu tes yang akan
memberikan informasi-informasi tentang kemampuan anak. Hal yang
dibandingkan adalah antara mereka yang benar-benar belajar dan mereka yang
malas belajar (R. Suharno, 1984:21). Suatu tes yang sangat sukar, sehingga semua
anak tidak ada yang dapat mengerjakannya dengan baik dan benar adalah bukan
merupakan tes yang baik, begitu juga sebaliknya dengan suatu tes yang sangat
mudah sehingga semua anak dapat mengerjakannya dengan baik dan benar. Tes-
tes yang seperti itu dianggap tidak memiliki kemampuan membandingkan, karena
semua anak baik yang kurang cerdas, agak cerdas, dan sangat cerdas hasilnya
sama yaitu dapat mengerjakan atau tidak dapat mengerjakan. Jadi, suatu tes yang
baik harus mempunyai kemampuan membedakan.

4. Objektifitas
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa obyektif berarti tidak
mengandung unsur-unsur pribadi. Dalam hubungan ini, suatu tes dapat dikatakan
obyektif dan memiliki obyektivitas apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan
sesuai dengan apa yang ada. Isi atau materi tes diambil berdasarkan materi atau
bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan (Anas Sudijono, 2005: 96). Dengan kata lain, sebuah tes dikataka
memiliki obyektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak ada factor
subjektif yang mempengaruhi, terutama dalam system penilaian. Apabila
dikaitkan dengan reliabilitas, maka objektifitas lebih menekankan ketetapan pada
sistem scoring, sedangkan reliabilitas lebih menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Contoh: soal tes IPS sebanyak 50 butir soal, setiap soal tes yang benar
diberi angka 2, sehingga apabila benar semua akan memperoleh skor 100.
Misalkan Ali mendapat skor 80 karena benar 40 soal tes setelah diperiksa guru A.
apabila ada guru lain yang memeriksa hasil pekerjaan Ali maka skornya masih
tetap 80 juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa soal tes IPS tersebut diatas
memiliki objektivitas. Tetapi apabila hasil tes Ali dari guru A dan guru B tersebut
tidak sama, amaka tes itu dikatakan tidak memiliki objektivitas. Di pihak lain,

8
seorang guru dalam mengoreksi hasil tes anak harus tidak memasukkan factor
subjektif agar hasil tes itu merupakan hasil objektif, sesuai dengan kemampuan
anak (nilai yang diperoleh). Dalam tes yang terbentuk subjektif sulit bagi guru
untuk member nilai yang se-objektif mungki, sebab jawaban dari soal tes subjektif
membutuhkan uraian-uraian, sehingga sulit bagi guru untuk member nilai yang
tepat, apalagi kalau guru tidak membuat pola jawaban sebelumnya. Hal ini bias
mengakibatkan dua anak akan memperoleh nilai yang tidak sama, padahal
jawabannya sama. Dengan demikian hasil tes itu tidak objektif dan berarti hasil
tes itu tidak memiliki objektivitas. Faktor yang mempengaruhi objektifitas adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian (essay), akan memberikan banyak kemungkinan
kepada si penilai untuk memberikan banyak penilaian (skoring) menurut caranya
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan tes bentuk uraian akan
memungkinkan masuknya unsur subjektivitas dari si penilai dalam melakukan
skoring.
b. Penilai
Dengan menggunakan tes bentuk uraian, faktor subjektivitas dari seorang
penilai akan dapat masuk secara lebih leluasa dan mempengaruhi pemberian skor.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam subjektivitas penilaian tersebut
antara lain: kesan penilai terhadap peserta tes (hallo-effect), tulisan, bahasa, waktu
pelaksanaan penilaian, dan sebagainya.

5. Praktikabilitas dan Ekonomi


Sebuah tes dapat dikatakan memiliki praktikabilitas dan ekonomis tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. Beberapa
hal yang menyangkut kepraktisan dalam alat penilaian, yaitu:
a. Mudah diadministrasikan, dalam artian tidak memerlukan tenaga yang
banyak, serta tidak memerlukan keahlian yang tinggi sehingga dapat
dikerjakan oleh setiap guru.
b. Mudah dilaksanakan. Misalnya tidak membutuhkan peralatan yang banyak
dan rumit.

