Anda di halaman 1dari 49

‫الطهارة‬

ILMU FIQIH THAHARAH

A. Definisi dan Dasar Hukum Thaharah


Dalam Islam, persoalan thaharah dan segala seluk-beluknya termasuk ilmu dan
amalan yang paling penting(Riyadhul Badi’ah, hal 14), karena thaharah banyak
dijadikan sebagian dari syarat syah ibadah seperti shalat, puasa, dan ibadah haji.
Ibadah-ibadah tersebut adalah diantara ibadah yang mengharuskan adanya thaharah.
Lantas apa itu thaharah? Dan apa dasar hukum thaharah? Berikut ini akan dijelaskan
mengenai definisi dan dasar hukum dari thaharah.

1. Dafinisi Thaharah
Secara lughatthaharah ialah:(‫)الخلوص من الدنس ولومعنويا كالعيوب‬, maksudnya ialah
suci dari kotoran walaupun kotoran secara maknawi seperti kecacatan yang ada
didalam hati (Syarah Riyadhul Badi’ah, Hal 14).Dalam keterangan lain kata
‫الطهارة‬dengan fathah haraf (‫ )ط‬diambil dari kata ‫النظافة‬yang artinya bersih dari kotoran,
walaupun kotoran yang suci, seperti kotor karena terkena tanah kering dan tanah
basah, baik kotoran itu terlihat (lahiriyah) maupun yang tidak terlihat (batiniyah)
seperti kotoran yang berada didalam hatiseperti hasud dan akhlaqul madzumah
lainya.
Sedangkan kata ‫ الطهارة‬dengan dhomah haraf )‫ (ط‬ialah nama bagi sisa air yang
dipergunakan untuk thaharah (Syarah Bajuri, Hal 24; I’anatut Thalibin, Hal 27).

Secara Istilah banyak sekali ulama ahli fiqih yang menerangkan tentang definisi
dari thaharah,diantaranya ialah:

1
 (‫)زوال المنع النشئ عن الحدث والخبث‬, yaitu menghilangkan sesuatu yang mencegah
terhadap syahnya ibadah baik dari hadas maupun kotoran (Syarah Riyadhul
Badi’ah, Hal 14).
 (‫)عبارة عن غسل اعضاء مخصوصة بصفة مخصوصة‬, yaitu mencuci anggota tubuh
tertentu dengan cara tertentu (Fiqih Thaharah, Hal 23).
 (‫)رفع الحدث وإزالة نجساومافيمعناهمااوعلىصورتهما‬,yaitu mengangkat hadas dan
menghilangkan najis, atau menghilangkan sesuatu yang ada dalam makna hadas
dan najis atau gambaran dari hadas dan najis (Syarah Bajuri, Hal 25).
 ( ‫)فعل ما تستباح به الصالة أى من وضوء وغسل وتيمم وإزالة نجاسة‬, yaitu suatu pekerjaan
yang akan diperbolehkan shalat apabila telah melakukan pekerjaan tersebut,
contohnya yaitu seperti wudhu, mandi besar, tayamun dan menghilangkan najis
(Syarah Fathul Qaribul Mujib, Hal 3).

Dari beberepa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan thaharah ialah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memebersihkan diri
dari hadas (kotoran secara hukmi) dan dari najis (kotoran secara hakiki) untuk
memenuhi diantara syarat syahnya ibadah yang membutuhkan terhadap
thaharah, seperti shalat, puasa, ibadah haji dan sebagainya.

2. Dasar Hukum Thaharah


Banyak dalil naqli yang menjelaskan tentang thaharah baik itu dari Al-Qur’an
maupun Al-Hadis, diantaranya ialah firman Allah swt. :

‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن‬ ْ ‫يض َوال ت َ ْق َربُوه َُّن َحتَّى َي‬
َ َ ‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا ت‬ ِ ِ‫سا َء فِي ْال َمح‬ َ ِِّ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا الن‬ ِ ِ‫ع ِن ْال َمح‬ َ َ‫َو َي ْسأَلُونَك‬
َ َ ‫َّللاَ يُحِ بُّ الت َّ َّوابِينَ َويُحِ بُّ ْال ُمت‬
. َ‫ط ِِّه ِرين‬ َّ ‫ْث أ َ َم َر ُك ُم‬
َّ ‫َّللاُ إِ َّن‬ ُ ‫مِ ْن َحي‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran".
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan

2
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.”(QS. Al-Baqarah: 222)

Sabda Rasulallah saw. :


‫مسام)ال َي ْق َب ُل‬
َ َ ‫ص َالة ً ِبغَي ِْر‬
‫ط ُه ْو ٍر (رواه‬ َ َ‫للا‬
“Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci. “(HR. Muslim).

Dari dalil diatas dapat kita pahami bahwa thaharah merupakan hal yang penting
dalam ibadah, Allah tidak menerima orang yang mempersembahkan ibadahnya
dalam keadaan kotor, baik secara lahir maupun batin. dan apabila dilihat dalam
kaidah ilmu ushul fiqih hukum thaharah ialah wajib, sebagaimana kaidah berikut :
‫ما ال يتم الوجوب اال به فهو وجب‬
“Suatu perkara yang tidak akan sempurna kewajiban kecuali dengan perkara tersebut,
maka perkara tersebut wajib hukumnya”.

Jika dilihat dari kaidah ushul fiqih diatas hukum wudhu adalah wajib, karena
tidak akan sempurna (tidak syah) kewajiban seperti shalat, ibadah haji apabila tidak
berthaharah, Karena thaharah termasuk diantara syarat syahnya ibadah.

B. Pembagian Thaharah
Thaharah dalam pembahasan ilmu fiqih terbagi kepada dua bagian, yaitu
thaharah dari hadas dan thaharah dari najis.

1. Thaharah dari Hadas


a) Pengertian Hadas
Hadas menurut lughat ialah : (‫ )الشيئالحادث‬artinya sesuatu yang baru. Sedangkan
menurut istilah syara’ ialah :

3
‫يطلق على أمر اعتبارى يقوم باالعضاء يمنع من صحة الصالة حيث المر خص وعلى االسباب التى ينتهى بها‬
‫الطهر‬
Maksudnya ialah hadas merupakan sebutan bagi sesuatu yang berada pada
anggota badan yang mencegah terhadap syahnya shalat, atau sebutan bagi sebab-sebab
yang mencegah terhadap kesucian pada diri. (Syarah Tuhfatut Tulab, Hal 7)
Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa hadas ialah najis hukmiyah yang
menghalangi syahnya shalat. Arti dari najis hukmiyah ialah najis yang tidak nampak
tetapi dihukumi najis, serta hanya terdapat pada badan tidak pada pakaian dan tempat.
(Buku pegangan Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah kurikulum 1994, jilid 1, Hal 25)

b) Pembagian Hadas
1) Hadas Kecil
Yang dimaksud dengan hadas kecil ialah : (‫ ) ما اوجب الوضوء‬artinya “sesuatu
yang mewajibkan terhadap wudhu”. Yang termasuk hadas kecil ada 5 perkara,
(Bajuri, Hal 66-70) diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Adanya sesuatu yang keluar dari qubul atau dubur, baik yang biasa seperti air
kencing, angin dan kotoran ataupun yang tidak biasa seperti darah, ulat dan
benda lain yang dapat disucikan kembali seperti biji-bijian yang tidak hancur
dicerna kemudian dikeluarkan kembali melalui dubur. Kecuali air mani.
Atha' berkata mengenai orang yang dari duburnya keluar ulat atau dari
kemaluannya keluar benda semacam kutu, maka orang itu wajib mengulangi
wudhunya jika hendak melakukan shalat. (Dimaushulkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dengan sanad sahih dari Atha') (Ringkasan shahih bukhari, Bab 35)
b) Hilang akal, baik yang disebabkan oleh mabuk, sakit, gila dan sebagainya.
c) Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Bukan mahram secara nasab, sesusu, atau ikatan mertua

4
 Tidak terhalang oleh sesuatu apapun
 Sudah pada besar dua-duanya ataupun salah satunya, ukuran besar disini
bukanlah baligh, tetapi sekiranya sudah pantas untuk disukai, dalam
artian sudah timbul syahwat apabila bersentuhan.
 Baik salah satunya sudah mati ataupun dua-duanya hidup
 Disengaja, dipaksa ataupun tidak disengaja
Firman Allh swt:
‫عا ِب ِري‬ َ ‫َارى َحتَّى ت َ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َوال ُجنُبًا ِإال‬ ُ ‫صالة َ َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ ‫سك‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها ا َّلذِينَ آ َمنُوا ال ت َ ْق َربُوا ال‬
َ ِِّ‫سف ٍَر أ َ ْو َجا َء أ َ َحدٌ مِ ْن ُك ْم مِ نَ ْالغَائِطِ أ َ ْو ال َم ْست ُ ُم الن‬
‫سا َء‬ َ ‫ضى أ َ ْو‬
َ ‫علَى‬ َ ‫سبِي ٍل َحتَّى ت َ ْغت َ ِسلُوا َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
َ
ً ُ‫غف‬
‫ورا‬ َ ‫عفُ ًّوا‬ َّ ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم إِ َّن‬
َ َ‫َّللاَ َكان‬ َ ‫صعِيدًا‬
َ ‫طيِِّبًا فَا ْم‬ َ ‫فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.”(QS. An-Nisa : 43)
d) Memegang qubul atau dubur bangsa adam dengan ketentuan sebagai berikut :
 Menggunakan telapak tangan
 Baik itu dari dirinya sendiri ataupun dari orang lain
 Apabila laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan
maka yang berhadas hanya yang memegang saja
 Apabila laki-laki dengan perempuan maka yang berhadas bukan hanya
yang memegang tetapi yang dipegang juga berhadas. Seperti

5
keterangan sebelumnya tentang bersentuhan kulit laki-laki dan
perempuan
 Baik dari orang yang sudah mati ataupun yang masih hidup
 Anak-anak ataupun orang tua
 disengaja, dipaksa atau tidak disengaja.
Rasulallah saw bersabda:
(‫مس ذَكَرهف َْليتوضأمن)رواهأحمدوالترمذي‬
“Barangsiapa menyentuh kemaluannya maka harus berwudhu.”(HR.
Ahmad dan At-Tirmidzi)
e) Tidur, kecuali tidurnya seseorang yang sambil duduk yang tidak akan
memungkinkan keluarnya angin dari dubur orang tidur tersebut.
Rasulallah saw bersabda :
ْ َ ‫ان ا ْست‬
َ‫طلَق‬ ِ َ‫ت ْالعَ ْين‬ َّ ‫ ْالعَ ْينُ ِو َكا ُء ال‬: ‫سلَّ َم‬
ِ ‫ فَإ ِذَا نَا َم‬,‫س ِه‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ع ْن ُمعَا ِويَةَ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل للا‬ َ
‫ َو َم ْننَا َمف َْليَت ََوضَّأ‬: َ‫ْال ِو َكا ُء (رواه أحمد و الطبرانى) َوزَ اد‬
“Dari Mu’awiyah berkata :”Bahwasanya Rasulallah telah bersabda :”mata
itu pengikat dubur, maka apabila telah tidur dua mata, terlepaslah pengikat
itu.”(HR. Ahmad dan At-Tabrani)

Adapun hal yang dilarang ktika mempunyai hadas kecil ialah sebagai berikut :
(Riyadhul Badi’ah, Hal 17;Buku pegangan Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah
kurikulum 1994, jilid 1, Hal 27 )
1) Melaksanakan shalat fardu maupun shalat sunat. Begitu juga dengan sujud
syukur sujud tilawah dan khutbah jum’at.
Sabda Rasulallah saw:
)‫ضأ ُ (رواه البخارى ومسلم‬ َ َ‫ص َالة َ ا َ َح ِد ُك ْم إِذَا أ َحْ د‬
َّ ‫ث َحت َّى يَت َ َو‬ َ َ‫َاليَ ْقبَ ُل للا‬
Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kamu apabila ia berhadas,
hingga ia berwudhu.”(HR. Bukhari Muslim)

6
2) Melaksanakan thawaf fardu maupun thawaf sunat.
Rasulallah saw bersabda:
)‫ص َالة ُ ا َِّال ا َ َّن للاَ ا َ َح َّل ِف ْي ِه ْال َكلَ َم فَ َم ْن ت َ َكلَّ َم فَ َال ت َ َكلَّ َم ا َِّال ِب َخي ٍْر (رواه الحكم‬
َ ‫اف‬ َّ َ ‫ا‬
ُ ‫لط َو‬
“Tawaf itu shalat, Hanya, Allah swt. Halalkan sewaktu tawaf bercakap-
cakap. Maka barang siapa berkata-kata, hendaklah hendaklah ia tidak berkata
melainkan dengan perkataan yang baik.”(HR. Hakim)
3) I’tikaf
4) Menyentuh, membawa atau mengangkat Mushaf Al-Qur’an, tas yang
berisikan Al-Qur’an, dan lemari yang berisikan Al-Qur’an. Kecuali dalam
keadaan terpaksa untuk menjaganya dari kerusakan, tenggelam atau terbakar.
Dalam keadaan tersebut mengambil Al-Qur’an menjadi wajib, untuk menjaga
kehormatannya.
Rasulallah saw bersabda:
‫سلَّ َم َكتَبَاِلىا َ ْه ِالليَ َمنَ ِكت َابًا َوكَانَ ِف ْي ِه‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬
َ َّ‫ اَنَّالنَّ ِبي‬,‫ع ْناَبِىبَ ْك ِر ْب ِن ُم َح َّم ٍد‬
َ
)‫طاه ٌِر (رواه الدارقطنى‬ َ ‫س ْالقُ ْرانَ ا َِّال‬ ُّ ‫ َال َي َم‬,,
“Dari Abu Bakri bin Muhammad. Sesungguhnya Nabi besar Saw. Telah
berkirim surat kepada penduduk Yaman. Dalam surat itu beliau menyebutkan
klimat :”Tidak boleh menyentuh Qur’an melainkan orang yang suci.”(HR.
Daruqothni)

2) Hadas Besar
Yang dimaksud dengan hadas besar ialah (‫“ ) ما اوجب الغسل‬sesuatu yang
mewajibkan terhadap mandi besar”, ada 6 perkara yang termasuk kedalam hadas
besar, (Riyadhul Badi’ah, Hal 23; Fathul Qurib, Hal 6; Bajuri, Hal 71; Tuhfatut
Tulab, Hal 8; Fiqih Islam, Hal 35; Fiqih Thaharah, Hal 162) yaitu sebagai
berikut :

7
a) Bersetubuh
Yang dimaksud dengan bersetubuh ialah bertemunya dua kemaluan laki-laki
dan kemaluan wanita. Dan istilah ini disebutkan dengan jima'.
Termasuk juga bila dimasukkan ke dalam dubur, baik dubur wanita ataupun
dubur laki-laki, baik orang dewasa atau anak kecil. Baik dalam keadaan hidup
ataupun dalam keadaan mati. Semuanya mewajibkan mandi, di luar larangan
perilaku itu.
Hal yang sama berlaku juga untuk wanita, dimana bila farjinya dimasuki
oleh kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecik, baik kemaluan manusia
maupun kemaluan hewan, baik dalamkeadaan hidup atau dalam keadaan mati,
termasukjuga bila yang dimasuki itu duburnya. Semuanyamewajibkan mandi, di
luar masalah laranganperilaku itu.
Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-halyang mewajibkan mandi,
meskipun tidak sampaikeluar air mani. Dalilnya adalah sabda RasulullahSAW
berikut ini :
: ‫سلَّمقَا َل‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫رسوالهلل‬ َّ‫رضياللهعنهاأَن‬
ِ َ‫عن عائِشة‬
ْ ‫َعلتهأَناورسواللل ِهفَا ْغ‬
‫تسلناعن‬ ْ ‫االتقَىالخَتانا َ ِنأَومسالخِ تانالخِ تانَوجبالغسلف‬
ْ َ‫إِذ‬
"Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Biladuakemaluan
bertemu atau bila kemaluan menyentuh kemaluanlainnya, maka hal itu
mewajibkan mandi janabah. Akumelakukannya bersama Rasulullah SAW dan
kami mandi.
‫سلَّم إذَا جلَس بين شعبِها األَربعِ ثم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫ قَا َل رسو ل‬: ‫و عن أَبِي هريرة َ رضي للا عنه قَا َل‬
َ ‫َّللا‬
ُ ‫جهدها فَقَدوجب ْالغ‬
ِ َ‫ " و ِإ ْن ل‬: ‫سل (متفَق علَيهِ) وزادمسلِم‬
" ‫مينز ْل‬

"Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila seseorang


duduk di antara empat cabangnya kemudian bersungguh-sungguh

8
(menyetubuhi), maka sudah wajib mandi. (HR. Muttafaqun 'alaihi). Dan telah
menambahkan Imam Muslim :”Walaupun tidak keluar mani”
b) Keluar Mani
Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah, baik dengan
cara sengaja (masturbasi) atau tidak. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW
berikut ini :
‫بخاري‬ ْ ‫ وأَصلهف‬,‫نالماءِ رواهمسلم‬
ِ ‫ِيال‬ ْ ِ‫سلَّما ْلما ُءم‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫عنأ َ ِبيسعِيد ٍْال‬
َ ‫ قَالَرسوالللَّه‬:‫خدريرضياللهعنهقَا َل‬
“Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya air itu (kewajiban mandi) dari sebab air(keluarnya sperma).
(HR. Bukhari dan Muslim)
Air mani laki-laki itu sendiri punya cirikhas yang dengan wadi dan mazi :
 Dari aromanya, air mani memiliki aroma sepertiaroma 'ajin (adonan roti).
Dan seperti telur bilatelah mengering.
 Keluarnya dengan cara memancar, firman Allah swt: ‫من ماء دافق‬
 Rasa lezat ketika keluar dan setelah itu syahwatjadi mereda.

Air mani Wanita


‫والَ ََّّلل! ِإنَّا َ ََّّلل‬
َ ‫س‬ ْ َ‫ قَال‬-َ‫ط ْل َحة‬
ُ ‫ َيا َر‬:‫ت‬ َ ‫ِي ا ِْم َرأَة ُ أ َ ِبي‬ ُ ‫سلَ َمةَ أ َ َّن أ ُ َّم‬
َ ‫ َوه‬- ‫سلَي ٍْم‬ َ ‫ع ْن أ ُ ِ ِّم‬
َ
ِ َ ‫ارأ‬
‫ت‬ ْ ‫علَى ا َ ْل َم ْرأ َ ِة ا َ ْلغُ ْس ُل ِإذَا اِحْ تَلَ َم‬
َ َ‫ ِإذ‬.‫ نَعَ ْم‬:‫ت ؟قَا َل‬ ِ ِّ ‫َال َي ْست َِحي ِم ْن ا َ ْل َح‬
َ ‫ق فَ َه ْل‬
‫علَ ْيه‬ َ ‫ ُمتَّفَ ٌق‬- ‫ْال َما َء‬
"Dari Ummi Salamah radhiyallahu anha bahwa Ummu Sulaimistri Abu Thalhah
bertanya,"Ya Rasulullah, sungguh Allahtidak mau dari kebenaran, apakah
wanita wajib mandi bilakeluar mani? Rasulullah SAW menjawab,"Ya, bila dia
melihatmani keluar". (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa wanita punmengalami keluar mani, bukan hanya
laki-laki.

9
c) Mati
Seseorang yang meninggal, maka wajib kifayah atas orang lain yang masih
hidup untuk memandikan jenazahnya. Dalilnya adalah sabda Nabi Saw tentang
orang yang sedang ihram tertimpa kematian :
َ َ‫ فى المحرم الذى َوق‬: ‫سلَّمقَا َل‬
ٍ ‫ستْهُ نَاقَتْهُ ا ْغسِلوهبِماءٍ وس‬
‫ِدر‬ َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫رسواللله‬ َّ‫عن ابن عباس أَن‬
“Dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya Rasulullah SAW tentang orang yang
sedang ihram terlempar dari pinggang untanya hingga ia meninggal. Beliau
bersabda,"Mandikanlah dengan air dan daun sidr (sabun)`. (HR. Bukhari dan
Muslim)
d) Haidh
Haidh atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada
seorang wanita dan bersifatrutin bulanan. Keluarnya darah haidh itu
justrumenunjukkan bahwa tubuh wanita itu sehat.Dalilnya adalah firman Allah
SWT dan juga sabdaRasulullah SAW :
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid ituadalah
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkandiri dari wanita di waktu
haid; dan janganlah kamu mendekatimereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, makacampurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allahkepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobatdan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah : 222)
e) Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah
melahirkan. Nifas itumewajibkan mandi janabah, meski bayi yangdilahirkannya
itu dalam keadaan mati. Begituberhenti dari keluarnya darah sesudah
persalinanatau melahirkan, maka wajib atas wanita itu untukmandi janabah.
Hukum nifas dalam banyak hal, lebih sering mengikuti hukum haidh.
Sehingga seorang yangnifas tidak boleh shalat, puasa, thawaf di

10
baitullah,masuk masjid, membaca Al-Quran, menyentuhnya,bersetubuh dan
lain sebagainya.
f) Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam keadaan mati,
maka wajib atasnyauntuk melakukan mandi janabah. Bahkan meski
saatmelahirkan itu tidak ada darah yang keluar. Artinya,meski seorang wanita
tidak mengalami nifas, namuntetap wajib atasnya untuk mandi janabah,
lantaranpersalinan yang dialaminya.Sebagian ulama mengatakan bahwa 'illat
ataswajib mandinya wanita yang melahirkan adalahkarena anak yang dilahirkan
itu pada hakikatnyaadalah mani juga, meski sudah berubah wujudmenjadi
manusia.Dengan dasar itu, maka bila yang lahir bukanbayi tapi janin sekalipun,
tetap diwajibkan mandi,lantaran janin itu pun asalnya dari mani.

Hal-Hal Yang Haram Dikerjakan ketika kita sedang dala keadaan junub.
Orang yang dalam keadaan janabah diharamkanmelakukan beberapa pekerjaan,
lantaran pekerjaanitu mensyaratkan kesucian dari hadats besar.Di antara
beberapa pekerjaan itu adalah :
 Shalat
Shalat adalah ibadah yang mensyaratkankesucian dari hadats kecil
maupun hadats besar.Seorang yang dalam keadaan janabah atau
berhadatsbesar, haram hukumnya melakukan ibadah shalat,baik shalat yang
hukumnya fardhu a'in seperti shalat lima waktu, atau fadhu kifayah seperti
shalatjenazah, atau pun shalat yang hukumnya sunnahseperti dhuha, witir,
tahajjud.Dasar keharaman shalat dalam keadaan hadatsbesar adalah hadits
berikut ini :

11
"Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda,"Tidak diterima shalat yang tidakdengan kesucian". (HR.
Muslim)
 Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang disunnahkan pada saat kita membaca
ayat-ayat tilawah, baikdilakukan di dalam shalat maupun di luar
shalat.Syarat dari sujud tilawah juga suci dari hadats kecildan
besar.Sehingga orang yang dalam keadaan janabah,haram hukumnya
melakukan sujud tilawah.
 Tawaf
Tawaf di Baitullah Al-Haram senilai denganshalat, sehingga kalau shalat itu
terlarang bagi orangyang janabah, otomatis demikian juga hukumnyabuat
tawaf.Dasar persamaan nilai shalat dengan tawaf adalahsabda Rasulullah
SAW :
“Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Tawaf di Baitullah adalah shalat, kecuali Allahmembolehkan di
dalamnya berbicara." (HR. Tirmizy, Al-Hakimdan Adz-Dzahabi
menshahihkannya)
Dengan hadits ini, mayoritas (jumhur) ulamasepakat untuk
mengharamkan tawaf di seputarka'bah bagi orang yang janabah sampai dia
suci
 Memegang atau Menyentuh Mushaf
Jumhur Ulama sepakat bahwa orang yangberhadats besar termasuk juga
orang yang haidhdilarang menyentuh mushaf Al-Quran. Dalilnyaadalah
firman Allah SWT berikut ini :
`Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci.` . (QS. Al-Waqi’ah
ayat 79)

12
 Melafazkan Ayat-ayat Al-Quran
Empat madzhab yang ada, yaitu Al-Hanafiyah,Al-Malikiyah, Asy-
Syafi'iyah dan Al-Hanabilah,semuanya sepakat bulat mengharamkan orang
yangdalam keadaan janabah untuk melafadzkan ayatayatAl-Quran.
“Dari Abdillah Ibnu Umar radhiyallahu anhu bahwa Rasululah
SAW bersabda,"Wanita yang haidh atau orang yang janabah
tidak boleh membaca sepotong ayat Quran (HR. Tirmizy)
Larangan ini dengan pengecualian kecuali bilalafadz Al-Quran itu hanya
disuarakan di dalam hati.Juga bila lafadz itu pada hakikatnya hanyalah
doaatau zikir yang lafznya diambil dari ayat Al-Quransecara tidak langsung
(iqtibas).
 Masuk ke Masjid
Seorang yang dalam keadaan janabah, oleh Al-Quran Al-Kariem secara
tegas dilarang memasukimasjid, kecuali bila sekedar melintas saja.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat,sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamumengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampirimesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecualisekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.(QS. An-Nisa' :43)

