DISUSUN OLEH
DAFTAR ISI............................................................................................... 2
2.3.1.14. Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat
plambing, sekurang – kurangnya harus terdiri dari : ......... 33
2.6. Sanitasi............................................................................... 51
BAB IV ..................................................................................................... 71
PENUTUP ................................................................................................ 71
Perancangan utilitas bangunan yang akan dibahas lebih detail dalam bab
selanjutnya adalah sistem plumbing dan sanitasi.
BAB II
SISTEM PLUMBING DAN SANITASI
2.1. Umum
Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai berikut.
2.2.1.1. Peralatan Untuk Penyediaan Instalasi Air Bersih/Air Minum dan Air Panas
Peralatan yang digunakan untuk penyediaan instalasi air bersih/air minum
dan air panas adalah sebagai berikut.
1. Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground water
tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa transfer yang
sering dipakai diantaranya sebagai berikut.
a. End Suction Pump,
b. Horizontal Split Case Pump,
c. Multi Stage Pump, dan
d. Centrifugal Pump
Air buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang dibuang,
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun
yang mengandung sisa-sisa proses industri.
a. Air Kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing.
b. Air Bekas
Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya seperti bak mandi
(bathtub), bak cuci tangan bak dapur dan sebagainya.
c. Air Hujan
Air dari atap, halaman dan sebagainya.
d. Air Buangan Khusus
Air yang mengandung gas, racun dan bahan- bahan berbahaya yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan,
tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air yang
bersifat radio aktif dan lain-lain.
Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada
pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pada pipa ven tersebut. (Lihat
Tabel 2.1). Bagian pipa ven mendatar, tidal termasuk bagian “pipa ven di bawah
lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.
Sumber: SNI-03-6481-2000
Gambar 2.6 Contoh Jenis Kloset Duduk (kiri) dan Jongkok (kanan)
2. Peturasan
Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di mana yang
paling banyak digunakan adalah tipe wash-down (Lihat Gambar 2.7 dan 2.8).
Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip
“talang” terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Sumber: SNI-03-6481-2000
Gambar 2.8 Peturasan Palung
Sumber: ceppi-prihadi.co.cc dan 19design.wordpress.com
Gambar 2.9Contoh Peturasan anak-anak (kiri) dan bidet (kanan)
3. Fitting Saniter
Beberapa jenis fitting saniter antara lain :
a. Keran air
Ada beberapa macam keran air, yaitu :
Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
cuci tangan.
Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung.
Sumber: http://naturalinteriordesign1.blogspot.com, 2011
Gambar 2.10 Keran
Sumber : http://forum.tamanroyal.com
Gambar 2.11 Wastafel
b. Katup gelontor dan tangki gelontor
Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor,untuk kloset
dan peturasan.
Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang
harus dijalankan oleh orang.
c. Design/Perancangan
1. Penentuan letak hose connection
Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat
yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit)
atau melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu
dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh
petugas pemadam kebakaran.
2. Ukuran minimum stand pipe
Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.
3. Tekanan minimum system
Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow- ratenya,
dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection
terjauh untuk yang berdiameter 21⁄2 inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang
berdiameter 11⁄2 inchi.
4. Tekanan maksimum hose connection
Tekanan residual pada hose connection berdiameter 11⁄2 inchi yang
digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar).
Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka
pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik
dan residual pada outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 11⁄2
inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya.
5. Flow rate (debit) minimum pada stand pipe
Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh
harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus
memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan
jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika
luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh
harus didisain untuk 500 gpm.
6. Flow rate minimum pada hidran gedung
Debit air minimum gedung 400 l/menit
7. Prosedur perhitungan
Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan
denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu
menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga
merupakan jenis pipa Galvanis baru.
8. Drain dan Test riser
Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan
pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device
guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device. Setiap stand
pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan
pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat
adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa
jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987):
c. Deluge System
Sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan
pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve.
Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air
akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh
sprinkler yang ada.
d. Preaction System
Menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem
perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak,
melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama
dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve
yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan
sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
e. Combined Dry Pipe-Preaction
Sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan
deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir
pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet
pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry
pipe.
Disamping itu, setiap unit rumah tinggal harus dilengkapi dengan bak cuci
pakaian atau perlengkapan penyambungan untuk mesin cuci pakaian, kecuali bila
unit rumah tinggal tersebut disediakan untuk penghuni tidak tetap.
Setiap rumah susun harus juga dilengkapi dengan sebuah ruang cuci
pakaian bersama, dengan perlengkapan alat plambing sebagai berikut:
1. Sebuah tempat cuci pakaian dengan dua bak untuk setiap 10 unit rumah
tinggal, atau
2. Sebuah mesin cuci pakaian untuk setiap 20 unit rumah tinggal.
Bila unit
rumah tinggal tersebut hanya merupakan akomodasi tidur, maka untuk
setiap enam unit, harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan :
a. Sebuah kloset.
b. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
c. Sebuah tempat cuci tangan.
d. Sebuah pengering lantai.
e. Untuk ruang toilet laki – laki, jumlah kloset dapat diganti dengan
peturasan (urinoir) tidak lebih dari sepertiga jumlah kloset yang
disyaratkan.
Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat plambing dalam
hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
usaha
Tabel .5 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
industri
Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama dengan yang
disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing juga dapat dipasang pada
bangunan yang berdekatan, jika jarak mendatar dari tempat kerja ke toilet
tidak lebih dari 150 m dan kedua bangunan tersebut berada dibawah satu
pengelolaan.
Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka kapasitas alat
plambing minimum ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.6
Tabel 3.6 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
kumpulan
1. Pancaran air minum atau alat sejenis harus disediakan untuk setiap 1000
orang pengunjung atau sekurang – kurangnya sebuah alat plambing sejenis
tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan atau balkon.
2. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari satu proyektor, maka harus
dilengkapi sekurang – kurangnya dengan; sebuah kloset dan sebuah bak
cuci tangan di lantai yang bersangkutan dan terletak 6 – 7 m dari ruang
proyektor tersebut.
3. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula digunakan oleh karyawan, akan
tetapi setidak -tidaknya fasilitas toilet karyawan harus sesuai dengan jumlah
dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan seperti pada hunian usaha.
4. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah
dicapai.
Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan sekurang –
kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang jemaah. Untuk kapasitas lebih
dari 500 orang jemaah, harus ditambah dengan sebuah kran untuk setiap
kenaikan 200 orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang – kurangnya
sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan, fasilitas ini boleh berada pada
bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada dibawah satiu
pengelolaan. Fasilitas toilet laki – laki dan perempuan harus terpisah dan
mudah dicapai.
Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan berdasarkan
kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki –laki dan sebuah kloset
untuk setiap 35 orang murid perempuan di Sekolah Dasar.
2. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki – laki dan sebuah kloset
untuk setiap 45 orang murid perempuan di Sekolah Menengah.
3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 50 orang murid.
4. Sebuah peturasan untuk setiap 30 orang murid laki – laki.
5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 150
orang murid, tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang – kurangnya
disediakan pada tiap lantai yang terdapat ruang kelas. Bila terdapat lebih
dari 5 orang karyawan dan guru, alat plambing harus disediakan lagi,
sekurang – kurangnya jenis dan jumlahnya sama dengan yang disyaratkan
pada hunian usaha. Alat plambing yang disediakan untuk murid harus
terpisah dari alat plambing yang disediakan untuk guru dan karyawan.
Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah, mudah
dicapai serta mudah digunakan.
Bila akomodasi tidur diatur sebagai kamar terpisah, maka didekat setiap
enam kamar tidur di lengkapi sekurang-kurangnya dengan :
1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
3. Sebuah bak cuci tangan.
4. Sebuah pengering lantai
Bila akomodasi tidur diatur seperti asrama,, maka untuk setiap 15 orang
penghuni, pada tempat di dekatnya harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan:
1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
3. Sebuah bak cuci tangan.
4. Sebuah pengering lantai.
Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali rumah sakit maka
harus dilengkapi dengan alat plambing untuk tiap lantai sesuai dengan
ketentuan – ketentuan sebagai berikut;
1. Sebuah kloset untuk setiap 25 orang penghuni laki – laki dan sebuah
kloset untuk setiap 20 orang penghuni perempuan.
2. Sebuah peturasan untuk setiap 50 orang penghuni laki – laki.
3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 orang penghuni.
4. Sebuah dus untuk setiap 10 orang penghuni.
5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50
orang penghuni.
Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak cuci tangan.
3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus untuk setiap 8 orang
paisen.
4. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50
tempat tidur.
5. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam
jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan
terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki –
laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.
Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat plambing,
sekurang – kurangnya harus terdiri dari :
1. Sebuah kloset untuk setiap 60 orang laki – laki.
2. Sebuah kloset untuk setiap 40 orang perempuan.
3. Sebuah peturasan untuk setiap 40 orang laki – laki.
4. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang laki – laki.
5. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang perempuan.
6. Sebuah dus untuk setiap 40 orang laki – laki.
7. Sebuah dus untuk setiap 40 orang perempuan.
8. Fasilitas dus untuk mandi di kolam renang umum dan tempat pemandian
umum lainnya, harus dipisahkan untuk laki – laki dan perempuan, harus
mudah dicapai oleh semua pengunjung pada setiap saat dan harus
ditempatkan sedemikian rupa sebelum memasuki daerah pemandian.
Untuk sekolah yang mempunyai kolam renang, jumlah dus sekurang –
kurangnya harus sepertiga jumlah murid dari kelas yang terbesar.
Rumah makan, kantin dan kafetaria, alat plambing yang harus tersedia
sekurang – kurangnya satu mesin cuci atau tempat cuci berbak tiga yang
cocok, untuk mencuci secara efektif dan bersih sebelum alat – alat tersebut
dipakai kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus digunakan
air panas.
Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan sekurang –
kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus untuk keperluan
karyawan dapur.
Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk pekerja yang
sedang membangun atau mengadakan perubahan, perbaikan,
pembongkaran gedung pada suatu proyek dengan dasar satu unit untuk
setiap 30 orang.
Fasilitas toilet tersebut terdiri dari kloset biasa atau kloset kimia yang
mudah dicapai oleh pekerja dan harus terletak tidak lebih dari empat tingkat diatas
atau dibawah tempat bekerja, serta terlindung dari pandangan dan bahaya kejatuhan
benda. Hunian sementara ini harus dipelihara sesuai dengan persyaratan kesehatan,
sehingga selalu siap pakai. Bila proyek telah selesai, fasilitas dan sistem
pembuangannya harus di bongkar, sekitarnya harus dibersihkan, didefinisikan dan
lubang kloset tersebut harus ditimbun dengan tanah yang baik dan bersih.
Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian
dari suatu tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tendon di atas tower. Pipa
ini dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan beton ke bangunan selama masa
konstruksi.
Gambar 2.15 Pipa Baja (Galvanis)
2. Pipa PVC
Pipa PVC biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam
gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah,
menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur
dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh
panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan kebocoran.
3. Pipa Tembaga
Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu
gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya
yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.
1. Bahan Pipa :
a. Pemilihan bahan pipa untuk instalasi plumbing harus disesuaikan
dengan jenis air yang dialirkan.
b. Pipa harus memenuhi standar yang berlaku, misalnya SNI, SII, JIS,
JWWA, dsb.
c. Bahan pipa dan standar untuk pemakaian tertentu (air dingin, air
panas, buangan dan ven) dapat dilihat dibawah.
2. Sambungan (fiting) dan perlengkapan yaitu Berfungsi untuk
menyambung 2 pipa
3. Valve / Katup.
Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa Macamnya :
gate valve, globe valve, butterfly valve, check valve, dll.
1. Standard pipe
a. Mechanical service pipe
Mechanical service pipe digunakan untuk kepentingan structural
dan mekanikal. Berdasarkan ketebalan dinding, mechanical service
pipe dibagi menjadi 3 kelas, yaitu standard weight, extra strong,
double extra strong. Mechanical service pipe ada dalam bentuk
seamless dan welded pipe. Jenis ini berdiameter sampai 12 inchi.
b. Refrigerator pipe
Refrigerator pipe digunakan untuk membawa refrigerant, dan
berdiameter 3⁄4 - 2 inchi.
c. Dry-kiln pipe
Dry-kiln pipe digunakan untuk industri kayu, dan diproduksi dalam
ukuran pipa standar 3⁄4, 1 dan 11⁄4 inchi.
d. Pressure pipe
Pressure pipe digunakan untuk membawa fluida atau gas pada
tekanan atau temperatur normal, subzero, atau tinggi. Pressure pipe
mempunyai ukuran 1⁄8 inchi. Nominal size sampai 36 inchi.
Gambar 2.20 Pressure Pipe
2. Line pipe
Line pipe diproduksi dalam bentuk welded dan seamless. Jenis pipa ini ini
mempunyai ukuran 1⁄8 inchi. Digunakan untuk membawa gas, minyak atau air.
5. Carbon steel
1. Viber Glass
2. Aluminium
3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)
4. Cooper (Tembaga)
5. Red Brass (kuningan merah)
6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)
Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau di bawahnya lantai bawah
tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm
Dalam penentuan ukuran instalasi pipa air kotor dan air buangan pada
perencanaan ini menggunakan metoda Unit Alat Plambing. Adapun langkah-
langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
- Menentukan daerah yang akan dilayani oleh pipa air kotor atau air
buangan, Lihat pada gambar isometri pipa air kotor dan air buangan
- Melihat nilai Unit alat plambing sebagai beban ( table 2.7 ).
- Menentukan ukuran pipa air kotor atau air buangan ( table 2.8 ).
Sumber : https://www.e-proc.deplu.go.id
b. Bentuk Gantungan
Untuk air panas : Brass roller guide type.
Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.
4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar
zinchromat
sebelum dipasang.
6. Penunjang dan penggantung yang berdekatan dengan peralatan harus diberi
steel spring atau mounting dengan ketentuan tidak lebih dari 25 mm defleksi
statik.
Sumber : http://blog.its.ac.id
2.6.7. Pemasangan Pipa Air Limbah dan Pipa Logam dalam Tanah
1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada
dasar
galian dengan adukan semen.
4. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.
5. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.
6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
7. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah
kasar.
8. Khusus untuk pipa logam, harus dilapisi flinkote kemudian dibalut
dengan bituminous sheet tebal 2 mm.
2.6.8. Katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar,
spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :
Diruang Mesin Ukuran Pipa Sampai 75 mm 100 s/d 200 mm 250 atau lebih
besar lain-lain
Ukuran Katup 20 mm 40 mm 50 mm 20 mm
Katup yang digunakan untuk tekanan kerja diatas 19 bar harus tipe flanged
cast steel.
2.6. Sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2011). Pengertian lain dari sanitasi
adalah sarana untuk mencegah kontak manusia dari bahaya limbah untuk
meningkatkan kesehatan. Sarana pencegahan dapat berupa solusi engineering
(misalnya selokan dan pengolahan limbah), teknologi sederhana (misalnya septic
tank) atau dengan melakukan pembersihan (http://inspeksisanitasi.blogspot.com,
2011).
Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang
3
dari 400.000 m /hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah,
tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di
Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan
beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke
sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang ke kolam atau
pantai (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).
Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian
tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa
dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).
Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit akibat pembuangan
limbah yang buruk, dibutuhkan sanitasi yang baik dalam pengelolaan air limbah,
pengelolaan sampah.
Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah,
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang
memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).
1. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m
2. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m
3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m
4. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalahsanitasi. Untuk
konsumsiair minummenurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya
(Wikipedia.com, 2011).
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah
1. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih,
persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis
dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Menkes/PER/IX/1990.
a. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa (tawar).
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah
yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut
adalah pH, zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif,
kesadahan, kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng
(Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb,
As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan
parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis.
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.
3. Persyaratan kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat
hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air
bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif
tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh
penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas
bangunan.
SLTP 50 Liter/siswa/hari
Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari
2
Toserba, toko pengecer 5 Liter/m
Restoran 15 Liter/kursi
Hotel
150 Liter/tempat tidur/hari
melati/penginapan
Gedung pertunjukkan,
10 Liter/kursi
bioskop
b. Water Cooling/AC
a. Air Hidran
b. Air Sprinkler
1)
. Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
2)
Permen Kesehatan RI No: 986/Menkes/Per/XI/1992
Cara kerja sistem tangki atas yaitu air ditampung terlebih dahulu dalam
tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki
atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari
tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai.
Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah
ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang
mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan
awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan
yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan,
yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa.
Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum
yang ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan
telah dicapai.
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
1. Air kotor
Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air
buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya (black
water ).
2. Air bekas
Air bekas adalah air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan
lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang
dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu.
3. Air hujan.
Sistem pembuangan air hujan harus terpisah dari sistem pembuangan air kotor
maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada
saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang
terendah.
Air buangan khusus adalah air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah
pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat
khusus.
a. Sistem pembuangan air campuran yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan
air bekas dialirkan kedalam satu saluran /pipa.
b. Sistem pembuangan air terpisah yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan
air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan pipa yang
berlainan.
b. Sistem pembuangan luar yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut
juga riol gedung.
a. Sistem gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi dengan
mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa buangan
Sistem Komunal
Instalasi STP
Sumber: http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/instalasi-plumbing-
sistem-air- buangan/#more-67
Gambar 2.38 Instalasi STP STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)
Sumber: http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/instalasi-plumbing-
sistem-air- buangan/#more-67
Berupa penyaringan terhadap benda – benda kasar dan terdiri dari unit
saringan kasar dan pengendapan pasir.
Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar
pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun
berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam limbah
dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki struktur
tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan
menurut kriteria yang telah ditetapkan.
BAB III
CONTOH PERHITUNGAN
3.1. Pompa Angkat
Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air
3
pada jam puncak ( Qh maks ) yaitu 0,5 m /menit. Kecepatan aliran pompa
diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan rumus :
𝑄
𝐴=𝑉
3 3
𝑄 𝑄ℎ 0,5 𝑚 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0,0083 𝑚 ⁄𝑠
𝐴= = = = = 0,0028 𝑚3
𝑉 𝑉 3 𝑚⁄𝑠 3 𝑚⁄𝑠
𝐴 = 𝜋𝑟 2
2
𝐴 0,0028 𝑚3
𝑟 = =
𝜋 3,14
r = 0,0298m = 30mm
D = 60mm H 65mm
Pemeriksaan :
3
0,0083 𝑚 ⁄𝑠
𝑣= = 2,5 𝑚⁄𝑠 < 3 𝑚⁄𝑠
0,00332 𝑚2
Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah
65 mm
rumus berikut :
𝑣2
Besar head total ( H ) = ℎ𝑎 + ∅ℎ𝑝 + ℎ𝑖 + 2𝑔
Dimana :
Head statis total, yaitu vertical antara permukaan air sisi keluar dengan
permukaan air sisi isap (m)
Head Statis (Ha) Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan
permukaan air tangki bawah, dalam gedung ini adalah 40 m Perbedaan Head
Tekanan pada kedua permukaan air
Kerugian Head (Hl) Head kerugian gesek dalam pipa (hf) Sebelum mencari
head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran laminer
atau aliran turbulen. Dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu :
dimana :
Re : Bilangan Reynolds
Pompa akan bekerja apabila air dalam roof tank volumenya tinggal 20%
dari volume total roof tank, sehingga volume roof tank menjadi :
40000 liter x 20 % = 8000 liter Jadi pompa akan bekerja apabila volume
roof tank hanya
40000 liter – 8000 liter = 32000 liter Dan kapasitas pompa (Q) adalah :
32000
32000liter
Q 1600liter / menit 20menit
3 3 3000 1,6
= 0,027 m /detik 0,03 m /detik n 198,98
Maka dari grafik efisiensi pompa (gambar 14.3 ) kita dapatkan efisiensi
pompa ( p) sebesar 65 %
.g.Q.H p
Pp
998,3x9,81x0,027x50,95 0,73
Pp 18455,05watt
Pp 18,45kW 18kW
s3 50,95 4
Tentunya setelah menghitung daya poros (Pp) dihitung juga daya motor
yang digunakan untuk menggerakkan poros tersebut. Rumus yang digunakan
adalah :
18
Pm 1,15 23kW 0,9
P 1,15 m
Pp transmisi
Diketahui : Perhitungan :
3
Q = 0,03 m /s V = 3 m/s
3
0,03m 3ms
s 2
0,01m
1 2
A
A d
4xA 4x0,01
4
d 0,112m 112mm 100mm
3,14 Pemeriksaan :
3
0,03m /s 2
v 3,8ms 3m/s 14 0,1
karena v>3m/s maka pipa transfer dengan diameter 100 mm tidak dapat
digunakan.
3 3
Q = 204 x 300 liter/hari = 61200 liter/hari= 61,2 m /hari= 6,12 m /jam
3
= 0,1 m /menitmaka kapasitas pompa booster yang dibutuhkan 0,1
3
m /menit.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Setelah membaca uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa sistem plumbing dan sanitas berperan penting dalam menciptakan
lingkungan gedung yang higienis, sehingga dapat menunjang kesehatan dan
kenyamanan pengguna gedung.
4.2. Saran
Untuk dapat menunjang kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung,
diperlukan perencanaan plambing dan sanitasi yang terintegrasi dengan baik.
Perancangan dan Perencanaan Sistem Plambing dan Sanitasi harus mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang guna mencegah
terjadinya gangguan terhadap aktivitas publik dalam gedung.
DAFTAR PUSTAKA
http://naturalinteriordesign1.blogspot.com/2009/05/tips-praktis-rumah-
mengatasi- debit-air.html http://jayakarunia.indonetwork.co.id/515129/fitting-
fitting-pipa-pvc.htm
http://dheryudi.wordpress.com/2008/11/20/kloset/
http://jakartacity.olx.co.id/kloset-jongkok-kw-1-kualitas-export-dan-kw-2-
iid- 156274182
Sumber :
http://forum.tamanroyal.com/index.php?topic=660.msg1750
http://ceppi-prihadi.co.cc/?p=5
Sumber Bidet :
http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/
http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/
http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/
http://www.scaffolding-
central.com/products.html?page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&prod
uct_id=32&category_id=8&vmcchk=1
https://www.e-proc.deplu.go.id/action/file/download/id/1740
http://blog.its.ac.id/masduqi2/files/2010/05/instalasi-sistem-plambing.pdf
http://www.scribd.com/doc/24540387/BAB-I-Sistem-Pipa