Anda di halaman 1dari 37

PANDUAN SURVEILANS

INFEKSI RUMAH SAKIT

RSU BINA KASIH


Jl. Jend. T.B Simatupang No. 148 Medan Sunggal
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberi bimbingan dan petunjuknya,
sehingga tim penyusun berhasil menyelesaikan Panduan Surveilans Infeksi Rumah Sakit yang merupakan salah
satu sarana yang memberikan data dasar laju infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan yang sekaligus
bertanggungjawab dalam melakukan perlindungan terhadap pasien, sebab infeksi nosokomial sangat erat
terkait dengan hak pasien akan pelayanan yang baik dan bermutu.
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan suatu proses yang dinamis,
komprehensif dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam suatu
populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans
ini dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan adanya
kejadian luar biasa ( KLB ), dan sebagai tolak ukur akreditasi rumah sakit.
Semoga dengan adanya buku ini yang juga dilengkapi dengan buku standar operasional prosedur pencegahan
dan pengendalian infeksi memberi informasi mengenai bagaimana cara mencegah terjadi infeksi nosokomial.
Panduan ini sangat penting bagi petugas yang bekerja di rumah sakit dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi, bukan saja untuk para petugas tetapi juga bagi pasien, keluarga pasien dan lingkungan rumah sakit.
Namun kami menyadari bahwa Panduan ini belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Panduan ini dapat mangalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun sarana rumah sakit.
Akhir kata kami Tim penyusun mengucapkan terima kasih dan harapan kami agar Panduan ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii

BAB I DEFINISI
A. PENDAHULUAN ..............................................................................................................................1
B. DEFINISI SURVEILANS .....................................................................................................................1
C. DEFINISI KASUS ...............................................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP SURVEILANS
A. METODE SURVEILANS ....................................................................................................................5
B. TUJUAN SURVEILANS...................................................................................................................5
BAB III TATA LAKSANA SURVEILANS
A. Indefikasi Pasien .............................................................................................................................8
B. Pengumpulan Data Numerator ......................................................................................................9
C. Pengumpulan Data Denominator ...................................................................................................9
D. Analisis Data ..................................................................................................................................11
E. Evaluasi, Rekomendasi dan Diseminasi .........................................................................................12
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................................................... .15
LAMPIRAN
1. Profil Indikator ........................................................................................................................... 18
2. Formulir Surveilans A .................................................................................................................. 21
3. Formulir Surveilans B ................................................................................................................. 22
4. Formulir Surveilans C .................................................................................................................. 23
5. Formulir Surveilans D .................................................................................................................. 24
6. Formulir Monitoring Hand Hygiene ............................................................................................ 26
7. Formulir Monitoring Kamar Jenazah .......................................................................................... 27
8. Formulir Monitoring manajemen Laundry dan Linen ................................................................ 28
9. Formulir Monitoring Pembuangan Sampah Benda Tajam ......................................................... 29
10. Formulir Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius dan Cairan Tubuh................................... 30
11. Formulir Monitoring Penanganan Pembuangan Darah dan Komponen Darah ......................... 31
12. Formulir Monitoring Penggunaan Ruang Isolasi ........................................................................ 32
13. Formulir Monitoring Peralatan Kadaluarsa ................................................................................ 33
14. Formulir Monitoring Pencatatan dan Pelaporan Tertususk Jarum ........................................... 34

2
BAB I
DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Salah satu program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) adalah kegiatan surveilans, di
samping adanya kegiatan lain seperti pendidikan dan latihan, serta kewaspadaan isolasi. Kegiatan
surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang penting dan
luas dalam program pengendalian infeksi dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan dari program PPI.
Ditinjau dari asal atau didapatnya, infeksi dapat berasal dari komunitas (community acquired
infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital acquired infection) yang sebelumnya
dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Karena sering kali tidak bisa secara pasti ditentukan asal
infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare
Associated Infection” (HAI’s) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di RS tetapi juga di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi
pada petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus
untuk infeksi yang terjadi atau didapat di RS selanjutnya disebut Infeksi Rumah sakit (IRS).
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan suatu proses yang dinamis,
komprehensif dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam
suatu populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil
kegiatan surveilans ini dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan, untuk menentukan adanya kejadian luar biasa (KLB), dan sebagai tolak ukur akreditasi RS.
Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis surveilans yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing RS. Dengan adanya kegiatan surveilans pada
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit ( PPIRS ) diharapkan dapat
menurunkan laju infeksi.
B. DEFINISI SURVEILANS
Surveilans Infeksi Rumah Sakit (IRS) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus
dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis dan interprestasi dari data kesehatan yang penting
pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Assosiated infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi
pada pasien selama perawatan di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak terjadi infeksi
dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. IRS juga mencakup infeksi yang didapat di RS
tetapi bisa juga muncul setelah keluar RS dan juga infeksi akibat kerja pada fasilitas kesehatan.
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah. Perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi tersebut meliputi:
1. Adanya infeksi baru
2. Perubahan kelompok populasi pasien, seperti misalnya perlu penerapan cara intervensi medis
lain yang beresiko tinggi
C. DEFINISI KASUS
Jenis-jenis IRS sangat banyak, tergantung dari jenis perawatan dan tindakan yang kita lakukan
terhadap pasien (saluran pernafasan, pencernaan, kemih, sistem pembuluh darah, sistem saraf pusat

3
dan kulit). Diantara jenis-jenis IRS ada 4 jenis yang paling sering terjadi yaitu Infeksi Aliran Darah
Primer (IADP) infeksi yang berhubungan dengan pemasangan ventilator atau Ventilator Associated
Infection Pneumonia (VAP), infeksi akibat pemasangan kateter urine atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dan akibat Tindakan Pembedahan, Surgical Site Infection (SSI).
1. INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)
Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui
peralatan yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah atau ditemukannya organisme
dari hasil kultur darah yang semi kuantitatif/kualitatif disertai tanda klinis jelas serta tidak dan/atau
ada hubungannya dengan infeksi. Dalam istilah CDC (Centers for Disease Control) disebut sebagai
Blood Stream Infection ( BSI ).
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri yang kita lakukan
terhadap pasien, baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik, yang secara umum disebut
katerer intravaskuler (Intravascular Catheter). Contohnya pemasangan vena sentral (CVC : Central
Venous Catheter), vena perifer (infus).
Kriteria IADP
 Kriteria 1 IADP
 Ditemukan pathogen pada kultur darah pesien, dan
 Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dgn infeksi di bagian lain tubuh pasien

 Kriteria 2 IADP
 Pasien menunjukan minimal satu gejala klinis: demam (> 380C), menggigil / hipotensi.
 Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratorium yang tidak berhubungan
dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien.
 Hasil kultur yang berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda
didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misal difteroid (Corynebscterium spp),
bacillus spp. (bukan B-antha racis), propionibacterium spp., staphylococcus coagulase negative
termasuk S. epidermis, Strep viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
 Kriteria 3 IADP
 Pasien anak usia 1 tahun menujukkan minimal satu gejala seperti berikut: demam (suhu rektaI
> 380C ), hipotermi (suhu rektal < 370C ), apnoe atau bradikardia.
 Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak berhubungan dengan
infeksi di bagian lain dari tubuh pasien.
 Hasil kultur yang berasal dari 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda didapatkan
mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid (corynebacterium spp), Bacillus spp.
(bukan B anthracis), propionibacterium spp., staphylococcus coagulase negative termasuk S
epidermis, Strepto viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
CSEP ( Clinical Sepsis )/Sepsis Klinis
CSEP hanya dapat dipakai untuk melaporkan IADP pada neonatus dan bayi. Tidak dipakai untuk
pasien dewasa dan anak.
 Kriteria CSEP
 Pasien berumur < 1 tahun menunjukan minimal 1 tanda atau gejala klinis tanpa ditemukan
penyebab lain : demam (suhu rectal > 380C hipotermi ( suhu rektal < 370C ) apnoe atau
bradikardi )
 Tidak dilakukan kultur darah atau kultur darah negative
 Tidak ditemukan infeksi ditempat lain
 Klinisi melakukan terapi sebagai kasus sepsis

4
PETUNJUK PELAPORAN IADP
 Phlebitis purulent dikonfirmasikan dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter,
tapi bila hasil kultur negative atau tidak ada kultur darah, maka bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari
bagian tubuh.

2. PNEUMONIA
Ada 2 jenis pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu pneumonia yang didapatkan akibat
perawatan yang lama atau sering disebut sebagai Hospital Asquired Pneumonia (HAP) dan
Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik atau sering disebut sebagai Ventilator
Associated Pneumonia (VAP).
a) DEFINISI HAP, Hospital Asquired Pneumonia
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat di
rumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran nafas
bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring yang lama ( koma/ tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster,
endotracheal tube ( ETT ).
b) DEFINISI VAP, Ventilator Associated Pneumonia
VAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi
mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas.
c) TANDA DAN GEJALA KLINIS PNEUMONIA
Bukti klinis pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala berikut :
 Demam ( > 380C ) tanpa ditemukan penyebab lainnya
 Leukopenia ( < 4.000 WBC / mm3 ) atau leukositosis ( > 12.000 SDP/ MM3 )
 Untuk penderita berumur > 70 tahun ada perubahan status mental yang tidak ditemui
penyebab lainnya.
Minimal disertai 2 tanda berikut :
 Timbulnya onset baru sputum purulent atau perubahan sifat sputum
 Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dypspnoe ( sesak nafas ) atau
tachypnoe ( nafas frekuen ) rhonci basah atau suara nafas bronchial
 Memburuknya pertukaran gas misalnya desatuasi O2 ( PO2 < 240 ) Peningkatan kebutuhan
oksigen atau perlunya ventilator. Populasi beresiko untuk terjadinya pneumonia IRS dibedakan
berdasarkan jenis pneumonianya :
 POPULASI BERESIKO VAP adalah semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik sehingga
terjadinya terutama terfokus pada area spesifik yaitu ICU, NICU/ PICU, ICCU. Sehingga yang
digunakan sebagai numenator dalam menghitung laju infeksi adalah jumlah kasus VAP perperiode
tertentu ( 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun ) sedangkan denominatornya adalah jumlah hari pemasangan
alat ventilasi mekanik periode tertentu.
 POPULASI BERESIKO HAP adalah pasien tirah baring lama yang dirawat di rumah sakit sehingga
dapat digunakan sebagai numenator adalah jumlah kasus HAP per periode tertentu ( 1 bulan, 6
bulan, 1 tahun ) sedangkan denominatornya adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring per
periode tertentu ( 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun ).

5
3. INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
Infeksi saluran kemih (ISK) dalam istilah disebut sebagai saluran kemih murni (urethra dan
permukaan kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga
perinefrik). Untuk itu dalam menentukan jenis ISK perlu pengelompokan sebai berikut :
 Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
 Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
 Infeksi Saluran Kemih lainnya
TANDA-TANDA ISK :
 Demam ( > 380C )
 Urgensi
 Frekuensi
 Nyeri supra pubik
TANDA –TANDA ISK ANAK < 1 TAHUN ;
 Demam > 380C rektal
 Hipotermi < 370C rektal
 Apnoe
 Bradikardi
 Letargia
 Muntah-muntah

4. INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)


ILO adalah istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection (SSI). Ada beberapa stadium dalam
operasi, sehingga penilaian ada tidaknya ILO, juga dikelompokkan berdasarkan seberapa jauh organ
atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal istilah :
 Drainase bahan purulent dari insisi superfisial.
 Dapat diisolasikan kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptik
dari tempat insisi superficial
 Sekurang-kurangnya terdapat
 Satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisasi,
kemerahan, atau hangat pada perabaan
 Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr. bedah dan hasil biakan yang positif atau tidak
dilakukan biakan. Hasil biakan yang negative tidak memenuhi kriteria.

6
BAB II
RUANG LINGKUP SURVEILANS
A. METODE SURVEILANS
Metode-metode surveilans IRS dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :
1. Berdasarkan jenis datanya
a. Surveilans hasil, yaitu surveilans yang memantau laju angka IRS (misalnya: ILO, IADP, ISK,
Pneumonia)
b. Surveilans proses yaitu surveilans yg memantau pelaksanaan langkah-langkah pencegahan IRS.
2. Berdasarkan cakupannya
a. Surveilans komprehensif (hospital–wide/tradisional surveillance) adalah surveilans yang
dilakukan diarea perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi selama di RS
b. Surveilans target (targeted/sentinel surveillance) adalah surveilans jenis infeksi yg spesifik.
3. Berdasarkan waktu
a. Surveilans periodik adalah surveilans yang dilakukan secara rutin dengan selang waktu tertentu
b. Surveilans prevalensi adalah surveilans yang menghitung jumlah semua IRS , baik kasus lama
maupun baru pada hari tertentu atau selama periode tertentu.
4. Berdasarkan jenis rawat
a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang dilakukan selama pasien menjalani rawat
inap saja
b. Surveilans paska rawat (post-discharge surveillance) adalah surveilans yang dilakukan sesudah
pasien keluar dari rumah sakit. Surveilans paska rawat dapat mendeteksi IRS yang tidak
langsung timbul seperti ILO yang bisa timbul 30 hari (tanpa implant) sampai 90 hari sesudah
operasi (dengan implant)
Untuk tersedianya data nasional yang seragam, surveilans yang dilaporkan oleh semua rumah sakit
adalah Surveilans secara targeted surveilans paska rawat.
B. TUJUAN SURVEILANS
a. Mendapatkan Data Dasar IRS. Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur
laju angka dasar (basaline rate) dari infeksi rumah sakit. Dengan demikian dapat diketahui
seberapa besar resiko yang dihadapai oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebagian
besar ( 90 - 95% ) dari IRS adalah endemic dan ini diluar dari KLB yang telah dikenal. Oleh
karena itu kegiatan surveilans IRS ditujukan untuk menurunkan laju angka endemik tersebut.
Meskipun data surveilans dapat digunakan untuk menentukan laju angka endemic, namun
pengumpulan data saja tidak akan mempengaruhi resiko infeksi jika tidak disertai dengan
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang memadai. Bila demikian maka kegiatan
surveilans akan sia-sia belaka, bahkan selain mahal juga sangat tidak memuaskan semua pihak.
b. Menurunkan laju infeksi ditemukan faktor resiko IRS yang akan diintervensi sehingga dapat
menurunkan laju angka IRS. Untuk mencapai tujuan surveilans harus berdasarkan cara
penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang tersedia.
c. Identifikasi Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi rumah sakit.
Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera mengenali bila terjadi suatu
penyimpanan dari laju angka dasar tersebut. Yang mencerminkan suatu peningkatan kasus atau
kejadian luar biasa ( outbeak ) dari IRS.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus terjadinya wabah.
KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi rumah sakit yang menyimpang dari
angka dasar endemic yang bermakna dalam kurun waktu tertentu .

7
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi peningkatan kasus infeksi RS
dengan cara melakukan pemantauan secara terus-menerus dan sistematis ( surveilans ) terhadap
faktor resiko terjadinya infeksi RS.
Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi sehingga dapat menetapkan kejadian
tersebut merupakan suatu KLB sangat dapat diperlukan keterampilan khusus dari para petugas
kesehatan yang bertanggung jawab untuk itu. Petugas diharapkan mampu memahami kapan suatu
keadaan/ kondisi dinyatakan sebagai kejadian luar biasa. Suatu KLB dinyatakan apabila memenuhi
salah satu kriteria sebagai berikut :
 Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
 Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 ( tiga ) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
 Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
 Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata - rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukan kenaikan > 2X
dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
 Angka kematian kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
 Angka proporsi penyakit ( proporsional rate ) penderita baru suatu penyakit pada satu periode
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.Tanpa adanya ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan
tidak ada gunanya sama sekali dan KLB akan lewat demikian saja.
 Menyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah memerlukan penanggulangan.
Data surveilans yang diolah dengan baik dan disajikan secara rutin dapat menyakinkan tenaga
kesehatan untuk menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Data ini dapat
melengkapi pengetahuan yang didapat dari teori karena lebih spesifik, nyata dan terpercaya.
Umpan balik tenaga kesehatan untuk melakukan upaya PPI Rumah Sakit.
 Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI RS. Setelah permasalahan dapat ter-
identifikasi dengan adanya data surveilans serta upaya pencegahan dan pengendalian telah
dijalankan, maka masih diperlukan surveilans secara berkesinambungan guna menyakinkan
bahwa permasalahan yang ada benar–benar telah terkendali. Dengan pemantauan terus-
menerus maka suatu upaya pengendalian yang nampaknya rasional yang akhirnya dapat
diketahui bahwa ternyata tidak efektif sama sekali, sebagai contoh bahwa perawatan setiap
hari untuk mencegah IRS saluran kemih yang nampak rasional namun data surveilans
menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.
 Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan. Penatalaksanaan pasien yang baik
dan tepat dalam hal mengatasi dan mencegah penularan infeksi serta menurunkan angka
resistensi terhadap anti mikroba akan menurunkan angka IRS. Surveilans yang baik dapat
menyediakan data dasar sbg data pendukung RS dlm upaya memenuhi standar pelayanan RS.
 Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi Akreditasi RS. Surveilans IRS merupakan salah
satu unsur untuk memenuhi akreditasi RS yaitu pencegahan dan pengendalian infeksi. Akan
tetapi pengumpulan data surveilans hanya untuk kepentingan akreditasi adalah suatu
pemborosan sumber daya yang luar biasa tanpa memberikan manfaat kepada rumah sakit atau
pun tenaga yang lain. Oleh karena itu surveilans harus dikendalikan kepada tujuan yang
sebenarnya yaitu untuk menurunkan resiko IRS.

8
BAB III
TATA LAKSANA SURVEILANS
A. IDENTIFIKASI KASUS
Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada 3 ( tiga ) hal yang perlu diperhatikan disini :
1. Apakah kasus IRS didapatkan secara pasif atau aktif ?
Pada surveilans secara pasif, orang yang tidak duduk dalam komite/Tim PPI dipercaya untuk
mencatat dan melaporkan bila menemukan infeksi selama perawatan. Misalkan tersedia formulir
yang diisi oleh dokter atau perawat yang merawat bila menemukan IRS pada pasiennya. Oleh karena
keterampilan dan pengetahuan tenaga semacam ini lebih tertuju pada perawatan pasien. Dari pada
masalah surveilans, maka tidak heran kalau masalah yang selalu ada pada surveilans pasif adalah
selalu mengklasifikasi, underreporting dan kurang runtunnya waktu dari data yang terkumpul.
Surveilans aktif adalah kegiatan yang secara khusus dilakukan untk mencari kasus IRS oleh orang-
orang yang terlatih dan hamper selalu dari komite/ Tim PPI tersebut mencari data dari sumber untuk
mengumpulkan informasi dan memutuskan apakah terjadi IRS atau tidak.
2. Apakah kasus IRS didapatkan berdasarkan pasien atau temuan laboratorium ?
Kasus IRS didapatkan berdasarkan klinis pasien atau temuan laboratorium. Surveilans yang
didasarkan pada temuan klinis pasien, menelaah faktor resiko, memantau prosedur perawatan
pasien yang terkait dengan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi dalam hal
diperlukan pengamatan langsung di ruang perawatan diskusi dengan dokter atau perawatan.
Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata didasarkan atas hasil
pemeriksaan Lab atas sediaan klinik. Oleh karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu yang didiagnosis
secara klinik (berdasarkan gejala dan klinik) saja, seperti sepsis dapat secara salah diinterpretasikan
sebagai IRS (misal hasil positif hanya merupakan kolonisasi dan bukan infeksi)
3. Apakah kasus IRS didapatkan secara prosfektif atau retrospektif ?
Yang dimaksud dengan surveilans prospektif pemantauan setiap pasien selama dirawat di rumah
sakit dan untuk pasien operasi sampai setelah pasien pulang (satu bulan untuk operasi tanpa implant
dan satu tahun jika ada pemasangan implant). Surveilans retrospektif hanya mengandalkan catatan
medis setelah pasien pulang untuk menemukan ada tidaknya IRS.
Keuntungan yang paling utama pada surveilans prospektif adalah :
a. Dapat langsung menentukan kluster dari infeksi.
b. Adanya kunjungan komite/ TIM PPI di ruang perawatan.
c. Memungkinkan analisis data berdasarkan waktu dan dapat memberikan umpan balik.
Kelemahannya adalah memerlukan sumber daya yang lebih besar dibandigkan surveilans
retrospektif. Sistem surveilans IRS secara nasional memerlukan penemuan kasus berdasarkan pasien
yang aktif dan prospektif
B. PENGUMPULAN DAN PENCATATAN DATA
Tim PPI bertanggungjawab atas pengumpulan data tersebut di atas karena mereka yang memiliki
keterampilan dalam mengindentifikasi IRS sesuai dengan criteria yang ada. Sedangkan pelaksanan
pengumpul data adalah IPCN yang dibantu IPCLN. Banyak sumber data diperlukan dalam
pelaksanaan surveilans IRS tergantung dari jenis pelayanan medik yang diberikan oleh suatu rumah
sakit. Komite/Tim PPI harus memiliki askes yang luas sumber data serta perlu mendapatkan kerja
sama dari semua bagian/unit di rumah sakit tersebut, agar dapat melaksanakan surveilans dengan
baik atau melaksanakan penyelidikan suatu KLB.
Sering kali diperlukan sumber dari dokter, perawat, pasien maupun keluarga pasien, dari farmasi,
catatan medic, catatan perawat. Untuk mengingatkan komite/ Tim PPI kepada suatu infeksi baru dan
juga untuk mencari rujukan mengenai cara pencegahan dan pengendaliannya.

9
1. PENGUMPULAN DATA NUMERATOR
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan numerator data dapat dilakukan oleh selain IPCN misalnya dari database elektronik
tetapi IPCN atau seorang IPCO (Infection Prevention and Control Officer) atau IPCD (Infection
Prevention and Control Dokter) yang membuat keputusan final tentang adanya IRS berdasarkan
kriteria yang dipakai untuk menentukan adanya IRS.
b. Jenis Data Numerator yang Dikumpulkan :
 Data demografik : nama, tgl lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik, tanggal masuk RS
 Infeksi: tgl infeksi muncul, lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama kali.
 Faktor resiko : alat prosedur, faktor lain yang berhubungan dengan IRS.
 Data laboratorium : jenis mikroba, antibiogram, serologi, patologi
 Data radiology/ imaging : X-ray, CT scan, MRI dsb.

c. Sumber Data Numerator :


 Catatan masuk/ keluar/ pindah rawat, catatan laboratorium mikrobiologi. Mendatangi bangsal
pasien untuk mengamati dan berdiskusi dengan perawat
 Data-data pasien (catatan kertas atau komputer) untuk konfirmasi kasus.
 Hasil laboratorium dan radiologi/ imaging
 Catatan perawat dan dokter dan konsultan
 Diagnosis saat masuk rumah sakit
 Riwayat penyakit dari pemeriksaan fisik
 Catatan diagnostik dan intervensi bedah
 Catatan suhu
 Informasi pemberian antibiotic
 Untuk kasus SSI post - dicharge, sumber data termasuk catatan dari klinik bedah, catatan dokter,
departemen emergency.
d. Bagaimana IPCO mengumpulkan data numerator
 Amati catatan masuk/ keluar/ pindah rawat pasien - pasien yang masuk dengan infeksi,
tempatkan mereka pada kelompok resiko mendapatkan IRS.
 Review laporan laboratorium untuk melihat pasien yang kemungkinan terinfeksi ( misalnya
kultur positif mikrobiologi, temuan patologi ) dan bicarakan dengan laboratorium untuk
mengidentifikasi pasien yang kemungkinan terinfeksi dan untuk mengidentifikasi kluster infeksi,
khususnya pada area yang tidak dijadikan target rutin surveilans IRS
 Selama melakukan surveilans ke ruangan, amati lembar pengumpul data, catatan suhu, lembar
pemeberian antibiotic dan catatan medis pasien, bicara dengan perawat dan dokter untuk
mencoba mengidentifikasi pasien - pasien yang kemungkinan terinfeksi.
 Lakukan review data pasien yang dicurgai terkena IRS : review perjalnan penyakit yang dibuat
oleh dokter dan perawat, data laboratorium, laporan radologi/ imaging, laporan operasi, dsb :
bila data elektronik ada, review dapat dilakukan melalui computer, tetapi keliling ruangan tetap
penting untuk surveilans, pencegahan dan control aktivitas.
 Review juga dilakukan dari sumber kumpulan data lengkap IRS.

10
2. PENGUMPULAN DATA DENOMINATOR
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data denominator dapat dilakukan oleh selain IPCN, misalnya IPCLN yang sudah dilatih.
Data juga dapat diperoleh, asalakan data ini secara substansial tidak berbeda dengan data yang
dikumpulkan secara manual.
b. Jenis Data Denominator yang Dikumpulkan
 Jumlah populasi pasien yang berisiko terkena IRS.
 Untuk data laju densitas insiden IRS yang berhubungan dengan alat : catatan harian jumlah total
pasien dan jumlah total harian pemasangan alat ( ventilator, central line, and kateter urin ) pada
area yang dilakukan surveilans. Jumlahkan hitungan harian ini pad akhir periode surveilans untuk
digunakansebagai denominator.
 Untuk laju SSI atau untuk mengetahui indek resiko : catatan informasi untuk prosedur operasi
yang dipilih untuk surveilans ( missal : jenis prosedur, tanggal, faktor resiko, dsb. )
c. Sumber Data Denominator
 Untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat : datangi area perawatan pasien
untuk mendapatakan hitungan harian dari jumlah pasien yang datang dan jumlah pasien yang
terpasang alat yang umumnya berhubungan dengan kejadian IRS (missal : central line, ventilator
atau kateter menetap).
 Untuk laju SSI: dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan data psaien yang diperlukan.
 Numerator. Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat. Terdapat tiga katagori yang
perlu dicatat atas bseorang pasien dengan IRS yaitu data demografi, infeksinya sendiri dan
data laboratorium.
 Denominator. Data yang perlu dicatat. Denominator dari infection rate adalah tabulasi dari
data pada kelompok pasien yang memiliki resiko untuk mendapat infeksi :
 Pengumpulan data denominator dan numerator dilakukan oleh IPCN dibantu IPCLN.
 Data denominator dkumpulkan setiap hari, yaitu jumlah pasien jumlah pemakaiaan alat-alat
kesehatan (kateter urine menetap, ventilasi mekanik, kateter vena central, kateter vena perifer)
jumlah kasus operasi.
 Data numerator dikumpulkan bila ada kasus baru infeksi seperti infeksi saluran kemih (ISK),
infeksi aliran darah primer (IADP) pneumonia baik yang terpasang dengan ventilator maupun
tidak terpasang dengan ventilator infeksi luka operasi (ILO).
 TEKNIK PERHITUNGAN

Laju infeksi IADP = ∑ kasus IADP х 1000 = …..‰


∑ hari pemakaian alat (IV cateter)

Laju infeksi ISKP = ∑ kasus ISK х 1000 = …..‰


∑ hari pemakaian alat (kateter)

Laju infeksi VAP = ∑ kasus VAP х 1000 = …..‰


∑ hari pemakaian alat (Ventilator)

Laju infeksi ILO = ∑ kasus ILO dalam waktu tertentu х 100 = …..‰
∑ Pasien operasi pada waktu tertentu

11
ANALISIS DATA
Menentukan dan menghitung laju.
Laju adalah probabilitas suatu kejadian. Biasa dinyatakan dalam formula sebagai berikut :

(x/y) k
X = numerator, adalah jumlah kali kejadian selama kurun waktu tertentu.
Y = denominator, adalah jumlah populasi dari mana kelompok yang mengalami kejadian tersebut
berasal selama kurun waktu yang sama
K = angka bulat yang dapat membantu angka laju dapat mudah dibaca ( 100, 1000 dan 10.000 )
Kurun waktu harus jelas dan dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju tersebut
mempunyai arti.
Ada 3 macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans lainnya, yaitu incidence,
prevanlence dan incidence density.
1. Incidence . Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok
populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula. Dalam surveilans IRS maka incindence
adalah jumlah kasus IRS baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan
resiko untuk mendapatkan IRS yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.
2. Prevanlence Adalah jumlah total kasus baik baru maupun suatu kelompok populasi adalah
jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok populasi dalam satu kurun waktu
tertentu ( priod prevenlence ) atau dalam satu waktu tertentu ( point prevalence ).
3. Point prevalence nosocomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat dibagi dengan jumlah
pasien dalam survey.
4. Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai berikut.
I = P (LA/LN-INTN)
I = Incidence rates
P = Prevalences Rates
LA = nilai rata-rata dari lama rawat semua pasien
LN = NILAi rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau lebih IRS.
INTN= Interval rata-rata antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama terjadinya IRS pada
pasien yang mengalami satu atau lebih IRS tersebut
Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan over-estimate untuk
resiko infeksi karena lama rawat dari pasien yang tidak mendapat IRS biasanya lebih pendek dari
lama rawat pasien dengan IRS. Hal ini dapat mudah dilihat dengan menata ulang formula sebagai
berikut :
P = I (LN - INTN)/ LA

Dimana prevalence sama dengan incidence dikali lama infeksi.


Incidence Density Adalah rata-rata instans dimana infeksi terjadi, relative terhadap besaran popualsi
yang bebas infeksi.Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan orang per
satuan waktu.
Contoh popular dari incidence density rates ( IDR ) yang sering dipakai dirumah sakit adalah jumlah
IRS per 1000 pasien/ hari.
Incidence density sangat berguna terutama pada keadaan sebagai berikut:
a. Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari waktu panjang yang dialami
pasien terhadap faktor resiko ( misalnya semakin lama pasien terpajan, semakin besar resiko
mendapat infeksi )

12
Contoh incidence density rate (IRD) : Jumlah kasus ISK /jumlah hari pemasangan kateter urine oleh
karena itu IDR dapat mengontrol lamanya pasien terpajan oleh faktor resikonya ( dalam hal ini
pemasangan kateter urine ) yang berhubungan secara linier dengan resiko infeksi.
b. Jenis laju lain yang sering digunakan Atack rate (AR) yaitu suatu bentuk khusus dari incidence rate.
Biasanya dinyatakan dengan persen ( % ) dimana K = 100 dan digunakan hanya pada KLB IRS yang
mana pajanan terhadap suatu populasi tertentu terjadi dalam waktu pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yg sangat membutuhkan waktu dan menyita hampir separuh waktu
kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu (full time). Dalam hal ini bantuan komputer
akan sangat membantu terutama akan sangat meningkatkan efisien pada saat analisisnya merupakan
alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas komputer, meski di rumah sakit kecil sekalipun, lagi pula
sistem surveilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada waktu sekarang saja, tetapi juga
harus mengantisipasi tantangan di masa depan.
Dalam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer mikro.
Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat,memuat data jauh lebih besar dan memiliki jaringan
yang dapat diakses diseluruh area rumah sakit. Semuanya data pasien seperti sensus pasien, hasil
laboratorium atau sebagainya, dapat dikirim secara elektronik. Namun harus diingat bahwa
komputer mainframe adalah cukup mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak setiap
orang dapat menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang intersif. Software untuk program
pencegahan dan pengendalian IRS bagi komputer mainframe sampai saat ini masih terbatas
mikrokomputer jauh lebih murahdan lebih mudah dioperasikannya olehn setiap petugas.
2. Mencari software yang sudah tersedia akan memilih yang digunakan. Pemilihan software harus
dilakukan hati-hati dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan dari surveilans yang akan
dilaksanakan di rumah sakit.
EVALUASI, REKOMENDASI DAN DISEMINASI.
Hasil surveilans dapat digunakan untuk melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi
dirumah sakit (PPIRS) dalam satu waktu tertentu.
MEMBANDINGKAN LAJU INFEKSI DIANTARA KELOMPOK PASIEN.
Denominator dari suatu laju (rate) harus menggambarkan populasi at risk dalam membandingkan
laju antar kelompok pasien didalam suatu rumah sakit maka laju tersebut harus disesuaikan terlebih
dahulu terhadap faktor resiko yang berpengaruh besar akan terjadinya infeksi. Kerentaan pasien
untuk seperti karakteristik pasien dan pajanan.
Faktor resiko ini secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu intrinsik dan ekstrinsik :
1. Faktor Intrinsik adalah faktor yang melekat pada pasien seperti yang mendasari dan ketentuan.
Mengidentifikasi faktor resiko ini dilakukan dengan mengelompokan pasien dengan kondisi yang
sama (distrafiksi)
2. Faktor Ekstrinsik adalah yang lebih berhubungan dengan pelayanan atau perawatan (perilaku
petugas diseluruh rumah sakit). Meskipun hampir semua
Faktor ekstrinsik memberikan resiko IRS namun yang lebih banyak perannya adalah jenis intervensi
medis yang beresiko tinggi seperti tindakan invansive, tindakan operatif atau pemasangan alat yang
invasive. Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa pasien yang memiliki penyakit lebih berat
yang meningkat kerentaannya. Alat tersebut merupakan jembatan bagi masuknya kuman penyakit
dari bagian tubuh yang lain dari dari pasien.
Resiko untuk mendapat infeksi luka operasi (ILO), berkaitan dengan beberapa faktor. Diantaranya
yang terpenting adalah bagaimana prosedur operasi dilaksanakan, tingkat kontaminasi
mikroorganisme di tempat operasi. Lama operasi dan faktor instrinsik pasien. Oleh karena itu faktor
tersebut tidak dapat dieliminasi maka angka ILO disesuaikan terhadap faktor tersebut.

13
Demikian pula halnya dengan jenis laju yang lain, apabila akan diperbandingkan maka harus diingat
faktor-faktor mana yang hanya disesuaikan agar perbandingannya menjadi bermakna.
MEMBANDINGKAN LAJU INFEKSI DENGAN POPULASI PASIEN
Rumah sakit dapat menggunakan data surveilans IRS untuk menelaah program pencegahan dan
pengendaliaan IRS dengan membandingkan angka laju IRS dengan populasi pasien yang sama laju di
rumah sakit yang sama misalnya membandingkan laju IRS dari 2 (dua) ICU atau dapat pula
mengunakan laju IRS dengan angka eksternal (benchmark rates) rumah sakit atau dengan mengamati
perubahan angka menurut waktu di rumah sakit itu sendiri.
Meskipun angka laju infeksi telah mengalami penyesuan dan melalui uji kemaknaan namun inter
prestasi dari angka - angka tersebut harus dilakukan secara hati - hati agar tidak terjadi kekeliruan
banyak yang mengangap bahwa angka laju infeksi di rumah sakit itu mencerminka keberhasilan dan
kegagalan dari petugas pelayanan atau perawatan pasien atau pasilitas pelayanan kesehatan dalam
upaya pencegahan dan pengendalian IRS. Meskipun ada benarnya masih banyak faktor
mempengaruhi angka tersebut:
PERTAMA : Definisi yang dipakai atau tehnik dalam surpelen tidak seragam antar rumah sakit atau
tidak dipakai secara kosisten dari waktu ke waktu meskipun dari sarana yang sama. Hal ini
menimbulkan pariasi dari sensitifitas dan spesifitas penemuan kasusnya.
KEDUA : tidak lengkapnya informasi klinik atau bukti-bukti laboraturium yang tertulis dicatatan medik
pasien member dampak yang serius terhadap validasi dan utilitas dari angka laju IRS yang dihasilkan
KETIGA: angka tidak disesuaikan terhadap faktor resiko intrinsif, faktor resiko ini sangat penting
artinya dalam mendapatkan suatu IRS, namun sering kali lolos dari pengamatan dan sangat bervariasi
dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Sebagai contoh, di rumah sakit yang memeliki
pasien dgn immunocompromised diharapkan memiliki karekteristik pasien seperti itu.
KEEMPAT: jumlah population at risk ( misalnya jumlah pasien masuk/ pulang jumlah hari rawat atau
jumlah operasi ) mungkin tidak cukup besar untuk menghitung angka laju IRS yang sesunguhnya di
rumah sakit tersebut.
Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua faktor tersebut diatas namun harus disadari
pengaruh faktor - faktor tersbut terhadap angka laju infeksi serta mempertimbangkan hal tersebut
pada saat membuat interprestasi
MEMERIKSA KELAYAKAN DAN KELAYAKAN PERAWATAN PELAYANAN MEDIK
Utilisasi alat (Device Utilization = DU) didefinisikan sebagai berikut:

DU = ∑ hari pemakaian alat


∑ hari rawat pasien

Di ICU anak dan dewasa maka jumlah hari pemakaian alat terdiri dari jumlah tertentu dari hari
pemakaian ventilator,jumlah hari pemasangan kateter urine, DU di ICU merupakan salah satu cara
mengukur tingkat penerapan tindakan invasive,yang memberikan faktor resiko interinsip bagi
IRS.maka DU dapat disebut sebagai tanda berat ringganya pasien yang dirawat di unit tersebut.
Pasien rentang secara interiksi terhadap infeksi.DU tidak berhubangan dengan laju infeksi ( infection
rate ) yang berkaitan dengan pemakaian.
Perhatian komite atau tim PPI tidak hanya terpaku pada laju infeksi di Rumah sakit. Sehubungan
dengan mutu pelayanan / perawatan maka harus di pertanyakan tentang; ’’apakah pajanan pasien
terhadap tindakan invasif yang meningkat resiko IRS telah diminimalkan?’’. Peningkatan angka DU di
ICU memerlukan penelitian lebih lanjut.
Untuk pasien yang mengalami tindakan operasi tertentu maka distribusi pasien mengenai kategori
resikonya sangat bermanfaat misalnya untuk membantu menentukan kelayakan intervensi yang
diberikan, meneliti kelayakan suatu intervensi juga membantu menentukan apakah pajanan telah
diminimalkan.

14
PELAPORAN
Laporan sebaiknya sistematik, tepat waktu, informatif. Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk,
yang penting mudah dianalisa dan diinterprestasi.penyajian harus jelas, sederhana, dapat dijelaskan
diri sendiri. Bisa dibuat dalam bentuk grafik, pelaporan dengan narasi singkat. Tujuannya untuk :
 Memperlihatkan pola IRS dan perubahan yang terjadi ( trend )
 Memudahkan analisis dan interprestasi data Laporan dibuat seacra periodik, setiap bulan,
triwulan, semester, tahunan.

DISEMINASI
Surveilans belumlah sempurna dilaksanakan apabila datanya belum didesiminasikan kepada yang
berkepentingan untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Oleh sebab itu hasil
surveilans angka infeksi harus disampaikan keseluruh anggota komite, direktur rumah sakit, ruangan
atau unit terkait berkesinambungan. Disamping itu juga didesiminasikan kepada kepala terkait dan
penanggungjawab ruangan beserta stafnya berikut rekomendasikannya. Oleh karena IRS
mengandung hal sangat sensitive maka data yang di dapat mengarah ke pasien atau perawatan harus
benar – benar terjaga kerahasiaannya.
Di beberapa Negara data seperti ini bersifat rahasia, data seperti ini tidak digunakan memberikan
sangsi tetapi hanya di gunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan. Tujuan desiminasi agar
pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian IRS.
Laporan didesiminasi secara periodic, bulanan, triwulan, tahunan. Bentuk penyampaian dapat secara
lisan dalam pertemuan, tertulis, papan bulletin.
Sudah selayaknya komite / tim PPI menyajikan data surveilans dalam bentuk standar yang menarik
yaitu berupa laporan durasi singkat ( rangkuman ), table, grafik kepada Komite / tim PPI. Analisa yang
mendalam dari numerator dapat dilaksanakan untuk memberikan gambaran epidemiologinya,
termasuk kuman pathogen dan faktor resikonya.

15
BAB IV
DOKUMENTASI
Infeksi RS menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar infeksi untuk
menurunkan angka yang ada untuk itu perlunya dilakukan surveilans memerlukan tenaga khusus
yang termasuk tugas dari IPCN, untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu yang sesuai
standar jumlah yang dibutuhakan disertai ilmu surveilans. Pendokumentasian surveilans terdiri atas :
1. Laporan Harian dalam bentuk form/sensus harian
2. Laporan bulanan dalam bentuk rekapan sensus harian yang dituangkan dalam bentuk grafik yang
disertai analisa dan rekomendasi
3. Laporan triwulan, semester, tahunan dalam bentuk grafik yang disertai analisa dan rekomendasi.

16
UNSUR POPULASI TEMPAT
SURVEILANS
DATA DENOMINATOR LAJU/RATIO
AT RISK INFEKSI
Data yg diperlukan
Semua Laju setiap 100 Px masuk atau keluar:
Semua Px yg Jumlah
tempat 1. Secara keseluruhan
Surveilans memenuhi 1. Px masuk atau keluar dari
infeksi dan 2. Spesifik bagi tempat tertentu
komprehen- kriteria masuk setiap aplikasi surveilans.
tgl infeksi 3. Spesifik tempat tertentu
sif dalam 2. Persalinan normal
dlm bulan yg 4. Laju per 100 persalinan normal, laju
surveilans 3. Operator Caesar
sama per 100 operasi Caesar
1. Angka infeksi ICU secara umum per
a. ∑ pasien 100 Px atau 1000 Px/hari.
b. ∑ hari rawat 2. Angka IRS yg per 1 hari insersi keteter
Semua Px di Semua
c. ∑ hari insersi kateter urine 3. Angka sepsis untuk setiap 1000
ruang rawat tempat
d. ∑ insersi ventilator pemasangan sentra line
intensif yang infeksi dan
Rawat e. ∑ Px pada tgl 1 bulan itu dan 4. Angka pneumonia RS ventilator utk
terpilih ikut tanggal
Intensif tgl 1 bulan berikutnya. 100 hari insersi di setiap ICU
Px sampai 48 infeksi dlm
f. ∑ hari rawat semua Px yg Ratio pemakaian
jam setelah bulan yang
ada pada tanggal 1 bulan itu 1. Umum
pulang sama
dan pada tanggal 1 bulan 2. Central line
berikutnya. 3. Ventilator
4. Kateter urine
Jlh bayi resiko per 100 Px dan per 1000 hr
rwt. Data dari 4 jenis kategori BB lahir:
Semua bayi 1. Rata-rata tiap 100 Px beresiko atau
dgn rawatan 1000 hari rawat
Ruang Semua jenis
tingkat 111. Data dikumpulkan utk 4 jenis 2. ∑ kasus bakterimia nasokomial per
rawat bayi IRS dengan
Semua Px kategori berat bayi ( BB ) 1000 hari insersi ventilator.
dengan masa
diikuti selama Lahir Ratio pemakaian alat:
resiko tinggi inkubasi
48 jam 1. Secara umum
setelah keluar 2. Untuk setiap kategori berat lahir
3. Central (umbilical) line
4. Ventilator
Data faktor resiko utk setiap
Px yg dipantau:
1. Tanggal operasi
2. Jenis operasi
Semua 3. No. registrasi Px
SSI ARTES BY:
macam 4. Umur
1. Indeks prosedur Dan resiko
Semua Px yg infeksi atau 5. Jenis kelamin
2. Kelas luka
menjalani infeksi pada 6. Lama operasi
Ratio infeksi untuk setiap prosedur
tindakan luka operasi 7. Jenis luka
angka rata-rata tempat infeksi
operasi yg dioperasi 8. Anestesi umum
dlm bulan 9. ASA Score
yang sama 10. Emergency
11. Trauma
12. Prosedur ganda
13. Pemeriksaan endoskopik
14. Tanggal pulang
Angka rata-rata utk setiap 1000 hari
rawat:
1. Umum
2. Jenis pelayanan
1. ∑ hari rawat untuk setiap 3. Tempat infeksi4.
jenis pelyanan medic 4. Tempat infeksi menurut tempat
Surveilans Sama
Sama dengan 2. ∑ Px masuk dan keluar pelayanan
komprehen dengan
diatas pada setiap ruang rawat Angka rata-rata menurut ruang rawat
sif diatas
3. ∑ hari rawat pd setiap untuk setiap 100 pasien masuk keluar
ruang atau setiap hari rawat.
Site specific rate per 100 hari Px masuk
atau keluar atau 1000 hari rawat.
DRG SPESIFIC rate per 100 pasien keluar
dari setiap kategori DRG.

17
REKOMENDASI UNTUK MENCEGAH SEPSIS
Sebelum pemasangan alat intravaskuler
Edukasi petugas tentang pemasangan dan perawatan kateter sentral dan pencegahan IADP.
Saat pemasangan alat intravaskuler
1. Pakai daftar tilik cara pemasangan
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Hindari pemasangan pada vena femoralis pada pasien dewasa
4. Gunakan set steril untuk pemasangan kateter .
5. Pakailah APD semaksimal mungkin selama pemasangan kateter sentral
6. Pakailah antiseptic baerbasis khlorheksidin untuk membersihkan permukaan kulit pada pasien
usia > 2 bulan
Setelah pemasangan alat intravaskuler
1. Lakukan diinfeksi area konektor (hubs), konektor tanpa jarum, sisi tempat menyuntik
sebelumpemberian caiaran/ accessing
2. Segera mungkin melepaskan kateter yang tidak diperlukan
3. Untuk kateter sentral tanpa saluran (non-tunneled) pada pasien dan gantilah dressing dengan
transfaran dan lakukan disinfeksi area dengan antiseptic berbasis khlorhexidin tiap 5 -7 hari, atau
bila dressing longgar atau lembab, gantilah kassa verband tiap 2 hari atau jika perlu.
4. Jangan memakai bloodset tetapi pakailah infuset, selang transfuse sel untuk lemak dalam
periode tdak lebih dari 96 jam
5. Lakukan surveilans terhadap adanya IADP
6. Pakailah salep antibiotic pada area pemasangan kateter hemodialise.

18
LAMPIRAN
PROFIL INDIKATOR INFEKSI
JUDUL Infeksi Luka Operasi (ILO)
DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian infeksi daerah operasi
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi tanpa pemasangan implant atau dalam kurun waktu 1
tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi di
duga ada kaitannya dengan prosedur operasi.
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Setiap bulan
NUMERATOR Jumlah kasus infeksi daerah operasi
DENOMINATOR Jumlah pasien operasi
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SPO Surveilans ILO
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

JUDUL Infeksi Saluran Kemih (ISK)


DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi yang terjadi pada saluran kemih
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Setiap bulan
NUMERATOR Jumlah kasus infeksi saluran kemih
DENOMINATOR Jumlah pasien dirawat
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans ISK
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

JUDUL Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )

DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan


TUJUAN Mengetahui angka kejadian infeksi aliran darah primer
DEFINISI OPERASIONAL Ditemukannya organisme dari hasil kultur darah
semikuantitatif/kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta
tidak ada hubungannya dengan infeksi di tempat lain atau
dokter yang merawat menyatakan telah terjadi infeksi
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Triwulan
NUMERATOR Jumlah kasus infeksi aliran darah primer
DENOMINATOR Jumlah hari pemakaian kateter pembuluh darah
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans IADP
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

19
JUDUL Infeksi Saluran Kemih (ISK)
DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian infeksi daerah operasi
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi yg terjadi pd saluran kemih murni (uretra & permukaan
kandung kemih) atau melibatkan bgn yg lebih dlm dari organ-
organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra dan jaringan sekitar retro peritoneal / rongga perinefrik)
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Triwulan
NUMERATOR Jumlah kasus infeksi saluran kemih
DENOMINATOR Jumlah hari pemasangan kateter urin
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans ISK
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

JUDUL (VAP) Ventilator Associated Pneumoniae


DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian Ventilator Associated Pneumoniae
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru
setelah pemakaian ventilasi mekanik >48 jam dan sebelumnya
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Triwulan
NUMERATOR Jumlah kasus ventilator Associated pneumonia
DENOMINATOR Jumlah hari pemakaian ventilator
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP SurveilansVAP
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

JUDUL Hospital Aquired Pneumoniae (HAP)


DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian Hospital Aquired Pneumoniae
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru
setelah pasien dirawat di Rumah Sakit >48 jam tanpa dilakukan
intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran nafas
bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring lama (koma/tidak
sadar, tracheostomi, refluk gaster, endotracheal tube/ETT)
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Setiap bulan
NUMERATOR Jumlah kasus pneumonia
DENOMINATOR Jumlah hari rawat pasien
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans HAP
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

20
PROFIL INDIKATOR INFEKSI

JUDUL Infeksi Luka infuse (Phlebitis)


DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian phlebitis
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi dari transplantasi arteri-vena, shun, fistula atau lokasi
kanul vaskuler tanpa adanya hasil kultur dari darah
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Setiap bulan
NUMERATOR Jumlah kasus Infeksi Luka infuse(phlebitis)
DENOMINATOR Jumlah hari pemakaian kateter perifer
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans Infeksi luka infuse ( phlebitis)
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

JUDUL Dekubitus
DIMENSI MUTU Kesinambungan Pelayanan
TUJUAN Mengetahui angka kejadian dekubitus
DEFINISI OPERASIONAL Infeksi yang disebabkan karena tirah baring lama, infeksi
dekubitus harus memenuhi kriteria sebagai berikut: pasien
paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda yang tidak diketahui
penyebab lainnnya: ada tanda kemerahan, sakit atau
pembengkakan di tepian luka dekubitus
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA Setiap hari
PERIODE ANALISA Setiap bulan
NUMERATOR Jumlah kasus dekubitus
DENOMINATOR Jumlah pasien dengan tirah baring lama
SUMBER DATA RSU Bina Kasih
STANDAR SOP Surveilans dekubitus
PJ PENGUMPUL DATA/PIC IPCN

21
RSU BINA KASIH
Jl. TB. Simatupang No 148 Sunggal - Medan Nomor RM :…………………………………….......
Nama :……………………………………....... L / P
Tanggal Lahir :……………………………………........
FORMULIR SURVEILANS - A
Cara dirawat : Emergency / Elektif* Tanggal keluar :
Tempat Dirawat : Sebab keluar :
Ruang ………………..................tgl………………s/d………………. Diagnosa akhir :
Ruang ………………..................tgl………………s/d……………….
FAKTOR RESIKO
1. Operasi Jenis Luka : Bersih / Bersih Kontaminasi / Kontaminasi / Kotor*
Tipe Operasi : Terbuka/ Tertutup* Ahli Bedah / Scrub Nurse : /
Lama Operasi : ASA Score : I II III IV V VI
Jenis Operasi : Risk Score :

2. Pemasangan alat 3. Pemakaian antibiotik : Ada/ Tidak ada. Profilaksis/ Pengobatan*


Intra vena cateter perifer : tgl....... s/d...... Nama /jenis obat :
Intra vena cateter sentral : tgl....... s/d…… Pemeriksaan kultur : Darah/ Urine/ Sputum/ Pus luka*
Kateter urine : tgl....... s/d...... Temp :
Ventilasi mekanik : tgl....... s/d...... Hasil Kultur :

4. Infeksi nosokomial yang terjadi : Infeksi luka operasi : Ada Tidak


Bakteremia/sepsis : Ada Tidak Dekubitus : Ada Tidak
VAP : Ada Tidak Plebitis : Ada Tidak
ISK : Ada Tidak Infeksi lain : HIV, HBV, HCV*

VAP: Ventilator Associated Pneumonia, ISK: Infeksi Saluran Kemih, HBV: Hepatitis-B-Virus
ASA: American Society of Anesthesiologist. * coret yg tidak perlu

