Anda di halaman 1dari 1

SIAPA PEMILIK RUMAH ANDA?

(1Tawarikh 29:11)
Saya dan istri saya membeli rumah pertama kami ketika kami pindah ke Grand
Rapids, Michigan. Dulu selama saya menjadi pendeta, selalu tersedia sebuah
rumah untuk saya. Saya teringat perasaan saya tatkala menandatangani hipotek
rumah untuk jangka waktu 30 tahun. Seolah-olah saya tengah mengikatkan diri
seumur hidup pada utang.

Akhir-akhir ini ada pikiran lain yang menghantui saya, yakni bahwa saya
takkan pernah memiliki rumah saya sendiri, sekalipun hipotek itu telah terbayar
lunas. Sebab Allah adalah pemilik rumah itu yang sebenarnya. Segala sesuatu
adalah milik-Nya.

Renungan ini memunculkan masalah penting dalam budaya kita yang sangat
materialistis. Kita sebagai orang kristiani harus mengakui bahwa Allah adalah
pemilik sah harta milik kita. Jika tidak, harta itu akan menjadi sumber frustrasi kita.
Sikap kita akan tercermin lewat apa yang terjadi pada harta kita. Misalnya jika
bumper mobil baru kita penyok, maka hati kita akan hancur berkeping-keping. Kopi
yang tumpah di mebel juga dapat menodai sikap kita. Pencurian dapat dengan mudah
mencuri kedamaian kita.

Kita perlu menyerahkan hak kepemilikan kita kepada Tuhan dan mengemban
tanggung jawab untuk mengurus kekayaan Tuhan itu dengan serius. Bukan berarti
kita boleh bersikap acuh tak acuh dan boros. Dalam hati, kita harus menyerahkan
semua harta kita kepada Allah, dan selalu mengingatkan diri kita tentang siapa
pemilik harta itu yang sebenarnya (1 Tawarikh 29:11). Ini akan menolong kita
menggunakan harta itu dengan bijaksana, menyimpannya dengan baik, dan
menikmatinya seutuhnya -- Dennis De Haan

UKURAN KEKAYAAN KITA YANG SESUNGGUHNYA ADALAH HARTA YANG KITA MILIKI DI
SURGA

Anda mungkin juga menyukai