Anda di halaman 1dari 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI IPA 2 MA DAARUL
ULUUM PUI MAJALENGKA TAHUN AJARAN 2022/2023

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:

DIYANA KAMELIA MUFIDAH

NIM : 5002.A.19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI-PUI) MAJALENGKA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XI IPA 2 MA
Daarul Uluum PUI Majalengka Tahun Ajaran 2022/2023. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpah kepada Rasulullah SAW. Tak lupa kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.

Proposal ini dimaksudkan sebagai acuan pembelajaran peneliti sehingga tak


lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dosen STAI PUI Majalengka yang telah membimbing penulis dalam


penulisan proposal ini
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan support kepada penulis
3. Tak lupa rekan-rekan Mahasiswa STAI PUI Majalengka yang selalu
memberikan semangat, motivasi dan inspirasi
4. Serta kepada seluruh pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan
penelitian ini
Semoga apa yang telah diberikan menjadi amal kebaikan sehingga
mendapat balasan Allah SWT di Yaumil Jaza.
Sekian yang dapat penulis sampaikan. Tentu, proposal penelitian ini jauh
dari kata sempurna.

i
ii

Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun penulis harapkan.
Mohon maaf jika terdapat banyak kekeliruan dalam penulisan proposal penelitian
ini, baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Semoga proposal ini dapat
memberikan manfaat.

Majalengka, 2 Februari 2023

Penulis

Diyana Kamelia Mufidah


NIM. 5002.A.19
iii

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
A. Judul ............................................................................................................. 1
B. Latar Belakang ............................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
F. Kajian Teori ............................................................................................... 12
G. Hipotesis Kegiatan ..................................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian .................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv
1

A. Judul

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI IPA 2 DI MA DAARUL UKUUM

PUI MAJALENGKA TAHUN AJARAN 2022/2023.

B. Latar Belakang

Menurut Moh.Haitami Salim dan Syamsyul kurniawan (2009:1).

Bahwa "Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam

kehidupan, bahkan tidak dapat dipisahkan sama sekali dari kehidupan, dan

pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk membantu manusia

memperoleh kehidupan yang bermakna baik secara individu maupun

kelompok".

Menurut Sujana (2019:29) mengatakan “Pendidikan adalah upaya

untuk membantu jiwa anak-anak dididdk baik lahir maupun batin, dari sifat

kodratnya menuju arah peradaban yang manuisiawi yang lebih baik.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis memberikan pengertian

bahwa pendidikan adalah suatau usaha yang dilakukan pendidik untuk

membentuk karakter peserta didik agar lebih baik sesuai dengan al-qur'an

dan as-sunnah (sesuai dengan ajaran islam).

Didalam islam menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus

kewajiban bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Karena dengan ilmu


2

pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik didunia

maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya

seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasullullah shailalahu alaihi

wasalam bersabda :

‫حديث صحيح رواية انس بن هليك ابن عباس ابن عوز علي بن ا يب طا‬

‫لب وابىسعيد القدرضي اللهعنه صحيح اجلاهع‬

‫ُل هُسِِليِ ِن َوهُسِلِوَة‬


ِّ ‫طََلبُ العِلنِ فَزِ يضَ ًة عَلَی ك‬

Artinya : "Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
maupun muslim perempuan". (Hadits shahih,diriwayatkan dari beberapa
sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abas, Ibnu Umar, Ali bin Abi
Thalib, dan Abu Said Al Kudri Radhiallahu Anhum, Shahih Al-jami:3913)

Maka jelas bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan

baik bagi anak-anak remaja, maupun yang sudah dewasa. Kewajiban itu

untuk semua kalangan umat islam. Rasulullah sering bebicara tentang

keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu.

Perintah menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian islam bagi

pemeluknya.

Didalam Al-qur'an Allah SWT berfirman :

ُ‫ك الذِی خَلَّقَ خَلَ َق اْﻻ ٍءنِسَنَ هِ ِن عَلَ ٍق اِقْ َز ْأوَرَبُّكَ أْﻻكْ َزم‬
َ ِ‫اِقْزَأبِا سِنِ َرب‬

ِ‫عَلّ َن اْ ﻻ ِءنِسَنَ هَا لَ ِن َيعِلَن‬ ِ‫اَلّذِی عَلّ َن بِاْلقَلَن‬


3

Yang artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah.Yang mengajar (manusia)
dengan perantara pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya". (Departemen Agama RI, 2005:598).

Menurut M.Quraish shihab dalam tafsir al-misbah (2009:393),bahwa

"pada ayat di atas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji

Allah diatas manfaat membaca,itu mengemukakan kemampuan membaca

dengan lancar dan baik tidak dapat diperoleh tanpa mengulang-ngulang atau

melatih diri secara teratur,hanya saja keharusan latihan”. Nilai pendidikan

akidah terdapat pada ayat 1-3 yang memiliki arti penafsiran yang bernilai

pendidikan akidah yang mengajarkan kepada umat manusia untuk membaca

dengan menyebut nama Allah SWT. Nilai pendidikan syari'ah terdapat pada

ayat kedua tentang penciptaan manusia yang berasal dari segumpal darah

yang memiliki arti bergantung kepada yang lain, nilai pendidikan akhlak

pada ayat 1-2, yaitu perilaku ikhlas, sosial dan optimis.

Dalam UUD RI dijelaskan pada Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 3 dalam undang-undang tersebut dinyatakan

bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dengan kata lain, hakikat pendidikan tidak hanya memindahkan

pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi lebih dari itu yaitu untuk


4

mendidik agar peserta didik mempunyai akhlak. Untuk mewujudkannya,

maka dapat diupayakan melalui pendidikan agama, baik Aqidah Akhlak

maupun pendidikan agama lainnya.

Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan

penting dan utama karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat

ditetukan oleh faktor guru. Guru pendidikan agama islam dituntut untuk

banyak berkreasi dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran,

penggunaan media dan metode pembelajaran yang dipilih guru merupakan

salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Hamalik (2001:32) Bahwa "Untuk lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan

dan pengajaran di sekolah perlu digunakan metode dan teknik pembelajaran

yang tepat". Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

menyenangkan dan tidak membuat siswa merasa bosan dengan

pembelajaran yang berlangsung. Dalam penerapannya model pembelajaran

cooperative learning tipe Jigsaw banyak menyangkut permasalahan

individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri misalnya siswa

kurang memperhatikan saat dalam proses pembelajaran, kurangnya etika

kesopanan pada guru, dan lain sebagainya.

Metode dan strategi pembelajaran lebih diorientasikan pada cara

mengaktifkan siswa, untuk mengaktifkan siswa secara optimal proses

pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif (student

active learning), atau mengembangkan kemampuan belajar (learning


5

ability) atau lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) dan

bukan pada mengajar (teaching). Oleh karena itu, metode pembelajaran

lebih didasarkan pada learning competency, yaitu siswa akan memiliki

seperngkat pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran

yang dilaksanakan harus mencapai tujuan dan tercapai KKM.

Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa "proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, insfiratif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa". Dengan adanya proses pembelajaran

diharapkan siswa agar bisa aktif dalam pembelajaran tidak hanya guru saja

yang memberikan penjelasan namun siswa pun dituntut untuk aktif, kreatif

agar pembelajaran yang telah disampaikan kepada siswa bisa diserap oleh

siswa dan tidak hanya berlalu begitu saja.

Dengan menggunakan metode yang sesuai dalam mengajarkan

Aqidah Akhlak di sekolah dasar, diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan

implementasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil belajar akan

bagus apabila siswa rajin mendengarkan apa yang dijelaskan oleh gurunya.
6

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik, yang dinyatakan dalam symbol,huruf,maupun kalimat.

Hasil belajar siswa disekolah dapat dilihat pada angka raport atau

daftar nilai formatif, sumatif siswa. Ditinjau dari segi didaktis penilaian

proses belajar sangat penting, karena peserta didik harus mengetahui

kemajuan hasil belajar yang telah tercapai yang mampu mempengaruhi

semangat belajar agar prestasi berikutnya akan lebih meningkat. Nilai

seorang siswa yang diperoleh dari guru tidak mampu membandingkan

dengan nilai yang diperoleh dari guru lainnya.

Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa

kelas XI IPA 2 Daarul Uluum PUI Majalengka untuk semester II (dua)

sangat rendah dan tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

telah dibuat oleh guru bidang study PAI. Nilai pendidikan agama islam yang

diperoleh siswa kelas XI sangat beragam sedangkan KKM yang dibuat oleh

guru adalah 78. Dari 20 orang siswa hanya 8 orang yang lulus yaitu sekitar

40% dan 12 orang yang tidak lulus yaitu sekitar 60% siswa yang tidak

memenuhi kriteria minimal (KKM). Berdasarkan Keberagaman nilai yang

diperoleh siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disebabkan

karena kurangnya motivasi dan minat belajar sehingga siswa kurang

semangat dan tidak berminat terhadap pembelajaran yang disampaikan.


