Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN HUKUM PENGAJUAN WALI ADHOL

A. Latar Belakang

Wali Nikah adalah orang yang memiliki hak atau kuasa untuk melaksanakan

akad pernikahan atau menikahkan seorang mempelai wanita dengan seorang

pria, karena wali nikah dalam hukum perkawinan merupakan rukun yang

harus dipenuhi oleh oleh calon mempelai yang bertindak menikahkannya.

Hak tersebut adalah mutlak dan tidak dapat diganggu oleh orang lain namun

dapat hilang karena suatu kondisi dimana wali tidak memenuhi syarat-syarat

wali nikah. Dan hak wali tersebut juga bisa hilang apabila ada putusan

pengadilan karena permohonan mempelai wanita ke pengadilan agama

berkaitan dengan wali tidak mau atau enggan (adhol) menikahkan sehingga di

tunjuk seorang wali hakim oleh Pengadilan untuk menikahkan mempelai

wanita dengan calon suaminya (mempelai pria).

B. Pokok Permasalahan

1. Bagaimana Cara Pengajuan Wali Adhol ke Pengadilan Agama?

C. Analisis

1. Pengertian Wali Nikah

Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi

calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya. Wali

bertindak sebagai orang yang mengakadkan nikah menjadi sah. Nikah

tidak sah tanpa ada wali.


Secara etimologi “wali” mempunyai arti pelindung, penolong atau

penguasa. Wali mempunyai banyak arti, diantaranya:

a. Orang yang menurut hukum (agama atau adat) diserahi kewajiban

mengurus anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa;

b. Pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang

melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki);

c. Orang saleh (suci) penyebar agama;

d. Kepala pemerintah dan sebagainya.1

Arti-arti wali di atas pemakaiannnya dapat disesuikan dengan konteks

kalimat. Adapun yang dimaksud wali dalam pernikahan yaitu sesuai

dengan poin b. Orang yang berhak menikahkan seorang perempuan ialah

wali yang bersangkutan, apabila wali yang bersangkutan tidak sanggup

bertindak sebagai wali maka hak kewaliannya dapat dialihkan kepada

orang lain. Dan apabila wali yang bersangkutan tidak mau atau enggan

menjadi wali maka kewaliannya bisa digantikan dengan Wali Hakim

melalui penetapan Pengadian Agama.

2. Pengertian Wali Adhol

Wali Adhol adalah wali yang enggan, wali yang tidak mau menikahkan

atau wali yang tidak setuju dengan pernikahan putrinya yang akan

berlangsung.

3. Pengajuan Wali Adhol ke Pengadilan Agama

Calon mempelai wanita yang akan melangsungkan perkawinan yang wali

nikahnya tidak mau menjadi wali dalam perkawinan tersebut dapat

1
ihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Rajawali Pers, Jakarta
2009, hlm. 89-90
mengajukan permohonan penetapan wali adhal kepada Pengadilan

Agama/Mahkamah Syar’iyah

a. Permohonan penetapan wali adhal diajukan oleh calon mempelai

wanita yang wali nikahnya tidak mau melaksanakan pernikahan

kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah dalam wilayah

hukum dimana calon mempelai wanita tersebut bertempat tinggal;

b. Permohonan wali adhal yang diajukan oleh calon mempelai wanita

dapat dilakukan secara kumulatif dengan izin kawin kepada

pengadilan agama / Mahkamah Syar’iyah dalam wilayah hukum

dimana calon mempelai wanita tersebut bertempat tinggal;

c. Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah dapat mengabulkan

permohonan penetapan wali adhal setelah mendengar keterangan

orang tua;

d. Permohona wali adhal bersifat voluntair, produknya berbentuk

penetapan. Jika pemohon tidak puas dengan penetapan tersebut dapat

mengajukan upaya kasasi.2

D. Kesimpulan

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pengajuan

wali adhol diajukan secara voluntair ke Pengadilan Agama.

2
Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama,
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2013.
E. Daftar Pustaka

Buku:

1. Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi

Peradilan Agama, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2013.

2. Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Rajawali Pers,
Jakarta, 2009.

Peraturan Perundang-undangan:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

2. Kompilasi Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai