Anda di halaman 1dari 15

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menyerang

semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak serta sering

menimbulkan kejadian luar biasa.(Depkes RI,2001).

Demam Berdarah Dengue (DBD) dikenalkan oleh virus kelompok B

Artrhopud Bone Virus (Arguviruses) dari Vamili Flaviviridae dan Genus Flafifirus

dan mempunyai 4 sero tipe yaitu DEN – 1 DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi salah

satu serotipe akan menimbulkan anti bodi terhadap serotipe yang bersangkutan dan

tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe yang lain, serotipe DEN-3

merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinis berat. (Depkes RI,2001)

Bentuk pendarahan yang paling sering adalah uji tourniquet positif, kulit

mudah memar dan pendarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas

pengambilan darah. Kebudayaan kasus, potekia halus ditemukan tersebar didaerah

ekstremintas, wajah yang biasanya ditemukan pada vase demam hati biasanya

membesar dengan variasi sampai 2-4 cm dibawah kanan. Sekalipun pembesaran hati

tidak berhubungan dengan berat ringannya umum pembesaran hati lebih sering

ditemukan pada penderita yang mengalami syok.(DepkesRI,2001).


9

Umumnya menyerang anak-anak, dan ditandai dengan demam tinggi

mendadak 2 – 7 hari, disertai dengan muka kemerahan, keluhan seperti anoreksia,

sakit kepala, nyeri otot, tulang sendi, mual dan muntah sering ditemukan (Depkes

RI, 2001).

Masa kritis dari penyakit terjadi fase demam, pada saat ini terjadi penurunan

suhu yang tiba-tiba disertai dengan penggunaan sirkulasi yang bervariasi dalam berat

ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi

minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami syok (Depkes

RI, 2001).

Penyakit Demam Berdarah Dengue bila terlambat penanganan , demam naik

turun selama tiga hari diserti dengan mata merah, sakit perut dan bercak kemerahan

kulit tampak pula bintik-bintik merah, penderita dapat dinyatakan positif Demam

Berdarah bila sudah ada pemeriksaan laboratorium yang sudah dianjurkan oleh dokter

(Saskia, 2003).

Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak menular kontak manusia dengan

manusia. Virus Dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan

melalui gigitan nyamuk. Virus Dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus

tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk. Nyamuk betina

menyimpan virus tersebut dalam leluria. Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada

nyamuk betina saat kontak seksual. Selanjutnya nyamuk betina tersebut akan

menularkan virus manusia melalui gigitan.


10

Selain itu, nyamuk dapat mengambil virus Dengue dari manusia yang

mempunyai virus (Viremia) tersebut. Virus masuk kedalam lambung nyamuk.

Selanjutnya, virus memperbanyak diri dalam nyamuk dan menyabar keseluruh tubuh,

termasuk kelenjar air liurnya. Jika nyamuk yang tercemar virus ini menggigit orang

sehat maka akan mengeluarkan air liurnya agar darah tidak membeku. Bersama air

liur tersebut, virus ditularkan. Satu-satunya upaya untuk memutuskan rangkaian ini,

yaitu dengan memberantas nyamuk yang dapat menyebabkan virus deungu( Hinda

L,2002)

2.1.2 Proses timbulnya penyakit DBD

1. Demam Dengue

Umumnya, Demam Dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi

salah satu serotipe virus Dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN- 1 atau

DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6 bula-5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus

DBD.

Demam Dengue merupakan akibat paling ringan yang di timbulkan virus

dengue. Orang yang tidak mengerti sering menyebutnya sebagai gejala demam

berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang hampir serupa, seperti demam tinggi

mendadak, sakit kepala berat, nyeri persendian dan otot, mual, muntah, dan dapat

timbul ruam. Biasanya, ruam timbul saat penderita mulai merasa sakit. Ruam pertama

kali muncul di sekitar di dada, (tangan dan perut. Selanjutnya, menyebar ke anggota

gerak ( tangan dan kaki), lalu ke muka. Biasanya, ruam akan hilang tanpa bekas.
11

Penderita demam dengue juga dapat mengalami trombositopenia( penurunan

jumlah trombosit). Meskipun tidak separah demam berdarah dengue. Biasanya,

kondisi ini dapat kembali normal dalam waktu satu minggu (Hindra L, 2002).

