OLEH:
APRIANGGA SASTRIAWAN
NIM: 1111103000081
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim,
Alhamdulillah, atas izin dan rahmat Allah SWT akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penulisan ini, tentunya penulis tidak akan
bisa menyelesaikan penulisan ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter.
3. dr. H. Meizi Fachrizal Achmad, M.Biomed dan Ibu Nurlaely Mida
Rachmawati, M.Biomed, PhD selaku dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2011.
5. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang telah
memberikan beasiswa sehingga penulis berkesempatan untuk
menyelesaikan studi di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
6. Ketiga orang tua penulis, Susilo (Alm), Suparjiono, Sri Rejeki yang selalu
memberikan doa dan nasihat.
v
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
5.2 Saran ...........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................38
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
4.1 Jumlah kematian larva Aedes sp setelah diuji dengan ekstrak serai dapur
dalam berbagai konsentrasi...........................................................................30
4.2 Hasil uji Normalitas Data .............................................................................31
4.3 Hasil uji Normalitas Data Hasil Transformasi..............................................32
4.4 Hasil uji Kruskal Wallis ................................................................................32
4.5 Hasil uji Mann-Whitney ................................................................................33
4.6 Hasil Analisis Probit .....................................................................................33
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik persentase kematian larva Aedes sp pada setiap kelompok
konsentrasi .......................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 3 Surat keterangan determinasi tanaman ...............................................48
Lampiran 4 Riwayat Penulis ..................................................................................49
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dalam pengendalian vektor. WHO melaporkan bahwa program ini berjalan efektif
di Asia Tenggara.5
Oleh karena itu, diperlukan untuk melakukan penelitian ini, guna mengetahui
potensi larvasida ekstrak tanaman ini terhadap larva Aedes sp, sehingga dapat
menjadi langkah awal untuk menjadikan tanaman tersebut sebagai pilihan baru
akan larvasida Aedes sp.
a) Apakah ekstrak serai dapur efektif sebagai larvasida terhadap larva Aedes
sp ?
b) Berapakah Lethal concentration (LC50) dari uji ekstrak serai dapur
sebagai larvasida terhadap larva Aedes sp?
1.3. Hipotesis
Ekstrak tumbuhan serai dapur (Aedes sp) terbukti efektif sebagai larvasida
terhadap larva Aedes sp.
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Aedes aegypt
4
5
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Albopticus
Adapun toraks pada nyamuk Aedes aegypti berwarna coklat atau hitam
dengan luas yang berbeda antara jantan dan betina. Betina memiliki toraks yang
lebih luas, dengan panjang ± 0.08 mm dan lebar 0.35 ± 0.07 mm. Adapun pada
jantan, panjangnya hanya 0.41 ± 0.06 mm dan lebar 0.29 ± 0.02 mm. Nyamuk ini
juga memilki tiga pasang kaki , dengan bagian coxa, trochanter, femur, tibia, dan
tarsal. Adapun tarsal paling ujung langsung menempel dengan cakar. Abdomen
dari nyamuk ini terbagi menjadi 8 segmen dengan corak hitam putih. Pada betina,
segmen yang kedelapan sangat pendek.17
Gambar 2.4: Perbedaan punggung nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
The Ecology and Biology of Aedes aegypti (L) and Aedes albopictus (Skuse)
(DIPTERA: CULICIDAE) AND RESISTANCE STATUS OF Aedes albopictus (FIELC
STRAIN) AGAINST ORGANOPHOSPHATES IN PENANG, MALAYSIA
8
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus memiliki 4 siklus utama, yaitu:
telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa.7 Pertumbuhan nyamuk sendiri sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti temperatur, kelembapan, nutrisi.18
1. Stadium Telur
Nyamuk Aedes sp mempunyai bentuk lonjong hitam dan tidak mempunyai
juntai. Kedua spesies memiliki bentuk permukaan yang sama . Telur
biasanya terdeposit pada bawah permukaan air. Proses perkembangan
embrionik biasanya akan selesai pada 48 jam dalam suhu hangat dan
lembab. Ketika proses embrionik telah selesai, maka telur dapat bertahan
dalam jangka lama dalam bentuk dorman. Telur akan menetas saat telur
terbasahi.19 20
2. Larva
siphon toraks
5mm
m
Gambar 2.6: Larva nyamuk Aedes sp
Sumber: http://medent.usyd.edu.au/photos/aedes_aegypti_larvae.jpg
3. Pupa
Pada tahap pupa, nyamuk masih berada di air. Adapun bentuknya
menyerupai “koma”. Pada tahap ini, pupa biasanya lebih sering berada
dipermukaan air. Ia terdiri dari dua bagian yaitu cephalothorax (kepala dan
toraks) dan abdomen. Pada tahap ini dilakukan pembentukan mulut,
10
4. Nyamuk Dewasa
Setelah menjadi nyamuk dewasa, Aedes sp akan mulai menghisap darah
dalam 24-36 jam. Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik, namun
terkadang nyamuk juga menghisap darah hewan. Nyamuk betina akan
menghisap darah pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini dapat bersembunyi
pada tempat yang gelap, hangat, dan tersembunyi.7 Sedangkan Aedes
albopictus lebih sering bersembunyi diluar rumah, kebun, atau hutan.
a. Manajemen Lingkungan
Pola pengendalian ini meliputi:
Enviromental modification: hal ini meliputi transformasi fisik
jangka panjang yang meliputi tanah, air, dan tanaman yang
bertujuan untuk menekan habitat dari vektor namun tidak
berimplikasi negatif terhadap lingkungan dan dan kualitas
kehidupan.
Enviromental manipulation : meliputi gabungan kegiatan yang
berulang yang menimbulkan perubahan temporer pada habitat
vektor.
Changes to human habitation or behavior : Pengendalian ini
dilakukan dengan cara menekan kontak antara manusia-vektor-
virus.
b. Pengendalian biologis
Pengendaian ini dengan menempatkan agen biologis seperti bakteri, ikan
supaya dapat memberi efek pengurangan larva nyamuk Aedes aegypti.
c. Pengendalian Kimiawi
Sistem pengendalian seperti ini telah dilakukan sejak awal abad 20 di
Kuba dan Panama. Ketika salah satu larvasida kimia yaitu DDT
(dichlorodiphenyltrichloroethane) ditemukan, langsung menjadi salah satu
bagian yang utama dalam rangka eradikasi nyamuk Aedes aegypti. Adapun
yang sering digunakan adalah:
12
Allah SWT telah menciptakan seluruh apa yang ada dibumi untuk
manusia. Bukan saja untuk memanfaatkannya, tapi juga mengambil pelajaran dari
apa yang telah Allah SWT ciptakan. Bagitu juga tanaman, Allah SWT
menciptakan seluruh tanaman yang pasti mempunyai fungsi untuk manusia.
Sebagaimana yang Allah SWT sampaikan dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah menurunkan air dari langit,
lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu
ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian
menjadi kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal sehat”. (Azzumar ;21)
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. (Al-
An’am;99)
Tanaman serai dapur atau yang sering disebut lemon grass merupakan
tumbuhan monokotil dengan daun hijau kasar yang meruncing pada ujungnya,
tinggi dengan rimpang dan akar serabut sirkular dengan panjang 5,0-7,0 cm dan
lebar 5,0-15,0 mm berwarna merah kecoklatan.24 Tumbuhan ini bisa tumbuh
tinggi hingga 1-1,5 meter.25
14
Tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada daerah dengan iklim tropis dan
subtropis dengan ketinggian hingga 900 m, walaupun sebenarnya idealnya
tanaman ini tumbuh pada daerah dengan iklim hangat dengan paparan sinar
matahari cukup dan curah hujan 250-330 cm pertahun. Adapun suhu ideal untuk
pertumbuhan tanamn ini adalah 20-30 derajat celcius. Tanaman ini juga masih
dapat tumbuh pada daerah yang agak gersang.24 Tanaman ini tersebar luas
diseluruh dunia, diantaranya: Brazil, Kuba, Mesir, India, Malaysia, dan
Indonesia.26 Di Indonesia, tanaman ini memiliki nama sesuai daerah. Namun,
paling sering disebut dengan serai dapur.
- Kingdom : Plantae
- Subkingdom : Tracheobionta
- Super division : Spermatophyta
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Sub kelas : Commelinidae
- Order : Cyperales
- Famili : Poaceae
- Genus : Cymbopogon Spreng.
- Spesies : Cymbopogon citratus
16
2.4.6.1 Tannin
Tannin sendiri pada tanaman terdapat pada beberapa tempat dengan fungsi
yang berbeda-beda pula. Pada pucuk tanaman, ia berguna sebagai proteksi dari
kemungkinan pembekuan. Pada daun, ia berguna sebagai proteksi dari predator.
Pada akar, ia berfungsi sebagai proteksi kimia dari patogen tumbuhan. Ia dapat
menyebabkan terbentuknya warna kuning, menimbulkan perubahan warna dan
bau pada air.
saponin Tannin
Menyebabkan kerusakan
Mengikat protein protein
membran traktus digestivus
yang penting untuk larva
dan epikutikula larva Aedes
sp Aedes sp
mati Hidup
Tempat hidup
Kesehatan larva
Kepadatan larva
Kelembapan
Volume air
pH air
Umur larva
suhu
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only
control group design.
3.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Rearing Nyamuk
3.2.1.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Dilakukan rearing pada tanggal 15 April 2014 hingga 3 Juli 2014.
3.2.1.2 Tempat Pelaksanaan Penelitian
Dilakukan dirumah yang beralamat B 3. No 10 Perumahan Pondok
Hijau, Ciputat, Tangerang Selatan oleh peneliti. Hal ini dimaksudkan agar dapat
diaplikasikan secara natural di alam dan untuk memudahkan pengamatan. Untuk
standar keselamatan, nyamuk yang telah digunakan untuk rearing nyamuk
dibunuh dengan obat nyamuk semprot. Adapun larva yang telah digunakan untuk
perlakuan, dimasukkan kedalam larutan deterjen hingga mati.
adalah 750 larva Aedes sp. Sedangkan pada uji utama konsentrasi berjumlah lima
konsentrasi dan satu kontrol negatif. Kemudian dilakukan pengulangan percobaan
sebanyak empat kali. Sehingga jumlah sampel total yang diperlukan adalah 600
larva Aedes sp.38
Uji ini dilakukan jika data yang ditemukan tidak normal baik distribusi atau
varians nya. Uji ini bertujuan untuk membandingkan mean lebih dari 2
kelompok.
6. Uji Mann Whitney
Uji ini dilakukan untuk menegetahui mean antar 2 kelompok (merupakan
post-hoc dari Uji Kruskal Wallis).
7. Analisis Probit
Uji ini dilakukan untuk mengetahui LC50 dari perlakuan.
29
Dihasilkan nyamuk
Didapatkan ekstrak Tumbuhan serai
dapur
Telur Aedes sp
Hidup Mati
Analisis data
BAB IV
Tabel 4.1 : Jumlah kematian larva Aedes sp setelah diuji dengan ekstrak serai
dapur dalam berbagai konsentrasi.
Dari hasil yang tercantum pada tabel 4.1dapat disimpulkan bahwa LC50 dari
uji eksplorasi berada dibawah konsentrasi ekstrak 2500 ppm. Hasil dari uji
eksplorasi inilah yang menjadi acuan penentuan konsentrasi pada uji
sesungguhnya
30
31
Grafik 4.1 : Grafik persentase kematian larva Aedes sp pada setiap kelompok
konsentrasi
100
Grafik Kematian Larva Aedes sp 90%
90
90
80
Persentase kematian larva (%)
70
60
49
49%
50 42%
45
40
30
20
8%
8
10
0%
0 0%
0
0
0 156 312,5 625 1250 2500
Konsentrasi Ekstrak Serai Dapur (ppm)
Tests Normality
Konsentrasi Shapiro-Wilk
Statistic df sig
Mortalitas .884 24 .002
32
Tests Normality
Konsentrasi Shapiro-Wilk
Statistic df Sig
trans .871 16 .028
mortalitas
Chi Square 17.782
df 4
Asymp. Sig. .001
Berdasarkan tabel 4.1 pada uji eksplorasi didapatkan kematian larva Aedes
aegypti sebesar 100% pada konsentrasi 2500 ppm, 5000 ppm, 7500 ppm, 10000
ppm, dan 12.500 ppm. Sedangkan pada kontrol negatif tidak didapatkan kematian.
Tujuan eksplorasi sendiri untuk menentukan LC50 yang nantinya akan digunakan
sebagai acuan untuk uji utama. Menurut Frank C. Lu, untuk menentukan LC50
setidaknya dibutuhkan 4 dosis berbeda, dengan harapan setidaknya ada 3
konsentrasi yang akan membunuh kurang dari 50% hewan uji, 50% hewan uji,
dan lebih dari 50% hewan uji. Namun, jika tidak ditemukan LC50 maka suatu
angka perkiraan sudah dapat memberi manfaat.40 Karena terjadi 100% kematian
disemua konsentrasi, maka LC50 dianggap berada pada konsentrasi dibawah
konsentrasi terendah yaitu 2500 ppm. Maka, uji utama dilakukan dengan
konsentrasi 156 ppm, 312,5 ppm, 625 ppm, 1250 ppm, 2500 ppm.
Berdasarkan uji utama pada tabel 4.2, setelah 24 jam perlakuan dengan
konsentrasi yang telah ditentukan berdasarkan uji eksplorasi didapatkan hasil rata-
rata persentase kematian larva 0% pada konsentrasi 0 ppm (kontrol negatif), 0%
pada konsentrasi 156 ppm, 4% pada konsentrasi 312,5 ppm, 42% pada konsentrasi
652 ppm, 50% pada konsentrasi 1250 ppm, 90 % pada konsentrasi 2500 ppm.
Pada kelompok yang menjadi kontrol, tidak didapatkan kematian larva. Kematian
larva ditemukan mulai satu jam setelah perlakuan.
Dari hasil diatas, dapat disimpulkan ekstrak tanaman ini efektif, karena
dapat membunuh 10-90% larva uji.41
(Cymbopogon citratus) mempunyai efek larvasida Aedes sp. Pada gambar 4.1 juga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak serai dapur
(Cymbopogon citratus) memberikan efek larvasida yang berbeda, ditandai dengan
grafik mortalitas yang menanjak pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Kemampuan larvasida dari ekstrak serai dapur ini dihasilkan dari beberapa
senyawa kimia yang berada didalam tumbuhan tersebut. Adapun fitokimia dalam
serai dapur adalah tannin dan saponin.
5.1 Simpulan
Ekstrak serai dapur (Cymbopogon citratus) efektif sebagai
larvasida terhadap larva Aedes sp.
Didapatkan kematian 0% pada konsentrasi 0 ppm (kontrol negatif),
0% pada konsentrasi 156 ppm, 4% pada konsentrasi 312,5 ppm,
42% pada konsentrasi 652 ppm, 50% pada konsentrasi 1250 ppm,
90 % pada konsentrasi 2500 ppm.
Konsentrasi yang dapat membunuh 50% (LC50) larva berada pada
interval antara 599.9 ppm dan 1798.5 ppm, dengan estimasi 973,7
ppm atau 0.097%.
Terjadi perbedaan yang signifikan antar kelompok uji yang
diberikan ekstrak tanaman serai dapur dengan konsentrasi yang
berbeda.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut tentang toksisitas ekstrak
serai dapur (Cymbopogon citratus) terhadap larva lain.
Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut tentang toksisitas ekstrak
serai dapur (Cymbopogon citratus) terhadap ikan dan binatang
peliharaan air lain.
Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut tentang efek samping
pemanfaatan ekstrak serai dapur (Cymbopogon citratus) sebagai
larvasida.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Health topic Dengue [internet]. 2014. [cited 2014 April 14]. Available
from: http://www.who.int/topics/dengue/en/
2. About vector-borne diseases [internet]. 2014. [cited 2014 April 14].
Available from: http://www.who.int/campaigns/worLC-health-
day/2014/vector-borne-diseases/en/
3. WHO. Global strategy for dengue prevention and control 2012-2020.
Switzerland: World Health Organization; 2012.
4. WHO. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and
control -- New edition. Switzerland: Worid Health Organization; 2009
5. Depkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI;
2011
6. Fahmi Achmadi Umar. Buletin Jendela Epidemiologi. Pusat Data
Surveilens Epidemiologi. Kementrian Kesehatan RI; 2010
7. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Hemorrhagic Fever. New Delhi: World Health Organization,
Regional Office for South-East Asia; 2011.
8. Bisset JA, Marín R, Rodríguez MM, Severson DW, Ricardo Y, French
L, Díaz M, Pérez O. Insecticide resistance in two Aedes aegypti (Diptera:
Culicidae) strains from Costa Rica. Journal of Medical Entamology . 2013
Mar; 50(2): 352-361.
9. Cymbopogon citratus (lemon grass) [internet]. 2014. [cited 2014 April
14]. Available from: http://www.kew.org/science-conservation/plants-
fungi/cymbopogon-citratus-lemon-grass
10. Directorate Plant Production in collaboration. Lemongrass Production.
South Africa: Directorate Communication Services Department of
Agriculture, Forestry and Fisheries; 2012
39
23. Ibn Katheer explication [internet]. 2014. [cited 2014 September 9]. Available
from: http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/.
24. Vanisah S, Hema. Potential Functions of Lemon Grass (Cymbopogon
citratus) in Health and Disease. IJPBA. 2012 Oct 15;3(5): 1035-1043.
25. Ahlam S, Bouran Ibrahim A. Leaf and stem anatomy of Cymbopogon
citratus and Cymbopogon schoenanthus in Sudan; Journal of Chemical
and Pharmaceutical Research. 2010; 2(4): 766-771
26. Kumar R, Krishan P, Swami G, Kaur P, Shah G, Kaur A.
Pharmacognostical Investigation of Cymbopogon citratus (DC) Stapf.
Scholars Research Library. 2010; 2(2): 181-189
27. Directorate Plant Production in collaboration.Lemongrass Production.
South Africa: Directorate Communication Services Department of
Agriculture, Forestry and Fisheries; 2012
28. Gagan Shah, Richa Shri,Vivek Panchal, Narender Sharma,Bharpur
Singh, A. S. Mann. Scientific basis for the therapeutic use of
Cymbopogon citratus, Stapf (Lemon grass). Journal of Advanced
Pharmaceutical Technology & Research. 2011 Jan; 2(1): 3-8.
29. M. O. Soares1, A. F. Vinha, F. Coutinho and P. C. Pires. Antimicrobial
natural products. FORMATEX. 2013
30. Karkala Manvitha, Bhushan Bidya. Review on pharmacological activity
of Cymbopogon citratus. International Journal of Herbal Medicine. 2014
December; 1 (6): 5-7.
31. Luiz C , Ulisses A, Ana P,Célia R, Róbson R, Evandro d. Evaluation of
the Chemical Composition of Brazilian Commercial Cymbopogon
citratus (D.C.) Stapf Samples. Molecules. 2008 August: 1864-1874
32. M.F. Asaolu, O.A Oyeyemi, J.O Olanlokun. Chemical Compositions,
Phytochemical Constituents and in vitro Biological Activity of Various
Extracts of Cymbopogon citratus. Pakistan Journal of Nutrition 8. 2009:
1920-1922
33. Christopher E. Ekpenyong, Ernest E. Akpan, Nyebuk E.
Daniel.Phytochemical Constituents, Therapeutic Applications and
41
43. Anggraeni D. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Buah Cabe Jawa (Piper
Longum Bi) terhadap Larva Aedes sp. 2005. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
44. Prijadi Dio K, Wahingan G.J.P, Bernadus J.B.B. Uji Efektivitas Ekstrak
Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Menghambat Pertumbuhan
Larva Aedes sp. Bagian Parasitologi FK Universitas Sam Ratulangi
Lampiran 1 43
Dokumentasi percobaan
Greender Maserasi
Rotavapor
47
Surat keterangan ekstraksi
48
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Agama : Islam
No. Hp : 087809189537
Riwayat Pendidikan: