Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Subang yang didapatkan dari data rekam medik selama dua tahun,

mulai 1 Januari 2007 – 31 Desember 2008 diperoleh populasi sebanyak 4665

persalinan. Dari populasi tersebut yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 545.

4.1.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsi dan Eklamsi Pada Ibu Bersalin

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsi dan Eklamsi Pada Ibu
Bersalin

Diagnosa f %
Preeklamsi ringan 104 19,09
Preeklamsi berat 398 73,02
Eklamsi 43 7,89
∑ 545 100

Berdasarkan Tabel 4.1, dari kasus yang diteliti didapatkan insidensi terbesar

adalah preeklamsi berat yaitu sebanyak 73,02%

1
4.1.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Bayi Dengan Asfiksia Pada Ibu Bersalin

Dengan Preeklamsi dan Eklamsi

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Bayi Dengan Asfiksia Pada Ibu
Bersalin Dengan Preeklamsi dan Eklamsi

Preeklamsi Preeklamsi Eklamsi


Diagnosa ringan berat
f % f % f %
Tidak asfiksia 50 48,08 131 32,91 3 6,98
Asfiksia sedang 43 41,35 214 53,77 25 58,13
Asfiksia berat 11 10,57 53 13,32 15 34,89
∑ 104 100 398 100 43 100

Berdasarkan Tabel 4.2, dari kasus yang diteliti didapatkan bahwa semakin

berat penyakit, maka kejadian asfiksia berat makin tinggi

4.1.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Lahir Mati Dengan Preeklamsi dan Eklamsi

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Lahir Mati Dengan


Preeklamsi dan Eklamsi

Preeklamsi Preeklamsi berat Eklamsi


Diagnosa ringan
f % f % f %
Lahir hidup 100 96,15 374 93,97 40 93,02
Lahir mati 4 3,85 24 6,03 3 6,98
∑ 104 100 398 100 43 100

2
Berdasarkan Tabel 4.3 dari kasus yang diteliti didapatkan bahwa semakin

berat penyakit, maka angka lahir mati makin tinggi

4.1.4 Distribusi frekuensi jumlah bayi berat badan lahir rendah pada ibu dengan

preeklamsi dan eklamsi

Tabel 4.4 Tabel distribusi frekuensi jumlah bayi berat badan lahir rendah
pada ibu preeklamsi dan eklamsi

Preeklamsi Preeklamsi berat Eklamsi


Diagnosa ringan
f % f % f %
BBLR 14 13,46 79 19,85 24 55,81
Tidak BBLR 90 86,54 319 80,15 19 44,19
∑ 104 100 398 100 43 100

Berdasarkan Tabel 4.4, dari kasus yang diteliti didapatkan bahwa semakin

berat penyakit, maka angka kejadian BBLR makin tinggi

4.1.5 Distribusi frekuensi cara persalinan yang dijalani oleh ibu bersalin dengan

preeklamsi dan eklamsi

Tabel 4.5 Tabel distribusi frekuensi cara persalinan yang dijalani oleh ibu
bersalin dengan preeklamsi dan eklamsi

Cara Preeklamsi ringan Preeklamsi berat Eklamsi


Persalinan f % f % f %
- Spontan 49 47,11 196 49,25 2 4,65
- Operatif 50 48,08 193 48,49 41 95,35
- Lain-lain 5 4,81 9 2,26 0 0
∑ 104 100 398 100 43 100

3
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dari kasus yang diteliti didapatkan bahwa

semakin berat penyakit maka angka kejadian operatif makin tinggi

4.2 Pembahasan

4.2.1 Prevalensi preeklamsi dan eklamsi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa

selama periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2008 terdapat

4665 persalinan. Prevalensi preeklamsi dan eklamsi pada ibu bersalin

sebesar 545 persalinan. Dari 545 ibu bersalin dengan preeklamsi dan

eklamsi terdapat 104 pasien (19,09%) kasus preeklamsi ringan, 398 pasien

(73,02%) kasus preeklamsi berat dan 43 pasien (7,89%) kasus eklamsi.

Hasil penelitian Rani Nurparidah pada tahun 2006, selama periode 1

Januari 2001-31 Desember 2005 prevalensi preeklamsi dan eklamsi

sebanyak 1310 pasien dari total 10219 persalinan. Jika dilihat dari hasil

penelitian tersebut, secara kasat mata prevalensi preeklamsi-eklamsi ini bisa

dikatakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kejadian selama 5 tahun

yang telah diteliti tersebut. Karena menurut penelitian Rani Nurparidah

selama peride 5 tahun tersebut hanya ditemukan 1310 pasien preeklamsi dan

eklamsi, namun sekarang ini pada periode 2 tahun saja (2007-2008) sudah

ditemukan sebanyak 545 kasus preeklamsi dan eklamsi. Salah satu

kemungkinan penyebabnya adalah semakin baiknya pencatatan dan

4
pelaporan rumah sakit dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun ini pihak

rumah sakit juga telah mulai menata kembali pelaporan yang akan

dibukukan secara lengkap mengenai persalinan yang ada di bagian PONEK

RSUD Subang. Ada persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

terdahulu, yaitu dari total persalinan dengan preeklamsi dan eklamsi, sama-

sama ditemukan yang terbanyak ada pada preeklamsi berat.

