Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


TERHADAP AKHLAK SISWA
( Studi Kasus Siswa Di SMK Wirakarya 1 Ciparay)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam STIT At-Taqwa
Ciparay Bandunng

Oleh : Sukamto
NIM/NIRM : 19122257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AT-TAQWA
CIPARAY BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmaanir Rahim

Segala puji bagi Allah yang mewarisi bumi beserta isinya dan

tentu semua akan Kembali kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga

dicurahkan kepada Rasulullah SAW, Keluarga, sahabat dan para

pengikutnya.

Alhamdulillah, sebagai rasa syukur dan terima kasih ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya serta

Kesehatan lahir dan bathin kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Wirakarya 1 Ciparay”.

Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Islam STIT At-Taqwa Ciparay Bandung.

Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak lepas

dari kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan penulisan berikutnya.

Ciparay 02 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 9

1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 10

1.6 Hipotesis ................................................................................................. 13

1.7 Metode Penelitian ................................................................................... 14

1.8 Daftar Pustaka ........................................................................................ 27

1.9 Komposisi Bab ....................................................................................... 29

iii
PROPOSAL
PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA
DI SMK WIRAKARYA 1 CIPARAY

1.1 Latar Belakang

Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan modal sosial yang strategi

dan realistis dalam pembangunan. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan

pembangunan tidak hanya dilihat dari segi ekonomi dan banyaknya material

yang dimiliki, melainkan lebih ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM). Oleh karena itu, Indonesia memberikan perhatian yang serius terhadap

pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai jenjang perguruan tinggi,

baik sekolah negeri maupun swasta, formal maupun informal. Semua itu

merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya, sehingga mampu mengikuti pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta dapat duduk sejajar dengan bangsa lain yang

sudah maju (Santi, 2009).

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 27 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


otak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bagi manusia, pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas

hidup, memperbesar pemenuhan diri dari kebodohan, kemiskinan, dan

1
2

keterbelakangan. Melalui pendidikan pula manusia dapat membuka tabir

kehidupan, sekaligus menempatkan dirinya sebagai subyek perubahan dari

kultural maupun struktural. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

sesungguhnya pendidikan merupakan proses belajar yang tidak terbatas

waktunya dan merupakan usaha untuk pencapaian kepuasan diri, harga diri serta

aktualisasi diri (Santi, 2009).

Pendidikan juga merupakan suatu proses belajar mengajar yang didalamnya

terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan

peserta didik, dimana dalam interaksi tersebut diharapkan peserta didik mampu

mengembangkan kemampuannya maupun pemikirannya. Pendidikan itu sendiri

dapat diperoleh melalui tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan

non-formal dan pendidikan informal. Maka dari itu pendidikan dapat

didapatkan dari berbagai sumber diantaranya dengan belajar sendiri, dari

lingkungan, dari pendidik, maupun dari orang tua (Yusuf, 2019).

Pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba dalam buku karya Drs.

Hasbullah mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani

rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Hasbulloh, 2006).

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tempat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Proses pendidikan tidak terlepas

dari kegiatan belajar mengajar. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan

siswa, sedangkan mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru. Dua

kegiatan tersebut menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan
3

siswa (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, 2019).

''Guru dikenal dengan al-mu'alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang

bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah

seseorang yang memberikan ilmu'' (Suprihatinigrum, 2016)

Peran guru di sekolah menjadi orang tua kedua selain orang tua di rumah.

Untuk itu tanggung jawab guru di sekolah sama dengan tanggung jawab

orangtua di rumah. Guru berkewajiban membentuk watak dan jiwa anak didik.

''Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian

dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat'' (Syaiful

Sagala, 2009).

Guru dituntut untuk menjadi manusia yang serba bisa. ''Tugas guru sangat

berat, baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, teman

sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orangtua murid,maupun dengan

lainnya. Artinya, guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu

dapat mengendalikan para muridnya (Syaiful Sagala, 2009).

Seorang guru juga harus mencintai pekerjaannya, sebagai bentuk tanggung

jawab dirinya kepada murid, orangtua murid, dan masyarakat. Hal ini

dimaksudkan agar seorang guru bukan hanya menstranfer ilmu kepada peserta

didik hanya karena takut kepada pimpinan, melainkan karena panggilan tugas

profesionalnya dan juga sebagai bentuk ibadah.


4

Guru menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh murid. Dengan kata lain,

guru menjadi teladan (role model) bagi murid-muridnya. Ki Hajar Dewantara,

Bapak Pendidikan Nasional mengatakan bahwa peran guru adalah Ing Ngarso

Sung Tulodo (seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh yang baik

kepada bawahannya), Ing Madyo Mangunkarso (seorang pemimpin harus dapat

bekerjasama dengan seluruh bawahannya, agar pekerjaan kelompok atau

organisasi akan terasa mudah dan ringan), dan Tut Wuri Handayani (seorang

pemimpin itu harus memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk maju

dan berkembang). Namun, untuk menjadi sosok guru yang menjadi role model

untuk muridnya tidaklah dapat diraih dengan mudah. Guru harus memiliki

kompetensi-kompetensi tertentu agar benar-benar menjadi teladan yang baik

untuk muridnya

Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10,

disebutkan ''Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan''. Guru yang memiliki kompetensi akan

berbeda hasilnya dengan guru yang tidak berkompetensi. Seorang guru yang

memiliki kompetensi dalam profesinya akan dapat melaksanakan tugas-

tugasnya dengan baik, tepat waktu dan sesuai sasaran. Berbeda halnya dengan

guru yang tidak memiliki kompetensi, akan sulit menentukan kemana arah

tujuan pembelajaran tersebut dicapai.


5

Yang dimaksud kompetensi di atas dijelaskan dalam UU RI no. 14 tahun

2005 yang terdapat pada pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen bahwasanya

setiap guru memiliki empat kompetensi guru diantaranya:

a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik.

b. Kompetensi kepribabdian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan

bewibawa serta menjadi teladan peserta didik.

c. Kompetensi profesional, yaitu mempunyai kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

d. Kompetensi sosial, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesama guru, wali, peserta didik, dan masyarakat sekitar (UUD,

2005).

Menurut Nur Uhbiyati, ''Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan

oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki

kepribadian muslim.''15 Bimbingan ini dapat dengan mengarahkan,

mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran

Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi.

Ruang lingkup pendidikan islam sangat luas meliputi seluruh aspek

kehidupan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat,

yaitu: Fiqih, Al-Qur’an Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam dan Akidah Akhlak.

Sehubungan dengan ini peneliti melakukan pembatasan penelitian hanya pada

aspek Akhlak, yaitu mengenai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at
6

dari peserta didik. Kita hidup di Indonesia yang terkenal akan ras, suku, agama

dan kebudayaan yang beragam. Maka dari itu, ketika pendidik menghadapi

peserta didik pastilah ditemukan tingkah laku yang bermacam-macam.

Karena peserta didik membawa segala pengalaman yang telah ia dapatkan

dari keluarga dan lingkungannya. Seperti yang kita ketahui, bahwa budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabi'at mencerminkan akhlak seseorang. Contohnya

apabila budi pekerti kita baik, maka yang tercermin adalah akhlak yang baik.

Dan sebaliknya, bila budi pekerti kita buruk maka yang tercermin adalah akhlak

yang buruk. Pendidikan akhlak bukan hanya sebatas penjelasan dalam kelas.

Tetapi pendidikan tersebut harus benar-benar merasuk ke dalam lubuk hati

peserta didik sebagai sesuatu yang bernilai positif. Agar apa yang di dapat

dalam kelas dapat Aterealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemajuan teknologi juga berdampak pada peserta didik. Perkembangan

teknologi yang semakin pesat memberikan pengaruh buruk pada anak jika tidak

dibarengi dengan pendidikan akhlak yang kuat. Misalnya saat ini bebasnya

masyarakat terutama anak yang belum cukup umur untuk mengonsumsi

berbagai konten di berbagai media sosial juga televisi juga sedikit banyak telah

membentuk karakter peserta didik.

Menjadi peserta didik adalah fase dimana seorang anak mencari jati diri. Ia

masih mengamati dan meniru apa yang dilakukan oleh teman sebaya atau

kebiasaan apa yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungannya. Maka tak

heran jika apa yang dilakukannya bisa menjadi cerminan dengan siapa ia

bergaul. Dalam kasus yang terjadi di sebuah sekolah di DKI Jakarta misalnya,
7

sejumlah siswa kedapatan merokok dalam kelas. Hal tersebut menjadi viral di

media sosial.

Belum lagi kasus curanmor atau pembegalan. Tidak sedikit juga yang

terjerumus pada lembah hitam seperti narkoba dan prostitusi anak. Guru telah

berusaha melaksanakan tugas mengajar semaksimal mungkin untuk mendidik

muridnya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, tugas guru tidak bisa selalu

dapat mengawasi setiap aktivitas siswanya. Di dalam sekolah murid menjadi

tanggung jawab sekolah, di luar sekolah murid menjadi tanggung jawab

bersama baik guru, orang tua murid, dan lingkungan masyarakat. Namun, ketika

ada permasalahan yang dilakukan oleh murid, yang pertama akan dipertanyakan

adalah dimana ia bersekolah? Bagaimana cara guru mendidiknya? Sudah

tepatkah guru tersebut mendidik anak muridnya? Apa kriteria guru yang

ditetapkan oleh sekolah dalam pengangkatan pendidik? Bagaimana peran guru

terutama guru agama dalam pembinaan akhlak siswa? Dan lain sebagainya

seolah-olah perjuangan guru selama ini sia-sia karena perbuatan muridnya

Pendidikan akhlak sebagai bagian dari pendidikan agama bukan sesuatu hal

yang sulit untuk diajarkan di dalam kelas. Umumnya peserta didik telah

mengenal ruang lingkup akhlak. Namun, yang menjadi permasalahan adalah

pelaksanaan pendidikan akhlak tersebut di luar lingkungan kelas. Peserta didik

diharapkan berhati-hati dalam melakukan perbuatan. Karena dalam dirinya

bukan hanya ada nama pribadinya saja. Melainkan nama orangtua, guru,

sekolah, bahkan tempat tinggalnya menjadi sorotan ketika terjadi sesuatu.

Contohnya kasus seorang siswi yang hilang beberapa hari dari rumahnya, dan
8

diketemukan dalam keadaan shock karena menjadi korban tindakan tidak

senonoh oleh pria yang baru dikenalnya. Hal tersebut terjadi pada masa liburan

sekolah. Dalam hal ini orangtua tidak dapat menyalahkan guru maupun pihak

sekolah karena hal tersebut diluar jam sekolah. Namun, dampak dari hal ini

nama sekolah menjadi sorotan publik.

Sehubungan dengan hasil pra penelitian di atas, maka timbulah sebuah

permasalahan yang penulis temui dan sangat menarik untuk di teliti dan

dibahas. Oleh sebab itu mengingat pentingnya permasalahan ini, maka penulis

perlu menelitinya lebih lanjut dalam suatu penelitian yang berjudul

“PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP

AKHLAK SISWA (STUDI KASUS DI SMK WIRAKARYA 1

CIPARAY)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka Rumusan Masalah

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kondisi Kompetensi Kepribadian Guru PAI Di SMK Wirakaray

1 Ciparay?

2. Bagaimana Keadaan Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay?

3. Apakah Terdapat Pengaruh Kompetensi Guru PAI Terhadap Akhlak Siswa

Di SMK Wirakaray 1 Ciparay?


9

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian nya adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kondisi Kompetensi Kepribadian Guru PAI

Di SMK Wirakaray 1 Ciparay?

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Keadaan Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray

1 Ciparay?

3. Untuk Mengetahui Apakah Terdapat Pengaruh Kompetensi Guru PAI

Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay?

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat yang bersifat teoritis

maupun praktis, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai sumbangsih pemikiran dalam pengembangan Ilmu

Pengetahuan khususnya di bidang pendidikan di STIT At – Taqwa

Ciparay Bandung.

b. Untuk peneliti sebagai tugas akhir syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam.

c. Sebagai pembanding, pertimbangan dan pengembangan pada penelitian

sejenis untuk masa mendatang.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh

penulis selama dibangku perkuliahan dan menambah ilmu pengetahuan


10

serta pengalaman mengenai kajian ini guna mempersiapkan diri dalam

memasuki dunia kerja, melalui pengolahan data dalam penelitian ini.

b. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi dan

menjadi bahan masukan yang dapat digunakan dalam rangka

meningkatkan motivasi belajar siswa.

1.5 Kerangka Pemikiran


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, ''Kompetensi berarti

(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal''.

Menurut Broke and Store sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Uzer

Usman menyatakan bahwa ''Kompetensi merupakan gambaran hakikat

kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting (Usman, 2009).

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap

(daya kalbu), dan keterampilan (daya pikir) yang diwujudkan dalam bentuk

perbuatan. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku

efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisi dan

memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan

seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif

dan efisien (Mulyasa, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa kompetensi guru yang wajib

ditingkatkan untuk mewujudkan kinerja guru meliputi kompetensi pedagogik,


11

kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian

(Kementerian Hukum dan HAM RI, 2022).

Empat domain kompetensi ini sekaligus menjadi acuan penilaian kinerja

guru dari subunsur proses pembelajaran/pembimbingan selanjutnya, dalam

format 1A penilaian Kinerja Guru (PK Guru), keempat domain kompetensi

tersebut dirinci sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik, terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu (1) menguasai

karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan

pembelajaran yang mendidik, (5) pengembangan potensi peserta didik, (6)

komunikasi dengan peserta didik, dan (7) penilaian dan evaluasi;

b. Kompetensi Kepribadian, terdiri dari tiga kompetensi, yaitu (1) bertindak

sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, (2)

menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, dan (3) etos kerja, rasa

tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru;

c. Kompetensi Sosial, terdiri dari dua kompetensi, yaitu (1) bersikap inklusif,

bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, dan (2) komunikasi dengan

sesama guru, tenaga kependidikan, orangtua, peserta didik, dan masyarakat;

d. Kompetensi Profesional terdiri dari dua kompetensi, yaitu (1) penguasaan

materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu, dan (2) mengembangkan keprofesionalan melalui

tindakan yang reflektif.


12

Pendidikan akhlak terdiri dari dua suku kata yaitu pendidikan dan akhlak.

Sebelum penulis menjelaskan pengertian pendidikan akhlak, terlebih dahulu

akan dijelaskan pengertian pendidikan dan akhlak, kemudian pengertian

pendidikan akhlak itu sendiri. Menurut Langgulung sebagaimana yang dikutip

oleh Moh.Haitami Salim & Syamsul Kurniawan: Pendidikan mempunyai

pengertian yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari

generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan,

pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi selanjutnya,

sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar dapat memenuhi fungsi hidup

mereka, baik jasmani begitu pula rohani (Moh. Haitami Salim, 2016).

Ahmad D. Marimba merumuskan ''Pendidikan sebagai bimbingan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada

pembentukan manusia yang ideal''. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

''Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik'' (Depdikbud RI,

2021).

Menurut Ngalim Purwanto, ''Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani

dan rohaninya ke arah kedewasaan” (Purwanto, 2007).

Azumardi Azra mengemukakan, ''Pendidikan merupakan suatu proses

penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan


13

hidupnya secara lebih efektif dan efisien''. Menurut Hasan Al-Banna yang

dikutip oleh Ramayulis: ''istilah pendidikan sering menggunakan kata at-

tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui

pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran

agama

Kompetensi Akhlak Siswa


Kepribadian Guru (Variabel Y)
PAI (Variabel X)

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan praduga yang bersifat sementara dari penelitian yang

akan dilakukan dan pernyataan tersebut masih lemah kebenarannyadan masih

perlu dibuktikan kebenarannya (Qomusuddin, 2019).

Berdasarkan pemaparan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang

akan diajukan dalam penelitian ini adalah: Adapun hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis Kerja (Ha) : Ada Pengaruh Kompetensi Guru PAI Terhadap

Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay

b. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak Ada Pengaruh Kompetensi Guru PAI Terhadap

Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay

Berdasarkan hipotesis di atas, bila tidak terdapat hubungan dan kontribusi

yang positif dan signifikan, maka Ha diterima, dan Ho ditolak. Begitu pula

sebaliknya bila terdapat hubungan dan kontribusi yang positif dan signifikan,

maka Ha diterima dan Ho ditolak.


14

1.7 Metode Penelitian

1. Metode (Desain) Penelitian

Penelitian ini berjudul “PENGARUH KOMPETENSI GURU

PAI TERHADAP AKHLAK SISWA DI SMK WIRAKARAY 1

CIPARAY”. Sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif, yang menurut Sugiyono bahwa metode penelitian

kuantitatif adalah :

Metode Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel

pada umumya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan

tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014).

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

jenis penelitian survei, dimana peneliti melakukan penelitian untuk

mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah bukan buatan, dengan

mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya

(Sugiyono, 2014).

2. Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya


15

(Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yang

akan diteliti , yaitu :

a. Variabel bebas, variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecendent, yang merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kompetensi Kepribadian

Guru PAI (X).

b. Variabel terikat, variabel ini sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen, yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Akhlak Siswa (Y).

Berdasarkan uraian diatas untuk melakukan pengolahan data,

diperlukan unsur lain yang berhubungan dengan variabel seperti konsep

variabel, dimensi, indikator, ukuran, dan skala dimana variabel penelitian

akan diukur dengan skala ordinal, yaitu dalam bentuk operasionalisasi

variabel. Operasionalisasi variabel untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel

Skala
Variabel Indikator Jenis data
Pengukuran

1. Menunjukan Etos Kerja


Kondisi
2. Menjunjung Kode Etik
Ekonomi
Guru
Orang Tua Skala Likert Ordinal
3. Jujur
(X)
4. Bertindak Sesuai Norma
16

(Arifin, 2012)
1. Kedisiplinan
Motivasi 2. Kebersihan
Belajar Siswa 3. Tanggung
(Y) Jawab Skala Likert Ordinal
4. Sopan Santun

(Hamzah B.Uno)

3. Populasi, Teknik Sampling, dan Penentuan Responden

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Di SMK

Wirakaray 1 Ciparay

b. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik

pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan non probability sampling atau sampel non random yaitu

teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel sampel (Sugiyono, 2014).

Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling

menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu sehingga disebut juga judgemental sampling.


17

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah responden yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

c. Penentuan Responden

Arikunto, memberikan pengertian tentang populasi, yaitu

keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemuadian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2014). Didalam penelitian ini populasi adalah Siswa/i di SMK

Wirakaray 1 Ciparay sebanyak 227 orang.

d. Sampel

Ridwan mengatakan bahwa: “sampel” adalah bagian dari populasi.

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar

dketahui apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil

semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil Antara 10% - 15% atau

20% - 25% atau lebih (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini, besarnya jumlah sampel diambil memakai

rumus slovin sebagai berikut :

n=N/(1+Ne2)

Keterangan :

N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel


18

E = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan

sampel 10%.

n=227/(1+227(0.15)2) n=227/6,1075=37,1

Dari perhitungan rumus tersebut didapatkan hasil sampel dengan jumlah

37. Sehingga jumlah sampel yang didapatkan adalah 37 orang Siswa Di

SMK Wirakaray 1 Ciparay.

4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

Data merupakan sumber informasi yang menggambarkan suatu

kejadian (kumpulan fakta). Dengan demikian data adalah kumpulan

fakta yang dapat digunakan sebagai input dalam menghasilkan

informasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Sumber primer ini berupa data yang

diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung dengan cara

menyebarkan kuesioner atau angket kepada responden (Sugiyono,

2014).

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak

memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data.

Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut
19

dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang

lain (Sugiyono, 2014).

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kuesioner atau Angket. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam hal ini

responden hanya menjawab dengan cara memberi tanda tertentu

pada alternatif jawaban yang disediakan. Isi pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner berupa data dari responden dan

pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan indikator dari setiap

variabel X dan variabel Y.

2) Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati langsung ke lokasi dimana penelitian itu dilakukan.

Teknik ini digunakan untuk mengamati, memahami secara cermat,

mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian.

3) Dokumentasi, adalah merupakan studi dokumentasi berupa

penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,

referensi-referensi atau peraturan yang memliki relevansi dengan

fokus penelitian.

4) Wawancara. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan

data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung baik kepada

responden maupun kepada sumber sesuai dengan kebutuhan yang


20

diperlukan oleh peneliti dnegan tujuan-tujuan tertentu serta

menggunakan format tanya jawab yang terencana.