9
c. Lengkap, dalam artian dilengkapi dengan cara penjawaban yang baik dan
benar, kunci jawaban dan pedoman penilaian.
d. Tidak memerlukan biaya atau ongkos yang terlalu tinggi dan waktu yang
lama.

6. Mudah dalam Pelaksanaannya


Hendaknya, tes yang dibuat dapat dilaksanakan dengan mudah, ditinjau
dari segi waktu, pengawasan, dan pengadministrasian. Sehingga pelaksanaan tes
itu tidak bertele-tele dan rumit.

7. Mudah dalam Pemberian Nilai


Agar soal tes itu mudah dalam pemberian nilai, hendaknya membuat
ketentuan-ketentuan terlebih dahulu angka skor dari tiap-tiap tes. Misalnya setia
soal tes yang betul diberi angka satu, dan setelah diketahui skor dari masing-
masing anak, hendaknya skor itu diubah dalam bentuk nilai berskala 1-10.
Setelah memenuhi kriteria-kriteria tes yang baik, bukan berarti tes tersebut
telah sempurna dan tidak memiliki kemungkinan untuk salah. Berikut ada
beberapa cara untuk meningkatkan kebaikan tes.
a. Perencanaan tes yang baik
b. Penyusunan soal tes yang tepat
c. Sistem pemberian angka

C. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK TES YANG SATU


DENGAN YANG LAINNYA
Di atas telah dibahas kriteria tes yang baik diantaranya validitas, realibilitas,
dan objektivitas. Dari ketiga kriteria tes tersebut, satu dengan yang lainnya selalu
berkaitan dan mempunyai hubungan yang positif, dan saling melengkapi.
Seorang guru dalam menyusun tes harus betul-betul memperhatikan tentang
validitas, realibilitas, dan objektivitas tes. Agar tes yang disusun dapat mengukur
kemampuan anak yang sebenarnya. Seorang guru menyusun soal tes yang
disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan, tetapi tidak memperhatikan
bagaimana seharusnya membuat pertanyaan yang tepat dan spesifik, atau tidak

10
memperhatikan bahasa pertanyaan yang jelas, maka tes-tes tersebut tidak akan
dapat menggambarkan atau memberi keterangan yang tepat dan objektif dari
seorang yang di tes. Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang guru dituntut untuk
memahami benar tentang pengertian dari prinsip validitas, realibilitas, dan
objektivitas. Agar tes yang disusun berhasil sesuai yang diharapkan.
Memang tugas seorang guru tidak hanya membuat soal tes saja. Sehingga
sulit jika harus mencari dan menghitung validitas, realibilitas dari soal yang telah
disusun. Kesulitan ini dapat ditinjau dari segi waktu maupun segi kemampuan.
Namun demikian, bukan bukan berarti guru tidak perlu memperhatikan kriteria tes
yang baik. Tugas guru tidak hanya sekedar membuat soal tes, kemudian
dilaksanakan kemudian dibuang. Guru harus selalu meneliti tes yang telah
disusun. Apakah tesnya sudah baik atau belum. Setidak-tidaknya guru harus
memperhatikan syarat-syarat validitas isi dan validitas susun.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tes adalah serangkaian cara atau prosedur-prosedur yang digunakan untuk
memperoleh data atau informasi yang akurat tentang suatu obyek dalam rangka
pengukuran dan penilaian, yang nantinya akan digunakan untuk mengembangkan
dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Sebagai suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur,
membandingkan dan memperoleh suatu informasi yang akurat, mak suatu tes
yang baik harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yaitu:
1. Valid atau Validitas.
2. Reliabilitas.
3. Kemampuan membandingkan.
4. Obyektifitas.
5. Praktikabilitas dan Ekonomi.
6. Mudah dalam pelaksanaannya.
7. Mudah dalam Pemberian Nilai.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan tentang persyaratan atau karakteristik test yang
baik diatas, penulis menyarankan agar pendidik dapat mengaplikasikan
persyaratan atau karakteristik test dalam penyusunan test, sehingga test yang
digunakan sesuai dengan materi pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Faiq, Muhammdad. 2013. Diakses 24 Februari 2017 melalui


http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/04/syarat-tes-yang-
baik.html
Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo
Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai