A. Defenisis
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain
B. Klasifikasi
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease
(CKD). Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal
failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka
untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD
dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage –
stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat
rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau
1
datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF. Gagal ginjal
meningkat.
ginjal terminal
C. Eiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
2
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
8. Nefropati obstruktif
netroperitoneal.
D. Patofisiologi
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
3
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
4
terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
3. Asidosis
4. Anemia
dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
5
tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
E. Manifestasi klinik
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
a. Gangguan kardiovaskuler
6
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
d. Gangguan muskuloskeletal
ekstremitas).
e. Gangguan Integumen
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
7
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
trombositopeni.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab.darah
f. BGA
2. Urine
urine rutin dan urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
G. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologis :
8
1) Pasien non dialisis 0,6-0,7 gram/kgBB ideal/hari sesuai dengan
jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
2. Farmakologis:
2) Penghambat kalsium
3) Diuretik
9
a) Pada pasien DM, kontrol gula darah dan hindari pemakaian
f) Koreksi hiperkalemi
H. Komplikasi
rennin-angiotensin-aldosteron
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
10
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia
I. Prognosis
Prognosis gagal ginjal kronik pada usia lanjut kurang begitu baik jika
11
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan
lain-lain.
c. Riwayat Kesehatan
sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan
atau tidak
12
g. Pemeriksaan Fisik
Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
perkebutuan.
1) Aktivitas / istirahat
2) Sirkulasi
(angina)
3) Integritas ego
kepribadian
4) Eliminasi
13
5) Makanan/ cairan
bertenaga.
6) Neurosensori
kaki gelisah”,
tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7) Nyeri / kenyamanan
8) Pernapasan
9) Keamanan
14
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara
actual terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih
10) Seksualitas
h. Data Psikologis
i. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat
j. Data Spiritual
k. Data Penunjang
15
Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan
B. Diagnosa Keperawatan
5. Nyeri kronik
7. Intoleransi aktivitas
C. Intervensi Keperawatan
16
Intervensi:
0-10)
Rasional : HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
Tujuan :
Intervensi :
17
Rasional : Untuk kebutuhan sel darah merah klien
seimbang
Intervensi.
keseimbangan cairan.
Rasional ; Pada kebanyakan kasus, jumlah aliran harus sama atau lebih
konstant )
c. Awasi TD, Nadi, perhatikan hipertensi , nadi kuat, distensi vena leher,
18
Rasional ; Perubahan mungkin diperlukan dalam kosentrasi glukosa
5. Nyeri Kronik
berkurang/ terkontrol.
Intervensi :
berubah).
penyebarannya.
19
Rasional : Memberikan kontrol situasi
adekuat
tinggi, memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batas diet,
makan.
Intervensi.
20
d. Ubah jadwal medikasi sehingga tidak diberikan sebelum makan.
kenyang.
7. Intoleransi aktivitas
terhadap aktivitas
Intervensi :
harga diri.
Intervensi:
21
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcame Clasification.
Mosby. Philadelphia
McCloskey & Gloria M Bulechek. 2013. Nursing Intervention Clasification.
Mosby. USA
Mubin, Halim. 2013. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC.
Jakarta
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI PPNI.
Jakarta
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC: Jakarta
Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 2 Edisi 8. EGC: Jakarta.
Sudoyo. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
23