Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL JUDUL

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK


MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER KORPS PROTOKOLER MADRASAH
DI MTS ANNUR 1 MALANGBONG – GARUT

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam merupakan dasar pendidikan dalam pembinaan

Akhlakul Karimah bagi seluruh umat Muslim, dengan bersumberkan Al-Qur’an

dan Hadits sebagai pedoman utama untuk menjalani kehidupan di dunia dan di

akhirat agar sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasulallah SAW serta Agama

yang diridhai Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

ً ‫ي َ اأ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا ق ُوا أ َنْ ف ُسَ كُ ْم َو أ َهْ لِ ي كُ ْم ن‬


...‫َار ا‬
﴾٦ : ‫﴿التحريم‬

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka...(QS.At-Tahrim : 6)

Tafsir dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah

memerintahkan kepada seluruh orang-orang yang percaya kepada Allah dan

Rasul-Nya untuk menjaga dirinya dari berbuat perilaku buruk yang dapat

menjerumuskan ke dalam api neraka, serta membina dan memberitahukan kepada

keluarga dan anak-anaknya tentang perbuatan baik yang dapat menghindarkan

mereka dari api neraka (Al-Maragi, terj. Bahrun Abubakar,dkk, Vol.10,

1993:261).

1
2

Berhubungan dengan ayat Al-Qur’an diatas, ada beberapa hadits dalam

Kitab Shahih Al-Bukhari karangan Imam Al-Bukhari yang menjelaskan tentang

pentingnya pembinaan akhlakul karimah, diantaranya ialah sebagai berikut :

،ٍ‫ َحدَّثَنَى َع ْبدُ ْالعَ ِزي ِْز ب ِْن ُم َح َّمد‬: ‫َحدّثَنَا إِ ْس َم ِع ْي َل ب ِْن أَبِ ْى أ ُ َوي ِْس قَا َل‬
َ ‫ َع ْن أَبِى‬،‫ َع ِن ْالقَ ْعقَاعِ ب ِْن َح ِكي ِْم‬،‫َع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْج ََل ِن‬
ِ‫صا ِلح‬
‫س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬.َ ‫ َع ْن أ َ ِبى ُه َري َْرة‬،‫ان‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫ال‬
﴾٢٧٣ : ‫ق" ﴿رواه البخاري‬ ِ ‫صا ِل ِحى ْاْل َ ْخ ََل‬َ ‫" ِإنَّ َما بُ ِعثْتُ ِْلُت َ ِ ّم َم‬
Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abi Uwais berkata: Telah
menceritakan kepadaku Abdul Aziz bin Muhammad, dari Muhammad bin
‘Ajlan, dari Al-Qa’Qa’i bin Hakim, dari Abi Shaleh As-Samman, dari Abi
Hurairah. Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
luhur.” (HR. Al-Bukhari, Adab Al-Mufrad : 273).

Hadits diatas menjelaskan bahwa diantara tujuan Nabi Muhammad SAW

diutus oleh Allah SWT ke bumi ialah untuk memberikan pendidikan, pembinaan

dan bimbingan kepada seluruh manusia agar memiliki akhlak yang baik. Oleh

karena itu, Pendidikan Agama Islam harus diberikan kepada para generasi penerus

bangsa sejak usia dini dalam berbagai bidang kegiatan, baik kegiatan informal

seperti kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, non formal seperti

kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren atau masyarakat,

maupun kegiatan formal yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Dalam buku

Ensiklopedi Islam (Azra, dkk, 2002;102) dikatakan bahwa “Akhlak menempati

posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama

ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang

disebut al-akhl𝑎̅q al-kar𝑖̅mah”.


3

Persoalan akhlak selalu menjadi permasalahan sejak zaman dulu hingga

sekarang, karena seiring dengan perkembangan zaman berbagai jenis

permasalahan akhlak semakin bermunculan diberbagai kalangan, baik dikalangan

anak-anak, remaja, dewasa maupun orangtua, bahkan yang sangat

mengkhawatirkan justru permasalahan akhlak bukan hanya terjadi di lingkungan

keluarga dan masyarakat, tetapi permasalahan akhlak juga masih banyak terjadi di

lingkungan sekolah yang merupakan pusat pendidikan bagi para generasi muda

penerus bangsa, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi permasalahan

akhlak selalu menjadi permasalahan utama yang menghambat terhadap

kesuksesan para peserta didik.

Dunia Pendidikan di era generasi millennial (millennial generation) yaitu

generasi yang hidup di pergantian millennium bersamaan dengan merasuknya

teknologi digital ke segala sendi-sendi kehidupan (Hidayatullah, dkk, Jurnal

MDK, Vol.6 No.2, 2018:1). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang semakin pesat tidak bisa di pungkiri membawa arus perubahan terhadap

segala bidang kehidupan, termasuk perubahan dalam bidang pendidikan yang

menyebabkan pergeseran dalam sistem pendidikan yang semula bersistem tatap

muka mulai mengarah pada sistem online. Dengan masuknya teknologi informasi

dan komunikasi dalam dunia pendidikan mengakibatkan interaksi antar manusia

ikut bergeser dan tanpa di pungkiri bahwasanya hal tersebut akan semakin hilang.

Pendidikan yang mengedepankan kecerdasan intelektual ternyata lambat

laun akan menjadi bumerang bagi keberadaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia itu sendiri, terbukti berbagai persoalan moral, akhlak, watak atau
4

karakter peserta didik, masih menjadi persoalan signifikan yang menghambat

pembangunan dan cita-cita luhur bangsa, Masalah–masalah tersebut antara lain

disebabkan karena kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak-anaknya dalam

penggunaan media sosial dan teknologi informasi yang sangat pesat

perkembangannya yang seolah sudah menjadi kebutuhan sehari-hari anak-anak di

era generasi millennial ini. Masalah lain juga ditimbulkan karena sistem

kurikulum pendidikan yang terus berubah-ubah sehingga banyak sekolah yang

kurang siap dalam pelaksanaannya, keadaan guru yang kurang memenuhi syarat

dari segi tingkat pendidikan, fasilitas sekolah yang tidak lengkap maupun masalah

kepeserta didikan yang sudah cukup lama dirasakan adanya ketidak seimbangan

antara perkembangan intelektual dengan emosionalnya. Sehingga mengakibatkan

menurunnya sopan santun dan budi pekerti dalam praktik kehidupan sekolah yang

mengakibatkan sejumlah efek negatif yang merisaukan sekolah maupun

masyarakat setempat (Kusuma, http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel

5ACDE0874A1696C4A1BBBAC22453BC9F.pdf, akses 17 Mei 2019). Dalam

berbagai surat kabar dan media informasi online seringkali diberitakan mengenai

akibat yang ditimbulkan dari permasalahan-permasalahan diatas diantaranya

semakin maraknya penyimpangan norma kehidupan beragama dan sosial

kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk kenakalan peserta didik di sekolah

seperti berkurangnya perilaku hormat kepada guru dan berbagai perilaku peserta

didik yang melanggar peraturan di sekolah, seperti masih sering terlambat masuk

kelas, bolos pada mata pelajaran tertentu atau bahkan seluruh mata pelajaran,

meningkatnya ketidakjujuran peserta didik, seperti kebiasaan menyontek pada saat


5

ujian, memakai seragam tidak sesuai ketentuan sekolah, tawuran antar pelajar,

merokok, perilaku asusila dan lain-lain. Bahkan kenakalan peserta didik

cenderung pada kategori tindakan kriminal seperti pencurian dan penyalah gunaan

obat terlarang yang secara umum tidak layak dilakukan oleh kaum terpelajar

(Okezone, https://www.okezone.com/tag/ kenakalan-remaja, akses 16 Mei 2019).

Fenomena sosial yang terjadi dikalangan para pelajar tersebut menunjukkan

bahwa bangsa ini perlahan – lahan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang

bermartabat, bangsa yang mengedepankan kesopanan, dan bangsa yang memiliki

rasa toleransi tinggi.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menegaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Pada kutipan diatas dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan ialah untuk

membina generasi bangsa agar memiliki akhlakul karimah yang disertai dengan

kematangan mental, spiritual, kecerdasan serta keterampilan yang mumpuni guna

menunjang terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang

bermartabat. Namun secara praksis di lapangan upaya pendidikan yang dilakukan

oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain nampaknya belum

sepenuhnya mengarahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian

tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-undang tersebut.


6

Masalah kenakalan remaja bila tidak segera di atasi akan semakin

mengancam kehidupan generasi bangsa khususnya dan tata kehidupan sosial

umumnya. Di sekolah kenakalan peserta didik menjadi tanggungjawab sekolah,

untuk itu sekolah perlu melakukan pembinaan moral, penanaman nilai-nilai dan

pembentukan sikap dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar setiap tindakan dan

perbuatan peserta didik sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, dengan

banyaknya waktu luang yang di miliki peserta didik biasanya itulah kesempatan

peserta didik melakukan perbuatan yang di anggapnya bisa menarik lingkungan

sekitarnya walaupun tindakan tersebut dapat menimbulkan efek negatif, untuk itu

sekolah perlu membatasi ruang gerak para peserta didik untuk kemungkinan

melakukan kenakalan-kenakalan yang berpengaruh negatif dengan cara

menggunakan waktu-waktu luang di luar jam belajar kurikulum dengan

mengadakan kegiatan pembinaan akhlak dan pengembangan karakter yang

bermanfaat seperti kegiatan ekstrakurikuler.

Dalam pelaksanaan dilapangan kegiatan pembinaan dan pengembangan

karakter dibagi menjadi empat bagian, seperti telah dijelaskan dalam buku

kerangka acuan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh Direktorat Ketenagaan

Dirjen Dikti tahun 2010 :

Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni


kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk
pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal; kegiatan
kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah
dan masyarakat. (Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2010:26).

Pengembangan karakter pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dilakukan

melalui proses belajar setiap materi pelajaran. Kegiatan keseharian dalam bentuk
7

budaya satuan pendidikan yang dapat dimasukkan ke dalam program adalah

lomba antar kelas yang bertema akhlak dan karakter bangsa. Dalam kegiatan

ekstrakurikuler, yakni kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak

terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Pramuka, Palang

Merah Remaja, Pencinta Alam, dan lain- lainnya perlu dikembangkan proses

pembiasaan dan penguatan dalam rangka pembinaan akhlak/ karakter.

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu wadah pembinaan akhlak dan

pendidikan katakter bagi peserta didik yang bertujuan agar peserta didik dapat

mengembangkan bakat, menggali potensi dan kemampuannya di berbagai bidang

yang di minati di luar bidang akademik, namun tetap mengedepankan pembinaan

kepribadian yang baik. Kegiatan ini terorganisasi, terarah dan terpadu dengan

kegiatan lain di sekolah guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum, artinya

kegiatan ini di laksanakan sesuai dengan program yang di tentukan dalam

pelaksanaannya di bimbing oleh guru yang kompeten sesuai dengan bidangnya

sehingga pelaksanaannya akan berjalan dengan baik. Kegiatan ini menjadi salah

satu unsur penting dalam membangun akhlak, karakter serta moral peserta didik.

Jumlah kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTs An Nur 1 Malangbong

adalah sebanyak enam belas ekstrakurikuler yaitu : (1) Organisasi Pramuka. (2)

Tarbiyatul Mubalighin. (3) Organisasi Palang Merah Remaja. (4) Organisasi

Siswa Pasukan Khusus. (5) Organisasi Korps Protokoler Madrasah. (6) Mujtama’

Al-‘Asyiq Al-Lughah Al-‘Arobiyah. (7) English Language Love of Annur (8)

Marching Band Gita Cordova. (9) Majelis Shalawat Shohibul Bayan. (10) Majelis

Shalawat Nurul Bayan. (11) Futsal. (12) Volly Ball. (13) Bulu Tangkis. (14) Tenis
8

Meja. (15) Menjahit. (16) Jurnalistik. Jumlah kegiatan ekstrakurikuler tersebut

dirasa peneliti terlalu banyak jika penelitian dilakukan pada semua bidang

kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga, untuk memudahkan peneliti dalam

memberikan gambaran umum mengenai proses kegiatan ekstrakurikuler,

mendeskripsikan pola pembinaan, nilai-nilai pembinaan serta kontribusi kegiatan

ekstrakurikuler dalam pembinaan akhlak peserta didik, maka penelitian ini

difokuskan hanya pada salah satu ekstrakurikuler yang mewakili dalam empat

proses psikososial (Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2010:7) “olah hati, olah

pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa”. Kegiatan ekstrakurikuler yang peneliti

pilih sebagai bahan penelitian di MTs An Nur 1 Malangbong adalah kegiatan

ekstrakurikuler Korps Protokoler Madrasah.

Korps Protokoler Madrasah Unit 152 pangkalan MTs An Nur 1

Malangbong yang selanjutnya disingkat dengan KPM merupakan salah satu

kegiatan ekstrakurikuler yang dipandang mampu menggali potensi serta

mengembangkan minat dan bakat peserta didik dalam bidang keprotokolan dan

kepeloporan agar bisa lebih disiplin dan bertanggungjawab serta mendidik peserta

didik untuk memiliki akhlak yang baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

memilih kegiatan ektrakurikuler ini sebagai bahan penelitian.

Secara umum, akhlak peserta didik di MTs An Nur 1 Malangbong ternilai

baik, terlebih para peserta didik yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler KPM

dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang berbasis pendidikan keorganisasian

seperti ektrakurikuler Pramuka, Palang Merah Remaja dan ektrakurikuler Siswa

Pasukan Khusus, anak – anaknya terlihat lebih aktif, sopan, berbakti kepada guru,
9

lembaga serta kepada orang tua, hormat kepada yang usianya lebih tua, saling

membantu, dan terkesan rukun dengan sesama temannya. Melihat fenomena

tersebut di atas penulis tertarik untuk lebih jauh mengetahui pola pendidikan yang

diterapkan dalam kegiatan ektrskurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong.

Berdasarkan hasil pemantauan peneliti dilapangan dan hasil komunikasi

peneliti dengan Kepala Madrasah, dewan guru dan pembina ektrakurikuler yang

bersangkutan di MTs An Nur 1 Malangbong bahwa para peserta didik yang aktif

dalam kegiatan ektrakurikuler KPM, Pramuka, PMR atau Sipassus memang

ternilai memiliki kepribadian yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik

lainnya yang tidak aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan di

sekolah. Selain itu, sebagian besar peserta didik yang memiliki prestasi cemerlang

dalam bidang akademik maupun non akademik di MTs An Nur 1 Malangbong

didominasi oleh para peserta didik yang aktif mengikuti kegiatan pengembangan

diri dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Penelitian tentang pembinaan akhlak dan pendidikan karakter pada

kegiatan ekstrakurikuler masih jarang dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu,

peneliti merasa penelitian tersebut penting untuk dilakukan sehingga peneliti

terdorong untuk melakukan penelitian tentang pembinaan akhlakul karimah yang

dilaksanakan di MTs An Nur 1 Malangbong melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan

judul: “PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK MELALUI

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KORPS PROTOKOLER MADRASAH DI

MTS ANNUR 1 MALANGBONG – GARUT”.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas

maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini dengan difokuskan pada

penelitian mengenai pola pembinaan akhlakul karimah yang dilaksanakan dalam

kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong.

Dari rumusan masalah pokok diatas, maka peneliti menjabarkan penelitian

ini dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An

Nur 1 Malangbong?

2. Nilai-nilai akhlakul karimah apa saja yang didapatkan peserta didik dari

kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong?

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler KPM dalam membina akhlakul karimah peserta didik di MTs

An Nur 1 Malangbong?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang

pembinaan akhlakul karimah yang dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler

KPM di MTs An Nur 1 Malangbong, dengan harapan agar seluruh komponen yang

terlibat dalam kajian penelitian ini, baik itu kepala madrasah, tenaga pendidik dan

kependidikan serta seluruh peserta didik sadar akan pentingnya kegiatan

ekstrakurikuler sebagai sarana pembinaan akhlak bagi peserta didik di lingkungan


11

sekolah, serta bersedia untuk lebih mendukung dan terlibat secara langsung dalam

kegiatan tersebut.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong.

2. Nilai-nilai akhlakul karimah yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler

KPM di MTs An Nur 1 Malangbong.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

KPM dalam membina akhlakul karimah peserta didik di MTs An Nur 1

Malangbong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

menambah ilmu dan wawasan mengenai kegiatan pembinaan akhlakul karimah

yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan Sekolah,

khususnya pada ekstrakurikuler KPM yang ada di MTs An Nur 1 Malangbong.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah

dalam pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan bahwa tugas seorang guru bukanlah

sekedar mentransfer ilmu kepada seorang peserta didik melainkan menjadi


12

seorang pembimbing, pengarah dan pembina serta menjadi suri tauladan

yang baik kepada peserta didiknya.

c. Bagi peserta didik, memperoleh pengalaman langsung dengan adanya

bimbingan dan arahan dari guru dan pembina ekstrakurikuler.

d. Bagi peneliti, sebagai bahan pembanding bagi mahasiswa atau peneliti

lainnya yang ingin meneliti topik atau permasalahan yang sama tentang

pola pembinaan ekstrakurikuler agar mampu menghasilkan peserta didik

yang berakhlakul karimah.

E. Kerangka Pemikiran

1. Pembinaan

Pembinaan dalam bahasa arab berasal dari kata : ban𝑎̅-yabn𝑖̅-bin𝑎̅an yang

artinya membangun, mendirikan, berbuat baik (Munawwir, 1984:111), sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online (https://kbbi.web.id/bina,

akses 18 Mei 2019) kata pembinaan berarti (1) proses, cara, perbuatan membina;

(2) pembaharuan; penyempurnaan; (3) usaha, tindakan, dan kegiatan yang

dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pembinaan adalah usaha sadar yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,


terencana dan konsisten dengan cara membimbing, mengarahkan dan
mengembangkan pengetahuan, kecakapan, serta pengamalan dalam bidang
ajaran Agama Islam sehingga mereka mengerti, memahami dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. (Manan, Jurnal PAI, Vol.15
No.1, 2017:4).
13

2. Akhlakul Karimah

Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitab Ihyā ‘Ulūmuddīn mendefinisikan

akhlak sebagai berikut :

‫الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر اْللفعال‬


‫بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر وروية‬
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
muncul tingkah laku secara mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran lebih dahulu.

Dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa :

Akhlak (Ar.: al-akhl𝑎̅q). Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan
akal dan syarak (hukum Islam), disebut akahlak yang baik. Jika perbuatan-
perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Kata
akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang
secara etimologis berarti (1) tabi’at, budi pekerti, (2) kebiasaan atau adat,
(3) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (4) agama, dan (5) kemarahan (al-
gadab) (Azra, dkk, 2002;102).

Dari uraian diatas jelas bahwa akhlak merupakan perbuatan yang melekat

pada diri seseorang, perbuatan yang dilakukan secara spontan dan tanpa perlu

dipikir terlebih dahulu. Akhlak terbagi kepada dua jenis, ada akhlak baik yaitu

akhlak yang sesuai dengan ketentuan dan tuntunan syari’at Islam yang

daripadanya tumbul kemaslahatan bagi kehidupan berbangsa dan beragama, ada

pula akhlak buruk yaitu akhlak yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tuntunan

syari’at Islam yang akan mengakibatkan permasalahan dalam kehidupan.

Dalam Islam akhlak baik dikenal dengan istilah akhlakul karimah, dalam

kamus Al-Munawwir akhlakul karimah berarti kebaikan budi, kemuliaan akhlak,


14

Akhlakul karimah juga dikenal dengan istilah akhlakul mahmudah yang artinya

akhlak yang terpuji, Sedangkan akhlak buruk dalam Islam dikenal dengan istilah

akhlakul mazmumah yang berarti akhlak yang tercela. (Munawwir,

1984:1203,294,425)

3. Ekstrakurikuler Korps Protokoler Madrasah

Berdasarkan Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 Pasal 1-2, Kegiatan

Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di

luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah

bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan Ekstrakurikuler

diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,

kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara

optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, kegiatan

ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan

ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun

di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri.

Ektrakurikuler Korps Protokoler Madrasah merupakan salah satu kegiatan

ekstrakurikuler yang berbasis organisasi pengkaderan, yang bertujuan untuk

membina karakter dan menanamkan sikap sopan santun, disiplin, tanggungjawab,

leadership, solider, percaya diri, patriotis serta melatih keberanian mental peserta

didik dan membekalinya dengan berbagai kemampuan yang menunjang keahlian


15

dalam kehidupan berorganisasi baik di lingkungan madrasah ataupun di

lingkungan masyarakat, khususnya kemampuan dalam bidang keprotokolan.

(Mauluddin, wawancara, 17 Mei 2019)

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif, metode kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur

statistik atau cara pengukuran lain. Penelitian kualitatif secara umum digunakan

untuk meneliti tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional

organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain (Rahmat, Jurnal Equilibrium, Vol.5 No.9,

2009:2).

Metode penelitian kualitatif di pilih oleh peneliti karena pada penelitian

kali ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai kegiatan pembinaan akhlakul

karimah yang dilaksanakan oleh salah satu ekstrakurikuler yang ada di lingkungan

sekolah, melalui kegiatan pengamatan/observasi, wawancara, quisioner dan

penggalian data secara langsung melalui sumber sekunder, untuk mendapatkan

informasi-informasi yang dibutuhkan terkait penelitian yang dilakukan guna

menghasilkan sebuah pemahaman yang kemudian dapat ditarik sebuah

kesimpulan deskriptif analitik mengenai objek yang telah diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah An-Nur 1

Malangbong yang berlokasi di Kampus II Komplek Pondok Pesantren Yayasan


16

Pendidikan Islam An-Nur Garut, kp. Karanganyar RT.06 RW.01 desa

Mekarmulya Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Pertimbangan alasan pemilihan lokasi ini yaitu karena lokasi tersebut dekat

jaraknya dengan domisili peneliti, serta peneliti berharap agar kegiatan penelitian

yang dilaksanakan oleh peneliti bermanfaat serta memberikan dampak yang

positif terhadap masyarakat, lembaga dan lingkungan yang ada disekitar lokasi

penelitian.

3. Waktu dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2018/2019, adapun rincian rencana pelaksanaan kegiatan penelitian adalah

sebagai berikut :

Proposal : Mei 2019

Perijinan : Mei 2019

Pengumpulan data : Juni 2019

Analisis data : Juli 2019

4. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud adalah semua jenis data dan informasi

mengenai pola pembinaan akhlakul karimah yang dilaksanakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong, data dalam penelitian

kualitatif (kuntjojo, 2009:34) adalah berupa kata-kata atau pernyataan-pernyatan.

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber data adalah manusia sebagai

responden, sumber tertulis, sumber tempat dan peristiwa yang ada di lokasi
17

penelitian (Pongtiku, dkk, 2016:97). Klasifikasi data berdasarkan jenis sumbernya

dibagi menjadi dua jenis :

a. Sumber Primer

Sumber yang didapatkan langsung dari lapangan atau tempat penelitian

seperti kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber ini diambil dengan cara pencatatan tertulis

maupun dengan wawancara. penelitian dengan data ini untuk mendapatkan

informasi tentang kegiatan pembinaan akhlakul karimah melaui kegiatan

ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1 Malangbong. Sumber primer yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan/observasi dan wawancara

dengan pembina ekstrakurikuler KPM dan 3 siswa yang aktif dalam kegiatan

KPM.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah data yang berasal dari sumber bacaan dan berbagai

sumber lainnya yang terdiri dari note, surat-menyurat, buku-buku, dokumen-

dokumen resmi sekolah serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan

judul penelitian. Penelitian ini akan menggunakan sumber sekunder berupa

program kerja ekstrakurikuler KPM dan buku Panduan Pembinaan KPM untuk

mengkuatkan penemuan dan melengkapi sumber primer yang telah dilakukan

melalui wawancara langsung pada narasumber yang ada di MTs An Nur 1

Malangbong.
18

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam melakukan

penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan bahan analisis dalam

penelitian. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini diantaranya

adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik dalam penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara langsung

(KBBI, https://kbbi.web.id/wawancara, akses 19 Mei 2019). Wawancara dapat

dilakukan secara individu atau kelompok guna mendapatkan informasi yang tepat

dan otentik.

Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman (guide) dimana pewawancara dan informan terlibat

dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Rahmat, Jurnal Equilibrium, Vol.5

No.9, 2009:6). Penelitian juga akan menggunakan bentuk wawancara baku

terbuka, Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat

pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajian sama untuk

setiap responden (Moloeng, 2011: 188). Alasan peneliti menggunakan jenis

wawancara baku terbuka adalah untuk mengurangi variasi hasil dari wawancara

pada saat dilakukan.


19

Penelitian yang dilakukan akan menggunakan alat pengumpulan data

berupa instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada

informan yang telah peneliti sebutkan dalam sumber data primer diatas.

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang pola pembinaan

akhlakul karimah yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs

An Nur 1 Malangbong.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung (Sukmadinata, 2009:220). Jadi, observasi merupakan penelitian yang

dilakukan secara sistematis dan sengaja dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan untuk melihat kejadian yang berlangsung serta langsung menganalisis

kejadian tersebut langsung pada waktu kejadian itu berlangsung.

Informasi yang akan diperoleh dari hasil observasi adalah berupa ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan

perasaan. Jenis observasi yang akan dilakukan adalah observasi partisipasi

(participant observation) yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana

observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Rahmat,

Jurnal Equilibrium, Vol.5 No.9, 2009:7). Jadi, dalam penelitian ini observasi

dilakukan untuk memperoleh informasi terkait pola pembinaan akhlakul karimah

yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur 1

Malangbong melalui pengamatan secara langsung terhadap ruang (tempat),


20

pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan

terkait judul penelitian diatas.

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi, oleh

karena itu selain melakukan wawancara dan observasi peneliti juga melakukan

studi dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar maupun

elekronik (Mulyasa, 2005:Ii). Jenis dokumen yang akan dihimpun disini adalah

dokumen-dokumen terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler KPM di MTs An Nur

1 Malangbong yang berupa buku program kerja pembina KPM dan dokumen lain

yang menunjang pada pelaksanaan program kegiatan KPM.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data

dan memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari serta membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2007: 333-345). Pola analisis

dalam penelitian ini akan dilakukan secara on going process dan simultan, artinya

selama proses pengumpulan data peneliti sudah mulai melakukan upaya analisis

(Suyitno, 2018:96).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif yang digunakan peneliti sebagaimana yang dikemukakan Miles dan

Hubberman (Sugiyono, 2007: 204) yaitu pengumpulan data, reduksi data,


21

penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-

langkah tersebut sebagi berikut.

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan melalui seleksi,

pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang bermakna,

sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

b. Penyajian data

Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles,

2009:17), data yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah sekumpulan

informasi yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami yang menerangkan

tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KPM dalam membina

akhlakul karimah peserta didik di MTs An Nur 1 Malangbong.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang

dilakukan dengan cara melihat hasil reduksi data tetap dengan mengacu pada

rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Data yang telah

disusun dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan

sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai