Anda di halaman 1dari 73

SISTEM PLUMBING

DISUSUN OLEH

Amanda Geraldine 1705521035


Wilda R. Siahaan 1705521068
Valencia Fanny 1705521069
Melinda 1705521077
Nadira Zahra B. 1705521078

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 6

1.1. Pengertian Utilitas Bangunan .............................................. 6

1.2. Perancangan Utilitas Bangunan ........................................... 6

1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................. 6

1.4. Batasan Masalah .................................................................. 7

BAB II SISTEM PLUMBING DAN SANITASI....................................... 7

2.1. Umum .................................................................................. 7

2.2. Jenis Peralatan Plambing ..................................................... 8

2.2.1.1. Peralatan Untuk Penyediaan Instalasi Air Bersih/Air Minum


dan Air Panas ....................................................................... 8

2.2.1.2. Peralatan untuk Pembuangan ............................................. 11

2.2.1.3. Peralatan ven ...................................................................... 13

2.2.1.4. Peralatan saniter (Plumbing Fixtures) ............................... 15

2.2.2.1. Peralatan pemadam kebakaran .......................................... 21

2.3. Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing .......................... 26

2.3.1.1. Rumah tinggal, dimana dalam setiap rumah tinggal sekurang


– kurangnya dilengkapi dengan : ....................................... 26

2.3.1.2. Rumah Susun, dimana dalam setiap unit harus dilengkapi


sekurang – kurangnya dengan : ......................................... 27

2.3.1.3. Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat


plambing dalam hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel
3.4. ..................................................................................... 28

2.3.1.4. Hunian industri, kententuan yang berlaku sama halnya


dengan hunian usaha/niaga, kecuali untuk industri
pengecoran logam yang kriteria jumlah alat plambing harus
di sesuaikan dengan Tabel 3.5 ........................................... 28

2.3.1.5. Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama


dengan yang disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing
juga dapat dipasang pada bangunan yang berdekatan, jika
jarak mendatar dari tempat kerja ke toilet tidak lebih dari 150
m dan kedua bangunan tersebut berada dibawah satu
pengelolaan. ....................................................................... 29

2.3.1.6. Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka


kapasitas alat plambing minimum ditentukan dengan
menggunakan Tabel 3.6 ..................................................... 29

2.3.1.7. Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan


sekurang – kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang
jemaah. Untuk kapasitas lebih dari 500 orang jemaah, harus
ditambah dengan sebuah kran untuk setiap kenaikan 200
orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang – kurangnya
sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan, fasilitas ini boleh
berada pada bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada
dibawah satiu pengelolaan. Fasilitas toilet laki – laki dan
perempuan harus terpisah dan mudah dicapai. .................. 30

2.3.1.8. Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan


berdasarkan kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut: .................................................................. 30

2.3.1.9. Hunian lembaga, dimana hunian tersebut berada dalam


pengawasan maka harus dilengkapi dengan alat plambing
sekurang – kurangnya adalah sebagai berikut: .................. 30

2.3.1.10. Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali


rumah sakit maka harus dilengkapi dengan alat plambing
untuk tiap lantai sesuai dengan ketentuan – ketentuan sebagai
berikut; ............................................................................... 31
2.3.1.11. Rumah sakit, alat - alat plambing yang harus tersedia adalah
sebagai berikut: .................................................................. 32

2.3.1.12. Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing


sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: .......................... 32

2.3.1.13. Lembaga pemasyarakatan, harus dilengkapi dengan alat


plambing sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: .......... 32

2.3.1.14. Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat
plambing, sekurang – kurangnya harus terdiri dari : ......... 33

2.3.1.15. Rumah makan, kantin dan kafetaria, alat plambing yang


harus tersedia sekurang – kurangnya satu mesin cuci atau
tempat cuci berbak tiga yang cocok, untuk mencuci secara
efektif dan bersih sebelum alat – alat tersebut dipakai
kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus
digunakan air panas. .......................................................... 34

2.3.1.16. Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan


sekurang – kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus
untuk keperluan karyawan dapur. ...................................... 34

2.3.1.17. Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk


pekerja yang sedang membangun atau mengadakan
perubahan, perbaikan, pembongkaran gedung pada suatu
proyek dengan dasar satu unit untuk setiap 30 orang. ....... 34

2.3.1.18. Fasilitas khusus, apabila terdapat kemungkinan kontaminasi


kulit oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan
infeksi atau iritasi pada kulit, maka untuk tiap 5 orang harus
disediakan sebuah bak cuci tangan yang mudah dicapai. .. 34

2.4. Sistem Instalasi Plumbing ................................................. 37

2.5. Sistem Pemipaan................................................................ 40

2.6. Sanitasi............................................................................... 51

2.7.1.1. Sumber Air......................................................................... 52


2.7.1.2. Karakteristik Air Bersih ..................................................... 52

2.7.1.3. Kebutuhan Air ................................................................... 53

2.7.4.1. Cara Pengolahan Air Buangan........................................... 59

2.7.4.2. Proses Pengolahan Air Buangan ........................................ 60

BAB III CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 63

3.1. Pompa Angkat ................................................................... 63

BAB IV ..................................................................................................... 71

PENUTUP ................................................................................................ 71

4.1. Simpulan ............................................................................ 71

4.2. Saran .................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Utilitas Bangunan


Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan.

Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan


fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan lain (struktur, arsitektur,
interior dan lain-lainnya).

1.2. Perancangan Utilitas Bangunan


Dalam perancangan utilitas bangunan terdapat perancangan yang dilakukan
sebagai berikut

1. Perancangan Plambing dan Sanitasi


2. Perancangan Pencegahan Kebakaran
3. Perancangan Pengudaraan/Penghawaan
4. Perancangan Penerangan/Pencahayaan
5. Perancangan Telepon
6. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem
7. Perancangan Penangkal Petir
8. Perancangan Tata Suara
9. Perancangan Transportasi dalam Bangunan
10. Perancangan Landasan Helikopter
11. Perancangan Pembuangan Sampah
12. Perancangan Alat Pembersih Bangunan

Perancangan utilitas bangunan yang akan dibahas lebih detail dalam bab
selanjutnya adalah sistem plumbing dan sanitasi.

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Utilitas Bangunan pada Semester 3, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Udayana. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk
mengingatkan pengetahuan penulis mengenai pentingnya keberadaan suatu sistem
plumbing dan sanitasi sebagai bagian dari utilitas bangunan yang mendukung
aktivitas dalam suatu gedung.

1.4. Batasan Masalah


Pada makalah ini, penulisan materi hanya dibatasi pada pembahasan salah
satu aspek dari utilitas pada bangunan yaitu sistem plambing dan sanitasi.. Adapun
untuk beberapa aspek lainnya hanya dibahas secara umum. Selain itu akan
diberikan pula satu contoh kasus permasalahan yang ada dalam perencanaan sistem
plambing dan sanitasi.

BAB II
SISTEM PLUMBING DAN SANITASI
2.1. Umum

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk


menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas,
kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas (kotor)
dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk
mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan
(elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian plambing menurut SNI
03 – 6481 – 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang
berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang
dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan

Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem


pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang
memenuhi syarat yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan,
standar, tentang peralatan dan instalasinya.

Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai berikut.

. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan


cukup dan air panas bila diperlukan.
. Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting
lainnya di Indonesia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-
6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005
tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

2.2. Jenis Peralatan Plambing


Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam
ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air panas atau air dingin dan untuk
mengeluarkan air buangan. Untuk lebih sederhananya plambing dipasang pada
ujung akhir pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air dan ujung awal pipa yang
berfungsi untuk memasukkan air.

2.2.1. Jenis Peralatan Plambing dalam Pengertian Khusus


Jenis peralatan plambing dalam pengertian yang khusus dapat diuraikan
sebagai berikut.

2.2.1.1. Peralatan Untuk Penyediaan Instalasi Air Bersih/Air Minum dan Air Panas
Peralatan yang digunakan untuk penyediaan instalasi air bersih/air minum
dan air panas adalah sebagai berikut.

1. Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground water
tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa transfer yang
sering dipakai diantaranya sebagai berikut.
a. End Suction Pump,
b. Horizontal Split Case Pump,
c. Multi Stage Pump, dan
d. Centrifugal Pump

2. Pressure Tank, berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan


start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering
dipakai, antara lain :

a. Diaphragma Pressure Tank

b. Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank

3. Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa


Gambar 2.1 Check valve

4. Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa.

Gambar 2.2 Gate Valve

5. Ball Valve, pengatur jumlah aliran air di dalam pipa.


Gambar 2.3 Ball Valve

6. Butterfly Valve, pengatur buka-tutup aliran air di dalam pipa.

Gambar 2.4 Butterfly Valve

7. Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki.


8. Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.
9. Strainer, berfungsi sebagai filter air.
10. Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan.

11. Pressure Gauge, pengukur tekanan.


12. Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan.
13. Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran.
14. Water Meter, pengukur debit air.

2.2.1.2. Peralatan untuk Pembuangan


1. Jenis Air Buangan

Air buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang dibuang,
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun
yang mengandung sisa-sisa proses industri.

Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Air Kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing.
b. Air Bekas
Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya seperti bak mandi
(bathtub), bak cuci tangan bak dapur dan sebagainya.
c. Air Hujan
Air dari atap, halaman dan sebagainya.
d. Air Buangan Khusus
Air yang mengandung gas, racun dan bahan- bahan berbahaya yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan,
tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air yang
bersifat radio aktif dan lain-lain.

2. Sistem Pembuangan Air


a. Sistem pembuangan air kotor dan bekas
 Sistem Campuran

Sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan


dan dialirkan ke dalam satu saluran.
 Sistem terpisah

Sistem pembuangan dimana air kotor dan bekas masing-masing


dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah dimana tidak
tersedia roil umum yang dapat menampung air bekas dan air kotor maka
system pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan
air kotor terlebih dahulu.

b. Sistem pembuangan air hujan

Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan


yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Bila
dicampurkan, kemungkinan apabila saluran tersebut tersumbat oleh sebab
apapun ada kemungkinan air hujan akan mengakibatkan air balik dan
masuk ke dalam alat plambing terendah dari sistem tersebut. Gedung harus
mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap
dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran
air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang
tidak terdapat saluran tersebut. Drainase atap harus memenuhi ketentuan
berikut :

 Drainase atap harus kedap air


 Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus
menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang
datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang
saringan tidak boleh < 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan
pada drainase atap atau geladak tempat menjemur,geladak parkir atau
tempat sejenis dipasang rata dengan permukaan geladak dan jumlah luas
lubangnya tidak boleh < 2 kali luas penampang talang tegak.

c. Sistem gravitasi dan sistem bertekanan


 Sistem gravitasi : umumnya diusahakan agar air buangan dapat
dialirkan secara gravitasi dengan mengatur tata letak kemiringan pipa
pembuangan
 Sistem bertekanan : dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam
bak penampung dan kemudian dipompakan ke luar dengan
menggunakan pompa motor listrik dan bekerja secara otomatis.

3. Komponen sistem pembuangan

Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem pembuangan


adalah sebagai berikut.

a. Pipa pembuangan alat plambing


Pipa pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan yang
menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan
lainnya dan biasanya dipasang tegak.
b. Cabang mendatar
Semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa
pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
c. Pipa tegak air buangan
Pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.
d. Pipa tegak air kotor.
Pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
e. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas,
atau air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan.
f. Riol gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung
dengan instalasi pengolahan atau dengan roil umum.

2.2.1.3. Peralatan ven


1. Ketentuan Umum
a. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit
Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang
dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak
ven yang disambungkannya. Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan
tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa
pembuangan yang dilayaninya.
b. Ukuran ven pipa tegak
Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya
sampai ke ujung terbuka.
c. Ukuran ven pipa tunggal
Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani.
d. Ukuran ven pipa pelepas offset
Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan
atau lebih besar dari pada diameter tegak vena tau pipa tegak air buangan
(yang terkecil di antara keduanya).
e. Ukuran pipa ven yoke
Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada
diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buanagn (yang terkecil di antara
keduanya).
f. Pipa ven untuk bak penampung
Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm.
2. Penentuan ukuran ven

Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada
pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pada pipa ven tersebut. (Lihat
Tabel 2.1). Bagian pipa ven mendatar, tidal termasuk bagian “pipa ven di bawah
lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.

Tabel 2.1 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang


Sumber: SNI 03-7065-2005

2.2.1.4. Peralatan saniter (Plumbing Fixtures)


Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya
dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat populer karena biayanya
dalam hal ini pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik.

Jenis peralatan saniter antara lain sebagai berikut.

1. Kloset, dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya (Lihat


Gambar 2.5) :
a. Tipe Wash-Out
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang
dilarang di Indonesia karena kontruksinya berdampak pada timbulnya bau
yang tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna.
b. Tipe Wash-Down
Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out.
c. Tipe Siphon
Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air
buangan tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih
berkurang lagi pada tipe ini.
d. Tipe Siphon-jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.
e. Tipe Blow-Out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat,
tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan
menimbulkan suara berbisik.

Sumber: SNI-03-6481-2000

Gambar 2.5 Berbagai Jenis Kloset Duduk dan Jongkok


Sumber: dheryudi.wordpress.com dan jakartacity.olx.co.id, 2011

Gambar 2.6 Contoh Jenis Kloset Duduk (kiri) dan Jongkok (kanan)

2. Peturasan

Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di mana yang
paling banyak digunakan adalah tipe wash-down (Lihat Gambar 2.7 dan 2.8).
Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip
“talang” terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih.


b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan.
c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang talang dengan lapisan air.
d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45
cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
Sumber: SNI-03-6481-2000
Gambar 2.7 Jenis Peturasan

Sumber: SNI-03-6481-2000
Gambar 2.8 Peturasan Palung
Sumber: ceppi-prihadi.co.cc dan 19design.wordpress.com
Gambar 2.9Contoh Peturasan anak-anak (kiri) dan bidet (kanan)

3. Fitting Saniter
Beberapa jenis fitting saniter antara lain :
a. Keran air
Ada beberapa macam keran air, yaitu :
 Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
 Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
cuci tangan.
 Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung.
Sumber: http://naturalinteriordesign1.blogspot.com, 2011
Gambar 2.10 Keran

Sumber : http://forum.tamanroyal.com
Gambar 2.11 Wastafel
b. Katup gelontor dan tangki gelontor
 Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor,untuk kloset
dan peturasan.
 Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang
harus dijalankan oleh orang.

2.2.2. Dalam pengertian umum, jenis peralatan Plambing meliputi :


2.2.2.1. Peralatan pemadam kebakaran
1. Sistem Hidran
a. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran
 Automatic-Wet
Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
 Automatic-Dry
Suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan
dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk
menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan
membuka suatu hose value.
- Menghemat kerja pompa
- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi,
sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
 Semi Automatic-Dry
Sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti
deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan
cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada
setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan
sistem.
 Manual-Wet
Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya
untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki
untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh
dari fire department pumper.
 Manual-Dry
Suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air
yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk
kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection

b. Keluar Sistem Stand Pipe


1. Kelas I
Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection
berdiameter 21⁄2 inchi untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh
petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk
menangani kebakaran berat.
2. Kelas II
Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection
berdiameter 11⁄2 inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni
gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama.
Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose connection 1
inchi jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh
instalasi atau pejabat yang berwenang.
3. Kelas III
Suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter
11⁄2 inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose
connection berdiameter 21⁄2 inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam
kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.

c. Design/Perancangan
1. Penentuan letak hose connection
Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat
yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit)
atau melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu
dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh
petugas pemadam kebakaran.
2. Ukuran minimum stand pipe
Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.
3. Tekanan minimum system
Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow- ratenya,
dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection
terjauh untuk yang berdiameter 21⁄2 inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang
berdiameter 11⁄2 inchi.
4. Tekanan maksimum hose connection
Tekanan residual pada hose connection berdiameter 11⁄2 inchi yang
digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar).
Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka
pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik
dan residual pada outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 11⁄2
inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya.
5. Flow rate (debit) minimum pada stand pipe
Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh
harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus
memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan
jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika
luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh
harus didisain untuk 500 gpm.
6. Flow rate minimum pada hidran gedung
Debit air minimum gedung 400 l/menit
7. Prosedur perhitungan
Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan
denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu
menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga
merupakan jenis pipa Galvanis baru.
8. Drain dan Test riser
Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan
pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device
guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device. Setiap stand
pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan
pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat
dilihat pada Tabel 2.2.

9. Suplai Air (Water Supply)


Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30
menit.
2. Sistem Spinkle
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan
pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa
definisi mengenai komponen sistem di antaranya:
a. Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara
langsung atau melalui riser.
b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser.
c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi, baik secara langsung atau melalui riser.

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat
adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa
jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987):

a. Dry Pipe System


Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan
dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen
bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan
api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan
mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang
terbuka.
b. Wet Pipe System
Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan
ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar
melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

c. Deluge System
Sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan
pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve.
Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air
akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh
sprinkler yang ada.
d. Preaction System
Menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem
perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak,
melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama
dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve
yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan
sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
e. Combined Dry Pipe-Preaction
Sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan
deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir
pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet
pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry
pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode


aktivasi pengiriman air, yaitu :

a. Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang


menyumbat lubang pengiriman air.
b. Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam
kaca (glass bulb), sampai bulb pecah.
Gambar 2.14 Sprinkler jenis fusible element (kiri) dan bulb (kanan)

Sumber : w14.itrademarket.com, 2011


Gambar 2.15 Sprinkle

2.3. Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing


2.3.1. Syarat alat-alat plambing berdasarkan jenis kategori
Syarat-syarat yang mengatur tentang alat-alat Plambing diatur dalam SNI
03 – 6841 – 2000, berdasarkan jenis kategori bangunan yaitu :

Rumah tinggal, dimana dalam setiap rumah tinggal sekurang – kurangnya


dilengkapi dengan :
1. Sebuah bak cuci dapur.
2. Sebuah kloset.
3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
4. Sebuah tempat cuci tangan.
5. Sebuah pengering lantai.
Rumah Susun, dimana dalam setiap unit harus dilengkapi sekurang –
kurangnya dengan :
1. Sebuah bak cuci dapur.
2. Sebuah kloset.
3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
4. Sebuah tempat cuci tangan.
5. Sebuah pengering lantai.

Disamping itu, setiap unit rumah tinggal harus dilengkapi dengan bak cuci
pakaian atau perlengkapan penyambungan untuk mesin cuci pakaian, kecuali bila
unit rumah tinggal tersebut disediakan untuk penghuni tidak tetap.

Setiap rumah susun harus juga dilengkapi dengan sebuah ruang cuci
pakaian bersama, dengan perlengkapan alat plambing sebagai berikut:
1. Sebuah tempat cuci pakaian dengan dua bak untuk setiap 10 unit rumah
tinggal, atau
2. Sebuah mesin cuci pakaian untuk setiap 20 unit rumah tinggal.
Bila unit
rumah tinggal tersebut hanya merupakan akomodasi tidur, maka untuk
setiap enam unit, harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan :
a. Sebuah kloset.
b. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
c. Sebuah tempat cuci tangan.
d. Sebuah pengering lantai.
e. Untuk ruang toilet laki – laki, jumlah kloset dapat diganti dengan
peturasan (urinoir) tidak lebih dari sepertiga jumlah kloset yang
disyaratkan.
Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat plambing dalam
hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
usaha

Hunian industri, kententuan yang berlaku sama halnya dengan hunian


usaha/niaga, kecuali untuk industri pengecoran logam yang kriteria jumlah
alat plambing harus di sesuaikan dengan Tabel 3.5

Tabel .5 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
industri
Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama dengan yang
disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing juga dapat dipasang pada
bangunan yang berdekatan, jika jarak mendatar dari tempat kerja ke toilet
tidak lebih dari 150 m dan kedua bangunan tersebut berada dibawah satu
pengelolaan.
Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka kapasitas alat
plambing minimum ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.6

Tabel 3.6 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian
kumpulan

1. Pancaran air minum atau alat sejenis harus disediakan untuk setiap 1000
orang pengunjung atau sekurang – kurangnya sebuah alat plambing sejenis
tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan atau balkon.
2. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari satu proyektor, maka harus
dilengkapi sekurang – kurangnya dengan; sebuah kloset dan sebuah bak
cuci tangan di lantai yang bersangkutan dan terletak 6 – 7 m dari ruang
proyektor tersebut.
3. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula digunakan oleh karyawan, akan
tetapi setidak -tidaknya fasilitas toilet karyawan harus sesuai dengan jumlah
dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan seperti pada hunian usaha.
4. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah
dicapai.
Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan sekurang –
kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang jemaah. Untuk kapasitas lebih
dari 500 orang jemaah, harus ditambah dengan sebuah kran untuk setiap
kenaikan 200 orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang – kurangnya
sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan, fasilitas ini boleh berada pada
bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada dibawah satiu
pengelolaan. Fasilitas toilet laki – laki dan perempuan harus terpisah dan
mudah dicapai.
Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan berdasarkan
kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki –laki dan sebuah kloset
untuk setiap 35 orang murid perempuan di Sekolah Dasar.
2. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki – laki dan sebuah kloset
untuk setiap 45 orang murid perempuan di Sekolah Menengah.
3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 50 orang murid.
4. Sebuah peturasan untuk setiap 30 orang murid laki – laki.
5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 150
orang murid, tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang – kurangnya
disediakan pada tiap lantai yang terdapat ruang kelas. Bila terdapat lebih
dari 5 orang karyawan dan guru, alat plambing harus disediakan lagi,
sekurang – kurangnya jenis dan jumlahnya sama dengan yang disyaratkan
pada hunian usaha. Alat plambing yang disediakan untuk murid harus
terpisah dari alat plambing yang disediakan untuk guru dan karyawan.
Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah, mudah
dicapai serta mudah digunakan.

Hunian lembaga, dimana hunian tersebut berada dalam pengawasan maka


harus dilengkapi dengan alat plambing sekurang – kurangnya adalah
sebagai berikut:
1. Sebuah bak cuci dapur.
2. Sebuah kloset.
3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
4. Sebuah bak cuci tangan.
5. Sebuah pengering lantai.

Bila akomodasi tidur diatur sebagai kamar terpisah, maka didekat setiap
enam kamar tidur di lengkapi sekurang-kurangnya dengan :

1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
3. Sebuah bak cuci tangan.
4. Sebuah pengering lantai

Bila akomodasi tidur diatur seperti asrama,, maka untuk setiap 15 orang
penghuni, pada tempat di dekatnya harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan:

1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.
3. Sebuah bak cuci tangan.
4. Sebuah pengering lantai.

Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali rumah sakit maka
harus dilengkapi dengan alat plambing untuk tiap lantai sesuai dengan
ketentuan – ketentuan sebagai berikut;
1. Sebuah kloset untuk setiap 25 orang penghuni laki – laki dan sebuah
kloset untuk setiap 20 orang penghuni perempuan.
2. Sebuah peturasan untuk setiap 50 orang penghuni laki – laki.
3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 orang penghuni.
4. Sebuah dus untuk setiap 10 orang penghuni.
5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50
orang penghuni.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam


jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha, selain itu fasilitas
toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.
Rumah sakit, alat - alat plambing yang harus tersedia adalah sebagai
berikut:
1. Sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 tempat tidur.
Sebuah dus, bak mandi atau bak air mandi untuk setiap 20 tempat tidur.
2. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam
jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan
terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki –
laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Sebuah kloset.
2. Sebuah bak cuci tangan.
3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus untuk setiap 8 orang
paisen.
4. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50
tempat tidur.
5. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam
jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan
terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki –
laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

Lembaga pemasyarakatan, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai


dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sebuah kloset, sebuah tempat cuci tangan dan sebuah pengering lantai
di setiap sel.
2. Sebuah dus untuk setiap 10 orang, ditempatkan di setiap lantai dimana
sel itu berada.
3. Sebuah kloset dan sebuah tempat cuci tangan ditempat olahraga.
4. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam
jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan
terpisah dari fasilitas toilet narapidana, selain itu fasilitas toilet untuk
laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat plambing,
sekurang – kurangnya harus terdiri dari :
1. Sebuah kloset untuk setiap 60 orang laki – laki.
2. Sebuah kloset untuk setiap 40 orang perempuan.
3. Sebuah peturasan untuk setiap 40 orang laki – laki.
4. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang laki – laki.
5. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang perempuan.
6. Sebuah dus untuk setiap 40 orang laki – laki.
7. Sebuah dus untuk setiap 40 orang perempuan.
8. Fasilitas dus untuk mandi di kolam renang umum dan tempat pemandian
umum lainnya, harus dipisahkan untuk laki – laki dan perempuan, harus
mudah dicapai oleh semua pengunjung pada setiap saat dan harus
ditempatkan sedemikian rupa sebelum memasuki daerah pemandian.
Untuk sekolah yang mempunyai kolam renang, jumlah dus sekurang –
kurangnya harus sepertiga jumlah murid dari kelas yang terbesar.
Rumah makan, kantin dan kafetaria, alat plambing yang harus tersedia
sekurang – kurangnya satu mesin cuci atau tempat cuci berbak tiga yang
cocok, untuk mencuci secara efektif dan bersih sebelum alat – alat tersebut
dipakai kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus digunakan
air panas.
Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan sekurang –
kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus untuk keperluan
karyawan dapur.
Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk pekerja yang
sedang membangun atau mengadakan perubahan, perbaikan,
pembongkaran gedung pada suatu proyek dengan dasar satu unit untuk
setiap 30 orang.
Fasilitas toilet tersebut terdiri dari kloset biasa atau kloset kimia yang
mudah dicapai oleh pekerja dan harus terletak tidak lebih dari empat tingkat diatas
atau dibawah tempat bekerja, serta terlindung dari pandangan dan bahaya kejatuhan
benda. Hunian sementara ini harus dipelihara sesuai dengan persyaratan kesehatan,
sehingga selalu siap pakai. Bila proyek telah selesai, fasilitas dan sistem
pembuangannya harus di bongkar, sekitarnya harus dibersihkan, didefinisikan dan
lubang kloset tersebut harus ditimbun dengan tanah yang baik dan bersih.

Fasilitas khusus, apabila terdapat kemungkinan kontaminasi kulit oleh


bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada
kulit, maka untuk tiap 5 orang harus disediakan sebuah bak cuci tangan
yang mudah dicapai.
Jika terdapat kemungkinan terkena suhu yang tinggi, kontaminasi kulit oleh
bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada kulit, maka
untuk setiap 15 orang harus disediakan sekurang – kurangnya satu dus yang mudah
di capai. Jika orang bekerja dengan bahan yang sangat mengiritasikan harus
disediakan dus darurat dalam jarak maksimum 10 meter dari tempat tersebut. Dus
ini tidak boleh dilengkapi dengan air panas, dan tidak pula pengering lantai.
2.3.2. Mutu Bahan plambing
Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan syarat-
syarat dari bahan Plambing, yaitu :

1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan


2. Tidak menimbulkan gangguan suara
3. Tidak menimbulkan gangguan radiasi
4. Tidak merusak perlengkapan bangunan
5. Instalasi harus kuat dan bersih

Selain syarat-syarat di atas harus pula diperhatikan cara-cara pemasangan


yang baik, seperti penyambungan hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil
atau sebaliknya.

a. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 th


b. Permukaan harus halus dan tahan air
c. Tidak ada bagian – bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada
bahan-bahan yang dimaksud
d. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain
e. Mudah pemeliharaannya
f. Memenuhi peraturan yang berlaku
g. Alat-alat Pendukung Plambing

Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah


pipa. Pipa- pipa yang digunakan dalam perancangan plambing terdiri dari:

1. Pipa baja (galvanis)

Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian
dari suatu tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tendon di atas tower. Pipa
ini dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan beton ke bangunan selama masa
konstruksi.
Gambar 2.15 Pipa Baja (Galvanis)

2. Pipa PVC

Pipa PVC biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam
gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah,
menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur
dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh
panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan kebocoran.

Gambar 2.16 Pipa PVC

3. Pipa Tembaga
Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu
gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya
yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.

Gambar 2.17 Pipa Tembaga

2.4. Sistem Instalasi Plumbing


Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi plambing adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan bahan-bahan utama
dan pembantu serta pengujian,sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik
sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity. Uraian pekerjaan sistem
plumbing :

1. Sistem Air Bersih


Pipa air bersih per lantai dilayani oleh 2 pipa tegak (sisi kiri dan sisi kanan).

2. Sistem Air Kotor


Pipa air kotor, air bekas dari toilet dan air buangan dari dapur, pantry
dilayani dengan pipa terpisah. Pipa tegak air kotor dan air bekas disambungkan ke
pipa eksisting di halaman menuju tangki septik. Sedangkan pipa tegak air buangan
dari dapur dan pantry dialirkan ke penangkap lemak terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran luar.
3. Sistem Air Hujan
Roof drain dipasang pada lantai atap. Setiap pipa tegak air hujan harus
diarahkan ke sumur resapan terlebih dahulu dan kemudian limpahannya dialirkan
ke sistem drainase halaman. Pipa tegak air hujan yang difungsikan juga sebagai
pipa kondensat drain dari instalasi AC, harus diisolasi dengan ketebalan minimal
25mm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam instalasi sistem plumbing :

1. Bahan Pipa :
a. Pemilihan bahan pipa untuk instalasi plumbing harus disesuaikan
dengan jenis air yang dialirkan.
b. Pipa harus memenuhi standar yang berlaku, misalnya SNI, SII, JIS,
JWWA, dsb.
c. Bahan pipa dan standar untuk pemakaian tertentu (air dingin, air
panas, buangan dan ven) dapat dilihat dibawah.
2. Sambungan (fiting) dan perlengkapan yaitu Berfungsi untuk
menyambung 2 pipa
3. Valve / Katup.
Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa Macamnya :
gate valve, globe valve, butterfly valve, check valve, dll.

Gambar 2.18 Macam-macam valve


2.4.1. Persyaratan Pemasangan

1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin


kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil
banyaknya penyilangan.
2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang
dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya.
4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya,
sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar.
5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan UNION atau FLANGE.
6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan- sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan
pabrik.
7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti
berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
a. Dibagian dalam bangunan.
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 %

b. Dibagian luar bangunan.


Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 % Garis tengah 200 mm atau
lebih besar : 1%

8. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik


buangan. Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan.
9. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh
menukik.
10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan
angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada
pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah
memanjang.
11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan.
Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-
pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta
perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan &
persyaratan pabrik.
13. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, sleeves pipa harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau
langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang
kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakal dengan bahan rock-
wool.
14. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau
plugs (tidak boleh terbuat dari kayu) untuk mencegah masuknya benda-
benda lain.
15. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
16. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

2.5. Sistem Pemipaan


2.6.1. Sistem Instalasi
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu
fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan
mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari
tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga
mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan
sehari-hari diatas kapal serta masih banyak lagi fungsi lainnya. Sistem perpipaan
harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan
sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang
dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus dilindungi dari
kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian
rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi
harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup
tanpa merusak isolasi.
Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan
instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi
keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan- peraturan
klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung
permesinan.

2.6.2. Jenis Pipa


Berdasarkan klasifikasi pengguna (user), pipa dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

1. Standard pipe
a. Mechanical service pipe
Mechanical service pipe digunakan untuk kepentingan structural
dan mekanikal. Berdasarkan ketebalan dinding, mechanical service
pipe dibagi menjadi 3 kelas, yaitu standard weight, extra strong,
double extra strong. Mechanical service pipe ada dalam bentuk
seamless dan welded pipe. Jenis ini berdiameter sampai 12 inchi.
b. Refrigerator pipe
Refrigerator pipe digunakan untuk membawa refrigerant, dan
berdiameter 3⁄4 - 2 inchi.
c. Dry-kiln pipe
Dry-kiln pipe digunakan untuk industri kayu, dan diproduksi dalam
ukuran pipa standar 3⁄4, 1 dan 11⁄4 inchi.
d. Pressure pipe
Pressure pipe digunakan untuk membawa fluida atau gas pada
tekanan atau temperatur normal, subzero, atau tinggi. Pressure pipe
mempunyai ukuran 1⁄8 inchi. Nominal size sampai 36 inchi.
Gambar 2.20 Pressure Pipe

2. Line pipe
Line pipe diproduksi dalam bentuk welded dan seamless. Jenis pipa ini ini
mempunyai ukuran 1⁄8 inchi. Digunakan untuk membawa gas, minyak atau air.

Gambar 2.21 Line Pipe


3. Water-well pipe
Diproduksi dalam bentuk welded atau seamless dengan bahan steel.
Digunakan untuk membawa air untuk digunakan di perkotaan maupun industri.
Jenis pipa ini mempunyai ukuran 1⁄8 - 96 inchi, dengan berbagai ketebalan dinding.
Gambar 2.22 Water Well Pipe

4. Oil country goods


Casing digunakan sebagai structural retainer untuk dinding sumur minyak
atau gas dan juga untuk mengeluarkan fluida yang tidak diinginkan, dan untuk
melindungi dan mengalirkan minyak atau gas dari sumber di bawah permukaan
menuju permukaan tanah.

5. Carbon steel

Gambar 2.24 Carbon Steel Pipe


6. Carbon Moly

Gambar 2.25 Carbon Moly Pipe


7. Galvanees

Gambar 2.26 Galvanees Pipe


8. Stainless Steel
9. PVC (Paralon)
10. Chrom Moly
Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai
berikut :

1. Viber Glass
2. Aluminium
3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)
4. Cooper (Tembaga)
5. Red Brass (kuningan merah)
6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)

2.6.3. Pipa Air Kotor dan Air Buangan


1. Ukuran Minimum Pipa Cabang Mendatar.

Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya


sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya
Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing dapat dilihat dalam tabel 5.6

2. Ukuran Minimum Pipa Tegak

Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama


dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak
tersebut.

3. Pengecilan Ukuran Pipa

Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya


dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya ada pada kloset, dimana pada
lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa ( reducer )
100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani 
satu kloset harus mempunyai
diameter sekurang-kurangnya 75 mm, dan untuk dua kloset atau lebih sekurang-
kurangnya 100 mm.
4. Pipa di Bawah Tanah

Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau di bawahnya lantai bawah
tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm

5. Penentuan Ukuran Instalasi Pipa Air Kotor dan Air Buangan

Dalam penentuan ukuran instalasi pipa air kotor dan air buangan pada
perencanaan ini menggunakan metoda Unit Alat Plambing. Adapun langkah-
langkah perhitungan adalah sebagai berikut :

- Menentukan daerah yang akan dilayani oleh pipa air kotor atau air
buangan, Lihat pada gambar isometri pipa air kotor dan air buangan
- Melihat nilai Unit alat plambing sebagai beban ( table 2.7 ).
- Menentukan ukuran pipa air kotor atau air buangan ( table 2.8 ).

2.6.4. Spesifikasi Bahan Dan Perpipaan


1. Spesifikasi Pipa Air Bersih
2. Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler
3. Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor (sewage water), Air Bekas (waste
water) & Air Bekas Dapur (kitchen waste water)
4. Daftar Katup

2.6.5. Penggantung dan Penunjang Pipa

1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau


sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan- gerakan
pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak
yang diberikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.14 Persyaratan Penggantung dan Penunjang Pipa

Sumber : https://www.e-proc.deplu.go.id

2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut


ini:
a. Perubahan arah (600 mm dari perubahan arah).
b. Titik percabangan (600 mm dari titik percabangan).
c. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang
sejenis.
3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut:
a. Diameter Batang

Ukuran Pipa sampai 20 mm 25 mm s/d 50 mm 65 mm s/d 150 mm 200 mm


s/d 300 mm
Batang 6 mm 9 mm 13 mm 15 mm 300 mm atau lebih besar

Gantungan ganda Penunjang pipa lebih dari 2 dihitung dengan faktor


keamanan 5. 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas. dihitung dengan faktor keamanan
5 terhadap kekuatan puncak.

b. Bentuk Gantungan
Untuk air panas : Brass roller guide type.
Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.
4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar 
zinchromat
sebelum dipasang.
6. Penunjang dan penggantung yang berdekatan dengan peralatan harus diberi
steel spring atau mounting dengan ketentuan tidak lebih dari 25 mm defleksi
statik.

Sumber : http://blog.its.ac.id

Gambar 2.36 Pengikatan Pipa pada pelat beton atas


Sumber : http://blog.its.ac.id

Gambar 2.37 Pengikatan Pipa pada permukaan dinding

2.6.6. Pemasangan Pipa Air Utama dalam Tanah


1. Jalur pipa dalam tanah harus ditanam dengan kedalaman 750 mm dengan
lebar yang cukup untuk bekerja.
2. Dasar galian harus dipadatkan sekaligus membuang benda-benda
keras/tajam.
3. Jika jalur pipa melewati batuan/karang, karang harus digali 150 mm lebih
dalam dari elevasi dasar ipa yang akan ditanam kemudian diisi dengan
tanah.
4. Jika jalur pipa melewati jalan kendaraan, area parkir kendaraan, pipa harus
dilindungi dengan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 4, setebal 150 mm
disekeliling pipa.
5. Setiap belokan jalur pipa harus diberi alas beton minimum 900 mm sebelum
dan 900 mm sesudah belokan. Setiap sambungan pipa harus dibiarkan
terbuka selama dilakukan tes tekanan.

2.6.7. Pemasangan Pipa Air Limbah dan Pipa Logam dalam Tanah
1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada 
dasar
galian dengan adukan semen.
4. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.
5. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.
6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
7. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah
kasar.
8. Khusus untuk pipa logam, harus dilapisi flinkote kemudian dibalut
dengan bituminous sheet tebal 2 mm.

2.6.8. Katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar,
spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :

a. Sambungan masuk dan keluar peralatan.


b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Diruang Mesin Ukuran Pipa Sampai 75 mm 100 s/d 200 mm 250 atau lebih
besar lain-lain

Ukuran Katup 20 mm 40 mm 50 mm 20 mm

Ventilasi udara otomatis.

Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.

Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas


dan kebawah.
Katup by-pass.

Katup yang digunakan untuk tekanan kerja diatas 19 bar harus tipe flanged
cast steel.

2.6. Sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2011). Pengertian lain dari sanitasi
adalah sarana untuk mencegah kontak manusia dari bahaya limbah untuk
meningkatkan kesehatan. Sarana pencegahan dapat berupa solusi engineering
(misalnya selokan dan pengolahan limbah), teknologi sederhana (misalnya septic
tank) atau dengan melakukan pembersihan (http://inspeksisanitasi.blogspot.com,
2011).

Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang
3
dari 400.000 m /hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah,
tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di
Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan
beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke
sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang ke kolam atau
pantai (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan


penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya
mikroorganisme atau kuman – kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia
penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian
tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa
dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).
Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit akibat pembuangan
limbah yang buruk, dibutuhkan sanitasi yang baik dalam pengelolaan air limbah,
pengelolaan sampah.

2.7.1. Air Bersih


2.7.1.1. Sumber Air

Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah,
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang
memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah:

1. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m
2. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m
3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m
4. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m

2.7.1.2. Karakteristik Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalahsanitasi. Untuk
konsumsiair minummenurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya
(Wikipedia.com, 2011).

Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah

1. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih,
persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis
dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Menkes/PER/IX/1990.
a. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa (tawar).
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah
yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut
adalah pH, zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif,
kesadahan, kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng
(Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb,
As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan
parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis.
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.
3. Persyaratan kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat

hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air
bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif
tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

2.7.1.3. Kebutuhan Air

Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh
penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas
bangunan.

Kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut:

1. Kebutuhan berdasarkan penggunaan

a. Minum dan memasak

b. Mandi dan membilas bekas BAK/BAB


c. Mencuci tangan, pakaian, peralatan dan perlengkapan d. Proses industri

2. Kebutuhan yang sifatnya Sirkulasi a. Air Panas

Tabel 2.15 Pemakaian Air Panas Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan

Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari

Rumah susun 100 Liter/penghuni/hari

Asrama 120 Liter/penghuni/hari

Rumah sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari

Sekolah dasar 40 Liter/siswa/hari

SLTP 50 Liter/siswa/hari

SMU/SMK dan lebih


80 Liter/siswa/hari
tinggi

Ruko/rukan 100 Liter/penghuni & pegawai/hari

Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari

2
Toserba, toko pengecer 5 Liter/m

Restoran 15 Liter/kursi

Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari

Hotel
150 Liter/tempat tidur/hari
melati/penginapan
Gedung pertunjukkan,
10 Liter/kursi
bioskop

Gedung serba guna 25 Liter/kursi

Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang tiba & pergi

Liter/orang, (belum dengan air


Peribadatan 5
wudhu)

Sumber : SNI 03 -7065-2005 Tata cara perencanaan sistem plambing

b. Water Cooling/AC

c. Kolam Renang, Air Mancur/Taman

3. Kebutuhan yang sifatnya Tetap

a. Air Hidran

b. Air Sprinkler

4. Kebutuhan Air Cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan

a. Kolam penyerapan (infiltrasi)

5. Kebutuhan Air menurut Tipe Bangunan


Tabel 2.16 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Sumber: SNI-03-7065-2005 Keterangan Tabel 2.1:

1)
. Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000

2)
Permen Kesehatan RI No: 986/Menkes/Per/XI/1992

2.7.2. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem Penyediaan air bersih terbagi menjadi empat system, yaitu:

1. Sistem Sambung Langsung

Sistem Sambung langsung merupakan system yang menyambungkan


langsung pipa distribusi dengan pipa utama penyedia air bersih (PDAM). System
ini diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil, karena terbatasnya tekanan
dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama terebut.

2. Sistem Tangki Atas

Cara kerja sistem tangki atas yaitu air ditampung terlebih dahulu dalam
tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki
atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari
tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai.

3. Sistem Tangki Tekan

Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah
ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang
mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan
awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan
yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan,
yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa.
Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum
yang ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan
telah dicapai.

4. Sistem Tanpa Tangki


Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Kelebihan sistem tanpa tangki
adalah mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara
relatif singkat, apabila cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan
mengurangi beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan dapat
menggantikan menara air. Kekurangannya adalah penyediaan air sepenuhnya
bergantung pada sumber daya, pemakaian daya lebih besar dibandingkan dengan
tangki atap dan harga awal lebih tinggi dikarenakan harga sistem pengaturannya.

2.7.3. Sistem Pembuangan Limbah Rumah Tangga

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Air buangan atau limbah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Air kotor

Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air
buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya (black
water ).

2. Air bekas

Air bekas adalah air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan
lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang
dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu.

3. Air hujan.
Sistem pembuangan air hujan harus terpisah dari sistem pembuangan air kotor
maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada
saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang
terendah.

4. Air buangan khusus.

Air buangan khusus adalah air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah
pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat
khusus.

2.7.4. Sistem Pembuangan

Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan cara


pembuangannya:

a. Sistem pembuangan air campuran yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan
air bekas dialirkan kedalam satu saluran /pipa.

b. Sistem pembuangan air terpisah yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan
air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan pipa yang
berlainan.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan perletakannya:

a. Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang berada


didalam gedung.

b. Sistem pembuangan luar yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut
juga riol gedung.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan cara pengalirannya


yaitu:

a. Sistem gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi dengan
mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa buangan

Sistem bertekan adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak


penampung dan kemudian dipompa keluar dengan menggunakan pompa yang
berkerja otomatik.
2.7.4.1. Cara Pengolahan Air Buangan
Sistem Individual

Sistem Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan ke


dalam lubang penampungan dan diolah/diuraikan secara anaerobik

Sistem Komunal

Sistem Komunal yaitu buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan


saluran air buangan (Sewerage) kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air
buangan, untuk kemudian air yang telah memenuhi syarat di buang ke badan air
penerima. Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun dari buangan dapur
dibuang ke saluran umum / kota maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan Sewage Treatment Plant ( STP ), sehingga memenuhi ambang baku yang
dipersyaratkan.

Instalasi STP

STP jenis Extended Aeration Actived Sludge Process

Sumber: http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/instalasi-plumbing-
sistem-air- buangan/#more-67

Gambar 2.38 Instalasi STP STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)
Sumber: http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/instalasi-plumbing-
sistem-air- buangan/#more-67

Gambar 2.39 STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)

2.7.4.2. Proses Pengolahan Air Buangan


Pada prinsipnya proses pengolahannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu : 1.
Tahap pengolahan awal

Berupa penyaringan terhadap benda – benda kasar dan terdiri dari unit
saringan kasar dan pengendapan pasir.

a. Tahap pengolahan pertama


Berupa penguranagan benda – benda atau partikel – partikel padat dan
terdiri dari unit pengendapan.

b. Tahap pengolahan kedua

Berupa penguraian bahan – bahan organik dalam air buangan, dengan


bantuan mikroorganisme, oksigen dan/atau berupa pemisahan bahan kimia yang
tidak dikehendaki dengan mengikat bahan tersebut dengan bahan kimia lain agar
terbentuk “FLOK” yang dapat mengedap. Unit pengolahan terdiri dari unit biologi
dan unit kimia dan unit pengendapan – pengendapan.

Tahap pengolahan Lumpur

Penstabilan endapan lumpur dari unit pengendapan yang terjadi dan


terdiri dari unit pencerna dan pengering. Air buangan secara partial
terdiri dari cairan dan padatan sedangkan air buangan secara fisik, kimia
dan bakteriologi mengandung senyawa organic, senyawa K dan bakteri
(patogen dan tidak patogen).

2.7.5. Sistem Pembuangan Limbah Padat


Limbah padat adalah limbah padat akibat kegiatan manusia dan binatang,
yang tidak berguna, tidak diinginkan atau berbahaya. Pada beberapa industri
tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses
pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula.

Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang


ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut:

Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan,

Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan. Limbah padat


yang dapat ditimbun tetapi berbahaya.

Limbah padat yang tidak dapat ditimbun. penyusutan ukuran dan


pengomposan. Dimaksud dengan pemisahan adalah pengambilan bahan tertentu
kemudian diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Penyusutan ukuran
bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah selanjutnya, misalnya
pembakaran.

Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar
pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun
berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam limbah
dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki struktur
tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan
menurut kriteria yang telah ditetapkan.
BAB III
CONTOH PERHITUNGAN
3.1. Pompa Angkat
Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air
3
pada jam puncak ( Qh maks ) yaitu 0,5 m /menit. Kecepatan aliran pompa
diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan rumus :

𝑄
𝐴=𝑉

Dimana : Q = Kapasitas pompa

A = Luas penampang pipa

V = Kecepatan aliran pompa Sehingga akan didapat diameter pipa angkat


dan kecepatan aliran.

Sehingga akan didapat diameter pipa angkat dan kecepatan aliran :

3 3
𝑄 𝑄ℎ 0,5 𝑚 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0,0083 𝑚 ⁄𝑠
𝐴= = = = = 0,0028 𝑚3
𝑉 𝑉 3 𝑚⁄𝑠 3 𝑚⁄𝑠

𝐴 = 𝜋𝑟 2

2
𝐴 0,0028 𝑚3
𝑟 = =
𝜋 3,14

r = 0,0298m = 30mm

D = 60mm H 65mm

Pemeriksaan :

3
0,0083 𝑚 ⁄𝑠
𝑣= = 2,5 𝑚⁄𝑠 < 3 𝑚⁄𝑠
0,00332 𝑚2

Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah
65 mm

Dengan kecepatan aliran adalah 2,5 m/s


Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan dengan

rumus berikut :

𝑣2
Besar head total ( H ) = ℎ𝑎 + ∅ℎ𝑝 + ℎ𝑖 + 2𝑔

Dimana :

H = Head total pompa (m)

Head statis total, yaitu vertical antara permukaan air sisi keluar dengan
permukaan air sisi isap (m)

Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air


(m)
Kerugian head pada pipa yang menyangkut panjang pipa, fitting, katup
(valve), dan lain-lain.

tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa ( m )

Head Statis (Ha) Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan
permukaan air tangki bawah, dalam gedung ini adalah 40 m Perbedaan Head
Tekanan pada kedua permukaan air

Karena P1 dan P2 merupakan tangki terbuka, maka P1 dan P2 = 0

Kerugian Head (Hl) Head kerugian gesek dalam pipa (hf) Sebelum mencari
head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran laminer
atau aliran turbulen. Dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu :

dimana :

Re : Bilangan Reynolds

V : Kecepatan aliran (m/s)

d : Diameter pipa (m)


3
Karena kapasitas pompa angkat yang kecil (0,0083 m /s) dan tidak terdapat
dalam grafik efisiensi pompa (gambar 14.3 ) maka perhitungan untuk menentukan
efisiensi pompa dihitung ulang dengan menghitung kapasitas pompa dengan
3
metode berikut ini : Volume tangki atap (roof tank) adalah sebesar 40 m = 40000
liter

Jangka waktu kerja pompa pengisi kita tentukan sebesar 20 menit

Pompa akan bekerja apabila air dalam roof tank volumenya tinggal 20%
dari volume total roof tank, sehingga volume roof tank menjadi :

40000 liter x 20 % = 8000 liter Jadi pompa akan bekerja apabila volume
roof tank hanya

40000 liter – 8000 liter = 32000 liter Dan kapasitas pompa (Q) adalah :
32000

Jangka waktu kerja pompa pengisi

32000liter
Q 1600liter / menit 20menit

Jadi kapasitas pompa transfer/pengisi adalah = 1600 liter/menit = 1,6


3
m /menit

3 3 3000 1,6
= 0,027 m /detik 0,03 m /detik n 198,98

Maka dari grafik efisiensi pompa (gambar 14.3 ) kita dapatkan efisiensi
pompa ( p) sebesar 65 %

Maka daya pompa adalah :

.g.Q.H p
Pp
998,3x9,81x0,027x50,95 0,73
Pp 18455,05watt

Pp 18,45kW 18kW

Sehingga ns kita hitung kembali menjadi :

s3 50,95 4

Tentunya setelah menghitung daya poros (Pp) dihitung juga daya motor
yang digunakan untuk menggerakkan poros tersebut. Rumus yang digunakan
adalah :

Dimana : Pp = Daya poros
 transmisi = ditentukan sebesar 0,9

sehingga perhitungannya adalah :

18
Pm 1,15 23kW 0,9

Jadi daya motor yang diperlukan adalah sebesar 23 kW.

Karena ada perubahan besarnya kapasitas pompa transfer


3
(Q=0,03m /s).Maka diameter pipa transfer juga berubah, oleh karena itu
perhitungan diameter pipa transfer harus dihitung ulang dan perhitungannya adalah
sebagai berikut :

P 1,15 m

Pp transmisi
Diketahui : Perhitungan :

3
Q = 0,03 m /s V = 3 m/s

3
0,03m 3ms

s 2
0,01m

1 2
A 
A d

4xA 4x0,01
4
d 0,112m 112mm 100mm

3,14 Pemeriksaan :

3
0,03m /s 2
v 3,8ms 3m/s 14 0,1

karena v>3m/s maka pipa transfer dengan diameter 100 mm tidak dapat
digunakan.

Memang pada sistem instalasi pipa yang umumnya dipergunakan adalah


pompa jenis putar karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu :

250Ukurannya kecil dan ringan 251Dapat memompa terus menerus tanpa


gejolak ( stabil ) 252Konstruksinya sederhana dan mudah dioperasikan.

3.2 Pompa Booster


Pompa booster digunakan untuk mendistribusikan air pada lantai 5 sampai
roof floor. Untuk pompa ini tidak perlu dihitung head total, karena yang penting
untuk pompa ini adalah tekanan yang mampu dihasilkan. Untuk memenuhi tekanan
minimum alat-alat plambing maka dalam perancangan ini tekanan pompa booster
2 2
yang digunakan sebesar 2 kg/cm atau 196000 N/m . Kapasitas pompa booster
dapat ditentukan dengan jumlah penghuni yang menempati lantai 5 sampai roof
floor ( terdiri dari 3 Lantai ).

Jumlah penghuni = 88 kamar + 14 kamar = 102 kamar

1 Kamar = 2 orang 102 Kamar = 204 orang

3 3
Q = 204 x 300 liter/hari = 61200 liter/hari= 61,2 m /hari= 6,12 m /jam

3
= 0,1 m /menitmaka kapasitas pompa booster yang dibutuhkan 0,1
3
m /menit.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Setelah membaca uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa sistem plumbing dan sanitas berperan penting dalam menciptakan
lingkungan gedung yang higienis, sehingga dapat menunjang kesehatan dan
kenyamanan pengguna gedung.

Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-


6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005 tentang
Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

4.2. Saran
Untuk dapat menunjang kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung,
diperlukan perencanaan plambing dan sanitasi yang terintegrasi dengan baik.
Perancangan dan Perencanaan Sistem Plambing dan Sanitasi harus mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang guna mencegah
terjadinya gangguan terhadap aktivitas publik dalam gedung.
DAFTAR PUSTAKA

http://naturalinteriordesign1.blogspot.com/2009/05/tips-praktis-rumah-
mengatasi- debit-air.html http://jayakarunia.indonetwork.co.id/515129/fitting-
fitting-pipa-pvc.htm

Sumber Kloset Duduk :

http://dheryudi.wordpress.com/2008/11/20/kloset/

Sumber Kloset Jongkok :

http://jakartacity.olx.co.id/kloset-jongkok-kw-1-kualitas-export-dan-kw-2-
iid- 156274182
Sumber :
http://forum.tamanroyal.com/index.php?topic=660.msg1750

Sumber Urinoir Anak-Anak :

http://ceppi-prihadi.co.cc/?p=5

Sumber Bidet :

http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/

Sumber Bath Tub :

http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/

Sumber Shower Box & Shower Tray :

http://19design.wordpress.com/2010/02/01/lebih-jauh-tentang-kamar-
mandi-dan- perlengkapannya/

http://www.scaffolding-
central.com/products.html?page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&prod
uct_id=32&category_id=8&vmcchk=1

1. Dr. Ruswandi, Bahan Kuliah Utilitas Bangunan, 2010, Universitas


Gunadarma 2. SNI-03-6481-2000, Sistem Plambing3. SNI-03-7065-2005, Tata
Cara Perencanaan Sistem Plambing
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab5_sistem_pla
mbing_dalam_gedung.pdf,
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/13039-14-
676327906601.doc

https://www.e-proc.deplu.go.id/action/file/download/id/1740
http://blog.its.ac.id/masduqi2/files/2010/05/instalasi-sistem-plambing.pdf
http://www.scribd.com/doc/24540387/BAB-I-Sistem-Pipa

Anda mungkin juga menyukai