Hanya diperlukan istirahat yang cukup dan obat penurun panas untuk

menyembuhkannya. Cairan elektrolit dapat di berikan jika penderita mengalami

demam tinggi (.40oC) dan disertai muntah, diare, atau pengeluaran keringat yang

berlebihan. (Hindra L, 2002).

2. Demam Berdarah Dengue

Sebelum seseorang terkena DBD, di dalam tubuhnya telah ada satu jenis

serotipe virus dengue (serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama kali ini

menimbulkan demam dengue, ia akan kekal seumur hidup terhadap serotipe yang

menyerang pertama kali itu. Namun, hanya akan kebal maksimal 6 bulan – 5 tahun

terhadap serotipe virus dengue lain. Misalnya, seseorang terinfeksi DEN-1. ia akan

kebal seumur hidup terhadap serotipe itu dan hanya maksimal 6 bulan—5 tahun ia

kebal terhadap DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.Serangan virus dengue kedua kali inilah

yang mengakibatkan demam berdarah dengue (Hindra L, 2002).

Masa inkubasi DBD di mulai dari gigitan sampai timbul gejala, berlangsung

selama dua minggu. Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari

sebelum terserang demam. Virus tersebut berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika

daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus dengue maka orang tersebut akan

mengalami berbagai gejala DBD (Hindra L, 2002).


12

Hampir semua orang pasti panik jika anggota keluarganya demam, terutama

jika sedang ada peningkatan jumlah kasus DBD. Namun, Anda perlu memperhatikan

penyebab lain selain berpikir DBD meskipun memang gejala awal DBD adalah

demam tinggi yang muncul tiba-tiba. Biasanya, demam berlangsung salama 2-7 hari.

Penderita juga sering merasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian,

nyeri tulang, dan perut terasa kembung. Pada bayi, demam yang tinggi dapat

menimbulkan kejang atau step. (Hindra L, 2002).

Sering,gejala-gejala tersebut sulit dideteksi sebagai gejala demam berdarah.

Hal ini dikarenakan gejalanya hampir menyerupai gejala penyakit infeksi akut, justru,

tanda khas muncul saat penderitanya sudah memasuki keadaan yang cukup parah,

yaitu adanya pendarahan di berbagai organ tubuh. Bentuk pendarahan yang paling

sering berupa pendarahan kulit yang dapat diperiksa melalui uji bendung (Hindra L,

2002).

Selain itu, gejala khas dapat terlihat dari tampilan wajah yang cenderung

memerah, terjadi pembesaran hati, dan tinja yang berwarna hitam atau mengandung

darah. Jika gejala ini sudah muncul, biasanya penderita harus di rawat dengan lebih

serius agar tidak mamasuki fase kritis (Hindra L, 2002).

Pada penderita DBD selalu terjadi Trombositopenia yang mulai ditemukan

pada hari ketiga dan berakhir pada hari kedelapan sakit. Umumnya, jumlah trombosit

<100.000/mm3. selain itu, terjadi peningkatan nilai hematokrit yang dikarenakan

kebocoran pembuluh darah. Jika hal ini tidak bisa di tanggulangi, akan terjadi
13

pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan warna tinja yang hitam seperti ter.

Pada stadium akhir, dapat terjadi muntah darah segar. Biasanya, hal ini berakibat falal

(Hindra L, 2002).

Sebelum muncul gejala tersebut, tubuh akan bereaksi terhadap virus, pada

tahap awal, tubuh mencoba untuk melawan virus dengan menetralisasi virus. Ruam

merupakan bentuk netraliasi ini. Namun, jika tidak berhasil maka virus mulai

mengganggu fungsi pembekuan darah. Hal ini merupakan akibat dari penurunan

jumlah dan kuaitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi

pendarahan (Hindra L, 2002).

Jika kondisi ini menjadi parah maka akan timbul kebocoran plasma darah.

Plasma dari dalam pembuluh darah akan memasuki rongga perut dan paru-paru .

keadaan ini bisa fatal akibatnya. Inilah yang disebut sebagai Demam Berdarah

Dengue. Jika tidak dapat ditanggulangi, dapat menjadi sindrom syok dengue (Hindra

L, 2002).

3. Sindrom syok dengue ( SSD)

Penderita DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan

pemantauan yang serius. Utamanya, jika demam mendadak turun. Selain menjadi

indikasi kesembuhan, penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita

memasuki tahap sindrom syok dengue. Keadaan ini sering terjadi pada hari keempat

sampai hari kelima sakit. Sindrom syok dengue merupakan suatu keadaan yang

sangat buruk dan dapat muncul secara tiba-tiba. Banyak orangtua termasuk dokter

terkecoh dengan kondisi ini, sering, penderita dianggap akan segera sembuh karena
14

suhu tubuh menurun. Padahal, jika diperhatikan dengan benar, penderita DBD yang

mamasuki fase SSD tampak gelisah (Hindra L, 2002).

Tubuhnya terasa sangat dingin akibat kegagalan peredaran darah. Tidak

sedikit juga penderita yang mengeluhkan sakit ulu hati atau sakit perut hebat karena

pendarahan di lambung. Gejala lain, yaitu wajah pucat, tekanan nadi terus melemah,

sampai hilang kesadara (Hindra L, 2002).

2.3 Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan

infeksi virus pada umumnya (viremia) yaitu penderita akan mengalami keluhan dan

gejala seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, sakit luruh persendian tubuh,

infeksi tenggorokan dan timbul raum. Pendarahan pada kulit ini khas pada infeksi

virus dengue yang menimbulkan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah

disebabkan oleh zat antilakstosin, histamin volume plasma akan menimbulkan

asidosis metabolik yang dapat dilihat hasil pemeriksaan gas darah dan elektrolit

darah. Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dijelaskan dengan

adanya pemacuan dari multiplikasi sebagai akibat infeksi Dengue

sebelumnya(WHO,2000).

Mekanisme yang dapat menunjang terjadinya DBD adalah peningkatan

replikasi virus dalam macrofak oleh anti bodi heterotipik. Pada infeksi sekunder

dengan virus dari serotype yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, anti

bodi reaktif-silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah
15

monosit terinfeksi saat kompleks anti bodi virus Deungu masuk ke dalam sel ini. Hal

ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktifasi reaksi-silang CD4 + dan CD8+ limfosit

sitotoksik.pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktifasi sel T dan oleh lisit

monosit terinfeksi di media oleh limfossit sitotoksit yang dapat mengakibatkan

rembesan plasma dan pendarahan yang terjadi pada DHF(WHO,2000).

2.1.4 Upaya Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti

Pemberantasan nyamuk penular merupakan cara utama yang dilakukan untuk

memberantas penyakit demam berdarah dengue, karena vaksin untuk mencegah dan

obat untuk membasmi virusnya tersedia, pemberantasan nyamuk Aedes Aegepty

dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa ataupun jentiknya adalah :

2.4.1 Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa, dilakukan dengan cara

penyemprotan (pengasapan/fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat

kebiasaan nyamuk yang hingga pada benda-benda tergantung, karena tidak dilakukan

penyemprotan dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk malaria,

insektisida yang dapat digunakan adalah insektisida golongan :

1. Argonosphospate, misalnya malathianon, Fenitrothion.

2. Pyretroid sentitic, misalnya tanda sehalotrin, permetrin.

3. Carbamat.
16

Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin FOg (VLV), karena

penyemprotan dilakukan dengan pengasapan, maka tidak mempunyai ejekresidu

(Depkes RI, 2004).

2.1.5 Pemberantasan jentik

2.1.5.1 PSN-DBD

Pemberantasan terhadap jentik Aedes Aegypty yang dikenal dengan istilah

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Mengingat nyamuk ini tersebar luas di

seluruh tanah air baik di dalam, sekitar rumah, maupun di tempat-tempat umum untuk

itu kegiatan PSN – DBD perlu di lakukan secara efektif dengan aktif sedini mungkin

(Depkes Ri,2001).

Untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypty dapat dilakukan dengan PSN

menurut Depkes Ri di lakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Cara Kimia

Cara pemberantasan jentik Aedes Aegypty dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik larvasida ini dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang biasa

digunakan adalah temephos, formulasi lemaphos yang digunakan adalah granules

(send granuler) (Zulfiana 2004).

2. Biologi

Pengendalian biologi antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik

(ikan adu/ikan cupang, ikan kepa timah, ikan gupi), dan bakteri (Bt -11-14) (Depkes

RI, 2004).
17

3. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan 3M (menguras, menutup, dan

mengubur).pengurusan tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di

tempat itu ( Soegijanto 2004).

2.1.5.2 Abatisasi

Perlu dilakukan abatisasi yaitu masyarakat harus menabur bubuk abate ke

tempat-tempat penyimpanan air, seperti bak penyimpanan air, kolam ikan yang ada di

sekeliling rumah dan sebagainya, manfaat dari kegiatan abatisasi ini adalah untuk

membunuh jentik-jentik nyamuk yang bersarang dan tidak mudah berkembang biak.

Di daerah Endemis Demam Berdarah, yaitu yang di daerah sering terjangkit

Demam Berdarah, perlu melakukan gerakan kebersihan lingkungan, seperti

lingkungan rumah, dan lingkungan tempat-tempat umum Secara bergotong-royong

lingkungan fisik perlu di bersihkan, seperti selokan mampet di alirkan, dan parit-parit

juga dibersihkan.

Ada dua cara membersihkan nyamuk kebun yang dilakukan pemerintah,

menurut Depkes Ri 2001 antara lain :

1. Gerakan membasmi jentik atau larva nyamuk kebunnya. Cara dengan

membunuh jentik nyamuk kebun memakai Abate

2. Wadah yang ada lapisan obat Abate ini tidak di sukai jentik kebun, jentik

nyamuk akan mati, semua wadah di dalam rumah setelah di taburi obat ini

tidak dihuni jentik nyamuk.


18

3. Kolam ikan pun perlu di taburi garam Abate ini, dengan takaran yang tepat

ikan tidak mati atau memelihara ikan jenis tertentu misalnya, Mujair,ikan

ini memakan jentik nyamuk, kolam ikan ini tidak perlu di taburkan obat

Abate.

4. Abatisasi dilakukan menjelang musim hujan, pada daerah-daerah yang

Endemis Demam Berdarah.

Selain dengan gerakan Abatisasi, pencegahan Demam Berdarah dapat

dilakukan dengan cara penyemprotan. Lebih tepat disebut pengasapan atau

dikenal dengan istilah Foggging. Pengasapan bertujuan membunuh

nyamuk dewasa. Gerakan ini tidak terus menerus dilakukan seperti

gerakan Abatisasi, kegiatan pengasapan dilakukan jika disuatu daerah

sudah terjangkit Demam Berdarah, dinas kesehatan setempat menerima

laporan dari pamong setempat, dari rumah sakit, dari dokter praktek, jika

ada penderita Demam Berdarah baru dari laporang tersebut dinas

kesehatan setempat bertindak.

(Depkes RI,2001)

2.5.3 Gerakan 3M

Pokok-pokok gerakan 3M meliputi :

1. Penyuluhan Intensif melalui berbagai media seperti TV, Radio, Surat

kabar. Dll
19

2. Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk

tempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari setiap

minggu baik di rumah, sekolah, maupun tempat-tempat umum lainnya.

3. Kunjungan dari rumah ke rumah untuk memeriksa jentik-jentik yang

dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan

bubuk Abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, pengetahuan yang

dimaksud disini adalah pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang terjadinya

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Riyadi, 2001).

Pengetahuan memegang peranan penting dalam peningkatan hidup sehat,

sehingga usaha pemberantasan sarang nyamuk dapat dilaksanakan oleh masyarakat

secara baik dan memahami terhadap kebersihan lingkungan . (DepkesRI,2000)

mengemukakan ,pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam

meningkatkan hidup sehat serta mempunyai wawasan terhadap pengelolaan

lingkungan yang bersih dan sehat.

Pengetahuan tentang penyebaran menurut waktu akan membantu memahami

kecepatan perjalanan penyakit, bila suatu penyakit menyebar dengan pesat dalam

waktu singkat berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan cepat.

Kemudian membantu memahami lama terjangkitnya suatu penyakit, dengan


20

mengetahui waktu terjangkitnya penyakit dan waktu lenyapnya penyakit tersebut.

Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh: Sifat penyakit pada

umumnya penyakit infeksi lebih cepat menyebar dari pada penyakit yang bukan

infeksi, keadaan tempat terjangkitnya penyakit, keadaan penduduk, cici-ciri manusia

jumlah dan penyebaran penduduk dan pelayanan kesehatan yang tersedia

(DepkesRI,2000).

2.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dan seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan – batasan dapat di simpulkan bahwa

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung tertutup. Sikap juga adalah bentuk evaluasi

atau reaksi perasaan tertentu dalam hal perasaan (Afeksi), pikiran (Kognisi, dan

predisposisi tindakan (Konotasi ) terhadap suatu objek di lingkungan sekitar.

Newcomb Notoadmodjo, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan

suatu tindakan atau aktifitas , akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku (Notoadmodjo, 2003).

2.4 Tindakan

Mengetahui tindakan, merupakan di mensi dalam individu yang berdiri

sendiri. Terpisah dan berbeda, mengetahui tindakan tidak berarti dapat memprediksi

tindakan yang di ambilnya negative. Dalam DBD ketika di tanyakan sikap tentang
21

PSN, sangat positif, tetapi di lihat tindakannya yang dilakukan tidak sesuai dengan

sikapnya. Hubungan tindakan sangat di tentukan oleh factor situasional tertentu.

(Juanda A zurani, 2007, http/Www. Indomedia.com/bpost/opini.htm (diakses tanggal

10 Juli 2010 ).

2.5 Lingkungan Tempat Tinggal

Tempat tinggal merupakan sebagai faktor penyebab terjadinya penyakit,

dimana tempat yang mendukung terhadap timbulnya penyakit akan membawa

dampak yang buruk terhadap manusia. Keterangan tentang tempat dapat bersifat :

keterangan geografi umpamanya daerah pegunungan, pantai, daratan dan sebagainya.

Tempat perkembangan biakan nyamuk DBD ialah tempat-tempat umum, biasanya

tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah, tempat perkembangan nyamuk ini berupa

genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana. Nyamuk ini tidak dapat

berkembang biak digenangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-

jenis dan tempat perkembangan biakan nyamuk Aedes Aegypti dapat di kelompokkan

menurut petunjuk teknis terrjadinya suatu penyakit DBD.


22

2.6 Kerangka Teoritis

Notoadmodjo 2003
 Pengetahuan
 Sikap

Depkes RI (2001)
 Pengetahuan Kejadian DBD
 Lingkuangan tempat tinggal

Allen guy & Edgley (2003)


 Pengetahuan
 Sikap
 Tindakan

Anda mungkin juga menyukai