4. MOTIF MEROKOK
Motif seseorang merokok yaitu
1. Faktor Psikologis
Pada umumnya faktor-faktor tsb
a. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa
adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya
untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
b.Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa
senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan
kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun
kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada
remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk
menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anakjuga dapat
disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.
d. Kecanduan atau ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan
terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya
mencoba-coba rokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku
tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin.
2. Faktor biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang
dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis
Selain motif-motif diatas, individu juga dapat merokok dengan alasan sebagai alat
dalam mengatasi stress (Wills,dalam Sarafino, 1994). Sebuah studi menemukan bahwa
bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres
yang mereka alami, semakin besar stres yang dialami, semakin banyak rokok yang
mereka konsumsi.
5. DAMPAK NEGATIF
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan.. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat
memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan
kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian (Ogden, 2000). Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu
karena merokok. Kualitas hidup mereka lebih buruk dibandingkan yang tidak merokok
dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain :
penyakit kardiovaskular, neoplasma , saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan), gastritis, struma, gangguan
pembuluh darah, retensi urine ,ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering,
pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata,
hidungdan tenggorokan).
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari
berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai
tujuan (Billy E. Goetz). Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le Breton).
Jadi perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan yang berkembang dimasyarakat, menemukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia. Menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja.
Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang
terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk
mengerjakan sesuatu dimasa depan. Salah satu tugas manajer yang terpenting dibidang
perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi
berdasarkan analisis situasi diluar dan didalam organisasi dibidang kesehatan.
Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem,
penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-
tujuan demi masa depan yang baik.
2. Kesimpulan
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem
dengan baik.
b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk
mencapai hari depan yang lebih baik.
3. Fungsi Perencanaan
1. Kontribusi pada tujuan
2. Keutamaan perencanaan
3. Penembusan rencana
4. Efisiensi perencanaan
4. Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah manajer dan staf organisasi
kesehatan tersebut dapat mengetahui :
a. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara mencapainya
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang
diperlukan.
d. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
e. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat dilaksanakan secara
teratur.
f. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif.
g. Mengukur hasil kegiatan.
h. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.
5. Ciri-Ciri Perencanaan
1. Bagian dari sistem administrasi
2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.
3. Berorentasi pada masa depan.
4. Mampu menyelesaikan masalh.
5. Mempunyai tujuan
6. Bersifat mampu kelola.
6. Jenis-Jenis Perencanaan Kesehatan
Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain :
Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana :
a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10-25
tahun.
b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-
7 tahun.
c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku
untuk 1 tahun.
Dilihat dari tingkatannya :
a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian
kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan
mempunyai ruang lingkup yang luas.
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada
pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat
rutin.
Ditinjau dari ruang lingkupnya :
a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan
tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini
sulit untuk diubah.
b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian
yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya,
asalkan tujuan tidak berubah diluar kesehatan.
c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana
yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung
uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain
7. Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari :
◦ identifikasi masalah
◦ penentuan prioritas masalah
◦ perencanaan pemecahan masalah
◦ implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi.
Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari
masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus
semula.
Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Secara terinci,
langkah-langkah perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut :
a). Identifikasi Masalah
Perencanaan pada hakekatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan
masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi
yang bersangkutan.
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara
antara lain :
a. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada.
b. Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan.
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya
b). Menetapkan Prioritas Masalah
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang masalah kesehatan yang
menunggu untuk ditangani. Oleh karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga
dan teknologi maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus
(direncanakan pemecahannya).
Untuk itu harus dipilih masalah mana yang "feasible" untuk dipecahkan. Proses
memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas masalah.
Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni :
1. Teknik Skoring
Yakni memberikan nilai (score) terhadap masalah tersebut dengan
menggunakan ukuran (parameter) antara lain :
a. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah.
b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
(severity).
c. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).
d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(degree of unmeet need).
e. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit).
f. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasiblity).
g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah (resources availability), termasuk tenaga
kesehatan.
2. Teknik Non Skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut "nominal group tecnique (NGT)".
Undang Undang
Peraturan Pemerintah
Peraturan presiden
Peraturan Menteri
Peraturan Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
Perencanaan pembangunan jangka panjang diperlukan untuk menjaga
pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan, dalam mencapai
tujuan dan cita-cita nasional dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam rangka pencapaian tujuan nasional tersebut perlu disusun visi, misi, dan
arah pembangunan jangka panjang Indonesia.
RPJPN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional 20 tahun dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen
bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional secara sinergis,
koordinatif dan saling melengkapi. (UU No. 17 Tahun 2007)
Tujuan
Sasaran:
1. Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7
tahun pada tahun 2025.
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2025.
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2025.
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun
2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.
80
1.000 kel. hidup
68
57
60 46
40.8
33.9
40 35 29.4
25.7
Target MDG: 23
22.5 20.7
18.3 17 15.5 15.5
20
Sasaran RPJM: 26
Sasaran RPJP: 15,5
0
1989 1993 1997 2001 2005 2009 2013 2017 2021 2025
Tren AKB Proyeksi AKB (BPS)
Usia Harapan Hidup
80 70.8 72.3 73.3 73.73
67.1 69
61.5 63.5 64.3
59.8
60 52.2
Sasaran RPJM : 70,6 `
Sasaran RPJP: 73,7
Tahun
40
20
0
1976 1986 1990 1995 1998 2000 2005 2010 2015 2020 2025
Tren UHH Proyeksi BPS
Tahun
Trend SDKI 94-SDKI Penurunan AKI Penurunan AKI
02-03 (Sisterhood) 4,7% per tahun 6,3% per tahun
VISI
INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN
MISI
1. MELANJUTKAN PEMBANGUNAN MENUJU INDONESIA YANG SEJAHTE
2. MEMPERKUAT PILAR-PILAR DEMOKRASI
3. MEMPERKUAT DIMENSI KEADILAN DI SEMUA BIDANG
AGENDA
1. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAK
2. PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
3. PENEGAKAN PILAR DEMOKRASI
4. PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
5. PEMBANGUNAN YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN
MISI
1. MELANJUTKAN PEMBANGUNAN MENUJU INDONESIA
YANG SEJAHTERA
2. MEMPERKUAT PILAR-PILAR DEMOKRASI
3. MEMPERKUAT DIMENSI KEADILAN DI SEMUA BIDANG
AGENDA
1. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
2. PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
3. PENEGAKAN PILAR DEMOKRASI
4. PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
5. PEMBANGUNAN YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN
RPJMN Merupakan:
• Penjabaran Visi, Misi dan Program Presiden
• Memuat:
– Srategi pembangunan Nasional, dan Kebijakan Umum
– Program Kementerian/Lembaga (K/L), dan Lintas K/L
– Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah
– Kerangka Ekonomi Makro, termasuk:
Arah kebijakan fiskal
Kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif
Subsistem SKN
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
LAYANAN KESEHATAN PRIMER
dr. Dahlia MARS
A. Latar Belakang
Pada tahun 1997 World Health Assembly ( WHA ) menetapkan :
kesepakatan global, untuk mencapai “HFA 2000” atau “ Health For All by the
year 2000 “ atau “ Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000 ” dengan tujuan
untuk tercapainya derajat kesehatan yg optimal, yangg memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kemudian pada tahun 1978
pada Konferensi di Alma Ata terjadi Deklarasi Alma Ata yang menetapkan
Primary Health Care yaitu pendekatan/strategi global utk mencapai HFA
2000. Untuk mewujudkan HFA 2000 diperlukan perubahan orientasi dari
Kuratif ke Promotif dan Preventif, dari Perkotaan ke Pedesaan, dari
Golongan Mampu ke Golongan Berpenghasilan Rendah, dari Kampanye
Massal ke Upaya Kesehatan Terpadu.
H. Peran Nakes dalam Layanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care
1. Mendorong peranserta aktif masyarakat,
2. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri kpd masy,
3. Memberikan dukungan dan bimbingan Kepada Masyarakat
4. Mengkoordinasikan kegiatan pengembangan kes masy,
5. Membina kerjasama dg masy – kelg – individu,
6. Membina kerjasama lintas program,
7. Membina kerjasama lintas sektoral
GIZI MASYARAKAT
dr. Hermy Nasruddin
PENDAHULUAN
Gizi masyarakat menjelaskan peranan zat-zat gizi , penyakit-penyakit gizi dan
menentukan zat gizi masyarakat.
Sub pokok bahasan:
1. Gizi & fungsinya
2. Gizi klinik & gizi masyarakat
3. Penyakit-penyakit gizi
4. Kelompok rentan gizi
5. Pengukuran status gizi masyarakat
Tujuan
1. Kecukupan makanan suatu masyarakat/bangsa sehingga setiap anggota
masyarakat mempunyai status gizi yang baik dan kesehatan optimal.
2. Pencegahan penyakit.
Menyediakan kecukupan pangan bagi masyarakat dan meningkatkan kesehatan
penduduknya. Penyediaan pangan serta sarana kesehatan harus terjamin.
Masalah kesehatan yang terkait gizi di Indonesia semakin kompleks dalam
beberapa dekade mendatang, karena Indonesia masih memerlukan waktu yang panjang
untuk memerangi kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekurangan gizi
(undernutrition). Lambatnya pemulihan ekonomi dari krisis yang berkepanjangan,
telah menambah kompleksnya masalah gizi.
Disisi lain, prevalensi gizi lebih (overnutrition) dan segala implikasinya pada
kesehatan dari waktu ke waktu cendrung naik seiring dengan derasnya arus global yang
mempengaruhi budaya dan pola makan masyarakat Indonesia.
Untuk bisa mengatasi masalah gizi yang semakin kompleks dengan sumber daya
dan dana yang terbatas, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai bagi
ahli gizi dalam manajemen pelayanan gizi baik pasien maupun pada tingkat instalasi
gizi rumah sakit.
Di samping usaha-usaha promotif dan edukatif dengan melibatkan partisipasi
masyarakat luas juga harus menjadi bagian terpadu dari penanganan masalah gizi di
Indonesia.
PENYAKIT GIZI
Adanya ketidakseimbangan konsumsi zat gizi pada seseorang disebut malnutrisi
yang mencakup overnutrition & undernutrition.
Macam-macam penyakit gizi :
1. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Ketidakseimbangan intak dan kebutuhan. Dibagi dalam 3 tingkatan:
a. KKP ringan 84% - 95 % dari BB menurut standar Harvard.
b. KKP sedang 44% - 60 % dari BB menurut standar Harvard
c. KKP berat gizi buruk, < 44% dari BB menurut standar Harvard
2. Obesitas
BB > 15% dari BB ideal pada Laki-laki dan 20 % wanita.
BB (Kg) = {(T-100)-10%} + 10%
3. Anemia
Terjadi karena konsumsi Fe tidak seimbang.
4. Zerophthalmia (defisiensi Vit A)
Kekeringan pada epithel mata dan kornea, fungsi mata berkurang
5. Gondok endemik
Hypothyroidisme
a. Hipertrofi kelenjar thyroid
b. Kretinisme
KELOMPOK RENTAN GIZI
Kelompok rentan gizi adalah kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah
menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini
berhubungan dengan proses kehidupan manusia, jadi terdiri dari kelompok umur
tertentu dari kehidupan manusia.
Kelompok rentan gizi :
1. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun
2. Kelompok balita
3. Kelompok anak sekolah 6-12 tahun
4. Kelompok remaja 13-20 tahun
5. Bumil dan menyusui sekresi ASI 800-850 ml/hari
6. Usila
Peran gizi terhadap perkembangan:
1. Perkembangan mental, jasmani, produktivitas dan intelektual cukup kuat.
2. Pertumbuhan otak secara proliferatif (jumlah sel bertambah) pada janin terjadi
pembelahan sel yang sangat pesat.
Bila asupan gizi ibu pd masa itu kurang akibatnya sel otak menurun
cerebrum dan cerebellum protein, glikosida, lipid dan enzim kemampuan
abstraktif, verbal dan daya ingat lbh bagusyg gizi cukup.
PENGUKURAN STATUS GIZI MASYARAKAT
Pengukuran yang sering digunakan :
1. Berat badan per umur
Gizi baik > 89% dari standar harvard
Gizi kurang 60,1 % - 80 % standar harvard
Gizi buruk < 60 % standard harvard
Pengukuran yg sering digunakan :
2. Tinggi badan menurut umur
Gizi baik > 80 % standar harvard
Gizi kurang 70,1% - 80% standar harvard
Gizi buruk < 70% standard harvard
3. Berat badan menurut tinggi badan
Gizi baik > 90 % standar harvard
Gizi kurang 70,1% - 90% dari standar harvard
Gizi buruk < 70% standar harvard
4. Lingkar lengan atas (LLA) menurut umur
Gizi baik LLA bayi/anak > 85% standar Wolanski
Gizi kurang 70,1%-85% standar Wolanski
Gizi buruk <70% standar Wolanski
SANITASI PANGAN
dr. Rachmat Faisal Syamsu
MUKADDIMAH
Sunah Makan yang sering terlupakan :
Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah
baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungya
(memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan
sepertiga makan, spertiga minum, sepertiga lagi untuk bernapasnya.
KEBIASAAN MAKAN
Dipengaruhi oleh kehidupan sosial seperti sahabat, masyarakat, lingkungan.
Dipengaruhi oleh perasaan suka atau tidak suka.
Dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan.
Dipengaruhi oleh ekonomi.