5) Studi Pustaka. Studi pustaka merupakan sebuah proses mencari

berbagai literatur, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka dapat diibaratkan

sebuah kunci yang akan membuka semua hal yang dapat membantu

memecahkan masalah penelitian

5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai

acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang adalam alat ukur

(Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini skala pengukuran menggunakan skala likert,

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Skala likert yang digunakan yang terdiri dari lima option

alternatif jawaban. dengan rincian sebagai berikut :

a. Sangat Setuju (SS) diberikan nilai 5

b. Setuju (S) diberikan nilai 4

c. Kurang Setuju (KS) diberikan nilai 3

d. Tidak setuju (TS) diberikan nilai 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan nilai 1


21

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui bagaimana valid atau

tidaknya setiap pertanyaan yang ada di kuesioner. Pengujian tingkat

validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item yaitu

mengkorelasikan skor tiap dengan skor total yang merupakan skor jumlah

tiap butir. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunankan metode

Korelasi Rank Spearman, karena data yang digunakan berskala berbentuk

ordinal (Qomusuddin, 2019). Adapun rumus Korelasi Rank Spearman

ialah sebagai berikut :

𝝆 = 1- 𝟔 ∑ 𝒅𝟐

𝒏 (𝒏𝟐 −𝟏)

Ket: 𝜌 = koefisien Korelasi Spearman Rank

Untuk mengetahui tiap instrumen pernyataan valid atau tidak,maka

nilai korelasi tersebut dibandingkan dengan 0,3. Jika nilai korelasi (r) > 0,3

maka instrumen tersebut dinyatakan valid, begitupun sebaliknya

(Sugiyono, 2017). Adapun perhitungan koefesien korelasi akan dibantu

menggunakan software SPSS 20.0.

b. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau

lebih. Jadi, dengan kata lain reliabilitas adalah indek yang menunjukkan
22

sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Metode

reliabilitas yang digunakan dalam penelitian inicyaitu Cronbach’s Alpha.

Sekaran (1992) mengatakan bahwa indikator pengukuran reliabilitas

dibagi kedalam 3 bagian, Jika nila alpha diatas 0,8 dianggap baik, jika 0,6-

0,799 dianggap diterima, sedangkan jika kurang dari 0,6, maka dianggap

mempunyai reliabilitas kurang baik (Qomusuddin, 2019). Uji validitas dan

reliabilitas ini, peneliti akan memanfaatkan Software Statistical Program

for Social Science (SPSS) 20.0 untuk mempercepat pengolahan data.

6. Rancangan Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data ialah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data dalam kuantitatif

menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah

statistik deskriptif dan statistik inferensial.

a. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul se

bagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau digeneralisasi (Sugiyono, 2014).


23

Deskriptif dalam penelitian ini meliputi analisis mengenai karakteristik

dari responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan pendapatan, serta

deskriptif jawaban responden terhadap item-item pernyataan yang

mengukur variabel citra merek dan keputusan pembelian konsumen.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh

instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner dengan alternatif jawaban

menggunakan skala Likert, kemudian dibuat tabel frekuensi untuk

mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian

masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan

tidak baik.

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel

penelitian dilakukan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal.

Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat

responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4,dan 5).

Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan asumsi nilai tertinggi

dari jawaban responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan

tampak seperti di bawah ini (U Narimawati, 2010).

Berdasarkan analisis skor diatas, maka kategorisasi jawaban responden

dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :


24

Tabel 2 Kategorisasi Jawaban Responden

No % Jumlah Skor Kategori

1 20.00 – 36.00 Tidak Baik

2 36.01 – 52.00 Kurang Baik

3 52.01 – 68.00 Cukup Baik

4 68.01 – 84.00 Baik

5 84.01 - 100 Sangat Baik

b. Statistik Inferensial

Analisis selanjutnya adalah statistik inferensial, yaitu analisis yang

digunakan untuk menganalisis data sampel. Statistik inferensial yang

digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi korelasi, karena

bertujuan untuk mengetahui kausalitas antar variabel.

Analisis regresi terdiri atas dua jenis, yakni regresi linier sederhana yaitu

bentuk hubungan fungsional antar 2 variabel, satu variabel bebas dan satu

variabel terikat, dan regresi linier ganda yaitu bentuk hubungan fungsional

antara lebih 2 variabel terikat atau lebih variabel bebas. Dalam penelitan

ini karena mengunakan 2 variabel, maka yang digunakan adalan analisis

regresi linier sederhana. Regresi memerlukan beberapa syarat yang harus

dipenuhi, sebagai model untuk menilai suatu pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Syarat- syarat tersebut diantaranya : ada

hubungan linier dari variabel yang diteliti (uji linieritas), data harus
25

berdistribusi normal, dan data memiliki skala rasio atau interval

(Qomusuddin, 2019)

1) Uji Normalitas

Uji normalisasi bertujuan bertujuan untuk mengetahui apakah data

yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dengan uji normalitas

akan diketahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Apabila pengujian normal, maka hasil

perhitungan statistik dapat digeneralisasikan pada populasinya. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan perhitungan dan analisis data yang

diperoleh dari lapangan. Uji normalittaas dalam penelitian ini

menggunakan bantuan program SPSS Windows Versi 20.

2) Uji Lineritas

Uji Linearitas merupakan suatu perangkat uji yang diperlukan untuk

mengetahui bentuk hubungan yang terjadi diantara variabel yang

sedang diteliti. Pengujian ini dengan menggunakan bantuan program

SPSS Windows Versi 20 dengan perangkat Test for Linearity. Dengan

menggunakan taraf signifikan 5%, maka suatu variabel memiliki

hubungan linier dengan variabel lainya jika nilai signifikasi-nya lebih

kecil dari 0,05.

3) Regresi Sederhana

Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara

sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan

datang. Uji regresi sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh


26

masing- masing variabel preditor dengan menggunakan persamaan

regresi, yaitu :

Y = a + bX

Keterangan:

Y = nilai yang diprediksi X = nilai variabel prediktor a = bilangan

konstan

b = bilangan koefisien prediktor.

Peneliti akan memanfaatkan Software Statistical Program for Social

Science (SPSS) 20.0 untuk mempercepat pengolahan data regresi.

4) Uji Hipotesis

Langkah-langkah untuk melakukan pengujian hipotesis dimulai

dengan menetapkan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha),

pemilihan tes statistik dan perhitungan nilai statistik, penetapan tingkat

signifikasi dan penetapan kriteria pengujian. Hipotesis dalam

penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi linier dengan

menggunakan uji t. Rumusan hipotesisnya sebagai berikut (Sugiyono,

2014).

(1) Hipotesis Kerja (Ha) : Ada Pengaruh Kompetensi Guru PAI


Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay

(2) Hipotesis Nol (Ho) : Tidak Ada Pengaruh Kompetensi Guru PAI

Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Wirakaray 1 Ciparay


1.8 Daftar Pustaka

Arifin, B. dan M. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media.

Depdikbud RI. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Hasbulloh. (2006). Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, (2019).

Kementerian Hukum dan HAM RI. (2022). Undang Undang NKRI.


Kementerian Hukum Dan HAM RI.

Moh. Haitami Salim, & S. K. (2016). Studi Ilmu Pendidikan Islam.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyasa, E. (2014). Menjadi Guru Profesional Menciptakan


Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Bandung : Rosdakarya.

Purwanto, N. (2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Qomusuddin, I. F. (2019). Statistik Pendidikan (Lengkap Dengan Aplikasi


IMB SPSS Statistic 20.0).

Santi, S. D. (2009). Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua


Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XII IPS SMA N 1
Karang Tengah Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2008/2009.
Universitas Negeri Semarang, 1–85.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D


(cetakan ke-21).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

27
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprihatinigrum, J. (2016). Guru Profesional:Pedoman Kinerja,


Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Syaiful Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga


Pendidik. Bandung: Alfabeta.

U Narimawati. (2010). Metodologi Penelitian: Dasar Penyusun... -


Google Scholar.
https://scholar.google.com/scholar?cluster=11572200231241256864
&hl=en&oi=scholarr

Usman, M. U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosdakarya.

UUD. (2005). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru


dan Dosen Pasal 2.

Yusuf, Y. (2019). PENGARUH KONDISI EKONOMI ORANG TUA


TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 SIDENRENG
RAPPANG. ‫المنهل‬.

28
1.9 Komposisi Bab

Komposisi Bab penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian,

tujuan dan kegunaan penelitian yang diharapkan serta kerangka pemikiran dan

hipotesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang mendiskripsikan pengertian, tentang

variabel yang diteliti dalam upaya pengumpulan data, maupun menganalisis

data, juga berisi tentang penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang rancangan metodologi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang

digunakan, uji persyaratan dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi deskripsi

variabel, pengujian persyaratan analisis, pengukuran korelasi, serta pengujian

hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan dengan secara

keseluruhan melalui pendekatan analisis kuantitatif.

BAB V PENUTUP

Berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu

disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian

29

Anda mungkin juga menyukai