2. Thaharah dari Najis


Setelah sebelumnya kita membahas tentang thaharah dari hadas, sekarang kita
menginjak ke pembahasan yang kedua yaitu thaharah dari najis, yang ada pada
badan, pakaian dan tempat. Sebelum kita membahas bagaimana cara bersuci dari
najis kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu najis? Berikut ini akan dijelaskan
tentang defini si dan pembagian dari najis.

a. Pengertian Najis

13
َّ ‫سال‬
Secara bahasa, an-najasah bermakna kotoran )‫)القذارة‬. Disebut ( ‫ش ْيء‬ َ ‫) تَنَ َّج‬
maknanya sesuatu menjadikotor.Asy-Syafi'iyah mendefinisikan najasah
denganmakna : ( ‫) مستقذرةيمنعالصالةحيثالمرخص‬, kotoran yangmenghalangi
shalat.Sedangkan Al-Malikiyah mendefinisikan annajasahsebagai : (
‫) صفةحكميةتوجبلموصفهامنعاستباحةالصالةبهأوفيه‬, sesuatu yang bersifat hukum yang
mewajibkandengan sifat itu penghalangan atas shalat dengansifat itu atau di
dalam sifat itu.
An-Najasah dalam bahasa Indonesia seringdimaknai dengan najis. Meski pun
secara bahasaArab tidak identik maknanya. Najis sendiri dalambahasa Arab ada
dua penyebutannya.
Pertama : Najas ( ‫ ) نَ َجس‬maknanya adalabendayang hukumnya najis.Kedua : Najis
( ‫ ) ن َِجس‬maknanya adalah sifatnajisnya.
An-Najasah (najis) itu lawan dari thaharah yangmaknanya kesucian.

b. Pembagian Najasah
Jenis-jenis najis oleh mazhab Asy-Syafi'idibedakan berdasarkan tingkat
kesulitan dalammensucikan atau menghilangkannya.Ada yang sangat mudah
untuk menghilangkan,bahkan meski secara fisik sebenarnya belum hilangtapi
secara hukum sudah dianggap suci, cukupdengan melakukan ritual tertentu.Dan
sebaliknya, ada yang sangat berat, bahkanmeski secara fisik sebenarnya najis
itu sudah hilang,tetapi masih tetap dianggap najis bila belumdilakukan ritual
tertentu. Dan yang ketiga, najisyang berada di tengah-tengah.
1) Najis Mukhaffafah
Mukhaffafah ( ‫) مخفِّفة‬. Disebut ringan, karena cara mensucikannya sangat
ringan, yaitu tidak perlu najisitu sampai hilang. Cukup dilakukan ritual
sederhanasekali, yaitu dengan memercikkannya dengan air,dan tiba-tiba benda
najis itu berubah menjadi suci.Satu-satunya najis ini adalah air kencing bayi

14
lakilakiyang belum makan apa pun kecuali air susu ibu.Bila bayi itu perempuan,
maka air kencingnya tidaktermasuk ke dalam najis ringan, tetapi tetapdianggap
najis seperti umumnya. Demikian juga bilabayi laki-laki itu sudah pernah
mengkonsumsimakanan yang selain susu ibu, seperti susu kalengbuatan pabrik,
maka air kencingnya sudah tidak lagibisa dikatakan najis ringan.Semua ini tidak
ada alasan ilmiyahnya, karenasemata-mata ketentuan ritual dari Allah SWT.
AllahSWT sebagai Tuhan, maunya disembah dengan caraitu.
Dasarnya adalah hadits berikut ini :
‫لسمح‬
ِ َ ‫ قَ َاالَلنبِيعنأ َ ِبيا‬:‫نبوالَ ْلغالمِ قَا َل‬ ِ ‫نبوالَ ْل‬
ِ ِ‫جاري ِةويرشم‬ ِ ِ‫سلم‬
ُ ‫يغ‬
"Dari As-Sam'i radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi
SAW bersabda,"Air kencing bayi perempuan harus dicuci
sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup dipercikkan air
saja. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)
2) Najis mughalladzah
َ َّ‫) ُمغَل‬. Disebut
Najis berat sering diistilahkan sebagai najismughalladzhah ( ‫ظة‬
najis yang berat karenatidak bisa suci begitu saja dengan mencuci
danmenghilangkannya secara fisik, tetapi harusdilakukan praktek ritual
tertentu.Ritualnya adalah mencuci dengan air sebanyaktujuh kali dan salah
satunya dengan tanah.Pencucian 7 kali ini semata-mata hanya upacararitual.
Demikian juga penggunaan tanah, sama sekalitidak dikaitkan dengan
manfaatnya. Penggunaantanah itu tidak diniatkan misalnya untuk
membunuhbakteri, virus atau racun tertentu yang terkandungpada najis itu.
Tetapi semata-mata hanya ritualdimana Allah SWT ingin disembah dengan cara
itu.Maka penggunaan tanah tidak bisa digantidengan sabun, deterjen, pemutih,
pewangi ataububuk-bubuk kimawi lainnya yang didesainmengandung zat ini dan
itu.
Dasar dari semua ini adalah hadits Rasulullah SAW :

15
‫طهورإِناءِ أَحدِكمإ ِ ْذولَغَفِي ِها َ ْلكَلبأ َ ْنيغ ِسلَهسبعمراتٍأوالهن‬
َ ‫ قَالَرسوالَللَّ ِه‬:‫عنأَبِيهريرةَقَا َل‬
)‫ب (أَخرجهمسلِم‬
ِ ‫بِالترا‬
“Sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah denganmencucinya tujuh
kali, salah satunya dengan air. (HR. Muslim)Dalam mazhab Asy-Syafi'i, najis
berat hanya duasaja, yaitu anjing dan babi.
3) Najis Mutawassithah
Najis yang pertengahan sering disebut denganmutawassithah (‫)متوسطة‬.
Disebut pertengahanlantaran posisinya yang ditengah-tengah antaranajis ringan
dan najis berat.Untuk mensucikan najis ini cukup dihilangkan
secara fisik 'ain najisnya, hingga 3 indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga
indikator itu adalah :warna ( ‫) لون‬, rasa ( ‫ ) طعم‬dan aroma(‫)ريح‬. Semua najis yang
tidak termasuk ke dalam najisyang berat atau ringan, berarti secara
otomatistermasuk ke dalam najis pertengahan ini.

C. Media Thaharah
Dalam pandangan islam, air adalah benda yang istimewa dan punya kedudukan
khusus, yaitu menjadi media utama untuk melakukan ibadah ritual berthaharah. Air
merupakan media yang berfungsi untuk menghilangkan najis, sekaligus juga air
berfungsi sebagai media yang syar’i untuk menghilangkan hadas.
Meski benda lain juga bisa dijadikan media thaharah, namun air adalah media
yang utama. Sebagai contoh adalah tanah, tanah memang dapat berfungsi untuk
menghilangkan najis, tetapi yang utama tetap air. Najis berat seperti babi,
disucikannya dengan cara dicuci dengan air sebanyak 7 kali, tanah hanya salah
satunya saja. Tanah memang bisa digunakan untuk tayamum, namun selama masih
ada air, tayamum masih belum bisa dikerjakan.

16
Maka ketika kita berbicara tentang thaharah, bab tentang air menjadi bab yang
tidak bisa disepelekan. Secara garis besar media untuk melakukan thaharah dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu air dan selain air.

1. Air
Dalil tentang air dapat dijadikan sebagai media thaharah, Rasulallah saw
bersabda:
َ ِ‫سلَّ َم إن ْالماء‬
‫ وصححه‬.‫طهورالَينجسهشي ٌء (أخرجه الثالثة‬ َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫وعنأ َ ِبيسعِيد ٍْال‬
َ ‫قَالَ َرسُ ْو ُاللل ِه‬: ‫خدريقَا َل‬
)‫أحمد‬
“Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan
mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya." (Dikeluarkan oleh Imam
Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad) (Bulughul maram min adillatil ahkam, Hal
2).

Meskipuan air merupakan media utama untuk melakukan thaharah, tetapi


tidak semua jenis air bisa digunakan untuk melakukan thaharah. Air yang dapat
digukan untuk melakukan thaharah yaitu air yang turun dari langit seperti air
hujan , air salju, dan embun serta air yang bersumber dari bumi yaitu air laut, air
sumur, air mata air dan air sungai (Bajuri, Hal 27-28; Syarah Riyadhul badi’ah,
Hal 15; Syarah Fathul Qoribul Mujib, Hal 3)

a. Air Hujan
Air hujan yang turun dari langit itu hukumnya suci dan mensucikan,
meskipun di zaman sekarang air hujan sudah banyak tercemar dan
mengandung asam yang tinggi, namun hukumnya tidak berubah, sebab
kerusakan pada air disebabkan oleh zat-zat yang bukan najis.

17
Ketika air dari bumi menguap ke langit, maka sebenarnya uap itu bersih
dan suci. Meskipun sumbernya dari air yang tercemar, kotor dan najis.
Sebab ketika disinari matahari, yang naik keatas adalah uapnya yang
merupakan proses pemisahan antara air dan zat-zat lain yang mencemarinya.
Lalu air itu turun kebumi sebagai air yang sudah mengalami proses
penyulingan alami. Jadi air itu menjadi suci kembali karena proses itu.
Dalil tentang suci dan mensucikannya air hujan, Allah swt berfirman:
‫ط َعلَىقُلُو ِب ُك ْم َويُث َ ِِّب‬
َ ‫طان َِو ِليَ ْر ِب‬ َّ ‫ط ِِّه َر ُك ْم ِب ِه َويُ ْذ ِهبَ َع ْن ُك ْم ِرجْ زَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ َّ ‫سأ َ َمنَةًمِ ْن ُه َويُن ِ َِّزلُ َعلَ ْي ُك ْممِ نَال‬
َ ُ‫س َماءِ َما ًء ِلي‬ ِّ ِ َ‫ِإ ْذيُغ‬
َ ‫شي ُك ُمالنُّ َعا‬
َ َ‫تَبِ ِهاأل ْقد‬
‫ام‬
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
dengannya telapak kaki (mu).”(QS. Al-Anfal : 11)

‫ورا‬
ً ‫ط ُه‬ َّ ‫لريَا َحبُ ْش ًرابَ ْينَيَدَي َْرحْ َمتِ ِه َوأ َ ْنزَ ْلنَامِ نَال‬
َ ‫س َماءِ َما ًء‬ َ ‫َوه َُوالَّذِيأ َ ْر‬
ِّ ِ ‫س َال‬
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat
sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air
yang amat bersih.”(QS Al-Furqan : 48)

b. Air Salju
Salju sebenarnya hampir sama dengan air hujan, yaitu sama sama air yang
turun dari langit. Hanya saja kondisi suhu udara yang membuatnya menjadi
butiran-butiran saalju yang intiya adalah air juga namun membeku dan turun
sebagai salju.