SANITASI PANGAN
1. Pemilihan bahan ( mentah, ½ mentah, matang)
2. Penyimpanan bahan ( di kulkas, lemari, dapur)
3. Pengelolaan bahan ( dapur, alat masak, cara masak, tenaga kerja)
4. Penyimpanan makanan matang ( wadah, suhu, danger zone)
5. Pengangkutan makanan ( wadah, danger zone)
6. Penyajian makanan ( uji organoleptik, uji biologis, laboratorium)
BAB V
EPIDEMIOLOGI
DASAR EPIDEMIOLOGI
dr. Arman, SKM, M.Kes
C. Jenis-jenis Epidemiologi
1. Epidemiologi deskriptif.
Bertujuan menggambarkan frekuensi dan distribusi penyakit (masalah
kesehatan) untuk mendapatkan gambaran masalah kesehatan untuk menjawab
pertanyaan Who, When, dan Where.
Variabel who (siapa) membahas peranan umur, jenis kelamin, kelas
sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besar keluarga, struktur
keluarga paritas dan sebagainya.
Umur. Angka morbiditas dan mortalitas di dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini, mempermudah
melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Untuk daerah
terpencil, biasanya info diperoleh dari tomas, toga, kader, lurah / RW / RT.
Contoh pengelompokan umur:
< 1 tahun : bayi.
0 – 4 tahun : balita.
5 – 14 tahun : anak-anak.
22 – 21 tahun : remaja.
22 – 50 tahun : dewasa.
>50 tahun : usia lanjut.
Jenis Kelamin. Data menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi pada
wanita (diduga karena faktor hormonal atau gen) sedang angka kematian lebih
tinggi pada pria (diduga karena faktor lingkungan seperti minuman
beralkohol, psikotropika, pekerja berat, atau berhadapan dengan pekerjaan
berbahaya). Beberapa penyakit tertentu menimpa seseorang berdasarkan jenis
kelamin (Ca cervix pada wanita atau Ca skrotum pada pria).
Kelas Sosial. Kelas sosial ditentukan oleh tingkat pendidikan, pekerjaan
(direktur, kepala, komandan, bos, karyawan biasa, pengusaha, eksekutif,
pedagang, petani, nelayan, tukang becak, pengangguran, dan sebagainya).
Penghasilan / status ekonomi (kaya – miskin), status di masyarakat (PUANG,
ANDI, KARAENG, SULTAN, RADEN, OPU, LA / WA ODE, BAU’,
DATU, SYEKH, SYAH, NO’U, dan sebagainya).
Jenis Pekerjaan. Faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan, seperti bahan kimia, radiasi dan sebagainya. Situasi kerja yang
penuh stres (hipertensi, ulkus, dan sebagainya). Ada-tidaknya “gerak badan”
dalam bekerja (faktor risiko jantung koroner). Berkerumun di tempat sempit
sehingga mempermudah penularan penyakit.
Golongan Etnik / Budaya. Mitos seperti tidak boleh memotong atau menjahit
baju setelah kehamilan atau anak akan lahir sumbing. Padahal fakta bahwa
bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang diminum ibu saat
hamil, efek radiasi, atau faktor genetik. Makanya x-ray tidak dilakukan saat
kehamilan kecuali atas indikasi tertentu. Contoh lain mitos yaitu minum susu
kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat bayi berkulit putih.
Faktanya adalah warna kulit dipengaruhi oleh gen ayah-ibu. Mitos terlalu
sering makan jeruk akan meningkatkan lendir pada paru bayi dan risiko
kuning saat lahir. Faktanya bahwa jeruk adalah sumber vitamin C dan serat.
Selanjutnya variabel when (kapan) membahas tentang fluktuasi jangka
pendek (jam, hari, minggu dan bulan). Perubahan secara siklus yaitu angka
kesakitan terjadi berulang-ulang (musim, tahunan, beberapa tahun). Perubahan
dengan periode waktu panjang (puluhan tahun) disebut juga secular trends.
Variabel where (dimana) membahas tentang tempat dimana masyarakat
tinggal, tempat dimana kemungkinan mendapat masalah kesehatan.
Urban – Rural.
Pantai – Pegunungan.
Pertanian – Industri.
2. Epidemiologi analitik.
Berkaitan dengan upaya epidemiologi dalam menganalisis faktor-faktor
detemrinan. Diharapkan untuk menjawab pertanyaan kenapa dan apa (why dan
what).
Sebagai contoh, setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak
perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah
memang rokok itu merupakan faktor deteminan terjadinya kanker?
3. Epidemiologi eksperimen.
Bertujuan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai agen atau
faktor risiko terhadap kejadian suatu peristiwa kesehatan. Diharapkan untuk
menjawab pertanyaan bagaimana (how). Contohnya, rokok dikurangi maka
kejadian kanker menurun.
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN TOKOH EPIDEMIOLOGI
A. SEJARAH PERKEMBANGAN
1. Tahap Pengamatan
Hipocrates Frekuensi, Distribusi, Determinan.
Hubungan antara timbul atau tidak penyakit dengan lingkungan.
Udara, air dan tempat.
Tahap penyakit dan lingkungan
2. Tahap Perhitungan Distribusi Masalah Kesehatan
John Graunt (1662) Bapak Statistik. Distribusi masalah kesehatan ditinjai
dari pendekatan ilmu hitung.
3. Tahap Pengkajian Determinan
William farr (1939) mengkaji tentang hubungan statistik tingkat sosial –
ekonomi dengan kematian.
John snow (1849) mengkaji kejadian kolera di kota London.
Kaji data yg ada ( alamiah). Tahap eksperimen alamiah.
4. Tahap Uji Coba
Lind. ( 1774 ) jeruk (vitamin c).
Jenner ( 1796 ) vaksin cacar.
Tahap eksperimen atau tahap studi intervensi.
B. TOKOH EPIDEMIOLOGI
1. A. V. Leeuwenhoek. Mikroskop, bakteri, parasit ( 1674 ), spermatozoa
(1677).
2. Robert koch Tbc ( 1882 ) tuberkulin ( 1890 ).
3. Max. V. Patternkofer (jerman) Kelinci percobaan, Kultur vibrio kolera.
Segelas air berisi basil kolera asam lambung.
4. John Snow (1854) Analisis pend. Epidemiologi tempat, orang dan waktu.
Tabel kematian karena kolera di London 8 Juli – 26 Agustus 1854 sebagai
berikut:
Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini
berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi
dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit
non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang
penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan
karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada
epidemiologi.
Selanjutnya pada tahun 1848, perkembangan epidemiologi surveilans setelah
perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga
dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah
sanitasi di Inggris.
Tokoh yang meletakkan konsep epidemiologi, yaitu:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit,
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik,
3. Penularan penyakit, dan
4. Eksprimen pada manusia.
Elemen epidemiologi mencakup semua penyakit, populasi serta pendekatan
ekologi.
Batasan Epidemiologi
Batasan epidemiologi memberikan definisi yang sama, menyesuaikan dengan
perkembangan manuasia.
Jaman Prasejarah Penyembuhan dengan ramuan sederhana dari bahan yang ada di
alam. Sementara pada Peradaban Kuno:
India (5000 SM – kitab suci Weda) sistem kedokteran ‘Ayurweda’.
Dataran Tiongkok (2700 SM) Kedokteran Kuno Mesir.
Kuno (1500 SM) Pengetahuan Kedokteran (medical manuscript).
Yunani Kuno Aesculapius (dewa penyembuhan) anaknya ‘HYGIEA’ dipuja
sebagai Dewi (Goddess) Kesehatan dan kebersihan (HYGIENE).
Perkembangan Epidemiologi
Epidemiologi Modern
Perkembangan di bagian ini mengarah pada pemahaman hubungan sebab akibat
terhadap berbagai peristiwa penyakit serta gangguan kesehatan. Yang tokohnya
diuraikan sebagai berikut :
Doll dan hill (1950), melalui studinya mengenai hubungan merokok dan kanker
paru.
Sall melakukan study uji komunitas vaksin polio dan framinghrat heart study,
terkenal dengan studi kohort penyakit kardiovaskuler.
Defenisi Epidemiologi
Dilihat dari defenisi , epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penduduk. Oleh karena itu perkembangan ilmu epidemiologi tidak terlepas dari
pengaruh demografi. Perkembangan ilmu epidemiologi melalui tahap transisi
epidemiologi transisi epidemiologi adalah suatu perkembangan atau fase peralihan
zaman yang mencermati tentang penyebab, cara penanggulangan, dan dampak masalah
kesehatan / penyakit dengan kata lain dimana penduduk / masyarakat dapat mencermati
dan memprediksi masalah.
Tokoh-Tokoh Epidemiologi
1. Hipocrates (460-227) telah mengawali konsep epidemiologi dengan
mengidentifikasi kejadian penyakit dan faktor-faktor yang bersangkutan.
2. Galen(129-199) yang mengelaborasikan teori hipocrates dan berpendapat bahwa
cara hidup dan cairan tubuh diduga berkitan dengan kesehatan serta melengkapi
dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi.
3. Antonio Van Leuwenhouk (1632-1723). Penemu : Mikroskop, bakteri dan parasit
di tahun 1674 dan Spermatazoa di tahun 1677.
4. Robert Koch
a. Penemu penyakit tuberkolosis di tahun 1882.
b. Memperkenalkan tuberkulin tahun 1890 dianggap sebagai cara pengobatan TBC.
c. Terkenal dengan postulat Koch yang mengemukakakn konsep tentang cara
menentukan kapan mikro organisme dapat dianggap sebagai penyebab penyakit.
Postulat Koch. Mikroba tersebut harus terdapat pula pada orang lain yang
menderita penyakit yang sama dan tidak terdapat pada orang sehat. Mikroba
tersebut harus dapat diisolir dari penderita dan dibiakkan secara murni. Mikroba
tersebut harus menimbulkan penyakit yang sama bila ditularkan kepada orang
yang lain yang sehat. Dari penderita kedua ini pun harus dapat diisolir mikroba
yang asal secara murni pula.
5. Max Van Pattenkofer (Jerman). Jasanya dalam bidang epidemiologi adalah
a. Mengidentifikasi penyebab suatu penyakit.
b. Cara membuktikan : dengan memakai dirinya sebagai kelinci percobaan dengan
menelan 1,00 cm3 kultur vibrio menentang teori yang sedang berkembang saat
itu yang menyatakan vibrio adalah penyebab kolera.
6. James Lind Menemukan hubungan kekurangan vitamin C dengan Scurvy
(kekurangan vitamin C). Penemuannya sederhana yakni dengan mengamati ada
kelompok tertentu dari mereka yang dalam pelayanan di kapal yang mereka
tumpangi dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami scurvy, mereka
menderita kekurangan vitamin C karena mengkomsumsi makanan kaleng dan
dikenal sebagai bapak "trial klinik".
7. John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatat kematian PES & data
metriologi.
KONSEP PENYEBAB DAN PERKEMBANGAN PENYAKIT
dr. Armanto, SKM, M.Kes
A. Definisi
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung.
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
2. Pencegahan (Preventif)
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu. Beberapa usaha diantaranya adalah :
· Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu
· Isolasi penderita penyakit menular
· Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun
di tempat kerja
3. Pengobatan (Kuratif)
Usaha ini dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat (dibatasi), fungsi dari
alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
4. Pemulihan (Rehabilitatif)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya.
batas yang tidak jelas. Proses yang terjadi pada umumnya didahului dengan kondisi
Keterpaparan adalah Suatu keadaan di mana pejamu berada pada pengaruh atau
berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur
lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit. Dengan demikian untuk
menilai tingkat keterpaparan, harus selalu dihubungkan dengan sumber dan sifat unsur
Adapun faktor yang berhubungan erat dengan unsur penyebab antara lain:
lingkungan di mana unsur penyebab berada atau lingkungan di mana pejamu dan
penyebab berinteraksi;
unsur pejamu sebagai sifat individu yang bervariasi dalam hubungannya dengan
seperti sifat patologis karakteristik dari pejamu terhadap penyebab serta sifat
Adapun keterpaparan yang berhubungan erat dengan unsur pejamu antara lain
sifat karakteristik pejamu secara perorangan individu serta sifat karakteristik kelompok
sosial tertentu. Sedangkan sifat kekebalan tiap pejamu secara perorangan dalam
masyarakat, akan sekaligus memenuhi kedua sifat tersebut tadi, karena tingkat
Faktor lainnya yang erat hubungannya dengan derajat keterpaparan antara lain:
sifat keterpaparan, yakni apakah prosesnya hanya terjadi satu kali saja, atau
keterpaparan.
Kerentanan
penyakit. Pada umumnya, dalam proses kejadian penyakit, tampak bahwa tidak satu
pun penyakit yang memiliki nilai yang terbatas walau bagaimanapun sederhananya
proses kejadiannya.
Peranan kerentanan sangat berpengaruh dalam hasil akhir suatu proses kejadian
penyakit, apakah proses tersebut akan berakhir sebagai penderita, meninggal, atau tidak
ada perubahan yang jelas. Dengan demikian, peranan kerentanan individu yang
berbeda dalam masyarakat dapat menimbulkan keadaan yang sering disebut dengan
“fenomena Gunung es” (iceberg phenomena). Keadaan demikian ini bukan hanya
berlaku pada penyakit menular/infeksi, tetapi dapat juga pada penyakit non-infeksi
Pada penyakit infeksi/menular, hasil akhir dari suatu proses kejadian penyakit dapat
berupa:
penderita meninggal;
penderita dengan gejala klinis ringan, atau gejala yang tidak jelas/tidak spesifik
Sedangkan pada penyakit non-infeksi, akan terjadi hasil akhir yang kemungkinan
dalam bentuk:
penderita meninggal;
penderita sakit berat/sakit dengan gejala yang berat atau sampai mengalami
cacat;
penderita yang tanpa gejala sama sekali dan tidak mengalami perubahan baik
proses terjadinya penyakit. Sering dijumpai adanya proses infeksi yang terjadi tetapi
tidak menimbulkan penyakit. Sedangkan pada penyakit bukan infeksi, faktor dan
menimbulkan dampak tertentu dalam bentuk peningkatan proses penyakit, baik dalam
bentuk memperkuat pengaruh, ataupun dalam bentuk meningkatkan kekuatan unsur-
yang sangat penting dan merupakan bagian dalam perhitungan rate insidensi maupun
rate prevalensi. Faktor ini juga diperhitungkan dalam menilai hasil akhir penyakit
dalam masyarakat umpamanya angka kematian suatu penyakit (case fatality rate
maupun mortality rate) serta nilai-nilai rate lainnya. Begitu pula dalam penelitian
diperhitungkan.
Faktor kerentanan khusus ini ada yang diketahui peranannya secara langsung dan jelas,
tetapi adapula yang tidak jelas peranannya dalam suatu proses kejadian penyakit
tertentu. Berbagai sifat karakteristik pejamu seperti umur, jenis kelamin, ras, dan
lainnya sangat erat hubungannya dengan sifat kerentanan terhadap berbagai penyakit
walaupun pada beberapa keadaan sulit dikenal secara langsung hubungannya dengan
derajat kerentanan. Pada beberapa penyakit menular, umur sangat menentukan hasil
akhir dari suatu proses penyakit. Sedangkan pada beberapa penyakit tertentu, peranan
kerentanan khusus sangat jelas, umpamanya status gizi dengan proses terjadinya/hasil
Dengan memperhatikan gambar di atas, maka jelas bagi kita bahwa, seseorang
dapat menjadi sakit apabila orang tersebut mengalami keterpaparan terhadap unsur
penyebab tertentu, (primer maupun sekunder) dan di lain pihak orang tersebut
sekaligus berada pada tingkat kerentanan tertentu. Kedua faktor keterpaparan dan
kerentanan sangat dipengaruhi pula oleh berbagai unsur terutama unsur lingkungan dan
unsur pejamu. Oleh sebab itu, dalam epidemiologi terapan, keadaan ini harus betul-
betul disadari, terutama tingkat kuantitas maupun kualitas/derajat serta sifat dan bentuk
dari faktor2 tersebut yang memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit.
akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia
dengan lingkungan.
1. Teori contagion
Penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang dengan orang lain
2. Teori hippocrates
penyakit
3. Teori humoral
4. Teori miasma
Penyakit disebabkan oleh jasad renik. Pada teori ini jasad renik (germ)
Model 1.
Model 2
Model 3
Model 4.
Lingkungan
sosial
Hos
Inti
Genetik Lingkungan
Lingkungan Biologis
Fisik
1. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental.
2. Peranan lingkungan fisik lebih besar dari yang lainnya pada sunburn.
3. Peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada penyakit lewat
vektor (malaria).
4. Peranan inti genetik lebih besar dari yang lainnya pada penyakit keturunan.
Pendidikan Pengetahuan
Rendah gizi rendah
Komsumsi makanan
tidak memadai
Produksi bahan
makanan rendah
KEMISKINAN PENYAKIT
Daya beli rendah KURANG
GIZI
Daya tahan
Fasilitas tubuh dan
kesehatan Kesehatan kurang penyerapan
kurang zat gizi
terganggu
KRITERIA KAUSASI
1. Pendekatan model penyebab penyakit masih membutuhkan pertimbangan yang
mendalam dengan studi yang cermat untuk sampai pada keputusan hubungan
kausal (sebab akibat).
2. Penentuan kausasi membutuhkan bukti bukti yg ada.
3. Austin Bradford Hill (1965) membuat kriteria yang dapat sebagai panduan
penentuan apakah sesuatu merupakan penyebab.
METODE TRANSMISI
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan
potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau
suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Secara garis besarnya, jalur penularan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: penularan langsung yakni penularan yang terjadi
secara langsung dari penderita atau reservoir, ke pejamu potensial yang baru,
sedangkan, penularan tidak langsung adalah penularan yang terjadi melalui media
tertentu seperti media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan
melalui vector (vector borne).
1. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet
nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung
Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.
a. Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi
seperti peralatan makan, minum, alat-alat bedah/kebidanan, peralatan
laboratorium, peralatan infus/transfusi.
b. Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan mikroba
patogen ke pejamu melalui cara mekanis dan biologis
c. Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk
menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.
d. Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk
kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik,
kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga
aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media perantara, air sangat mudah
menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna
atau yang lainnya.
e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi. Mikroba
patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam bentuk droplet
nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin, bicara atau
bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu merupakan partikel yang
dapat terbang bersama partikel lantai/tanah. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
FAKTOR LINGKUNGAN
Timbulnya penyakit akibat kerja bisa didukung oleh salah satu faktor seperti
faktor lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa jenis faktor lingkungan yang
menyebabkan terjangkitnya penyakit akibat kerja, diantaranya adalah :
1. Faktor Lingkungan Biologi yaitu segala flora dan fauna yang berada di sekitar
manusia yang antara lain meliputi :
Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
Vektor pembawa infeksi
Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-
obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host
intermedia)
Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting
dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai
unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun
yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
2. Faktor Lingkungan Fisik yaitu Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh
terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada
air, dan
Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri
3. Faktor Lingkungan Sosial yaitu Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi,
politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu
yang membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi
yang berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat,
dan
Kebiasaan hidup masyarakat
Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup (Mitra Info, 2000). Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas
tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar
dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau
hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan, disebut perusakan lingkungan hidup.
Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (1) bahwa lingkungan hidup adalah segala kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Dari bunyi undang-undang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan
terdiri dari 2 komponen yaitu komponen hidup (makhluk hidup) dan komponen tak
hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem. Organisme-organisme hidup
dengan lingkungannya berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh
mempengaruhi satu dengan lainnya. Hal ini berarti bahwa hubungan antara komponen
hidup dengan komponen tak hidup bersifat dinamis dan membentuk suatu sistem
ekologis. Satuan yang mencakup semua organisme di dalam komunitas pada suatu
daerah yang saling berinteraksi dengan lingkungan fisiknya dan hal ini mengakibatkan
terjadinya arus energi dan siklus materi yang mengarah ke struktur makanan.
Sedangkan pengertian ekosistem yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup
Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
manusia (SDM), sumber daya alam hayati (SDH), sumber daya alam non-hayati/fisik
(SDF), dan sumber daya buatan (SDB).
Sumber daya air merupakan sumber daya alam non hayati dan dapat diperbaharui,
artinya air termasuk sumber daya alam yang jika habis dapat diperbaharui lagi. Namun
jika badan air terus menerus tercemar limbah maka suatu saat air yang bersih akan
langka.
KONSEP MORBIDITAS DAN MORTALITAS
(UKURAN KES DAN PENYAKIT)
dr. Dahlia MARS
A. KONSEP DASAR
Indikator derajat kesehatan terbagi atas angka kesakitan (morbidity) dan angka
kematian (mortality). Adapun morbidity dan mortality dilakukan di negara maju
(pencatatan) dan negara berkembang (survei).
I. ANGKA KESAKITAN (Morbidity)
Sakit adalah suatu keadaan dimana seseorang menderita kalainan atau gang-
guan fungsi dari organ-organ tubuhnya. Adapun penyebab dari sakit ialah :
a) Mikroorganisme
b) Zat Kimia
c) Penuaan (usia lanjut)
d) Bawaan (herediter)
e) Kecelakaan
f) Bencana alam
Adapun berdasar dari sumbernya, penyebabnya terbagi menjadi :
a) Intern : Bawaan (herediter) dan penuaan (usia lanjut).
b) Ekstern : Mikroorganisme, zat kimia, kecelakaan, dan bencana alam.
Adapun berdasar faktor endogen dan eksogen, penyebabnya terbagi menjadi :
a) Endogen : Bawaan (herediter), habitus (perawakan), dan penuaan (usia lanjut).
b) Eksogen : Nyata dan hidup (mikroorganisme, seperti Bakteri, Virus, Rickettsia,
Jamur, Protozoa, Cacing), nyata tidak hidup (Zat kimia, Trauma (ruda paksa)
Makanan, dan yang abstrak (Ekonomi, Sosial, Kejiawaan)
Dalam pengukuran peristiwa sakit, didapatkan beberapa kendala, seperti :
Sakit dpt berlangsung dlm suatu periode tertentu.
Ada bbrp jenis penyakit sering kambuh.
Perbedaan berat ringannya suatu penyakit.
Komplikasi.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pengumpulan data
morbiditas, yakni :
Sumber laporan
Penentuan sakit tidaknya seseorang
Penentuan diagnosis
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Tempat kejadian
Jumlah penderita dan peristiwa sakit
Jumlah penderita baru dan lama
Lamanya penyakit berlangsung
Sumber data sakit bisa didapatkan dari tempat pelayanan kesehatan atau lembaga
survei kesehatan misalnya :
Rumah sakit
Puskesmas
Poliklinik
Tempat praktek raktek swasta
Perusahaan asuransi kesehatan
Hasil survei.
Kantor BPS.
Contoh :
Penduduk Kab. Barru pada thn. 2016 tercatat 346.237 jiwa, pada bulan
Pebruari terjadi kasus baru penyakit DBD sebanyak 32 orang, pada bulan
April 43 orang, Juni 23 orang, Desember 41 orang.
Incidence Rate = ?
PPR = ?
Contoh :
Jumlah murid SD Mangkura sebanyak 345 anak, kemarin ada 15 orang
menderita penyakit Campak, hari ini ditemukan lagi sebanyak 10 anak
menedrita penyakit yang sama.
Contoh :
Pada bulan Nopember 2015 terjadi kasus penyakit Malaria, dengan jumlah
penderita sebanyak 4 orang, penderita 1 sakit selama 7 hari, penderita 2 sakit
selama 12 hari, penderita 3 sakit selama 9 hari dan yang terkahir sakit selama
6 hari
Rumus = P=IxD
P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya sakit
Contoh :
Jumlah kelahiran hidup di Kab. Bone sebanyak 263 KH. Yang lahir dengan
berat badan diatas 2.500 grm sebanyak 224 bayi, hitung berapa Immaturiy
Rasio nya.
Contoh :
Desa A berpenduduk 237 jiwa, pada bulan Nopember 2017 terjadi kasus
penyakit DHF, minggu pertama terjadi kasus sebanyak 34 kasus, minggu ke II
ditemukan 7 kasus baru, hitung Secondary Attack Rate nya berapa ?
Jumlah kasus tambahan yang kontak
SAR = ---------------------------------------------------------------- X 100
Jumlah kasus yang bisa tertular
a) Angka kematian menurut golongan umur (Age Specific Death Rate) ---
ASDR
Yaitu jumlah kematian pada golongan umur tertentu dalam satu periode,
untuk tiap 1000 penduduk golongan umur tersebut pada pertengahan
periode yang sama.
Contoh soal :
Pada tahun 2016, berpenduduk Kota X sekitar 325.472 jiwa, sekitar 15 %
penduduknya berumur antara 0 – 17 tahun, pada bulan Januari dan
Pebruari tahun 2012 terjadi KLB penyakit campak, dilaporkan jumlah
penderita seluruhnya sebanyak 79 orang dan yang meninggal sebanyak 37
orang, 9 % dari total kematian terjadi pada penduduk berusia antara 0 – 17
tahun.
Hitung berapa angka kematian penyakit tersebut berdasarkan kelompok
umur antara 0 – 17 tahun ?
Contoh soal :
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten X pada tahun 2016,
menyebutkan bahwa angka kematian bayi (IMR) di wilayah tersebut adalah
2,04 %. Jumlah ibu yang melahirkan diketahui sebanyak 249 orang dan ada
1,2 % ibu melahirkan dalam kondisi bayi mati didalam kandungan.
Ditanyakan berapa banyak bayi yang meninggal di Kabupaten X
selamatahun 2016?
d) Angka Kematian Post Neonatal (Post Neonatal Mortality Rate) --- PNMR
Yaitu jumlah kematian bayi diatas 28 hari dan kurang 1 tahun, pada suatu
wilayah selama satu periode, untuk tiap 1000 kelahiran hidup pada periode
yang sama.
Contoh soal :
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten X pada tahun 2016,
menyebutkan bahwa angka kematian bayi di wilayah tersebut adalah 2,04
%. Jumlah ibu yang melahirkan sebanyak 129 orang dan ada 1,02 % ibu
melahirkan dalam kondisi bayi mati didalam kandungan.
Ditanyakan berapa angka SBR di Kabupaten X selama tahun 2016 ?
Contoh soal :
Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Y sebanyak 328 jiwa,
ada sekitar 13,4 % berumur antara 1 – 4 tahun. Selama tahun 2012
dilaporkan terjadi kematian sebesar 2.06 % pada kelompok penduduk
tersebut diataskarena diare.
Ditanyakan berapa jumlah anak yang meninggal pada umur 1 – 4 tahun
di Kabupaten Y selama tahun 2016?
Contoh soal :
Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Y sebanyak 328 jiwa, ada
sekitar 15,02 % berumur dibawah 5 tahun. Selama tahun 2012 dilaporkan
terjadi kematian sebesar 2,15 % pada kelompok penduduk tersebut diatas
karena penyakit malaria.
Hitung berapa jumlah Balita yang meninggal selama tahun 2016 di
Kabupaten Y ?
Contoh soal :
Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Z sebanyak 421.128
jiwa. Terdapat kematian sebesar 12,7 % dengan berbagai sebab,
khusus untuk penyakit DBD dilaporkan ada sebesar 0,17 % .
Hitung berapa proporsi kematian penduduk akibat penyakit DBD di
kabupaten Z selama tahun 2016
Contoh soal :
Penduduk Kabupaten Z pada tahun 2016 yang lalu sebesar 621.215
jiwa, dengan perincian 53 % adalah penduduk jenis kelamin
perempuan dan 47 % laki-laki. Berdasarkan laporan yang ada terdapat
sejumlah ibu yang melahirkan sebesar 6 % dari total penduduk
wanita, yang meninggal karena melahirkan sebanyak 7 orang,
meninggal pada waktu nifas sebanyak 3 orang dan komplikasi
sebanyak 5 orang.
Hitung berapa MMR di kabupaten Z selama tahun 2016 ?
Standarisasi Angka Kematian :
Maksud standarisasi yaitu untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh
susunan penduduk (umur, jenis kelamin, golongan pekerjaan, ethnik dan
sebagainya).
Bukan
30 970 1000 0,03
perokok
Ca Prostat
Odds
+ -
Perokok 90 910 90/910
Bukan
perokok 30 970 30/970
Tujuan Pembelajaran
Setelah perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang ;
1. Epidemiologi,
2. Epidemiologi penyakit menular,
3. Epidemiologi observasi, dan eksperimen,
4. Penyakit epidemi, endemik, dan pandemi
5. Rantai penularan penyakit menular,
6. Kejadian penyakit menular di Indonesia
Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata ;
1. Epi yang berarti pada atau tentang,
2. Demos yang berati penduduk, dan
3. Logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Dalam dunia kedokteran modern pengertian epidemiologi adalah, Ilmu yang
mempelajari tentang angka kejadian penyakit dan penyebarannya pada suatu populasi
serta faktor – faktor apa yang mempengaruhinya.
Epidemiologi Penyakit Menular
Adalah epidemiologi penyakit yang terfokus dalam mempelajari penyebaran
dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit menular dalam suatu populasi.
Epidemiologi Observasi
Adalah epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola penyebaran
penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut dalam suatu
populasi. Indikator yang digunakan mencakup umur, gender, ras, status perkawinan,
pekerjaan dan variabel lainnya.
Epidemiologi Eksperimen
Adalah epidemiologi yang melibatkan intervensi, percobaan atau tindakan
didalamnya. Yang bertujuan untuk merubah faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
penyakit dalam suatu populasi.
Penyakit Endemi
Adalah penyakit yang umum terjadi ditengah-tengah populasi dan hanya
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Atau suatu
penyakit yang memiliki kejadian lebih tinggi pada suatu populasi dibanding populasi
lainnya.
Penyakit Epidemi
Adalah wabah suatu penyakit yang terjadi ditengah-tengah suatu populasi dan
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada kejadian yang
biasanya.
Penyakit Pandemi
Adalah wabah suatu penyakit yang terjadi dibanyak populasi, dan beberapa
negara yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada kejadian
yang biasanya.
ISPA
TB PARU
HEPATITIS
DIARE
1. Papua (6,3% ),
2. NTT (5,2% ),
3. Sulawesi Barat (5,0),
4. Sulawesi Selatan (4,7), dan
5. Sulawesi Tengah (4,4%)
*Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang
paling tinggi menderita diare.
MALARIA
1. Papua (9,8%),
2. Nusa Tenggara Timur (6,8%),
3. Papua Barat (6,7%),
4. Sulawesi Tengah (5,1%), dan
5. Maluku (3,8%)
*Prevalensi malaria pada anak kurang dari 15 tahun relatif lebih rendah dibanding pada
orang dewasa, tetapi proporsi pengobatan dengan obat malaria program pada
kelompok umur tersebut lebih baik pada anak dibandingkan orang dewasa. Keadaan
ini menunjukkan kewaspadaan dan kepedulian penanganan penyakit malaria pada
anak sudah baik.
Daftar Pustaka
A. DEFENISI
Definisi kesmas menurut winslow (1920): Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni; mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui
usaha-usaha perorganisasian masyarakat untuk:
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan peny menular
3. Pendidikan dan kebersihan perorangan
4. Perorganisasian yan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yg layak dalam memelihara kesehatannya
Definisi secara etimologis (Yunani):
• Epi / upon : pada / ttg
• Demos/people : penduduk
• Logia/knowledge : ilmu
• Epidemi yaitu secara meluas
• Endemi
• Pandemi
Batasan:
• Ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan yang mempengaruhi
frekuensi penyakit pada kelompok manusia (Mac Mahon B & Pugh T.F, 1970)
• Studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada
populasi manusia (Lowe C.R & Koestrzewski J, 1973)
• Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit & rudapaksa pada
populasi manusia (Mausner J.S & Bahn, 1974)
• Ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada
penduduk & determinan yang mempengaruhi determinan tersebut (Lilienfeld
A. M,1980)
• Studi tentang distribusi & determinan penyakit pada populasi manusia (Barker
D.J.P, 1980)
• EPIDEMIOLOGI ADALAH ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG
DISTRIBUSI, FREKUENSI DAN DETERMINAN PENYAKIT DAN
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERTUJUAN UNTUK
PEMBUATAN PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN.
B. TUJUAN/PERANAN EPIDEMIOLOGI
• Mengumpulkan data & fakta tentang masalah kesehatan di masyarakat,
• Menjelaskan sifat & penyebab masalah kesehatan tersebut,
• Merencanakan pemecahan masalah kesehatan serta evaluasi aktivitas
pelaksanaanya
• Menggambarkan status kesehatan masyarakat untuk menetapkan prioritas
masalah
• Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit,
• Mempelajari penyebab/faktor risiko suatu penyakit,
• Mengembangkan sistem pengendalian & pemberantasan penyakit,
C. JENIS-JENIS EPIDEMIOLOGI
Deskriptif
Epidemilogi Analitik
Eksperimen
a. EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Epidemiologi deskriptif bertujuan menggambarkan frekuensi & distribusi penyakit
(masalah kesehatan) untuk mendapatkan gambaran masalah kesehatan.
Untuk menjawab pertanyaan: WHO, WHEN, WHERE
1. Deskriptif
W H O siapa orang PERSON
Variabel ini membahas peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besar keluarga, struktur keluarga, paritas
dan sebagainya.
a. Umur/usia
Angka morbiditas & mortalitas di dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur
dengan cara ini, mempermudah melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur
Untuk daerah terpencil, biasanya info diperoleh dari tomas, toga, kader,
lurah/RW/RT
Pengelompokan umur:
MISALNYA
Dengan memperhatikan gambar di atas maka jelas baik kita bahwa, seorang
dapat menjadi sakit apabila orang tersebut mengalami keterpaparan terhadap unsur
penyebab tertentu. (primer maupun sekunder) dan dilain pihak orang tersebut sekaligus
berada pada tingkat kerentangan tertentu.
Kedua faktor keterpaparan dan kerentanan sangat dipengaruhi pula oleh
berbagai unsur terutama unsur lingkungan dan unsur pejamu. Oleh sebab itu, dalam
epidemiologi terapan, keadaan ini harus betul-betul disadari, terutama tingkat kuanlitas
maupun kualitas/derajat serta sifat dan bentuk dari unsur yang menimbulkan
keterpaparan. (Nur nasry noor,2000.Dasar epidemiologi,Rineka cipta,Jakarta.)
Kejadian penyakit, tidak terkecuali penyakit akibat (mendadak) mempunyai
masa perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun mendadaknya, perlu waktu, yang
memang mungkin singkat, untuk tercetusnya suatu penyakit. Dalam mengetahui
keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan perhitungan terhadap faktor
waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit, diinginkan untuk melakukan
diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.
Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat
alamiah penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu penyakit adalah
perkembangan penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya
sehingga suatu penyakit berlangsung secara alamiah (Fletcher,22)
(Bustam,2006,Pengantar epidemiologi,Rinika cipta,Jakarta.)
Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap sebagai berikut
:
Tahap prepatogensis
Tahap PatogenesiTahap
Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas,
sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik
Tahap Akhir/ pasca patogenesis.
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan,
yaitu:
o Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
pulih, sehat kembali.
o Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan
bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
o Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih
tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
o Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
o Berakhir dengan kematian. (Bustam, 2002, Pengantar epidemiologi,
Rinika cipta,Jakarta.)
a. Definisi Riwayat Alamiah
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan
atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik
(CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu elemen utama
epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip Wikipedia, 2010).
Gambar 1.1 menyajikan kerangka umum riwayat alamiah penyakit
b. Karakteristik Agen
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu
terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu
memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi,
dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau
terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.
3 Ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi
riwayat alamiah penyakit sebagai berikut:
(1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
1) Infektivitas - kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan
terjadinya infeksi. Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi
dengan jumlah individu yang terpapar.
2) Patogenesitas – kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan
penyakit klinis. Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah
individu yang terinfeksi.
3) Virulensi – kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian.
Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan
keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati
dibagi dengan jumlah kasus klinis
Gambar 1.2 riwayat alamiah infeksi HPV dan potensi menjadi kanker
c. Fenomena Gunung Es
Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora
(perumpamaan) yang menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh
lebih besar daripada bagian yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan
masalah kesehatan populasi, jumlah kasus penyakit yang belum diketahui jauh lebih
banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah diketahui.
(Gambar 1.3). Fenomena gunung es menghalangi
d. Kronisitas Penyakit
Berdasarkan masa inkubasi, laten, dan durasi, maka penyakit dapat diklasifikasi ke
dalam 4 kategori:
1) Masa laten pendek, durasi pendek;
2) Masa laten panjang, durasi pendek;
3) Masa laten pendek, durasi panjang;
4) Masa laten panjang, durasi panjang
(Tabel 1.1). Batas waktu panjang-pendek antara 4-12 bulan (Kleinbaum et al., 1982).
Table 1.1 klasifikasi penyakit menurut masa inkubasi (laten) dan durasi
e. Pencegahaan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda,
mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecaca-tan, dengan menerapkan
sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif.
Tabel 1.4 Penyakit dan pencegahan sekunder
Table 1.5 penyakit dan pencegahan tersier
E. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan sebelum terjadi suatu peristiwa penyakit. Penyusunan rencana dan langkah-
langkah pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit tertentu harus di dasarkan
pada hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan epidemiologi yang cermat.
Upaya pencegahan merupakan salah satu upaya strategis dalam rangka penanganan
dan penanggulangan suatu penyakit. Namun dalam prakteknya kadang-kadang justru
tidak menjadi perioritas, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat yang masih
rendah atau terbatas.
2. Upaya-upaya pencegahan kadang-kadang tidak langsung dirasakan oleh
masyarakat, sehingga tidak menjadi suatu perioritas untuk dilakukan.
3. Adanya faktor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan.
4. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan sistem penganggaran.
Tingkat-tingkat Pencegahan
Ada beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang tingkat-
tingkat pencegahan penyakit, misalnya Leavell and Clark dalam bukunya yang
berjudul Preventive Medicine for the Doctor in his Community, membagi usaha
pencegahan penyakit dalam tiga tingkatan yaitu :
1. Health Promotion
Tingkat pencegahan pada masa sebelum sakit.
Mempertinggi derajat kesehatan
Kegiatan mempertinggi derajat kesehatan meliputi :
Penyediaan makanan yang cukup (kualitas dan kuantitas)
Perbaikan sanitasi lingkungan (penyediaan air bersih, penangan
sampah, pembuangan kotoran dan air limbah dan sebagainya)
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Upaya kesehatan jiwa untuk mencapai perkembangan kepribadian
yang baik.
2. Specific Protection
Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
Kegiatan pemberian perlindungan khusus meliputi :
Pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
Isolasi penderita penyakit tertentu.
Penggunaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja
Tingkat pencegahan pada masa sakit.
Tingkat pencegahan pada masa sakit meliputi :
• Diagnose dini, serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (erly
diagnosis and prompt treatment).
• Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya ini antara lain :
• Mengenal jenis penyakit secara cepat untuk memberikan pengobatan yang
tepat.
• Mencegah terjadinya penularan penyakit ke orang lain. Kegiatannya meliputi
antara lain :
• Mencari penderita dalam masyarakat (case finding) termasuk pemeriksaan
darah, rontgen dan sebagainya.
• Mencari kontak yaitu melacak orang-orang yang pernah berhubungan penderita
(contact person)
• Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (Disability limitation).
• Upaya ini meliputi pemberian pengobatan dan perawatan agar penderita dapat
sembuh dengan sempurna tanpa cacat.
Tingkat pencegahan setelah sakit
1. Rehabilitasi (rehabilitation), mengembalikkan semaksimal mungkin fungsi-
fungsi faal tubuh, upaya ini meliputi :
a. Rehabilitasi fisik
Rehabilitasi fisik dimaksudkan untuk memperoleh perbaikan fisik
semaksimal mungkin bila penderita mengalami cacat akibat penyakitnya.
b. Rehabilitasi mental
Rehabilitasi mental dimaksudkan untuk memperbaiki mental bekas
penderita dalam menjalani kehidupan sosialnya dalam masyarakat.
c. Rehabilitasi social vokasional
Yang dimaksud dengan rehabilitasi social vokasional adalah memberi
kesempatan kepada bekas penderita untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak sesuai kemampuan yang masih ada.
d. Rehabilitasi aestetis
Rehabilitasi aestetis dimaksudkan untuk mempercantik atau memperindah
bagian-bagian tubuh yang mengalami kecacatan.