7

Adapun metode yang digunakan oleh guru kurang bervariasi dan sangat

monoton seperti metode ceramah, pemilihan metode yang salah bisa

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya guru yang mengajar sudah

berumur sehingga metode yang di sampaikan asal-asalan dan penggunaan

metode tidak menyseuaikan dengan pembelajaran, sehingga kesalahan

pemilihan metode pun akan berakibat buruk terhadap hasil belajar anak.

Oleh karena itu, metode yang digunakan harus sesuai dengan kemajuan

peserta didik yang telah dicapai seperti: aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Dengan pemilihan metode yang tepat dan guru yang sesuai

dengan profesi diharapkan motivasi belajar dan minat siswa akan meningkat

sehingga keberhasilan belajar pun akan berubah menjadi lebih baik.

Melihat kondisi rendahnya hasil belajar siswa yang telah dicapai pada

mata pelajaran pendidikan agama islam, dan tidak tercapainya kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Guru harus mampu merubah strategi dan

metode pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka proses pembelajaran

harus berlangsung secara aktiv, interaktiv, konstruktif, efektif dan

menyenangkan (Pakem). salah satu upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran

cooperative learning tipe Jigsaw.

Menurut Lungdren (Sudrajat, 2009) Pembelajaran kooperatif adalah

salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa


8

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai

jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Slavin (2009:29) moel pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar

heterogen, beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggung jawab atas

penguasaan bagian dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan

bagian tersebut kepada anggota tim lainnya.

Menurut Silberman (2000:160) Jigsaw merupakan sebuah teknik

dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari

kelompok ke kelompok” (Group to group exchange) dengan suatu

perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu ini adalah

alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau

“dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang

lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan

materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah

kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa moel pembelajaran tipe jigsaw adalah

moel pembelajaran dengan pendekatan kooperatif dimana peserta didik

dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok ahli dan
9

kelompok asal untuk memahami apa yang dipelajari di kelompok ahli yang

kemudian disampaikan kembali di kelompok asal dengan cara yang

bermakna, dan menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe

jigsaw diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh

peneliti menunjukan bahwa aktivitas dan hasil belajar PAI kelas XI IPA 2

MA Daaru Uuluum PUI Majalengka masih rendah, hal tersebut dapat dilihat

dari nilai evaluasi siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, siswa

kesulitan dalam menghafal materi tersebut, karena kurang aktifnya

pembelajaran sehingga siswa tidak ada kesempatan untuk bisa berbicara.

Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang apabila

peserta didik dapat menjadi seorang pengajar untuk teman sebayanya

sehingga temannya akan lebih bersemangat untuk belajarnya karena bahasa

teman lebih mudah dipahami, dan teman yang lainnya akan mudah

menerima pembelajaran. Dengan kegiatan tersebut diharapkan suasana kelas

lebih hidup, menyenangkan, tidak tertekan, dan menyemangati peserta didik

lainnya untuk belajar. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji lebih lanjut

dan mengadakan penelitian yang berkaitan dengan judul "Penerapan

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Siswa Kelas XI IPA 2 Di MA Daarul Uluum PUI

Majalengka Tahun Ajaran 2022/2023".


10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

"Apakah penerapan model pembelajaran Coopertive Learnin tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam untuk

siswa kelas XI IPA 2 di MA Daarul Uluum PUI Majalengka Tahun Ajaran

2022/2023" ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yaitu :

"Untuk mengetahui upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui

penerapan model pembelajaran Coopertive Learning tipe Jigsaw pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI IPA 2 di MA Daarul

Uluum PUI Majalengka Tahun Ajaran 2022/2023".

E. Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini maka diharapkan dapat memperoleh

manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

mengembangkan model pembelajaran Coopertive Learning tipe

Jigsaw yang efektif dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.


11

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.

2) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak

di sekolah.

3) pengembangan kompetensi siswa di sekolah

4) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan,

ketertarikan, kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran di kelas.

5) Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui

keterlibatan siswa dalam kegiatan penelitian tindakan kelas.

b. Bagi Guru

Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses

pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa

yang terjadi dikelasnya. Guru dapat berkembang dan meningkatkan

kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai,

merefleksikan diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang

dikelolanya dikelas. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru sebagai

salah satu alternatif dalam menentukan metode pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar

Aqidah Akhlak di sekolah MA Daarul Uluum PUI Majalengka dan


12

dapat digunakan oleh guru bidang study lain dalam rangka

meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah tersebut.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman dan

wawasan baru, tentang metode dan strategi yang cocok digunakan

dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Sugianto (2010:37) Pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang befokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Lungdren (Sudrajat, 2009) unsur-unsur dasar

dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka

“tenggelam atau berenang bersama.”

2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa

atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain

tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari

materi yang dihadapi.


13

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua

memiliki tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di

antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang

akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Menurut Thompson (Mujiman, 2007) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur

interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam

kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen

adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin,

dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya.
14

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di

dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,

siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas

yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,

tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

b. Ciri-ciri Pembelaran Coopertive Learning

Menurut Ibrahim (2000:36) beberapa ciri dari

pembelajaran kooperatif adalah:

1) Setiap anggota memiliki peran

2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas

belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-

keterampilan interpersonal kelompok

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Sedangkan menurut Muslimin (2000:52) prinsip dasar

dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa

semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.


15

3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas

dan tanggung jawab yang sama di antara anggota

kelompoknya.

4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan

dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama

selama proses belajarnya.

6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Slavin (2009:109) Tiga konsep sentral yang

menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu

penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan

kesempatan yang sama untuk berhasil. Lebih jelas diuraikan

sebagai berikut:

1) Penghargaan Kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan

kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai

skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan

kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar


16

personal yang saling mendukung, saling membantu, dan

saling peduli.

2) Pertanggungjawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari

pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.

Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam

belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan

tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode

skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan

peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang

terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap

siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi

sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajarn kooperatif ini

adalah pembelajaran dengan menitik beratkan kemampuan siswa alam

mencari informasi pembelajaran bersama kelompok ahli yang


17

kemudian dipertanggungjawbkan di kelompok asal untuk mencapi

tujuan belajar.

c. Tujuan Moel Pembelaran Cooperative Learning

Menurut Ibrahim (2000:27) model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan

pembelajaran penting, yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup

beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa

atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang

model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai

siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah

norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik

pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang

bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.


18

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan

ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan

kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada

tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif

adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja

sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,

penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

d. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model

pembelajaran kooperatif yang diuraiakan oleh Arends (Sudrajat,

2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 1.


19

Tabel 1

Sintaks Pembelajaran
Tingkah Laku Guru
Kooperatif

Menyampaikan tujuan dan


memotivasi siswa Guru
Fase 1 menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar

Menyajikan informasi Guru


menyajikan informasi kepada siswa
Fase 2
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.

Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
Fase 3 bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.

Membimbing kelompok bekerja


dan belajar Guru membimbing
Fase 4
kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar


tentang materi yang telah dipelajari
Fase 5
atau masingmasing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
20

Memberikan penghargaan Guru


mencari cara-cara untuk menghargai
Fase 6
baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.

Berdasarkan enam fase sintaks pembelajaran kooperatif di atas,

maka pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru

menginformasikan tujuantujuan dari pembelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi,

sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan

langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja

bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling

bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi

penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah

dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha

individu.

2. Model Pembelaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

a. Pengertian Jigsaw

Menurut Slavin (2009:29) Metode pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran

yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6

siswa, setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian


21

dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota tim lainnya.

Menurut Silberman (2000:160) Jigsaw merupakan sebuah

teknik dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan

teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (Group to

group exchange) dengan suatu perbedaan penting : setiap

peserta didik mengajarkan sesuatu ini adalah alternatif menarik,

ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau

“dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan

sebelum yang lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu

yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh

peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang

bertalian atau keahlian.

Menurut Lie (2002:69) Teknik mengajar Jigsaw dapat

digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama,

dan bahasa. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca,

menulis, mendengarkan, dan berbicara.

Jadi, Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota

dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan


22

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut

kepada anggota lain dalam kelompoknya.

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Jigsaw

Menurut Ibrahim, dkk (2000:18) mengemukakan bahwa

sebagai salah satu model pembelajaran, metode kooperatif tipe

Jigsaw mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam

penerapannya di dalam kelas, sebagai berikut:

1) Kelebihan:

a) Dapat mengembangkan hubungan antara pribadi

positif diantara siswa yang memiliki kemampuan

belajar berbeda.

b) Menerangkan bimbingan sesama teman.

c) Rasa ingin tahu siswa yang lebih tinggi

d) Memperbaiki kehadiran

e) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

f) Sikap apatis berkurang

g) Pemahaman materi lebih mendalam

h) Meningkatkan motivasi belajar


23

2) Kelemahan:

Walau Jigsaw merupakan salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif yang fleksibel, namun kelemahan

metode ini adalah:

a) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu

menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif

dalam kelompok masing-masing maka

dikhawatirkan kelompok akan macet.

b) Jika jumlah anggota kurang akan menimbulkan

masalah, misal jika ada anggota yang hanya

membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas

yang pasif dalam diskusi

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila

penataan ruang belum terkondisi dengan baik.

Dari kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw diatas adalah Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan


24

harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Jigsaw

Menurut Rusman (2012: 218) langkah-langkah dalam

model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, yaitu:

1) Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih

4-6 orang

b) Tiap orang dalam tim diberikan materi atau tugas

yang berbeda

c) Anggota dalam tim yang berbeda dengan penugasan

yang sama membentuk kelompok baru (kelompok

ahli)

d) Kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota

kelompok tentang sub bab yang mereka kuasai,

e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi di

kelompok asal
25

f) Kelompok asal mempresentasikan hasilnya didepan

kelas

3) Penutup

a) Memberi keimpulan dan klarifikasi seandainya ada

pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

b) Menyampaikan hasil evaluasi proses pembelajaran.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2004:31) bahwa "Hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengtahuan-pengetahuan, sikap,

apresiasi, abilitas dan keterampilan”. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2013:3) bahwa" Hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar".

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu

proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil

belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana

siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, penulis

menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang


26

diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan

belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah

dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif

dan psikomotor,yang dinyatakan dalam symbol maupun kalimat.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Jenis hasil belajar dibagi menjadi dua jenis yaitu ranah

kongnitif,ranah afektif dan ranah psikomotorik. Hal tersebut

sesuai dengan definisi yang diutarakan oleh Bloom yang dikutip

oleh Dimyati (2006:26) mengidentifikasi jenis hasil belajar,

yakni:

1) Ranah kognitif

(a) Pengetahuan, itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian dan prinsip.

(b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti

dan makna tentang hal yang dipelajari.

(c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan

metode untuk menghadapi masalah yang nyata dan

baru.

(d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur

keseluruhan dapat dipahami dengan baik.


27

(e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu

pola baru. Misalnya kemampuan menyusun program

kerja.

(f) Evaluasi, Mencakup kemampuan dalam membentuk

pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria

tertentu.

2) Ranah afektif

(a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal

tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

(b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan

memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan.

(c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup

menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan

menentukan sikap.

(d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk

suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan

hidup.

(e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan

menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai

kehidupan pribadi.
28

3) Ranah Psikomotoris

(a) Gerakan refleks.

(b) Keterampilan dalam gerakan-gerakan dasar.

(c) Kemampuan perseptual.

(d) Kemampuan di bidang fisik.

(e) Gerakan-gerakan skill.

(f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi

non decursive seperti gerakan ekspresif dan

interpretatif.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian

tujuan pembelajaran dikelas tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Menurut

Sugihartono dkk (2007:76-77) Menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

1) Faktor internal.

(a) Faktor biologis

Kondisi fisik normal ini terutama harus

meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh,

kondisi kesehatan fisik.


29

(b) Faktor fsikologis

Kondisi mental yang dapat menunjang

keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang

mantap dan stabil.

2) Faktor eksternal

(a) Faktor sekolah

Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa disekolah mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa.

(b) Faktor lingkungan keluarga

Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,

adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan

proses bdelajar dan pendidikan anak-anaknya maka

akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

(c) Faktor lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan factor eksternal yang

juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena

keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang

dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya

adalah lembaga-lembaga pendidikan non-formal

seperti kursus, bimbingan, pengajian remaja lainnya.


30

4. Materi Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Bunyamin (2018:20) PAI dibangun oleh dua

makna esesnsial yakni “pendidikan” dan “agama Islam”. Salah

satu pengertian pendidikan menurut Plato adalah

mengembangkan potensi siswa, sehingga moral dan intelektual

mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran sejati, dan

guru menempati posisi penting dalam memotivasi dan

menciptakan lingkungannya (Musyafa’Fathoni, 2010). Dalam

etiknya Aristoteles, pendidikan diartikan mendidik manusia

untuk memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.

Menurut Akbar (2015:15) Dalam pandangan al-Ghazali

pendidikan adalah usaha pendidik untuk menghilangkan akhlak

buruk dan menanamkan akhlak yang baik kepada siswa

sehingga dekat kepada Allah dan mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat (Hamim, 2014). Sedangkan Ibnu Khaldun

memandang bahwa pendidikan itu memiliki makna luas.

Menurutnya pendidikan tidak terbatas pada proses pembelajaran

saja dengan ruang dan waktu sebagai batasannya, tetapi

bermakna proses kesadaran manusia untuk menangkap,

menyerap, dan menghayati peristiwa alam sepanjang zaman.

Menurut Rahman (2012:29) PAI adalah usaha dan proses

penanaman sesuatu (pendidikan) secara kuntinyu antara guru


31

dengan siswa, dengan akhlakul karimah sebagai tujuan akhir.

Penanaman nilai-nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta

keserasian dan keseimbangan adalah karaktersitik utamanya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan Bab 1 Pasal 1 dan 2 ditegaskan,

“Pendidikan agama dan keagamaan itu merupakan pendidikan

dilaksanakan melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua

jenjang pendidikan yang bertujuan untuk memberikan

pengetahuan serta membentuk sikap, kepribadian manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga

keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam menyikapi

nilai-nilai agama, serta untuk mempersiapkan peserta didik

menjadi manusia yang dapat menjalankan dan mengamalkan

ajaran agamanya” (Kementerian Hukum, 2015).

Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa PAI adalah

upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan

Hadits.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam


32

Ahmad Tafsir (2017:11) mengemukakan tiga tujuan PAI,

yakni:

1) Terwujudnya insan kamil, sebagai wakil-wakil Tuhan di

muka bumi.

2) Terciptanya insan kaffah, yang memiliki tiga dimensi;

religius, budaya, dan ilmiah

3) Terwujudnya penyadaran fungsi manusia sebagai hamba,

khalifah Allah, pewaris para nabi, dan memberikan bekal

yang memadai untuk menjalankan fungsi tersebut.

Mengamati dan menelisik pengertian dan tujuan PAI, baik menurut

ahli maupun regulasi di Indonesia, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

a. PAI telah mewarnai proses pendidikan di Indonesia.

b. PAI merupakan proses pendidikan dengan ajaran Islam sebagai konten

yang diajarkan.

c. PAI diajarkan di sekolah oleh Guru PAI yang profesional.

d. PAI bertujuan untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan siswa

menjadi pribadi Islami (yakin, taat, dan berakhlak) dalam kerangka

diri siswa sebagai individu, anggota kelaurga, bagian masyarakat,

warga negara, dan warga dunia. Dalam poin ini menegaskan bahwa

tujuan PAI bukanlah menjadikan siswa menjadi ahli ilmu agama

Islam.
33

Insan kamil adalah pencapaian tujuan PAI tertinggi sehingga mampu

menjadi manusia yang dapat menjadi rahmat sekalian alam (rahmatan li al-

‘alamin).

G. Hipotesis Kegiatan

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah "Dengan menerapkan

model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI IPA 2

MA Daarul Uluum PUI Majalengka”.

H. Prosedur Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA Daarul

Uluum PUI Majalengka. Lokasi penelitian bertempat di Jl. Siti

Armilah No. 09 Telp. (0233) 284154 Kec. Majalengka Kab.

Majalengka.

Alasan peneliti memilih tempat tersebut karena jarak dari

rumah dengan sekolah yang diteliti tidak terlalu jauh dan juga

sekolah ini pernah dijadikan tempat kegiatan sebelumnya yaitu

Praktik Profesi Keguruan sehingga mempermudah dalam

penelitian dan pengambilan data.


34

b. Subject Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjai subjek penelitian adalah siswa

kelas XI IPA 2 MA Daarul Uluum PUI Majalengka Tahun Ajaran

2022/2023 dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun daftar siswa kelas

XI IPA 2 MA Daarul Uluum PUI Majalengka dapat dilihat pada tabel

2 berikut:

Tabel 2

No. Nama Jenis Kelamin

1. Ahmad Putra L

2. Aghniyya Awaliyah P

3. Agni Nur’aini P

4. Bilqis Nur Salsabila P

5. Cucu Surniati P

6. Erna Hermawati P

7. Latifa Mutiara Indah P

8. M. Ghifari Jihar L

9. Moh. Fawwaz L

10. Nasywa Ramahani P

11. Nantri Sandi L

12. Nayla Arbani P

13. Putri Andini Ginasih Setia Lestari P

14. Salfa Fahrun Jionisa P

15. St. Auliya Nurhasanah P


35

16. Siti Maria Ulfa P

17. Talitha Nur Athifa P

18. Vina Dwi Septiani P

19. Widharti Yuriyosa P

20. Lutfiani Nurfadilah P

2. Jenis Penilitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian

Tindakan Kelas). Menurut Iskandar (2009) bahwa “ penelitian

tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan

secara rasional, sistematis, dan empirik reflektif terhadap berbagai

tindakan yang dilakukan oleh guru, kolaborasi sekaligus sebagai

peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian

terhadap tindakan nyata dikelas berupa kegiatan belajar mengajar

untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang

dilakukan.

3. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain PTK yang

dikemukakan oleh kemmis dan Tagart dalam buku karangan Rido

kurnianto (2009:15) yang terdiri atas perencanaan (planning),tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Adapun

penjelasan untuk masing-masing tahap siklus adalah sebagai berikut:


36

Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart

Berdasarkan gambar diatas bahwa Kemmis dan Tagart

mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah sesuatu yang sangat penting sekali

untuk meneliti sesuatu karena dengan perencanaan penenliti bisa

menentukan langkah-langkah selanjutnya. Peneliti membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menyediakan alat

untuk membantu rencana pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yaitu langkah selanjutnya setelah perencanaan

dan di lakukan sesuai dengan apa yang di recanakan


37

sebelumnya, adapun tindakan yaitu Mensimulasikan sesuai

dengan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Pengamatan

Pengamatan di lakukan oleh peneliti yang nantinya apa

saja yang harus diperbaiki (evaluasi), guna memperbaiki proses

pembelajaran kedepannya. Supaya membantu dalam proses

pengamatan biasanya peneliti membuat video saat melakukan

simulasi terkait model pembelajaran tersebut.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat sejauh metode yang

terapkan oleh peneliti yang nantinya bakal menjadi bahan

pengkajian ulang untuk melakukan pembenahan dalam metode

yang sudah di terapkan tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:74) teknik pengumpulan data sebagai

langkah yang paling strategis alam penelitian karena tujuan utama dari

penelitian tersebut aalah untuk menapatkan data.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam teknk

pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi suatu teknik atau cara pengumpulan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang


38

sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan

cara guru mengajar, siswa belajar. Menurut Badriah (2012:114)

menyatakan “Observasi merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan

mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati.

Observasi digunakan untuk memantau kegiatan guru dan siswa

dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Menurut Ridwan (2007:30) menyatakan bahwa “

observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan”. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu mengamati

langsung dan menctat kegiatan yang dilakukan siswa dan guru

selama proses pembelajaran pendidikan agama islam.

b. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:85) dokumentasi aalah salah satu

cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi

dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, angka dan gambar

yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi ini menjadi

salah satu data yang diperlukan dan dapat dijaikan bukti dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

c. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman belajar

siswa yaitu dengan menggunakan tes lisan yang dilaksanakan


39

pada setiap akhir siklus I dan II. Adapun yang dimaksud dengan

tes menurut Arifin, (2009: 118) adalah “Merupakan suatu

teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai

pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur aspek

perilaku siswa”.

5. Instrumen Penelitian

Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2007:119) dalam penelitian

diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang memenuhi

persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu

instrumen penelitian, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas

instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sedangkan reliabilitas

berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran.

Adapun kisi-kisi instrumen yang telah di susun peneliti adalah

sebagai berikut:
40

Tabel 3 Kisi-Kisi Observasi Mengenai Aktivitas dalam Kegiatan Pembelajaran


Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Tabel 3
Aspek Yang No Item

Diobservasi Fokus Deskripsi Indikator

1. Guru a) Efektifitas 1) Kegiatan Awal 1, 2, 3, 4


Pelaksanaan
pembagian 2) Kegiatan Inti 5, 6, 7,
Model 8, 9
waktu dalam
Pembelajaran
3) Kegiatan Pnutup 11, 12,
melaksanakan
Cooperative 13, 14,
pembelajaran. 15
Learning Tipe
b) Tahap-tahap 1) Siswa dikelompokkan 5
Jigsaw untuk
pelaksanaan dengan anggota
meningkatkan
Jigsaw. kurang lebih 4-6
hasil belajar
orang.
siswa pad mata
2) Tiap orang dalam tim 6
pelajaran PAI
iberikan materi atau

tugas yang berbeda.

3) Anggota alam tim 7

yang berbeda demgan

penugasan yang sama

membentuk kelompok

baru (kelompokm

ahli)
41

4) Kelompok ahli 8

berdiskusi, tiap

anggota kembali ke

kelompok asal dan

menjelaskan kepada

anggota kelompok

tentang sub bab yang

mereka kuasai.

5) Tiap tim ahli 9

mempresentasikan

hasil kelompok asal

6) Kelompok asal 10

mempresentakin

hasilnya didepan

kelas.

c) Interaksi 1) Memberikan umpan 9

dengan siswa balik

1) Antusias, 3
2. Siswa a) Kerjasama
keikutsertaan, peserta
siswa dalam
didik dalam
belajar.
pembelajaran.

1
b) Keaktifan 2) Siswa aktif dalam
42

siswa dalam mengikuti

belajar. pembelajaran.

3) Peserta didik berani 2


c) Keberanian
dan percaya diri dalam
peserta didik.
belajar.

4
d) Tanggung 4) Tanggung jawab

jawab Peserta peserta didik dalam

didik. belajar.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu memaparkan hasil

penelitian yang dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam perhitungan

kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif.

Analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

hasil lembar observasi dan dokumentasi mengenai hasil pembelajaran mata

pelajaran aqidah akhlak melalui model pembelajaran make a match.

Analisis dilakukan pada setiap siklus dengan teknik deskriptif persentase.

Berikut ini rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik

deskriptif persentase (Anas Sudijono, 2010:43):


43

Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/ banyaknya individu)

Keterangan:
P = Angka persentase
= Jumlah nilai yang diperoleh siswa
N = Jumlah maksimal nilai yang bisa diperoleh siswa’

6. Indikator Keberhasilan

a. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi kriteria

keberhasilan sebesar 80% siswa sudah mencapai nilai KKM

dengan nilai 70 menggunakan penilaian dapat menjawab lembar

tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung.

b. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila skor aktifitas guru

mencapai nilai 85.

c. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila skor aktifitas siswa

mencapai nilai 85.


44

I. Jadwal Penelitian

Berikut adalah jadwal Penelitian Tindakan Kelas:

Februari Maret April Mei


No Nama Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
1 
proposal

2 Seminar Proposal 

Peyusunan Skripsi
3
dan bimbingan

Pelaksanaan
4
Penelitian

Pendaftaran sidang
5
munaqosyah

6 Sidang munaqosyah

Tabel 4 Lembar Observasi Guru

Pengamatan SKOR
No KBM Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1 0

1. Mempersiapkan siswa
untuk belajar
I 2. Memotivasi siswa untuk
Pendahuluan
mengikuti pelajaran
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
45

4. Siswa dikelompokkan
dengan anggota kurang
lebih 4-6 orang.

5. Tiap orang dalam tim


iberikan materi atau tugas
yang berbeda.

6. Anggota alam tim yang


berbeda demgan
penugasan yang sama
membentuk kelompok
baru (kelompokm ahli)

7. Kelompok ahli berdiskusi,


II Kegiatan Inti
tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan
menjelaskan kepada
anggota kelompok tentang
sub bab yang mereka
kuasai.

8. Tiap tim ahli


mempresentasikan hasil
kelompok asal

9. Kelompok asal
mempresentakin hasilnya
didepan kelas
10. Evaluasi proses
III Evaluasi pembelajaran dan evaluasi
akhir
Menutup 11. Menyimpulkan
IV
Pelajaran pembelajaran
46

12 Memberikan tugas rumah

1. Siswa antusias
2. Guru antusias
V Suasana Kelas 3. Waktu sesuai alokasi
4. KBM sesuai dengan skenario
pada RPP

Tabel 5 Lembar Observasi Siswa

Skor Penilaian
No Aspek yang diamati
0 1 2 3 4
1 Mendengarkan penjelasan guru
2 Melakukan pengamatan
3 Aktif menjawab pertanyaan dari guru
4 Aktif bertanya kepada guru
5 Menyimpulkan materi pembelajaran

Keterangan Kriteria :

4 = Baik Sekali

3 = Baik

2 = Kurang Baik

1 = Baik

0 = Buruk
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Nur. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.


Anggrayani, Santi (2019). Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pai Kelas X Di Sekolah
Menengah Atas Negeri 04 Kaur. (Bengkulu)
Departemen Agama RI (2005), Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Semarang).
Djamrah Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi belajar mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka cipta, 2006).
Firmansyah, Iman. (2019). Penididikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan,
Dasar, dan Fungsi.
Isjoni, (2009). Cooperative Learning (Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok), (Alfabeta)
Margono (2010). Metodologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta)
Rois Mahfud, (2011). Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Hak cipta: Erlangga)
Sukarmini (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan
Motivasi Berprestasi. (Singaraja)
Suprijono Agus. (2009). Cooperative learning, yogyakarta : petaka pelajar.
Vivi, Mei (2017). Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Kelas V Di Mi Al- Khairiyah
Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung,
(Lampung).

iv

Anda mungkin juga menyukai