18
Hukumnya tentu sama dengan air hujan, didalam do’a iftitah setiap shalat,
salah satu versinya menyebutkan bahwa kita meminta kita meminta kepada
Allah swt agar disucikan dari dosa dan kotoran dengan air, salju dan embun.
‫ب مِ ْن‬ َ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر ِباللِّ ُه َّم نَ ِقِّنِ ْي مِ ْن َخ‬
ِ ‫طايَا َك َما يُنَقَّى الث َّ ْو‬ ِ ‫ع ْدتَ بَ ْينَ ْال َم ْش ِر‬ َ ‫طايَا َك َما بَا‬ َ ‫ال ِّل ُه َّم بَا ِع ْد بَ ْينِ ْي َوبَ ْينَ َخ‬
‫ج َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫طايَا بِ ْال َماءِ َوالث َّ ْل‬
َ ‫الدَّ ْن ِس اللِّ ُه َّم ا ْغس ِْلنِ ْي مِ ْن َخ‬
“Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulallah saw bersabda ketika ditanya tentang
bacaan apa yang diucapkannya antara takbir dan al-fatihah, beliau
menjawab,”Aku membaca,Ya Allah jauhkan aku dari kesalahan-kesalahanku
sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah
aku dari kesalahan-esalahanku sebagaimana pakaian dibersihkan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan
embun.”(HR. Bukhari 744, Muslim 597, Abu Daud 781 dan Nasa’i 60)

c. Embun
Embun juga bagian air yang turun dari langit , meski bukan berbentuk air
hujan yang turun deras, embun lebih berupa tetes-tetes air yang terlihat banyak
dihamparan dedaunan pada pagi hari. Air itu suci dan mensucikan
sebagaimana dalil diatas tentang air salju.

d. Air Laut
Air laut adalah air yang suci dan mensucikan, sehingga boleh digunakan
sebagai media thaharah. Walaupun rasanya asin karena mengandung zat garam
yang tinggi.
Sabda Rasulllah saw:
ُ ‫ يَا َر‬: ‫سلَّ َم فَقَا َل‬
ُ‫س ْو ُل للاِ إِنَّا نَ ْر َكب‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سأ َ َل َر ُج ٌل‬ َ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َبِ ْي ُه َر ْي َرة َ َر‬
َ
َ ِ‫ضأ ُ بِ َماءِ ْالبَحْ ِر ؟ فَقَا َل َرسُ ْو ُل للا‬
ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫ضأ ْنَا بِ ِه‬
َّ ‫عطِ ْشنَا أ َفَت َنَ َو‬ َّ ‫ْالبَحْ َر َونَحْ مِ ُل َمعَنَا ْالقَ ِل ْي َل مِ نَ ْال َماءِ فَإ ِ ْن ت َ َو‬
)‫الط ُه ْو ُر َما ُؤهُ ْالحِ ُّل َم ْيت َت َهُ (رواه الخمية‬
َّ ‫ ُه َو‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ

19
“Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda tentang (air) laut. "Laut
itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal." (Dikeluarkan oleh
Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah
dan dianggap shohih oleh oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi'i
dan Ahmad juga meriwayatkannya) (Bulughul maram min adillatil ahkam, Hal
2)

e. Air Sumur atau Mata Air


Air sumur atau mata air merupakn air yang suci dan mensucikan, sebab
air itu keluar dari tanah yang telah melakukan pengsucian. Dalil tentang
sucinya air sumur atau air mata air adalah hadis tentang sumur budha’ah yang
terletak dikota madinah.
‫يارسوالللَّ ِهأَتتوضأمِ ن ِبئْ ِربضاعةَوهِي‬
َ ِ ‫عنأ َ ِبيسعِيد ٍْال‬
: ‫ قِي َل‬: ‫خدري قَا َل‬
ْ ‫رسوالَّلل‬
َ ‫الما ُء‬:
(‫طهورالَينجسهشي ٌء‬ َّ ْ
َ‫يضولحومالكِال ِبوالنتن؟فَقَال‬ ْ ‫ريلقَىف‬
ِ‫ِيهاالح‬ ْ ْ‫ِبئ‬
)‫رواهأَحمدوأَبوداودوالترمِ ذِي‬
“Dari Abi Sa’id Al-Khudri r.a berkata bahwa orang bertanya ,”Ya Rasulallah
apakah kami boleh berwudhu dari sumur budha’ah?, padahal sumur itu yang
digunakan oleh wanita yang haidh, dibuang kedalamnya daging anjing dan
benda yang busuk. Rasulallah saw menjawab,”air itu suci dan tidak diajiskan
oleh sesuatu. (HR. Abu Daud 66, At-Tirmidzi 66, An-Nasa’i 325, Ahmad
3/31-87, Al-Imam Asy-Syafi’i 35)

f. Air Sungai
Air sungai pada dasarnya suci ,karena dianggap sama karakternya
dengan air sumur atau mata air. Namun seiring terjadinya perusakan
lingkungan yang tidak terbendung lagi, terutama di kota-kota besar, air sungai

20
menjadi tercemar berat dengan limbah yang meski secara hukum tidak najis
tetapi membahayakan terhadap kesehatan.
Maka lebih baik kita tidak menggunakan air itu karena memberikan madharat
yang besar. Selain itu sering kali air itu tercemar berat dengan limbah ternak,
limbah wc atau bahkan orang-orang buang hajat disungai. Sehingga lama
kelamaan air sungai menjadi tercemar, berubah warna, bau dan rasanya. Maka
meski air itu banyak tetap najis apabila telah terjadi perubahan warna, bau atau
rasanya.

Batasan Volume 2 Qullah(Fiqih Thaharah, Hal 50)


Para ulama ketika membedakan air musta'mal dan bukan (ghairu) musta'mal,
membuat batas dengan ukuran volume air. Fungsinya sebagai batas minimal untuk
bisa dikatakan suatu air menjadi musta'mal. Bila volume air itu telah melebihi volume
minimal, maka air itu terbebas dari kemungkinan musta'mal. Itu berarti, air dalam
jumlah tertentu, meski telah digunakan untuk wudhu atau mandi janabah, tidak
terkena hukum sebagai air musta'mal. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
َ ‫سلَّمإِذَاكَانَا َ ْلما َءقلَّتينِلَم يحمِ ْالَ ْل‬
: ٍ‫ وفِيلَ ْفظ‬-‫خبث‬ َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ قَالَرسوالَللَّ ِه‬:‫ضياَللَّهعنهماقَا َل‬
ِ ‫عنعب ِداَللَّ ِهبنِعمرر‬
)‫لَمينجس(أَخرجهاَألَربع‬
“Abdullah bin Umar ra. Mengatakan, “Rasulullah SAW telah bersabda: “Jika air itu
telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz lain:”tidak
najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah)

Hadits inilah yang mendasari keberadaan volumeair dua qullah, yang menjadi
batas volume air sedikit.Disebutkan di dalam hadits ini bahwa ukuranvolume air yang
membatasai kemusta'malan airadalah 2 qullah. Jadi istilah qullah adalah
ukuranvolume air. Ukuran volume air ini pasti asing buattelinga kita. Sebab ukuran ini
tidak lazim digunakandi zaman sekarang ini. Kita menggunakan ukuranvolume benda

21
cair dengan liter, kubik atau barrel.Sedangkan istilah qullah adalah ukuran
yangdigunakan di masa Rasulullah SAW masih hidup.Bahkan 2 abad sesudahnya,
para ulama fiqih diBaghdad dan di Mesir pun sudah tidak lagi menggunakan skala
ukuran qullah. Merekamenggunakan ukuran rithl (‫ )رطل‬yang seringditerjemahkan
dengan istilah kati.Sayangnya, ukuran rithl ini pun tidak standar dibeberapa negeri
Islam. 1 rithl buat orang Baghdadternyata berbeda dengan ukuran 1 rithl buat
orangMesir. Walhasil, ukuran ini agak menyulitkan jugasebenarnya.
Dalam banyak kitab fiqih disebutkan bahwaukuran volume 2 qullah itu adalah 500
rithl Baghdad.Tapi kalau diukur oleh orang Mesir, jumlahnya tidakseperti itu. Orang
Mesir mengukur 2 qullah denganukuran rithl mereka dan ternyata jumlahnya
hanya446 3/7 rithl.Lucunya, begitu orang-orang di Syammengukurnya dengan
menggunakan ukuran merekayang namanya rithl juga, jumlahnya hanya 81
rithl.Namun demikian, mereka semua sepakat volume 2qullah itu sama, yang
menyebabkan berbeda karenavolume 1 rithl Baghdad berbeda dengan volume 1rithl
Mesir dan volume 1 rithl Syam.Lalu sebenarnya berapa ukuran volume 2 qullahdalam
ukuran standar besaran international di masasekarang ini?Para ulama kontemporer
kemudian mencobamengukurnya dengan besaran yang berlaku dizaman sekarang.
Dan ternyata dalam ukuran masakini kira-kira sejumlah 270 liter.Jadi bila air dalam
suatu wadah jumlahnyakurang dari 270 liter, lalu digunakan untukberwudhu, mandi
janabah atau kemasukan air yangsudah digunakan untuk berwudhu`, maka air
itudianggap sudah musta’mal.Air itu suci secara fisik, tapi tidak bisa digunakanuntuk
bersuci (berwudhu` atau mandi). Tapi bilabukan digunakan untuk wudhu` seperti cuci
tanganbiasa, maka tidak dikategorikan air musta’mal.
Para ulama telah membagi air menjadi 4 bagian, terkait dengan hukum
penggunaannya dalam melakukan thaharah.(Bajuri, Hal 28; Syarah Fathul Qoribul
Mujib, Hal 3; Buku pegangan Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah kurikulum 1994,
jilid 1, Hal 16)

22
a. Air suci dan mensucikan serta tidak makruh digunakan untuk thaharah
Air yang suci dan mensucikan serta tidak makruh digunakan untuk thaharah
ialah air mutlaq. Suci berarti bukan najis, mensucikan artinya dapat digunakan
untuk menghilangkan hadas dan najis. Air mutlaq ialah keadaan air belum
mengalami proses apapun. Air itu masih asli, dalam arti belum digunakan untuk
bersuci dari hadas ataupun najis, tidak tercampur benda suci seperti teh, susu,
kopi, dan sebagainya serta tidak tercampur benda najis. Dalam fiqih dikenal
dengan istilah “‫“ غيرمكروهالماءالطاهرمطهر‬

b. Air suci dan mensucikan tetapi makruh digunakan untuk thaharah


Air yang suci dan mensucikan tetapi makruh digunakan untuk thaharah pada
badan tetapi tidak pada pakaian ialahair musakhkhan (‫ )مس ِّخن‬artinya adalah air
yang dipanaskan Sedangkan musyammas (‫ )مش ِّمس‬diambildari kata syams yang
artinya matahari.Jadi air musakhkhan musyammas artinya adalah air yan beruba
suhunya menjadi panas akibatsinar matahari. Sedangkan air yang
dipanaskandengan kompor atau dengan pemanas listrik, tidaktermasuk ke dalam
pembahasan disini.

c. Air suci tapi tidak mensucikan


Jenis air yang suci tapi tidak mensucikan adalah airyang telah digunakan
untuk bersuci, baik air yangmenetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh
seseorang,atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekasdipakai bersuci bisa
saja kemudian masuk lagi kedalam penampungan. Para ulama
seringkalimenyebut air jenis ini air musta'mal. dan air yang tercampur dengan
benda lain yang suci itu juga termasuk kedalam jenis air yang suci tetapi tidak
mensucikan apabila air tersebut mengalami perubahan dalam rasa, rupa, dan atau
bau.

23
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala -yasta'milu – isti’maalan
(‫استعماال‬-‫ يستعمل‬-‫ )استعمل‬yang bermakna menggunakanatau memakai. Maka air
musta'mal maksudnyaadalah air yang sudah digunakan untuk
melakukanthaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.Air musta’mal berbeda
dengan air bekas mencucitangan, atau membasuh muka atau bekas
digunakanuntuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa
bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kakiatau sisa mandi biasa yang bukan mandi
janabah,statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci danmensucikan. Air itu
tidak disebut sebagai airmusta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau
mandi janabah.Lalu bagaimana hukum menggunakan airmusta'mal ini? Masih
bolehkah sisa air yang sudahdigunakan utuk berwudhu atau mandi janabah
digunakan lagi untuk wudhu atau mandi janabah?Berikut dalil tentang hukum air
musta’mal:
‫سلَّماليغتسِل أَحدكمفِيا َ ْلماءِ اَلدائِمِ وهوجنب‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ قَالَرسوالَللَّ ِه‬:‫ضياَللَّهعنهقَا َل‬
ِ ‫عنأَبِيهريرة َر‬
)‫(أَخرجهمسلم‬
"Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAWbersabda,”Janganlah
sekali-kali seorang kamu mandi di air yangdiam dalam keadaan junub. (HR.
Muslim)
َّ َ ‫ نهى رسول‬:َ‫سلَّم قَال‬
ِ‫َّللا‬ َ ‫صلَّىالل ُه َع َل ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّمأنتغت ِسلَعنرجلٍصحِ باَلن ِبي‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬
َ
)‫يغترفَاجمِ يعا(خَرجهأَبوداودوالنسائِي‬ ِ ‫ول‬ ْ ِ‫َضالَ ْلمرأَة‬
ِ ‫لرجِلَواَلرجل ِبف‬
ِ ِ ‫ا َ ْلمرأَة ِبف‬
َ‫َضال‬
“Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW
melarang seorang wanita mandijanabah dengan air bekas mandi janabah laki-
laki. Danmelarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandijanabah
perempuan. Hendaklah mereka masing-masing menciduk
air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)

24
Berdasarkan dalil diatas Imam Syafi’iair mendefinisikan air musta’mal
adalah airsedikit yang telah digunakan untuk mengangkathadats dalam fardhu
taharah dari hadats. Air itumenjadi musta’mal apabila jumlahnya sedikit
yangdiciduk dengan niat untuk wudhu` atau mandimeski untuk untuk mencuci
tangan yang merupakan
bagian dari sunnah wudhu`.Namun bila niatnya hanya untuk menciduknyayang
tidak berkaitan dengan wudhu`, maka belumlagi dianggap musta’mal. Termasuk
dalam airmusta’mal adalah air mandi baik mandinya orangyang masuk Islam
atau mandinya mayit ataumandinya orang yang sembuh dari gila. Dan air itubaru
dikatakan musta’mal kalau sudah lepas ataumenetes dari tubuh.
Air musta’mal dalam mazhab ini hukumnya tidakbisa digunakan untuk
berwudhu` atau untuk mandiatau untuk mencuci najis. Karena statusnya suci
tapitidak mensucikan.

Air yang tercampur dengan barang suci


Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur barus,
tepung dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air
telah keluar dari karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya
suci namun tidak mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu
suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah
menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang seperti ini
tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau
digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap suci.
Hal yang sama terjadi pada kasus air yang dicampur dengan benda lain,
seperti teh tubruk, kopi, wedhang ronde, santan kelapa, kuah gadogado, kuah
semur dan opor dan seterusnya, meski semua mengandung air dan tercampur
dengan benda suci, namun air itu mengalami perubahan karakter dan kehilangan

25
kemutlakannya. Sehingga air itu meski masih suci tapi tidak sah untuk dijadikan
media bersuci.
Tentang kapur barus, ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk memandikan mayat dengan menggunakannya.
“Dari Ummi Athiyyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah SAW
bersabda,`Mandikanlah dia tiga kali, lima kali atau lebih banyak dari itu dengan
air sidr (bidara) dan jadikanlah yang paling akhir air kapur barus (HR. Bukhari
1258, Muslim 939, Abu Daud 3142, Tirmizy 990, An-Nasai 1880 dan Ibnu
Majah 1458).
Dan mayat itu tidak dimandikan kecuali dengan menggunakan air yang suci
dan mensucikan, sehingga air kapur dan sidr(sabun) itu hukumnya termasuk
yang suci dan mensucikan. Sedangkan tentang air yang tercampur dengan
tepung, ada hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Hani`.
“Dari Ummu Hani’ bahwa Rasulullah SAW mandi bersama Maimunah ra dari
satu wadah yang sama, tempat yangmerupakan sisa dari tepung. (HR. Nasai 240,
Ibnu Khuzaimah240)

d. Air mutanajis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampurdengan barang atau benda
yang najis.Air yang tercampur dengan benda najis itu bisamemiliki dua
kemungkinan hukum, bisa ikutmenjadi najis juga atau bisa juga sebaliknya
yaituikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dariapakah air itu mengalami
perubahan atau tidak, setelah tercampur benda yang najis. Dan perubahanitu
sangat erat kaitannya dengan perbandingan
jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit, seperti air didalam kolam kamar mandi,
secara logika bilakemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akanmengatakan

26
bahwa air itu menjadi mutanajjis atauikut menjadi najis juga. Karena air itu
sudahtercemar dengan perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume
air yang kecil Tapi dalam kasus bangkai anjing itu dibuang kedalam danau yang
luas, tentu tidak semua air di danau itu menjadi berubah najis, apalagi
kalauairnya adalah air di lautan. Di laut sudah tidakterhitung jumlah najis, tetapi
semua najis itudibandingkan dengan jumlah volume air laut, tentubisa diabaikan.
Kecuali air laut yang berada di dekatsumber najis yang mengalami
perubahanakibat tercemar najis, maka hukumnya juga ikutnajis.

Indikator Air Mutanajis


Agar kita bisa menilai apakah air yang kedalamnya kemasukan benda najis
itu ikut berubahmenjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat
indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.
1) Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketikasejumlah air terkena atau
kemasukan barang najis,maka hukum air itu menjadi najis juga.Hal ini
disebutkan oleh Ibnul Munzir dan IbnulMulaqqin.
2) Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidakberubah, maka hukum air itu
suci dan mensucikan.Baik air itu sedikit atau pun banyak.Dalilnya adalah
hadits tentang a`rabi (arabkampung) yang kencing di dalam masjid :
‫سلَّم دعوه‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سج ِد فَقَامإِلَيهالناسلِيقَعوا بِ ِه فَقَا َل النبِي‬
ِ ‫ي فَبالَفي ِ ال َم‬ِِّ ‫قَامأَعراب‬: ‫عنأَب ِيهريرة َ قَا َل‬
‫ولمتبعثوامعسرين‬
ِ ‫ميسرين‬
ِ ‫ فَإِنمابُعِثْت ُم‬, ٍ‫وأ َ ِريقوا علىبو ِل ِه سِجالً مِ ن ماءٍ أَوذَنوبا مِ نماء‬
)‫(رواهالجماعةإالمسلما‬
"Dari Abi Hurairah ra bahwa seorang a`rabi telah masuk masjiddan kencing di
dalamnya. Orang-orang berdiri untukmenindaknya namun Rasulullah SAW
bersbda,`biarkan sajadulu, siramilah di atas tempat kencingnya itu seember

27
air.Sesungguhnya kalian dibangkitkan untuk memudahkan danbukan untuk
menyusahkan. (HR. Bukhari 220, Abu Daud380, Tirmizy 147 An-Nasai 56
Ibnu Majah 529).

Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa seorangbertanya,`Ya


Rasulullah, Apakah kami boleh berwudhu` darisumur Budha`ah? Rasulullah
SAW menjawab,`Air itu suci dantidak dinajiskan oleh sesuatu`. (HR. Abu
Daud 66, At-Tirmizy66, An-Nasai 325, Ahmad 3/31-87, Al-Imam Asy-
Syafi`i35) 18.

Pensucian Air Mutanajis


Air yang sudah terkena pencemaran najis masihbisa disucikan kembali,
asalkan memenuhiketentuan atau kriteria yang telah ditetapkan.Abu Ja'far Al-
Hindawani dan Abu Al-Laitsmengatakan bila air yang mengandung najis
itumendapat suplai air suci dari luar sedangkan airyang mengandung najis tadi
sebagiannya jugakeluar, sehingga terjadi aliran atau siklus, makahukumnya
kembali lagi menjadi suci ketika bekasbekasatau tanda-tanda najis itu sudah
hilang. Padasaat itu air itu sudah dianggap air yang mengalirseperti sungai dan
sejenisnya.Abu Bakar Al-A'masy mengatakan bahwa airyang terkena najis dalam
suatu wadah harusmendapatkan suplai air suci baru, dimana air yangsebelumnya
juga mengalir keluar kira-kira sebanyaktiga kali volume air yang ada
sebelumnya. Dalam halini dianggap air itu sudah dicuci 3 kali.
Di masa sekarang ini, sudah ditemukan teknologiuntuk membersihkan air.
Air yang kita minumsehari-hari dari produksi perusahaan air minum,umumnya
diproduksi dari air yang mengalamiproses sterilisasi, baik lewat penyulingan atau
punlewat perembesan (osmosis).

28
Karena pada hakikatnya hasil akhir daripemurnian air menunjukkan tidak
adanya salah satudari 3 indikator najis, hukumnya kembali kepadahukum asal air,
yaitu suci dan mensucikan.Yang kita jadikan ukuran bukan riwayat air itu,tetapi
keadaan fisiknya. Selama tidak ada najisnya,maka air itu ikut hukum dasarnya,
yaitu suci dantidak najis.

2. Selain Air
Air merupakan media pertama dalam melakukan thaharah, akan tetapi apabila
kita tidak mendapati air atau tercegah untuk menggunakan air untuk berthaharah,
islam memberikan rukhsah untuk melakukan thaharah dengan selain air. Diantara
benda yang dapat digunakan utuk taharah adalah tanah, batu, dan sejenisnya.

a. Tanah
Dibolehkan bertayammum dengan menggunakantanah yang suci dari najis.
Dan semua tanah padadasarnya suci. Tanah itu bukan benda najis dan tidakakan
berubah menjadi najis kecuali nyata-nyataterkena atau tercampur benda
najis.Sebab di dalam Al-Quran disebutkan denganistilah sha`idan thayyiba (
‫ ) صعيداطيبا‬yang artinyadisepakati ulama sebagai apapun yang menjadipermukaan
bumi, baik tanah atau sejenisnya.Para ulama mengatakan bahwa apa pun
yangmenjadi permukaan tanah, baik itu tanah merah,tanah liat, padang pasir,
bebatuan, aspal, semen dansegalanya, termasuk dalam kategori tanah yangsuci.
Yang tidak boleh digunakan adalah tanah yangtidak suci. Misalnya, tanah yang
mengandung najisbekas kubangan dan tempat penampungan kotoranmanusia
atau hewan. (Fiqih Thaharah, Hal 154)

b. Batu dan Sejenisnya

29
Batu atau benda lain selain air seringdisebut dengan istijmar. Ada tiga buah batu
yangberbeda yang digunakan untuk membersihkanbekas-bekas yang menempel
saat buang air.Dasarnya adalah hadits Rasulullah SAW :
“Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Siapa yang beristijmar
(bersuci dengan batu) maka hendaklahberwitir (menggunakan batu sebanyak
bilangan ganjil). Siapayang melaksanakannya maka dia telah berbuat ihsan dan
siapayang tidak melakukannya tidak ada masalah`. (HR. AbuDaud, Ibju Majah,
Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Hibban).

Menurut mazhab Asy-Syafi`iyyah dan Al-Hanabilah mengatakan diwajibkan


untukmenggunakan batu tiga kali dan harus suci dan bersih Bila tiga kali masih
belum bersih, maka harusditeruskan menjadi empat, lima dan
seterusnya.Sedangkan selain batu, yang bisa digunakanadalah semua benda yang
memang memenuhiketentuan dan tidak keluar dari batas yangdisebutkan :
1) Benda itu bisa untuk membersihkan bekas najis.
2) Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan jugatidak licin seperti batu akik,
karena tujuannyaagar bisa menghilangkan najis.
3) Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak
atau permata. Jugatermasuk tidak boleh menggunakan sutera ataubahan
pakaian tertentu, karena tindakan itumerupakan pemborosan.
4) Bendai itu bukan sesuatu yang bisa mengotoriseperti arang, abu, debu atau
pasir.
5) Benda itu tidak melukai manusia sepertipotongan kaca beling, kawat, logam
yang tajam,paku.
6) Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yangpadat bukan benda cair.
Namun ulama Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cairlainnya selain
air seperti air mawar atau cuka.

30
7) Benda itu harus suci, sehingga beristijmardengan menggunakan tahi / kotoran
binatangtidak diperkenankan. Tidak boleh jugamenggunakan tulang,
makanan atau roti, kerenamerupakan penghinaan.Bila mengacu kepada
ketentuan para ulama,maka kertas tissue termasuk yang bisa digunakanuntuk
istijmar.Namun para ulama mengatakan bahwa sebaiknyaselain batu atau
benda yang memenuhi kriteria,gunakan juga air. Agar istinja’ itu menjadi
sempurnadan bersih.

D. Tata Cara Thaharah


Sebelumnya telah kita bahas mengenai berbagai macam hadas, najis dan berbagai
macam air yang dapat digunakan untuk berthaharah. Selanjutnya kita akan membahas
tentang tata cara bersuci dari naji dan hadas, yaitu dengan cara wudhu, mandi besar,
tayamum dan istinja.
1. Wudhu
a. Pengertian
Kata wudhu' ( ‫الوضوء‬
ُ ) dalam bahasa Arab berasaldari kata al-wadha'ah ( ‫ضا َءة‬
َ ‫) ا َلو‬
yang bermakna alhasan( ‫) الحسن‬, yaitu kebaikan. Dan juga sekaligus
bermakna an-andzafah ( ‫) النظافة‬, yaitu kebersihan.Sementara menurut istilah fiqih,
para ulamamazhab mendefinisikan wudhu menjadi beberapa pengertian, antara lain :
(Fiqih Thaharah, Hal 116)

Al-Hanafiyah mendefiniskan pengertian wudhu sebagai


‫ الغسلوالمسحعلىأعضاءمخصوصة‬: ‫الوضوء‬
Wudhu adalah : membasuh dan menyapu dengan air pada anggota badan tertentu.

Al-Malikiyah mendefinisikannya sebagai :


‫ علىوجهمخصوص‬-‫وهيأعضءأربعة‬- ‫ طهارةمائيةتتعلقبأعضاءمخصوصة‬: ‫الوضوء‬

31
Wudhu' adalah thaharah dengan menggunakan air yang mencakup anggota badan
tertentu, yaituempat anggota badan, dengan tata cara tertentu.

Asy-Syafi'iyah mendefiniskannya sebagai :


‫ استعمااللماءفيأعضاءمخصوصةمفتتحابالنية‬: ‫الوضوء‬
Wudhu' adalah penggunaan air pada anggota badan tertentu dimulai dengan niat.

Hanabilah mendefinisaknnya sebagai :


‫ استعمالماءطهورفيأعضاءأربعة (وهيالوجهواليدانوالرأسوالرجالن) علىصفة‬: ‫الوضوء‬
‫مخصوصةفيالشرعبأنيأتيامرتبةمعباقيالفروض‬
Wudhu' adalah : penggunaan air yang suci pada keempat anggota tubuh yaitu wajah,
kedua tangan,kepala dan kedua kaki, dengan tata cara tertentuseusai dengan syariah,
yang dilakukan secaraberurutan dengan sisa furudh.

Sedangkan kata wadhuu' ( ‫الوضوء‬


َ ) bermakna air yang digunakan untuk
berwudhu'.Wudhu' adalah sebuah ibadah ritual untukmensucikan diri dari hadats
kecil denganmenggunakan media air. Yaitu dengan caramembasuh atau mengusap
beberapa bagian anggotatubuh menggunakan air sambil berniat di dalam hatidan
dilakukan sebagai sebuah ritual khas atauperibadatan. Bukan sekedar bertujuan untuk
membersihkansecara fisik atas kotoran, melainkan sebuah polaibadah yang telah
ditetapkan tata aturannya lewatwahyu dari langit dari Allah SWT.

b. Hukum Wudhu
Hukum wudhu` bisa wajib dan bisa sunnah, tergantung konteks untuk apa kita
berwudhu`.
1) Fardhu / Wajib(Fiqih Thaharah, Hal 119)

32
Hukum wudhu` menjadi fardhu atau wajib manakala seseorang akan melakukan
hal-hal berikutini :
a) Melakukan Shalat
Untuk melakukan shalat diwajibkan berwudhu', baik untuk shalat wajib
maupun shalat sunnah.Termasuk juga di dalamnya sujud tilawah. Dalilnya
adalah ayat Al-Quran Al-Karim berikut ini :
ْ َ‫س ُحوا ِب ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْمإِل‬
...‫ىال َك ْع َبي ِْن‬ ْ َ‫واو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِد َي ُك ْمإِل‬
َ ‫ىال َم َرا ِفق َِوا ْم‬ َّ ‫َياأ َ ُّي َهاالَّذِينَآ َمنُوا ِإذَاقُ ْمت ُ ْمإِلَىال‬
ُ ُ‫صال ِةفَا ْغ ِسل‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendakmengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmusampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan kakimu sampaidengan kedua mata kaki... (QS. Al-Maidah :
6)
b) Menyentuh Mushaf
Jumhur ulama umumnya menyatakan bahwa diharamkan menyentuh
mushaf Al-Quran bilaseseorang dalam keadaan hadats kecil, atau dalamkata
lain bila tidak punya wudhu'. Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah
mengatakanbahwa haram bagi orang yang dalam keadaanhadats kecil untuk
menyentuh mushaf meski pun dengan alas atau batang lidi.
َ‫ط َّه ُرون‬ ْ ِ ‫س ُهإ‬
َ ‫الال ُم‬ ُّ ‫اليَ َم‬
Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.(QS. Al-
Waqi`ah : 79)
c) Tawaf di Seputar Ka`bah
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukumberwudhu` untuk tawaf di
ka`bah adalah fardhu.
2) Sunnah (Fiqih Thaharah, Hal 122)
Sedangkan yang bersifat sunnah adalah bila akanmengerjakan hal-hal berikut
ini :
a) Mengulangi wudhu` untuk tiap shalat

33
Hal itu didasarkan atas hadits Rasulullah SAWyang menyunnahkan
setiap akan shalat untukmemperbaharui wudhu` meskipun belum
batalwudhu`nya.
“Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAWbersabda,`Seandainya tidak
memberatkan ummatku, pastilahaku akan perintahkan untuk berwudhu pada
tiap mau shalat.Dan wudhu itu dengan bersiwak. (HR. Ahmad dengan
isnadyang shahih)
Selain itu disunnah bagi tiap muslim untuk selalutampil dalam keadaan
berwudhu` pada setiapkondisinya, bila memungkinkan. Ini bukankeharusan
melainkah sunnah yang baik untukdiamalkan.
‫ولَنيحافِظعلَىالوضوءِ ِإالَّاُلمؤمِ ن‬
“Dari Tsauban bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Tidaklah menjaga wudhu`
kecuali orang yang beriman`. (HR. IbnuMajah, Al-Hakim, Ahmad dan Al-
Baihaqi)
b) Menyentuh Kitab-kitab Syar`iyah
Seperti kitab tafsir, hadits, aqidah, fiqih dan lainnya. Namun bila di
dalamnya lebih dominanayat Al-Quran Al-Kariem, maka hukumnya menjadi
c) Ketika Akan Tidur
Al-Hanafiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilahmenyatakan bahwa
berwuhu ketika akan tiduradalah sunnah, sehingga seorang muslim
tidurdalam keadaan suci. Dalilnya adalah sabdaRasulullah SAW :
“Dari Al-Barra` bin Azib bahwa Rasulullah SAWbersabda,`Bila kamu
naik ranjang untuk tidur, makaberwudhu`lah sebagaimana kamu berwudhu`
untuk shalat. Dantidurlah dengan posisi di atas sisi kananmu . (HR. Bukhari
danMuslim).
d) Sebelum Mandi Janabah

34
Sebelum mandi janabat disunnahkan untukberwudhu` terlebih dahulu.
Demikian jugadisunnahkan berwudhu` bila seorang yang dalamkeaaan junub
mau makan, minum, tidur ataumengulangi berjimak lagi. Dasarnya adalah
sabdaRasulullah SAW :
“Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila dalamkeadaan junub
dan ingin makan atau tidur, beliau berwudhu`terlebih dahulu. (HR. Ahmad
dan Muslim)
e) Ketika Marah
Untuk meredakan marah, ada dalil perintah dariRasulullah SAW untuk
meredakannya denganmembasuh muka dan berwudhu`.Bila kamu marah,
hendaklah kamu berwudhu`. (HR. Ahmaddalam musnadnya)
f) Ketika Membaca Al-Quran
Hukum berwudhu ketika membaca Al-Quran Al-Karim adalah sunnah,
bukan wajib. Berbedadengan menyentuh mushaf menurut jumhur.Demikian
juga hukumnya sunnah bila akanmembaca hadits Rasulullah SAW serta
membacakitab-kitab syariah
Dan masih banyak lagi disunatkan wuhdu sebelum melakukan beberapa
pkerjaan kita.

c. Rukun Wudhu`
Menurut As-Syafi`iyah rukun wudhu itu ada 6perkara. Mazhab ini menambahi
keempat hal dalamayat Al-Quran dengan niat dan tertib yaitu
kewajiban untuk melakukannya pembasuhan dan usapan dengan urut, tidak boleh
terbolak balik.Istilah yang beliau gunakan adalah harus tertib
1) Niat Dalam Hati
Niat wudhu' adalah ketetapan di dalam hatiseseorang untuk melakukan
serangkaian ritual yangbernama wudhu' sesuai dengan apa yang ajarkanoleh

35
Rasulullah SAW dengan maksud ibadah.Sehingga niat ini membedakan antara
seorang yangsedang memperagakan wudhu' dengan orang yangsedang
melakukan wudhu'.Kalau sekedar memperagakan, tidak ada niat untuk
melakukannya sebagai ritual ibadah.Sebaliknya, ketika seorang berwudhu', dia
harus memastikan di dalam hatinya bahwa yang sedang dilakukannya ini adalah
ritual ibadah berdasar petunjuk nabi SAW untuk tujuan tertentu.
2) Membasuh Wajah
Para ulama menetapkan bahwa batasan wajahseseorang itu adalah tempat
tumbuhnya rambut(manabit asy-sya'ri) hingga ke dagu dan dari batastelinga
kanan hingga batas telinga kiri.
3) Membasuh kedua tangan hingga siku
Secara jelas disebutkan tentang keharusanmembasuh tangan hingga ke siku.
Dan para ulamamengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwasiku harus ikut
dibasahi. Sebab kata ( ‫ ) إلى‬dalam ayatitu adalah lintihail ghayah. Selain itu
karena yangdisebut dengan tangan adalah termasuk jugasikunya.
Selain itu juga diwajibkan untuk membahasi selaselajari dan juga apa yang
ada di balik kuku jari.Para ulama juga mengharuskan untuk menghapuskotoran
yang ada di kuku bila dikhawatirkan akanmenghalangi sampainya air.Jumhur
ulama juga mewajibkan untukmenggerak-gerakkan cincin bila seorang
memakaicincin ketika berwudhu, agar air bisa sampai ke selaselacincin dan jari.
4) Mengusap Kepala
Yang dimaksud dengan mengusap adalah merabaatau menjalankan tangan ke
bagian yang diusapdengan membasahi tangan sebelumnya dengan
air.Sedangkan yang disebut kepala adalah mulai daribatas tumbuhnya rambut di
bagian depan (dahi) kearah belakang hingga ke bagian belakang kepala.Adapun
Asy-Syafi`iyyah mengatakan bahwayang wajib diusap dengan air hanyalah

36
sebagiandari kepala, meskipun hanya satu rambut saja. Dalilyang digunakan
beliau adalah hadits Al-Mughirah :131
Bahwa Rasulullah SAW ketika berwudhu` mengusap ubunubunnyadan
imamahnya (sorban yang melingkari kepala).
5) Mencuci Kaki Hingga Mata Kaki
Menurut jumhur ulama, yang dimaksud denganhingga mata kaki adalah
membasahi mata kakinyaitu juga. Sebagaimana dalam masalah membahasisiku
tangan.Secara khusus Rasulullah SAW mengatakantentang orang yang tidak
membasahi kedua matakakinya dengan sebutan celaka. Celakalah keduamata
kaki dari neraka.
6) Tartib
Yang dimaksud dengan tartib adalah mensucikananggota wudhu secara
berurutan mulai dari yangawal hingga yang akhir. Maka membasahi
anggotawudhu secara acak akan menyalawi aturan wudhu. Urutannya
sebagaimana yang disebutan dalam nash Quran, yaitu wajah, tangan, kepala dan
kaki.Namun As-Syafi`i dan Al-Hanabilah bersikerasmengatakan bahwa tertib
urutan anggota yang dibasuh merupakan bagian dari fardhu dalam wudhu`.
Sebab demikianlah selalu datangnyaperintah dan contoh praktek wudhu`nya
RasulullahSAW. Tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau berwudhu` dengan
terbalik-balik urutannya. Dan membasuh anggota dengan cara sekaligus semua
dibasahi tidak dianggap syah.

2. Mandi Besar
a. Pengertian
Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilahal-ghusl ( ‫) الغسل‬. Kata ini
memiliki makna yaitumenuangkan air ke seluruh tubuh.Sedangkan secara istilah,
para ulamamenyebutkan definisinya yaitu :

37
‫استعمالماءطهورفيجميعالبدنعلىوجهمخصوصبشروطوأركان‬
“Memakai air yang suci pada seluruh badan dengan tata cara
tertentu dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Adapun kata Janabah dalam
bahasa Arabbermakna jauh ( ُ‫ ) البُ ْعد‬dan lawan dari dekat ( ُّ‫ضد‬
ِ
.(‫القرابَة‬
َ
Sedangkan secara istilah fiqih, kata janabah inimenurut Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah berarti :
‫تطلقالجنابةفيالشرععلىمنأنزاللمنيوعلىمنجامعوسميجنباألنهيجتنبالصالة‬
‫والمسجدوالقراءةويتباعدعنها‬
“Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang yang keluar mani atau melakukan
hubungan suami istri, disebut bahwaseseorang itu junub karena dia menjauhi shalat,
masjid danmembaca Al-Quran serta dijauhkan atas hal-hal tersebut. Mandi Janabah
sering juga disebut dengan istilah'mandi wajib'. Mandi ini merupakan tatacara
ritualyang bersifat ta`abbudi dan bertujuan menghilangkanhadats besar.

b. Fardhu Mandi Janabah


Untuk melakukan mandi janabah, maka ada duahal yang harus dikerjakan karena
merupakanrukun/pokok:
1) Niat
‫ِإنمااألَعمال ِبالنيات‬
“Semua perbuatan itu tergantung dari niatnya. (HR Bukhari dan Muslim)
2) Meratakan Air
Seluruh badan harus rata mendapatkan air, baikkulit maupun rambut dan
bulu. Baik akarnya ataupun yang terjuntai. Semua penghalang wajib dilepasdan
dihapus, seperti cat, lem, pewarna kuku ataupewarna rambut bila bersifat
menghalangimasuknya air.Rambut yang dicat dengan menggunakan
bahankimiawi yang sifatnya menutup atau melapisirambut, dianggap belum

38
memenuhi syarat. Sehinggacat itu harus dihilangkan terlebih dahulu.Demikian
juga bila di kulit masih tersisa lem yangbersifat melapisi kulit, harus dilepas
sebelum mandiagar kulit tidak terhalang dari terkena air.Sedangkan pacar kuku
(hinna') dan tato, tidakbersifat menghalangi sampainya air ke kulit,sehingga
tetap sah mandinya, lepas dari masalahharamnya membuat tato.Termasuk yang
dianggap tidak menghalangi airterkena kulit adalah tinta pemilu, dengan syarat
tintaitu tidak menutup atau melapisi kulit, tinta itu hanyasekedar mewarnai saja.
3. Tayamum
Salah satu kekhususan umat Nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan umat
lainnya adalah disyariatkannya tayammum sebagai pengganti wudhu dalam kondisi
tidak ada air atau tidak mungkin bersentuhan dengan air. Di dalam agama samawi
lainnya, tidak pernah Allah SWT mensyariatkan tayammum. Jadi tayammum adalah
salah satu ciri agama Islam yang unik dan tidak ditemukan bandingannya di dalam
Nasrani atau Yahudi.
َ ‫قَ َاألعطِ يتخمسالَمىيع‬: ‫رضياَللَّهعنهماأَنَّاَلن ِبي‬
‫طهن‬ ِ ‫سلَّمعنجا ِب ِربنِعب ِداَللَّ ِه‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬
َ
‫يمارجِلَدر َكته‬
ٍ َ ‫ فَأ‬,‫طهورا‬
َ ‫رضمسجداو‬
ِ َ ‫ِيرةشهروج ِعلَتلِياَأل‬
ٍ ِ ‫أَحدقَبلِي‬
‫نصرت ِبالرع ِبمس‬:
)‫اَلصالُةفَ ْليص ِِّل (رواهالبخاريومسلم‬
“Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda,”Aku
diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi sebelumku : Aku
ditolong dengan dimasukkan rasa takut sebulan sebelumnya, dijadikan tanah sebagai
masjid dan media bersuci, sehingga dimanapun waktu shalat menemukan seseorang,
dia bisa melakukannya. “(HR.Bukhari dan Muslim)

a. Pengertian Tayamum
Secara bahasa, tayammum itu maknanya adalah )‫ )القصد‬al-qashdu, yaitu
bermaksud. Sedangkan secara istilah syar`i tayamum adalah :
‫ايصال تراب طهور للوجه واليدين بدال عن وضوء أوغسل أو غسل عضو بشرائط مخصوصة‬

39
Maksudnya ialah menyampaikan tanah yang suci dan mensucikan
dengan cara diusapkan ke wajah dan kedua tangan, sebagai pengganti dari
wudhu atau mandi besar atau membasuh anggota badan dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan. (Bajuri, Hal 88; Syarah Fathul Qaribul Mujib, Hal 8)
‫مسحالوجهواليدين بتراب طهور بنية‬
“Mengusap wajah dan kedua tangan dengan tanah yang suci dan mensucikan
dengan niat”. (Tuhfatut Tulab, Hal 11)
Caranya dengan menepuk-nepuk kedua tapaktangan ke atas tanah lalu
diusapkan ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk bersuci dari hadats.
Tayammum berfungsi sebagai pengganti wudhu` dan mandi janabah
sekaligus. Dan itu terjadi pada saat air tidak ditemukan atau pada kondisi-
kondisi lainnya yang akan kami sebutkan. Maka bila ada seseorang yang
terkena janabah, tidak perlu bergulingan di atas tanah, melainkan cukup
baginya untuk bertayammum saja. Karena tayammum bisa menggantikan dua
hal sekaligus, yaitu hadats kecil dan hadats besar.

b. Dalil Tayamum
Syariat Tayammum dilandasi oleh dalil-dalil syar`i baik dari Al-Quran,
Sunnah dan Ijma`.
1) Dalil Al-Quran
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang kebolehan
bertayammum padakondisi tertentu bagi umat Islam.
‫ضىأ َ ْو‬ َ ُ‫س ِبي ٍل َحتَّىتَ ْغت َ ِسل‬
َ ‫واو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬ َ ‫َارى َحتَّىت َ ْعلَ ُموا َماتَقُولُون ََوال ُجنُبًا ِإال‬
َ ‫عا ِب ِري‬ َ ‫سك‬ ُ ‫صالة ََوأ َ ْنت ُ ْم‬
َّ ‫َياأَيُّ َهاالَّذِينَآ َمنُواالت َ ْق َربُواال‬
‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْمإِنَّاللَّ َه‬ َ ‫صعِيدًا‬
َ ‫ط ِِّيبًافَا ْم‬ َ ‫سا َءفَلَ ْمت َِجدُوا َما ًءفَتَيَ َّم ُموا‬ َ ِِّ‫سف ٍَرأ َ ْو َجا َءأ َ َحدٌمِ ْن ُكمْمِ ن َْالغَائِطِ أ َ ْوال َم ْست ُ ُمالن‬
َ ‫علَى‬
َ
ً ُ‫غف‬
‫ورا‬ َ ‫كَانَعَفُ ًّوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula

40
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.“(QS.An-Nisa: 43)
2) Dalil Sunnah
Selain dari Al-Quran Al-Kariem, ada juga landasan syariah berdasarkan
sunnah Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang pensyariatan tayammum
ini.
‫قَا َل‬: ‫سلَّم‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫رسواللله‬ َّ‫عنأَب ِيأمامةَأَن‬
‫طهوره‬ ِ ‫َفَأَينماأَدركَترجالًمِ ْنأمتِيالصالَةفَع‬،‫ِيمسجداوطهورا‬
َ ‫ِندهمسجدهوعِنده‬ ِ ‫ج ِعلَتاألَرضك ُّلهال ِيوألُمت‬
)‫(رواهماأحمد‬
“Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Telahdijadikan
tanah seluruhnya untukku dan ummatku sebagaimasjid dan pensuci.
Dimanapun shalat menemukan seseorang dariumatku, maka dia punya
masjid dan media untuk bersci. (HR.Ahmad 5 : 248)
3) Dalil Ijma`
Selain Al-Quran dan Sunnah, tayammum juga dikuatkan dengan
landasan ijma` para ulamamuslimin yang seluruhnya bersepakat atas
adanyamasyru`iyah tayammum sebagai pengganti wudhu`.

c. Syarat Syah Tayamum


1) Tidak Adanya Air
Dalam kondisi tidak ada air untuk berwudhu`atau mandi, seseorang bisa
melakukan tayammumdengan tanah. Namun ketiadaan air itu

41
harusdipastikan terlebih dahulu dengan cara mengusahakannya. Baik dengan
cara mencarinyaatau membelinya.
Dan sebagaimana yang telah dibahas pada bab air, ada banyak jenis air
yang bisa digunakan untuk bersuci termasuk air hujan, embun, es, mata air,
air laut, air sungai dan lain-lainnya. Dan di zaman sekarang ini, ada banyak
air kemasan dalam botol yang dijual di pinggir jalan, semua itu membuat
ketiadaan air menjadi gugur.
Bila sudah diusahakan dengan berbagai cara untuk mendapatkan semua
jenis air itu namun tetap tidak berhasil, barulah tayammum dengan tanah
dibolehkan. Dalil yang menyebutkan bahwa ketiadaan air itu membolehkan
tayammum adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini :
ِ ‫سلَّمف ِيسف ٍَرفَصلَّى ِبالنا ِسفَإِذَاهو ِبرجل‬
: ‫ٍمعتز ٍلفَقَا َل‬ َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫امعرسواللله‬
ِ َّ‫ ُكن‬: ‫عنعمرانَبنِحصينٍقَا َل‬
)‫ عليكباِلصعِي ِدفَإِنهي ْكفِيك(متفقعليه‬: ‫قَا َل‬،‫أَصابتنِيجناَبُةوالَماء‬: ‫مامنعكأ َ ْنتصلي؟قَا َل‬
“Dari Imran bin Hushain ra berkata bahwa kami pernah bersamaRasulullah
SAW dalam sebuah perjalanan. Belaiu lalu shalat bersama orang-orang.
Tiba-tiba ada seorang yang memencilkan diri (tidak ikut shalat). Beliau
bertanya,"Apa yang menghalangimu shalat ?". Orang itu menjawab,"Aku
terkena janabah". Beliau menjawab,"Gunakanlah tanah untuk tayammum
dan itu sudah cukup". (HR. Bukhari 344 Muslim 682)
Bahkan ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa selama seseorang
tidak mendapatkan air, maka selama itu pula dia boleh tetap bertayammum,
meskipun dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus.
2) Sakit
Kondisi yang lainnya yang membolehkan seseorang bertayammum
sebagai penggati wudhu` adalah bila seseorang terkena penyakit yang
membuatnya tidak boleh terkena air. Baik sakit dalam bentuk luka atau pun
jenis penyakit lainnya. Tidak boleh terkena air itu karena ditakutnya akan

42
semakin parah sakitnya atau terlambat kesembuhannya oleh sebab air itu.
Baik atas dasar pengalaman pribadi maupun atas advis dari dokter atau ahli
dalam masalah penyakit itu. Maka pada saat itu boleh baginya untuk
bertayammum. Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini :
: ‫عنجابِ ٍرقَا َل‬
: ‫تجدونَليِرخصةًفيِالتيمم؟فَقَاُلوا‬ ْ ‫فَسأ َ َألَصحا‬،‫خرجنافيِسف ٍَرفَأَصابرجالًمِ ناحجرفَشجهفيِرأْ ِس ِهثماحتلَم‬
ِ ‫بههل‬
: ‫فَقَا َل‬،‫سلَّمأَخبر ِبذَلِك‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ‫فَلَماقَد‬،‫فَا ْغتسلَفَمات‬،‫مانجدلَكرخصةًوأَنتت ْقدرعلىال َماء‬
َ ‫ِمناعلىرسواللل ِه‬
ِ ِ
‫قَتلوه‬
,‫إِنماكَانَي ْكفِي ِهأ َ ْنيتيمم‬،‫أَالَسأَلواإِذَالَميعلَموا؟فَإِنما ِشفَا ُءالعيِِّالسؤال‬،‫قَتلَهماهلل‬
)‫ويعصبعلَىجرحِ ِهخِ رقَةًثميمسحعلَيهاويغ ِسلَسائِرجس ِد ِه (رواهأبوداودوالدارقطني‬
ِ
"Dari Jabir ra berkata,"Kami dalam perjalanan, tiba-tiba salah seorang dari
kami tertimpa batu dan pecah kepalanya. Namun (ketika tidur) dia mimpi
basah. Lalu dia bertanya kepada temannya,"Apakah kalian membolehkan
aku bertayammum ?". Teman-temannya menjawab,"Kami tidak menemukan
keringanan bagimu untuk bertayammum. Sebab kamu bisa mendapatkan
air". Lalu mandilah orang itu dan kemudian mati (akibat mandi). Ketika
kami sampai kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu, bersabdalah
beliau,"Mereka telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka.
Mengapa tidak bertanya bila tidak tahu ? Sesungguhnya obat kebodohan itu
adalah bertanya. Cukuplah baginya untuk tayammum ...(HR.Abu Daud 336,
Ad-Daruquthuny 719).
3) Suhu Sangat Dingin
Dalam kondisi yang teramat dingin dan menusuk tulang, maka
menyentuh air untuk berwudhu adalah sebuah siksaan tersendiri. Bahkan
bisa menimbulkan madharat yang tidak kecil. Maka bila seseorang tidak
mampu untuk memanaskan air menjadi hangat walaupun dengan
mengeluarkan uang, dia dibolehkan untuk bertayammum.

43
Di beberapa tempat di muka bumi, terkadang musim dingin bisa menjadi
masalah tersendiri untuk berwudhu`, jangankan menyentuh air, sekedar
tersentuh benda-benda di sekeliling pun rasanya amat dingin. Dan kondisi
ini bisa berlangsung beberapa bulan selama musim dingin. Tentu saja tidak
semua orang bisa memiliki alat pemasan air di rumahnya. Hanya kalangan
tertentu yang mampu memilikinya. Selebihnya mereka yang kekurangan dan
tinggal di desa atau di wilayah yang kekurangan, akan mendapatkan masalah
besar dalam berwudhu` di musim dingin. Maka pada saat itu bertayammum
menjadi boleh baginya. Dalilnya adalah taqrir Rasulullah SAW saat
peristiwa beliau melihat suatu hal dan mendiamkan, tidak menyalahkannya.
‫فَأَشفَ ْقتإِنِا ْغتسلتأ َ ْنأَهلَكفَتيممتُثمصلَّيت‬،‫ٍباردةٍشدِيد ِةالبرد‬
ِ ‫اِحتلَمتف ِيلَيلَة‬
،‫سلَّمذَ َكرواذَلِكلَه‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫فَلَماقَدِمناعلىرسواللل ِه‬،‫َالصبح‬
ِ ‫ِبأَصحاب ِيصالَة‬
‫تعالى (والَت ْقتُلوا‬
َ َ َ‫ ذَكَرتق‬: ‫عمرو صلَّيتبِأَصحابِكوأَنتجنب؟فَ ْقلت‬
‫واللل ُه‬ ُ ‫ يا‬: ‫فَقَا َل‬
‫فَضحِ كرسواللل ِهصلِّىاللهعليهوسلم‬،‫سكمإِنَّالل ُهكَا َنبِكمرحِ يما) فَتيممتثمصلَّيت‬
ُ ‫أَنُف‬
ْ ُ‫ولَمي‬
‫قل شيئًا‬
"Dari Amru bin Al-`Ash ra bahwa ketika beliau diutus pada perang Dzatus
Salasil berakta,"Aku mimpi basah pada malam yang sangat dingin. Aku
yakin sekali bila mandi pastilah celaka. Maka aku bertayammum dan shalat
shubuh mengimami teman-temanku. Ketika kami tiba kepada Rasulullah
SAW, mereka menanyakan hal itu kepada beliau. Lalu beliau
bertanya,"Wahai Amr, Apakah kamu mengimami shalat dalam keadaan
junub?". Aku menjawab,"Aku ingat firman Allah [Janganlah kamu
membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih kepadamu],
maka aku tayammum dan shalat". (Mendengar itu) Rasulullah SAW tertawa
dan tidak berkata apa-apa. (HR.Ahmad, Al-hakim, Ibnu Hibban dan Ad-
Daruquthuny).
4) Air Tidak Terjangkau

44
Kondisi ini sebenarnya bukan tidak ada air. Air ada tapi tidak bisa
dijangkau. Meskipun ada air, namun bila untuk mendapatkannya ada resiko
lain yang menghalangi, maka itupun termasuk yang membolehkan
tayammum. Misalnya takut bila dia pergi mendapatkan air, takut barang-
barangnya hilang, atau beresiko nyawa bila mendapatkannya. Seperti air di
dalam jurang yang dalam yang untuk mendapatkannya harus turun tebing
yang terjal dan beresiko pada nyawanya. Atau juga bila ada musuh yang
menghalangi antara dirinya dengan air, baik musuh itu dalam bentuk
manusia atau pun hewan buas. Atau bila air ada di dalam sumur namun dia
tidak punya alat untuk menaikkan air. Atau bila seseorang menjadi tawanan
yang tidak diberi air kecuali hanya untuk minum.
5) Air Tidak Cukup
Kondisi ini juga tidak mutlak ketiadaan air. Air sebenarnya ada namun
jumlahnya tidak mencukupi. Sebab ada kepentingan lain yang jauh lebih
harus didahulukan ketimbang untuk wudhu`. Misalnya untuk menyambung
hidup dari kehausan yang sangat. Bahkan para ulama mengatakan meski
untuk memberi minum seekor anjing yang kehausan, maka harus
didahulukan memberi minum anjing dan tidak perlu berwudhu` dengan air.
Sebagai gantinya, bisa melakukan tayammum dengan tanah.
6) Habisnya Waktu
Dalam kondisi ini, air ada dalam jumlah yang cukup dan bisa terjangkau.
Namun masalahnyaadalah waktu shalat sudah hampir habis. Biladiusahakan
untuk mendaptkan air, diperkirakan akan kehilangan waktu shalat. Maka
saat itu demi mengejar waktu shalat, bolehlah bertayammum dengan tanah.

d. Tata Cara Tayammum

45
Ada dua versi tata cara tayammum yang berbeda di tengah para ulama.
Perbedaan itu terkait dengan jumlah tepukan, apakah sekali tepukan atau dua
kali. Dan juga perbedaan dalam menetapkan batasan tangan yang harus diusap.
Perbedaan ini didasarkan pada ta'arudh al-atsar (perbedaan nash) dan juga
perbedaan dalam menggunakan qiyas.
1) Cara Pertama
Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyah dalam qauljadidnya mengatakan bahwa
tayammum itu terdiri dari dua tepukan. Tepukan pertama untuk wajah dan
tepukan kedua untuk kedua tangan hingga siku.
ِ ‫ضربٌةل ِْلوج ِهوضربُةلِليدينِإِلىَالمِ رفَ َق‬:‫التيممضربتان‬
‫ين‬ ِ :‫سلَّمقَا َل‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَ َل ْي ِه َو‬
َ ‫عنأَبيِأمامةَوابنِعمرأَنَّالنبِي‬
"Dari Abi Umamah dan Ibni Umar radhiyallahuanhuma bahwa Nabi SAW
bersabda,"Tayammum itu terdiri dari dua tepukan. Tepukan pada wajah dan
tepukan pada kedua tangan hingga siku. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Meski ada yang mengatakan hadits ini dhaif, namun bahwa siku itu juga
harus terkena tayammum, tidak semata-mata didasarkan pada hadits ini saja.
Dalil lainnya adalah karena tayammum itu pengganti wudhu. Ketika
membasuh tangan dalam wudhu diharuskan sampai ke siku, maka
ketikamenepuk tangan di saat tayammum, siku pun harus ikut juga.
2) Cara Kedua
Menurut Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah, termasuk juga penapat Asy-
syafi'iyah dalam qaul qadimnya, tayammum itu hanya terdiri dari satu
tepukan saja, yang dengan satu tepukan itu diusapkan ke wajah langsung ke
tangan hingga kedua pergelangan, tidak sampai ke siku. Dalilnya adalah
sabda Rasulullah SAW :
‫ ضربٌة واحِ دة ل ِْلوج ِهواليدينِأ َ َّن النبِيعنعمار‬:‫التيمم‬
ِ ِ ‫قَا َل في‬
“Dari Ammar ra bahwa Nabi SAW berkata tentang tayammum,"Satu kali
tepukan di wajah dan kedua tangan. (HR. Ahmad dan Ashabus-sittah)

46
Di dalam hadits ini memang tidak secara tegas disebutkan batas tangan
yang harus diusap.Ketegasan batasan itu justru terdapat di dalamhadits lain
yang sudah disinggung sebelumnya.
‫ أَجنبتفَلَمأصبال َماءفَتمع ْكتف ِيالصعِيدوصليتفَذَكَرتذَلِك ِللَّنِبي‬: ‫عنعمارقَا َل‬
‫سلَّم‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّمبِ َكفَّي ِهاأل َرض‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ إِنما ي ْكفِيكه َكذَاوضربالن ِبي‬: ‫فَقَا َل‬
: ‫ وفيلفظ‬.)‫ونفَخفِي ِهماثممسحبِ ِهماوجههو َكفَّي ِه (متفقعليه‬
)‫صغين (رواهالدارقطني‬
ِ ‫الر‬ ِ ‫ِإنماكَانَي ْكفِيكأ َ ْن‬
ِ ‫تضرب ِب َك َّفيكف ِيالترا ِبثمتنفخفِي ِهماثمتمسح ِب ِهماوجهكو َكفَّيكإِل َى‬
“Dari Ammar ra berkata,"Aku mendapat janabah dan tidak menemukan air.
Maka aku bergulingan di tanah dan shalat. Aku ceritakan hal itu kepada
Nabi SAW dan beliau bersabda,"Cukup bagimu seperti ini : lalu beliau
menepuk tanah dengan kedua telapak tangannya lalu meniupnya lalu
diusapkan ke wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari dan
Muslim) Dalam lafadz lainnya disebutkan : Cukup bagimu untuk menepuk
tanah lalu kamu tiup dan usapkan keduanya ke wajah dan kedua telapak
tanganmu hingga pergelangan. (HR. Ad-Daruquthuny)

e. Batalnya Tayammum
1) Segala Yang Membatalkan Wudhu`
Segala yang membatalkan wudhu` sudah tentu membatalkan tayammum.
Sebab tayammum adalah pengganti dari wudhu`. Maka segala yang
membatalkan wudhu, secara otomatis menjadi hal yang juga membatalkan
tayammum. Di antaranya terkena najis, keluarnya sesuatu lewat kemaluan,
tidur, hilang akal, menyentuh kemaluan dan sentukan kulit lain jenis yang
bukan mahram dalam pendapat Asy-Syafi'iyah.
2) Ditemukannya Air
Bila ditemukan air, maka tayammum secara otomatis menjadi gugur.
Yang harus dilakukan adalah berwudhu dengan air yang baru saja

47
ditemukan. Yang jadi masalah bila seseorang bertayammum lalu shalat dan
telah selesai dari shalatnya, tiba-tiba dia mendapatkan air dan waktu shalat
masih ada. Apa yang harus dilakukannya ? Para ulama mengatakan bahwa
tayammum dan shalatnya itu sudah syah dan tidak perlu untuk mengulangi
shalat yang telah dilaksanakan. Sebab tayammumnya pada saat itu memang
benar, lantaran memang saat itu dia tidak menemukan air. Sehingga
bertayammumnya sah. Dan shalatnya pun sah karena dengan bersuci
tayammum. Adapun bahwa setelah itu dia menemukan air, kewajibannya
untuk shalat sudah gugur. Namun bila dia tetap ingin mengulangi shalatnya,
dibenarkan juga. Sebab tidak ada larangan untuk melakukannya. Dan kedua
kasus itu pernah terjadi bersamaan pada masa Rasulullah SAW.
‫عنأَب ِيسعِيد‬
‫ٍالخدريقَالَخرجرجالَنِف ِيسف ٍَرفَحضرتِالصالَةولَيسمعهماما ُءفَتيمما‬
ِ
‫طيبا فَصلَّياثموجداال َما َءفيِالو ْقتِفَأَعادأَحدهماالو ضو َءوالصالَة َولَميعِداآلخر‬ َ ‫صعِيدا‬
‫ أَصبتالسنةوأَجزأْتك‬: ‫سلَّمفَذَكَراذَلِكلَهفَقَالَ ِللَّذِيلَميعِد‬
َ ‫صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫تيارسواللل ِه‬ َ ‫ثمأ‬
‫جرمرتين‬
ِ َ ‫ األ‬: ‫صالَتكوقَالَ ِللَّ ِذيتوضأَوأَعادلَك‬
"Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa ada dua orang bepergian dan
mendapatkan waktu shalat tapi tidak mendapatkan air. Maka keduanya
bertayammum dengan tanah yang suci dan shalat. Selesai shalat keduanya
menemukan air. Maka seorang diantaranya berwudhu dan mengulangi
shalat, sedangkan yang satunya tidak. Kemudian keduanya datang kepada
Rasulullah SAW dan menceritakan masalah mereka.Maka Rasulullah SAW
berkata kepada yang tidak mengulangi shalat,"Kamu sudah sesuai dengan
sunnah dan shalatmu telah memberimu pahala". Dan kepada yang
mengulangi shalat,"Untukmu dua pahala". (HR. Abu Daud 338 dan An-
Nasa`i431)
3) Hilangnya Penghalang

48
Bila halangan untuk mendapatkan air sudah tidak ada, maka batallah
tayammum.
4. Istinja
a. Pengertian
Secara bahasa kata istinja’ ( ‫ ) اسنتجاء‬yang berasal dari bahasa Arab ini bermakna :
menghilangkankotoran.Sedangkan secara istilah ilmu fiqih, kata istinja'ini punya
beberapa makna, antara lain :
menghilangkan najis dengan air.
menguranginya dengan semacam batu.
penggunaan air atau batu.
menghilangkan najis yang keluar dari qubul(kemaluan) dan dubur (pantat).

b. Hukum Istinja’
Istinja’ itu hukumnyawajib ketika ada sebabnya. Dan sebabnya adalahadanya
sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dualubang (anus atau kemaluan).Pendapat ini
didukung oleh Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah. Sedangkan dalil
yangmereka gunakan adalah hadits Rasulullah SAWberikut ini :
“Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bilakamu pergi ke tempat
buang air, maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu
untukmembersihkan.(HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Ad-Daaruquthuni).Hadits ini
bentuknya amr atau perintah dankonsekuensinya adalah kewajiban.
Praktek Istinja’ dan adabnya yaitu mulai ulai dengan mengambil air dengan
tangan kiridan mencuci kemaluan, yaitu pada lubang tempatkeluarnya air kencing.
Atau seluruh kemaluan bila sehabis keluar mazi. Kemudian mencuci dubur
dandisirami dengan air dengan mengosok-gosoknyadengan tangan kiri.

49

Anda mungkin juga menyukai