22
RSU BINA KASIH Ruang/Unit : ………………..................
Jl. TB. Simatupang No 148 Sunggal - Medan Bulan : .................................
Tahun : .................................
FORMULIR SURVEILANS - B
PASIEN BARU RSU BINA KASIH
Jenis Nomor
Tanggal Nama Umur Dokter Tindakan
Kelamin RM

23
RSU BINA KASIH
Jl. TB. Simatupang No 148 Ruang/Unit : ………………..................
Sunggal - Medan Bulan : .................................
Tahun : .................................
FORMULIR SURVEILANS - C
FORMULIR HARIAN DATA PEMAKAIAN PERALATAN MEDIS
Pemakaian alat
Tgl No Nama ETT CVL IVL UC Kultur Antibiotika Ket

VAP : Ventilator Associated Pneumonia ETT : Endotracheal Tube IVL: Intra Vena Line
CVL : Central Vena Line UC: Urinary Cateter

24
RSU BINA KASIH
Jl. TB. Simatupang No 148 Ruang/Unit : ………………..................
Sunggal - Medan Bulan : .................................
Tahun : .................................
FORMULIR SURVEILANS - D
FORMULIR BULANAN DATA PEMAKAIAN ALAT & INFEKSI
Tgl Jlh Px ETT CVL IVL UC VAP Bakteremia Plebitis ISK

VAP : Ventilator Associated Pneumonia


ETT : Endotracheal Tube
IVL : Intra Vena Line
CVL : CentralVena Line
UC : Urinary Cateter

25
CARA PENGISIAN FORMULIR SURVEILANS
Formulir A
1. Formulir A diisi oleh pelaksana ruangan dan diklarifikasi oleh IPCLN setiap hari.
2. Setiap tindakan/hasil yang berkaitan dengan PPI diisi dalam formulir A.
3. Formulir A ditempatkan dalam status setiap pasien rawat inap. Untuk pasien operasi data
tambahan dapat ditanyakan ke petugas instalasi bedah. ASA Score tanya ke Intensivist. Scrub
Nurse = Perawat Instrumen. Infeksi nosokomial ada atau tidak harus diinspeksi ke bed pasien.
4. Setelah pasien pulang Formulir A diserahkan kepada Tim PPI setelah ditandatangani oleh KaRu.

Formulir B
1. Formulir B diisi oleh IPCN setiap hari pada waktu yang sama.
2. Setelah diisi ditabulasi setiap hari dan dilakukan perhitungan setiap bulan.

Formulir C (harian)
1. Formulir C / formulir harian diisi oleh IPCN setiap hari pada waktu yg bersamaan. Beri tanda ceklis
2. Setelah diisi dilakukan tabulasi dan dimasukkan dalam formulir D (bulanan).

Formulir D (bulanan)
1. Formulir D (bulanan) diisi oleh IPCN setiap hari. Beri angka jumlah pasien yang memakai alat
2. Kemudian akhir bulan dilakukan perhitungan total yang akan dijadikan sebagai denominator.

26
RSU BINA KASIH MONITORING HAND HYGIENE
Jl. TB. Simatupang No 148
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 1 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

RUANGAN JLH WASTAFEL JLH HANDSCRAB KETERANGAN

27
RSU BINA KASIH MONITORING KAMAR JENAZAH
Jl. TB. Simatupang No 148
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 2 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

Warna Tong Sampah Kamar


Bed Jenazah Wastafel Ket
Merah Kuning Hitam Mandi

28
RSU BINA KASIH MONITORING MANAJEMEN
Jl. TB. Simatupang No 148 LOUNDRY DAN LINEN
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 3 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

Tempat Kain Tidak Tempat Kain Penanggung Keterangan


Jlh
Berdarah Berdarah Jawab

29
RSU BINA KASIH MONITORING PEMBUANGAN
Jl. TB. Simatupang No 148 SAMPAH BENDA TAJAM
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 4 Tahun : .................................
IPCN IPCLN IPCO

Ruangan Jumlah Kardus kuning Keterangan


IGD
OK
LAB
ICU
NICU-PICU
LT 2, Rg Nuri
LT 3, Rg Mawar
LT 4, Rg Melati
LT 5, Rg Cendrawasih

R. Isolasi
K. Jenazah

30
RSU BINA KASIH MONITORING PEMBUANGAN
Jl. TB. Simatupang No 148 SAMPAH INFEKSIUS & CAIRAN TUBUH
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 5 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

Warna Tong Sampah


Ruangan Keterangan
Merah Kuning Hitam
IGD
OK
LAB
ICU
NICU-PICU
LT 2, Rg Nuri
LT 3, Rg Mawar
LT 4, Rg Melati
LT 5, Rg Cendra

R. Isolasi
K. Jenazah

31
RSU BINA KASIH MONITORING PENANGANAN PEMBUANGAN
Jl. TB. Simatupang No 148 DARAH DAN KOMPONEN DARAH
Sunggal - Medan
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 6 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

Warna Tong Sampah


Ruangan Keterangan
Merah Kuning Hitam
IGD
OK
LAB
ICU
NICU-PICU
LT 2, Rg Nuri
LT 3, Rg Mawar
LT 4, Rg Melati
LT 5, Rg Cendra

R. Isolasi

32
RSU BINA KASIH MONITORING PENGGUNAAN
Jl. TB. Simatupang No 148
Sunggal - Medan
RUANG ISOLASI
Bulan : .................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 7 Tahun : .................................

IPCN IPCLN IPCO

Ruangan Warna Tong Sampah


Keterangan
Merah Kuning Hitam
NICU-PICU
LT 2, Rg Nuri
LT 3, Rg Mawar
LT 4, Rg Melati
LT 5, Rg Cendra

ICU

33
RSU BINA KASIH MONITORING PERALATAN
Jl. TB. Simatupang No 148 KADALUWARSA
Sunggal - Medan
Unit : ..........................................................
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 8 Bulan : ................ Tahun : ................

IPCN IPCLN IPCO

NAMA BARANG SINGLE-USE RE-USE JUMLAH KETERANGAN

34
RSU BINA KASIH PENCATATAN DAN PELAPORAN
Jl. TB. Simatupang No 148
Sunggal - Medan TERTUSUK JARUM

PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI - 9 Bulan : ................ Tahun : ................

IPCN IPCLN IPCO

TANGGAL NAMA UMUR UNIT KETERANGAN

35
Judul Kejadian infeksi pasca operasi
Dimensi Mutu Keselamatan, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca operasi yang bersih
sesuai standar
Definisi Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka
Operasional sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit yang ditandai oleh rasa
panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus)
dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
Frekuensi tiap bulan
Pengumpulan Data

Periode Analisa tiap bulan


Numerator Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu bulan

Denominator Jumlah seluruh pasien yang dalam satu bulan


Sumber Data Rekam medis
Standar ≤ 1,5 %
Penanggung jawab Ketua komite medik/komite mutu/tim mutu
Pengumpulan data

Judul Angka kejadian infeksi nosokomial


Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Mengetahui hasil pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit
Definisi Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialamioleh pasien yang diperoleh selama
Operasional dirawat di rumah sakit yang meliputi dekubitus, phlebitis, sepsis, dan infeksi luka
operasi
Frekuensi tiap bulan
Pengumpulan Data

Periode Analisa tiap tiga bulan


Numerator Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan
Sumber Data Survei, laporan infeksi nosokomial
Standar ≤ 1,5 %
Penanggung jawab Kepala instalasi rawat inap/komite medik/panitia mutu
Pengumpulan data

36

Anda mungkin juga menyukai