4.2.2 Hasil luaran janin pada ibu dengan preeklamsi dan eklamsi

a. Asfiksia

Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi asfiksia berat pada preeklamsi

ringan sebanyak 11 (10,57%), pada preeklamsi berat sebanyak 53

(13,32%) dan pada eklamsi sebanyak 15 (34,89%).

Dari hasil ini maknanya adalah semakin berat penyakit yang diderita

oleh pasien, maka semakin tinggi pula kejadian asfiksia pada bayi baru

lahir.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa asfiksia pada bayi

baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya

yaitu karena faktor ibu. Keadaan ibu yang menyebabkan aliran darah ibu

melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang

akibatnya akan mengakibatkan gawat janin dan akan berlanjut sebagai

asfiksia bayi baru lahir, antara lain:

1. Preeklamsi dan eklamsi

2. Perdarahan antepartum

3. Partus lama atau macet

4. Demam sebelum dan selama persalinan

5
5. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

6. Kehamilan lebih bulan

b. BBLR

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 545 persalinan,

prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 gram) yang lahir

dari ibu yang menderita preeklamsi maupun eklamsi, kejadian bayi

dengan berat badan lahir rendah pada preeklamsi ringan sebanyak 14

(13,46%), pada preeklamsi berat sebanyak 79 (19,85%) dan eklamsi

sebanyak 24 (55,81%).

Dari hasil penelitian maknanya adalah semakin berat penyakit yang

diderita pasien dengan preeklamsi dan eklamsi, maka semakin tinggi pula

kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah.

Faktor predisposisi BBLR dapat berasal dari ibu karena adanya

penyakit kehamilan, salah satunya adalah preeklamsi atau eklamsi. Hasil

penelitian ini pun sesuai dengan teori yang ada. Bahwa salah satu hal

yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah

adalah karena adanya preeklamsi atau eklamsi dalam kehamilan.

c. Lahir mati

Pada kasus preeklamsi dan eklamsi tidak jarang bayi yang lahir dapat

mengalami komplikasi diantaranya yaitu pertumbuhan janin terhambat,

kematian janin, persalinan premature yang akhirnya meningkatkan angka

kesakitan dan kematian perinatal.29

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 545 persalinan, bayi yang lahir mati
karena preeklamsi ringan sebanyak 4 (3,85%), pada preeklamsi berat sebanyak 24
(6,03%) dan eklamsi sebanyak 3 (6,98%). Semakin berat penyakit maka
kemungkinan lahir mati pada janin lebih tinggi pula

6
4.2.3 Cara persalinan pada ibu preeklamsi dan eklamsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 545 persalinan pada

preeklamsi ringan terjadi sebanyak 50 (48,08%) persalinan operatif, pada

preeklamsi berat terjadi sebanyak 193 (48,49%) persalinan operatif dan

pada eklamsi terjadi sebanyak 41 (95,35%) persalinan operatif. Disini dapat

terlihat bahwa semakin berat penyakit yang diderita pasien maka akan

semakin tinggi pula angka kejadian operatif.

Menurut teori pada preeklamsi ringan pengelolaannya sebagai berikut:

- Jika kehamilan < 37 minggu biasanya rawat jalan

dengan nasehat-nasehat khusus

- Jika tidak memungkinkan untuk rawat jalan, bisa

rawat RS

- Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat, dan

jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan

terminasi kehamilan, jika proteinuria meningkat, kelola sebagai

preeklamsia berat

- Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

kehamilan, jika servik matang induksi oksitosin, jika serviks belum

matang, bias diberikan obat-obatan atau terminasi dengan bedah Caesar

Untuk pengelolaan preeklamsi berat dan eklamsi:

- Penanganan PEB dan eklamsi sama, kecuali bahwa

persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang

pada eklamsi

7
- Pada PEB, persalinan harus terjadi dalam 24 jam

sedangkan pada eklamsi dalam 6 jam sejak gejala eklamsi timbul

- Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat

terjadi dalam 12 jam pada eklamsi lakukan bedah Caesar

Anda mungkin juga menyukai