PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian yang
luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi
negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat berbagai
macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena itu untuk
memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka pengertian Pancasila meliputi :
[1]
2. Pengertian Pancasila Secara Historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan diterapkan. Dalam
sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan Ir.Soekarno yang
mengusulkan nama dasar negara Indonesia disebut Pancasila.
Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya yang
didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar negara. Walaupun dalam
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar
negara Indonesia adalah disebut dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis
terutama dalam rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses perumusan Pancasila adalah :
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan lima asas
dasar negara sebagai berikut :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai rancangan
UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan persatuan Indonesia
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar negara
sebagai berikut :
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
[2]
3) Keseimbangan lahir dan bathin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar negara yang
disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :
1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3) Mufakat atau Demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu Sosio
Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi dengan
Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun Tri Sila masih diperas lagi
menjadi Eka Sila yang intinya adalah“gotong royong”.
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia Sembilan)
yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya termuat Pancasila dengan rumusan
sebagai berikut :
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
[3]
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun dalam
sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia mempertahankan proklamasi
dan eksistensinya.
[4]
5) Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
2. Zaman Sriwijaya
Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuetu negara tlah tercemin pada kerjaan
sriwijaya yang berbunyi yaitu ”marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika”{suatu cita-cita
negara yang adil&makmur}
5. Zaman Penjajahan
Setelah majapahit runtuhan maka berkambanglah agama islam dengan pesatnya di idonesia.
Bersama dengan itu maka berkambang pula kerajaan-karajaan islam seperti kerajaan denak,
disebut. Selain itu, berdatangan juga bangsa-bangsa eropa di nusantara.
[5]
Bangsa asing yang masuk ke indonesia pada awalnya berdangan, namun kamudian berubah
menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat perlawanan dari rakyat indonesia di
berbagai wilayah nusantar, namun karena tidak adanya kesatuan& persatuan di antara mereka
maka perlawanan tersebut senantiasa sia-sia.
6. Kebangkitan Nasional
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional / mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri.
7. Zaman Penjajahan Jepang
Jepang menjanjikan kamardekaan tanpa syarat kapada bangsa indonesia. Bahkan /
mendapatkan simpati & dukungan dari bangsa indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut
maka di bentuklah suatu badan yang bertugas / menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan indonesia yaitu badan penyelidik usaha-usaha kemerdekaan indonesia
{BPUPKI}
Nilai-nilai pancasila diangkat dan di rumuskan secara formal/para pendiri negara/di
jadikan sebagai dasar negara RI. Proses cara formal tersebut di lakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, bidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya di sah kan secara
yuridis sebagai dasar negara RI.
Sejarah perjuangan bangsa indonesia membentuk negara sangat erat kaitannya dengan
jati diri bangsa indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatua,kerakyatan serta keadilan.
Dalam kenyataannya secara objektif telah di miliki bangsa indonesia sejak dahulu kala.
C. Lahirnya Pancasila
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para
founding fathers ketika negara Indonesia didirikan. Namun dalam perjalanan panjang
kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam
aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan,
pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu
sering pula terjadi upaya pelurusan kembali.
Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar
dunia yang paling berpengaruh, sehingga sering disifatkan bukan ini dan bukan itu. Pancasila
bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham
individualisme dan tidak berpaham kolektivisme. Bahkan bukan berpaham teokrasi dan bukan
[6]
perpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke dalam
kehidupan praksis berbangsa dan bernegara. Dinamika aktualisasi nilai Pancasila bagaikan
pendelum (bandul jam) yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara seimbang tanpa
pernah berhenti tepat di tengah.
Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia, kita sepakat mendasarkan diri pada
ideologi Pancasila dan UUD 1945 dalam mengatur dan menjalankan kehidupan negara.
Namun sejak Nopember 1945 sampai sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pemerintah
Indonesiamengubah haluan politiknya dengan mempraktikan sistem demokrasi
liberal.Dengan kebijakan ini berarti menggerakan pendelum bergeser ke kanan. Pemerintah
Indonesia menjadi pro Liberalisme.Deviasi ini dikoreksi dengan keluarnya Dekrit Presiden 5
Juli 1959.Dengan keluarnya Dekrit Presiden ini berartilah haluan politk negara dirubah.
Pendelum yang posisinya di samping kanan digeser dan digerakan ke kiri.Kebijakan ini
sangat menguntungkan dan dimanfaatkan oleh kekuatan politik di Indonesia yang berhaluan
kiri (baca: PKI) Hal ini tampak pada kebijaksanaan pemerintah yang anti terhadap Barat
(kapitalisme) dan pro ke Kiri dengan dibuatnya poros Jakarta-Peking dan Jakarta- Pyong
Yang. Puncaknya adalah peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Peristiwa ini
menjadi pemicu tumbangnya pemerintahan Orde Lama (Ir.Soekarno) dan berkuasanya
pemerintahan Orde Baru (Jenderal Suharto). Pemerintah Orde Baru berusaha mengoreksi
segala penyimpangan yang dilakukan oleh regim sebelumnya dalam pengamalan Pancasila
dan UUD 1945. Pemerintah Orde Baru merubah haluan politik yang tadinya mengarah ke
posisi Kiri dan anti Barat menariknya ke posisi Kanan. Namun regim Orde Barupun akhirnya
dianggap penyimpang dari garis politik Pancasila dan UUD 1945, Ia dianggap cenderung ke
praktik Liberalisme-kapitalistik dalam menggelola negara. Pada tahun 1998 muncullah
gerakan reformasi yang dahsyat dan berhasil mengakhiri 32 tahun kekuasaan Orde Baru.
Setelah tumbangnya regim Orde Baru telah muncul 4 regim Pemerintahan Reformasi sampai
saat ini. Pemerintahan-pemerintahan regim Reformasi ini semestinya mampu memberikan
koreksi terhadap penyimpangan dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam praktik
bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan oleh Orde Baru.
Pancasila sebagai dasar Negara RI lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dalam Sidang
BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (Dokuritzu Zyunbi
Tyoosa Kay). BPUPKI itu adalah badan bentukan Penjajah Jepang yang waktu itu sudah
semakin kuwalahan menghadapi tekanan kekuatan Sekutu. Sidang BPUPKI itu membahas
[7]
tentang dasar Negara RI. Ketua sidang, Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat memulai sidang
dengan melontarkan pertanyaan, ”Di atas dasar apa Negara Indonesia merdeka nanti
didirikan?” Selama sidang itu, beberapa tokoh menyampaikan orasi mengenai dasar Negara.
Mereka adalah Muhammad Yamin, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Mr Supomo, Liem Koen Hian,
dan Ir. Soekarno.
Pada sidang hari ketiga, 1 Juni 1945, Ir Soekarno tampil dengan gagasannya yang
diberinya nama PANCASILA. Semua anggota sidang menyambut dan memberi tepukan
tangan. Ketua sidang, Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat menegaskan bahwa respon seluruh
sidang itu menjadi peneguhan bahwa Pancasila telah disetujui oleh segenap anggota sidang
BPUPKI sebagai Dasar Negara Indonesia Merdeka.
[8]