Anda di halaman 1dari 37

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengerian Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan

sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Adapun

upaya sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban),

Saluran pembuangan air limbah,dan sarana tempat pembuangan sampah (Azwar,

1995).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah

agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Sanitasi Lingkungan dalam usaha kesehatan masyarakat adalah bagian dari

kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk mengadakan atau

menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan

yang ditujukan untuk (i) Sanitasi air, (ii) Sanitasi makanan, (iii) Sistem pembuangan

tinja, (iv) Sanitasi udara, (v) Pengendalian vector, (vi). Hygiene rumah, tingginya

angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai dampak yang disebabkan oleh

berbagai penyakit yang ditularkan dari lingkungan yang tidak sehat (Syahbana,

2003).

7
Universitas Sumatera Utara
8

2.2. Pengertian Hygiene

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan

tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk,

membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi kebersihan makanan secara

keseluruhan (Depkes RI, 2004).

2.3 Kesehatan Masyarakat

Kesehatan sangat didambakan oleh setiap manusia dengan tidak membedakan

status sosial maupun usia. Masyarakat hendaknya menyadari bahwa kesehatan adalah

sumber dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagian. Untuk mempertahankan

kesehatan yang baik maka kita harus mencegah banyaknya ancaman yang akan

mengganggu kesehatan kita. Ancaman lainnya terhadap kesehatan adalah

pembuangan tinja (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan. Buang Air Besar

(BAB) di sembarangan tempat itu berbahaya. Karena itu akan memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit melalui lalat,udara dan air,(Winaryanto, 2009).

2.4 Jamban, dan Kotoran Manusia

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang

harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik

harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau atau tempat duduk dengan leher angsa

atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkan (Soeparman S, 2003).

Universitas Sumatera Utara


9

Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan

kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada

pada kotoran manusia mengganggu estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna

bagi kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya bermacam

penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan baik.

Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya

penyehatan lingkungan pemukinan. Sarana jamban yang tidak saniter berperan

terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kotoran manusia atau tinja ialah

bahan buangan yang sangat dihindari oleh manusia untuk berkontak karena sifatnya

yang menimbulkan kesan jijik pada setiap orang dan bau yang sangat menyengat

(Soeparman, 2002).

2.5. Dampak Tinja bagi Kesehatan Manusia

Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempat, selain faktor

fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari isi tinja yang dihasilkan

oleh berbagai kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantung dari beberapa

faktor yaitu diet, iklim dan status kesehatan (Sukarni, 1994).

Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media penularan

penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogen yang

dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti: Salmonella, vibriokolera, amuba,

virus,cacing, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dll. Kotoran mengandung agen

penyebab infeksi untuk saluran pencernaan (warsito, 1996).

Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia

digolongkan yaitu : (1). Infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilotosomi

Universitas Sumatera Utara


10

sis. (2). Penyakit infeksi oleh virus seperti Hepatitis infektiosa (3). Penyakit Enteric

atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

Kaitan antara pembuangan tinja manusia dengan status kesehatan masyarakat

menimbulkan akibat langsung dan tidak langsung. Akibat langsung dapat mengurangi

incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera,

disentri, typus dll. Akibat tidak langsung dari pembuangan tinja manusia yang

berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi

hygiene lingkungan . Oleh karena itu ini akan mempengaruhi pencemaran tinja

manusia pada sumber air minum penduduk ( Kusnoputranto, 1995).

2.6. Skema rantai Penularan Penyakit oleh Tinja

Manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang

ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab penyakit.

Gambar.2.1 Gambar rantai penularan penyakit

Tangan Sakit
Tinja Air Makanan dan Penjamu
Lalat Minuman (Host)
Tanah Mati

Sumber : Kesehatan Lingkungan,Haryoto Kusnoputanto (1986)

Gambar rantai penularan penyakit diatas menunjukkan banyak jalan penyakit mencari

sumber baru. Penyakit yang ditularkan tinja manusia bisa menyebebkan kelemahan

karena manusia sebagai reservoir dari penyakit yang dapat menurunkan produktifitas

kerja. Penyakit yang disebabkan oleh tinja perlu dilakukan tindakan pencegahan agar

Universitas Sumatera Utara


11

penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinja dengan jamban yang

saniter. Hambatan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi

pada air,tangan dan serangga,(Soemardji, 1999).

2.7 Syarat-syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

1. Tidak mencemari sumber air sumber air minum, letak lubang penampung berjarak

10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari

tanah disekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

6. Cukup penerangan

7.Lantai kedap air

8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

Menurut Arifin dan Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat

yaitu : 1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahkan agar dasar lubang

kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan

dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.

Universitas Sumatera Utara


12

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air

kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

2. Tidak mencemari tanah permukaan

Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya,

kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras

setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk

demam berdarah.

b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat

menjadi sarang nyamuk.

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias

menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

selesai digunakan.

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus

tertutup rapat oleh air.

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi

untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.

Universitas Sumatera Utara


13

d. Lantai jamban harus kedap air permukaan bowl licin. Pembersihan harus

dilakukan secara periodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang

kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan

penguat lain.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.

a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring kearah saluran lubang kotoran.

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran

kotoran karena menyumbat saluran.

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena

jamban akan cepat penuh.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainnya

terhindar dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010).

Menurut Ehlers dkk dalam Enjang (2000), syarat-syarat pembuangan kotoran

yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

a. Tidak mengotori tanah permukaan

b. Tidak mengotori air permukaan

c. Tidak mengotori air dalam tanah

d. Tempat kotoran tidak boleh terbuka

e. Jamban terlindung dari penglihatan orang lain.

Universitas Sumatera Utara


14

Menurut Enjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu harus memiliki:

a. Rumah Jamban

Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari

pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika.

Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

b. Lantai jamban

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik,

kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuai

kan dengan bentuk rumah jamban.

c. Slab (tempat kaki berpijak waktu sipemakai jongkok).

d. Closet (lubang tempat faeces masuk).

e. Pit (sumur penampungan faeces)

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat

mengumpulkan kotoran/tinja

Gambar 2.2 : Syarat Jamban Sehat

Universitas Sumatera Utara


15

Sumber : www.kimkan Sugihwaras.com

Agar syarat-syarat gambar diatas terpenuhi, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, terlindungi dari panas dan hujan,

serangga, binatang dan terlindungi dari pandangan orang (privasi).

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat atau tempat

berpijak yang kuat.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak

mengganggu pandangan dan tidak menimbulkan bau.

4. Jamban harus berada 10 – 15 m dari sumur atau sumber air tanah.

Penentuan jarak tergantung pada :

Universitas Sumatera Utara


16

a. Keadaan daerah atau lereng

b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.

c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau

kapur.

2.8 Jenis-jenis Jamban Keluarga

Gambar 2.3 Jenis-jenis jamban


Jamban Leher Angsa Jamban Cemplung Jamban Plesengan

Sumber : http://kesehatan lingkungan.blogspot.com

1. Jamban Cemplung ( Pit Latrine )

Jamban cemplung ini banyak di pedesaan tetapi kurang sempurna, misalnya

tanpa ada rumah jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk kejamban dan

tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah yang dalamnya sekitar 1,5 – 3

meter (Mashuri, 1994).

2. Jamban Cemplung berventilasi

Jamban ini mirip dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yaitu

memakai ventilasi pipa yang terbuat dari bahan bamboo untuk pertukaran udara.

Universitas Sumatera Utara


17

3. Jamban Empang

Jamban ini dibangun diatas empang. Bedanya disini terjadi daur ulang, yakni

tinja dapat langsung dimakan ikan. ikan dimakan orang, lalu orang mengeluarkan

tinja, dan seterusnya. Jamban ini berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh

tinja, juga menambah ptotein bagi nelayan penghasil ikan (Kumoro, 1998).

4. Jamban pupuk (compost privy)

Jamban ini seperti kakus cemplung, dan lebih dangkal galiannya, fungsinya

membuang kotoran, sampah dan daun-daunan (Kusnoputranto, 1995).

1. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa

2. Lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan

3. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran hewan setiap hari.

4. Setelah 20 inchi, ditutup dedaunan sampah, dan diberi kotoran sampai penuh.

5. Setelah penuh ditimbun tanah, dan dibuat jamban baru.

6. Lebih kurang 6 bulan digunakan pupuk tanaman baru.

5. Jamban Plesengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh

suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari

jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban

semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung,

karena baunnya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

2.9 Jamban keluarga di pedesaan

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di Indonesia

pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

Universitas Sumatera Utara


18

`1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban bermacam cara pembuangan kotorannya.

a. Jamban cubluk,bila kotoran dibuang ketanah.

b. Jamban empang, bila kotoran dialirkan keempang atau kolam.

2. Jamban dengan leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara :

a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung

diatas lubang galian penampungan kotoran.

b. Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang galian

penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi dibangun terpisah

dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring kedalam lubang galian

penampungan kotoran (warsito, 1996).

2.10 Sanitasi Pembuangan Tinja

Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat

menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam

peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja.

Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut

(Kumoro, 1998).

1. Rumah Kakus

Melihat fungsinya sebagai sarana pelindung bagi pemakai, maka rumah kakus

sebaiknya terlindung dari pandangan orang, gangguan cuaca dan keamanan.

2. Lantai Kakus

Melihat fungsinya sebagai sarana penahan atau tempat pemakai lantai kakus

harus baik, kuat, mudah dibersihkan, dan tidak menyerap air.

Universitas Sumatera Utara


19

3. Tempat Duduk

Tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja, maka

kondisinya harus memenuhi konstruksi yang kuat dan mudah dibersihkan

dan juga bisa mengisolir rumah kakus menjadi tempat pembuangan tinja,

serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat.

4. Lubang jamban

Lubang jamban merupakan tempat keluarnya gas-gas yang ditimbulkan oleh

penguraian tinja.

5. Kecukupan Air Bersih

Untuk menjaga kebersihan jamban kecukupan air bersih sangat perlu

diperhatikan, jamban sebaiknya disiram dengan air minimal 4-5 gayung

sampai kotoran tidak mengapung di lubang jamban atau closet. Tujuannya

menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap

bersih, selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga mencegah

penyakit menular.

6. Alat Pembersih

Alat pembersih meliputi sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat

pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air.

Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai

agar tidak berlumut, tempat jongkok tidak licin, dan lubang tempat

penampung tinja.

Universitas Sumatera Utara


20

7. Tempat Penampungan Tinja

Penampungan tinja yaitu lubang isolasi serta tempat proses penguraian

tinja dan stabilisasi serta menurut sifatnya bisa berbentuk lubang tanah

atau tangki dalam berbagai modifikasi.

8. Septic tank

Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, tinja dan air

buangan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada

selama beberapa hari dan mengalami proses biologis dan kimiawi

(Simanjuntak, 1999).

a. Metode Pembuangan Tinja Manusia

Menurut Atika ( 2012 ) terdapat beberapa cara/metode pembuangan tinja

manusia, yaitu :

2.11.1 Unsewered Areas

Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air

dan tempat pengelolaan air kotor. Terdapat beberapa cara antara lain :

a. Service Type

Merupakan metode pengumpulan tinja yang terbuat dari ember khusus

yang diangkut ke TPA dan diletakkan pada lubang yang dangkal.Contoh

masyarakat yang menggunkan tipe ini adalah masyarakat Bantul pada zaman

dahulu.

b. Non Service Type (Sanitary Latrines)

Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan :

1) Bore Hole Latrine

Universitas Sumatera Utara


21

Yaitu tipe dengan membuat lubang dengan dibor kemudian ditutup dengan

tanah, berdiameter 30-40 cm dan dengan kedalaman 4-8 m. Tipe ini memeliki

keuntungan dan kerugian masing-masing, diantaranya :

a. Keuntungan :

1. Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untukmemindahkan tinja.

2. Memiliki lubang yang gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk

berkembangbiak.

3. Tidak menimbulkan pencemaran air.

b. Kekurangan :

1. Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.

2. Alat khusus yang digunakan untuk menggali lubang tidak selalu

tersedia.

Gambar 2.4 Bore Hole Latrine

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

2) Over Hung Latrine (buang tinja di kolam ikan )

Over Hung Latrineadalah metode pembungan tinja yang langsung di buang ke kolam

ikan, dimana ikan pada kolam tersebut merupakan ikan pemakan tinja yakni ikan lele.

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar 2.5 Over Hung Latrine

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

3) Dug well Latrine

Merupakan pengembangan dari Bore Hole Latrine. Bila lubang telah penuh, lubang

baru dapat dibuat lagi.

Gambar 2.6 Dug Well Laterine

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

Universitas Sumatera Utara


23

4) Water Seal Latrine ( WC leher angsa )

Jamban jenis ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :

a) Memenuhi syarat estetika

b) Tidak menimbulkan bau

c) Aman untuk anak-anak

d) Mencegah kontak dengan lalat

Gambar 2.7 Water Seal Laterine

Sumber : Stifical.com

5. Bucket Latrine (pispot)

Bucket Latrine (pispot) adalah jamban yang menggunakan ember sebagai

penampung tinja, dan nantinya tinja yang terkumpul pada ember penampung akan

dikumpulkan pada suatu lubang yang akan ditimbun dan akan menjadi kompos.

Universitas Sumatera Utara


24

Gambar 2.8 Bucket Laterine (pispot)

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

Bucket latrine memiliki dua tipe yakni bucket latrine (pispot) dan bucket

latrine septic tank. Bucket latrine septic tank adalah jamban yang digunakan

masyarakat Belawan yang pada dasarnya memiliki sistem kerja yang sama, akan

tetapi yang membedakannya adalah pada bucket latrine septic tank terjadi proses

dekomposisi seperti pada septic tank, sehingga tangki penampung pada bucket latrine

septic tank dapat menampung tinja lebih banyak. Tinja yang sudah penuh pada tangki

penampung akan diangkut dan akan ditimbun untuk dilakukan proses komposting

(I Wash, 2012).

6) Trench Latrine ( buang tinja di sungai )

Trench latrine adalah proses pembuangan tinja yang dilakukan tanpa ada leher

angsa dan septic tank, melainkan hanya saluran langsung yang dialirkan ke sungai.

Universitas Sumatera Utara


25

Gambar: 2.9 Trench Latrine

Sumber : wedc.iboro.ac.uk/knowledge/ing-lib-lies.html

7) Septictank

Merupakan cara yang efektif untuk pembuangan tinja rumah tangga yang

memiliki air yang mencukupi tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem limbah

penyaluran masyarakat. Cara ini memiliki keuntungan dan kerugian, diantaranya :

a. Keuntungannya adalah memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

b. Kerugian :

1.Penggunaan desinfektan/air sabun berlebihan dapat membunuh bakteri

dalam septictank.

2.Endapan lumpur yang menumpuk dapat mengurangi kapasitas septictank.

Gambar 2.10 Septictank

Sumber: karia- design-com

Universitas Sumatera Utara


26

8) Aqua Privy (Cubluk Berair )

Merupakan bangunan kedap air yang diisi air seperti septic tank.

Digunakan pada daerah padat penghuni.

Gambar .2.11 Aqua Privy

Sumber : atika satriagarini.blog.spot

9) Chemical Closet

Banyak digunakan dalam sarana transportasi, misal kereta api dan

pesawat terbang.Kloset ini berisi cairan desinfektan seperti soda abu dan KOH.

Gambar. 2.12 Chemical Closet

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/chemical.toilet

10. Latrines Suitable for camps and temporary use

Merupakan jenis jamban yang dipakai untuk kebutuhan sementara,

seperti perkemahan dan pengungsian.

Universitas Sumatera Utara


27

Gambar.2.13 Latrines Suitable for camps tempory use

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/latrine

2.11.2 Sewered Areas

Merupakan suatu cara pembuangan tinja dan air limbah dari rumah, kawasan

industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan bawah tanah. Dalam memilih

jamban yang tepat untuk digunakan disuatu daerah, perlu diperhatikan kondisi

geografi daerah tersebut. Kondisi geografis yang berbeda-beda membuat penggunaan

jamban di masing-masing daerah juga berbeda. Adapun cara memilih pembangunan

jamban yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Jamban Cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air’

2. Jamban tangki/leher angsa untuk daerah yang cukup air dan padat

penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang

penampungan tinja/tangki septik digunakan beberapa jamban (satu

lubang dapat menampung kotoran tinja 3-5 jamban).

3. Sedangkan untuk daerah pasang surut tempat penampungan tinja

hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

Universitas Sumatera Utara


28

Ditinjau dari segi pemilihan konstruksi pembuangan ada beberapa hal perlu

diperhatikan antara lain (Kumoro, 1998)

a. Keadaan tanah,seperti susunan,kemiringan,dan permukaan tanah.

b. Kedaan sosial ekonomi, dan pengetahuan masyarakat.

2.12 Pemeliharaan Jamban

Agar jamban tidak menjadi sumber penyakit, jamban sebaiknya dipelihara

dengan baik dengan cara (Depkes, 2004):

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih

3. Tidak ada genangan air disekitar jamban

4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa

5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki

Dalam pemeliharan jamban keluarga, partisipasi keluarga sangat dibutuhkan

agar jambantidak menjadi sumber penyakit bagi anggota keluarga dan orang

disekitar. Upaya penggunaan jamban berdampak besar bagi penurunan resiko

penularan penyakit. Beberapa hal harus diperhatikan keluarga :

1. Jamban keluarga berfungsi dengan baik dan dipakai semua anggota

keluarga.

2. Siram jamban dengan air setiap menggunakan jamban.

3. Bersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali seminggu.

Universitas Sumatera Utara


29

4. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak buang air besar ditempat yang

dekat dengan rumah, lebih kurang 10 meter dari sumber air, atau di kebun

tempat bermain anak dengan menggali tanah dan menutupnya kembali, lalu

dibersihkan, jangan biarkan kotoran menempel dianus anak, dan hindari

tanpa alas kaki. Bantu anak buang air besar di tempat bersih dan mudah

dijangkau anak, bersihkan jamban bila anak buang air besar dan cuci

tangannya dengan sabun(Purwanto, 2001 ).

2.13 Pengertian Tinja

Tinja atau kotoran manusia adalah semua zat atau benda yang tidak dipakai

lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces) air seni (urine) dan CO2

sebagai hasil proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia didalam buku ini

dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut

jamban atau kakus (Soekidjo, 2003).

2.13.1. Tinja dan Hubungannya dengan Kesehatan Lingkungan

Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah lingkungan

hidup dan masalah kesehatan masyarakat. Masalah yang ada dapat dieliminasi,

ditekan, atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah dikurangi derajat

kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak manusia. Pembuangan tinja

dan limbah cair lainnya yang saniter merupakan salah satu kegiatan dalam rangka

penyehatan lingkungan (Soeparman.S, 2003).

Universitas Sumatera Utara


30

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan

tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan. Lingkungan sehat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat

rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara

lain:

a. limbah cair;

b. limbah padat;

c. limbah gas;

d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

pemerintah;

e. binatang pembawa penyakit;

f. zat kimia yang berbahaya;

g. kebisingan yang melebihi ambang batas;

h. radiasi sinar pengion dan non pengion;

i. air yang tercemar;

j. udara yang tercemar; dan

k. makanan yang terkontaminasi (Depkes RI, 2009).

dari spesies yaitu : Escherichia coli dan Escherichia hermanii. Escherichia

coli merupakan bakteri yang berbentuk batang pendek (kokobasil) gram negatif, tidak

Universitas Sumatera Utara


31

berkapsul, umumnya mempunyai fimbiria dan bersifat motile. Escherichia coli

mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1 -1,5 μm, tersusun tunggal,

berpasangan dengan flagella peritikus (Supardi, 1999). Escherichia coli mempunyai

antigen O, H dan K. Pada saat ini telah ditemukan : 150 tipe antige O, 90 tipe

antigenK dan 50 tipe antigen H. Antigen K dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat

fisiknya menjadi 3 tipe yaitu : L, A dan B. Escherichia coli memiliki waktu generasi

yang cukup singkat yaitu berkisar 15-20 menit (Depkes RI, 1991).

2.13.2 Pengelolaan Tinja

Manusia sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal

di wilayah geografis dengan batas-batas geografis tertentu. Individu dlam kelompok

terikat dalam satu hubungan kemasyarakatan yang memiliki norma kelompok yang

dimiliki bersama. Masalah pengelolaan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat

kompleks. Berbagai penyebab yaitu keterbatasan penyediahan lahan, kepentingan

yang berbeda antar individu, faktor sumber daya, faktor fisibilitis pengelolaan dan

sebagainya, sangat menentukan keberhasilan pengelolaann tinja manusia sebagai

kelompok ini (Soeparman.S, 2003).

Pengelolaan tinja dari manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara

kolektif dengan menggunakan jamban umum (Public latrine). Dalam hal ini,

perencanaan, pembangunan, penggunaan, serta pemeliharaan sarana itu merupakan

tanggung jawab kelompok individu yang bersangkutan. Peningkatan kesehatan

merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan,

Universitas Sumatera Utara


32

penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup

sehat. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk

menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.

2.14 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat member bantuan

tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung berupa bantuan

keuangan, pemikiran, dan materi dari luar. Partisipasi juga berarti sumbangan

dana,material, tanah, atau tenaga pada program kegiatan pembangunan. Partisipasi

merupakan sikap keterbukaan bagi persepsi dan peran pihak lain. Partisipasi berarti

perhatian mendalam mengenai perubahan yang akan dihasilkan suatu program

sehubungan dengan kehidupan masyarakat.

Menurut Conyers (1994), partisipasi masyarakat berarti terlibat aktif

berpartisipasi sebagai perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku. Menurut

Delivery (2007) usaha pendekatan partisipasif di Indonesia memunculkan beragam

persepsi berbeda tentang arti partisipasi. Persepsi yang ada selama ini yaitu

a. Masyarakat melaksanakan kegiatan dari program yang ditetapkan.

b. Anggota Masyarakat ikut menghadiri pertemuan.

c. Anggota Masyarakat berpatisipasi aktif dalam tahap proses pengambilan

keputusan, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program. Menurut

Delivery (2007) proses partisipasif berarti masyarakat aktif melakukan kegiatan itu

disebut kegiatan pemberdayaan masyarakat. Meskipun berbeda kegiatan, namun

dalam melaksanakan kegiatan pada skala waktu, namun semuanya melewati tahap :

Universitas Sumatera Utara


33

a. Sosialisasi : Meski terlibat proses perencanaan, namun semua pihak tahu

kegiatan dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan, hal ini dilakukan

dengan kunjungan kepihak yang berkepentingan.

b. Meningkatkan pemahaman : Jika masyarakat tahu kegiatan, perlu diadakan

pertemuan guna membangun persepsi bersama dalam mengkomunikasikan

tujuan. Pertemuan informasi ini menjadi program kerja bersama.

c. Menyusun Tim Pelaksana : Seseorang melakukan kegiatan dengan alasan

berbeda karena pekerjaan lalu berkumpul. Minat berbeda sebagai dasar membentuk

tim pelaksana,meliputi staf dan lembaga pemerintah.

Bentuk peran serta masyarakat dapat berbentuk format kemitraan

(stakeholder). Badan perencanaan harus mengembangkan kemitraan masyarakat,

meski pendekatan partisipasif memerlukan waktu lama (Mitcehll, 2000). Menurut

Magnis (1987), pentingnya pendekatan partisipasif dalam pemberdayaan masyarakat

dalam pembangunan. Kebijakan Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan

pendekatan partisipasi sejak dulu, tetapi pengaruhnya sedikit.

Meski telah berpengalaman dalam melaksanakan pendekatan partisipasi di

Indonesia, tapi hanya sedikit orang yang cukup terampil. Tantangan yang dihadapi

Pemerintah Indonesia saat ini adalah merubah system kerja lembaga yang mengatur

proyek pelaksanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat dan

memberi pengetahuan serta keahlian yang dibutuhkan kepada staf lembaga

pemerintah (Salam, 1996).

Partisipasi berarti keterlibatan dan peran serta masyarakat (PSM) secara aktif

di bidang kesehatan. Keberhasilan program kesehatan ditentukan oleh peran serta

Universitas Sumatera Utara


34

masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini harus berlandaskan prinsip pokok, yaitu

mengikutsertakan potensi masyarakat berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk

masyarakat. Penyebabnya ada dua faktor,ke (1) : dapat menumbuhkan rasa memiliki

dan faktor ke (2) : kelanjutan program kesehatan (Notoatmojo, 1996).

Berbagai metode dibuat para ahli berkaitan dengan penggerakan peran serta

masyarakat di bidang kesehatan, seperti Participatory Rural Appraisal (PRA). Ada

dua hal yang berhubungan dengan ini yaitu: (1), peran serta mereka dalam program

kesehatan yang berkaitan dengan aspek social budaya masyarakat. Apalagi pola

penggerakan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berbeda di setiap tempat.

Ke (2), bidang gerak peran serta masyarakat sangat bervariasi sehingga tidak bisa

menerapkan suatu pola yang tetap. Maka fungsi petugas kesehatan yaitu meletakkan

kerangka fikirnya, dan hasilnya diserahkan pada masyarakat untuk

mengembangkannya (Notoatmodjo, 1996).

Cara mewujudkan peran serta masyarakat dengan mengikuti kaidah

manajemen yaitu planning, organizing, actualiting, dan controlling. Untuk peran

serta masyarakat lebih bersifat partisipatif diperlukan model manajemen yang

bernuansa peran serta masyarakat. Terutama yang terjadi dimasyarakat sesuai

dengan kebutuhan dan tuntutan mereka, agar perencanaan yang muncul berasal dari

bawah. (Kusnoputranto, 1995).

Universitas Sumatera Utara


35

2.15 Teori Perilaku

Menurut Benyamin Blum perilaku terdiri dari 3 aspek yaitu : pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor). Pengetahuan merupakan hasil

dari tahun setelah dilakukan penginderaan pada objek yakni dengan indera penglihat

an, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Sikap merupakan respon seseorang

yang tertutup pada suatu objek. Tindakan diwujudkan dengan sikap menjadi

perbuatan nyata.

Realitanya perilaku bisa diartikan sebagai respon seseorang pada rangsangan

diluar subyek. Respon ini ada 2 bentuk yaitu:

1. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan secara

tidak langsung dapat dilihat orang lain seperti berfikir, memberi tanggapan,dll.

2. Bentuk aktif adalah bila perilaku itu dapat di observasi secara langsung seperti

kebiasaan penduduk membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan

sebelum makan, dan sebagainya(Notoatmojo, 2003).

2.15.1. Komponen Perilaku

1. Pengetahuan (Knowledge)

Hasil pengetahuan setelah dilakukan penginderaan pada suatu obyek yakni

indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Ada 6 tingkat

pengetahuan :

a. Tahu (Know) berarti ingat materi sebelumnya secara benar

b. Memahami (comprehension) artinya mampu menjelaskan obyek yang

diketahui dan bisa menginterpretasikan materi dengan benar.

Universitas Sumatera Utara


36

c. Aplikasi (apliction) berarti mampu memakai materi yang dipelajari dari

situasi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis) berarti berarti mampu menjabarkan materi pada

komponen, tetapi dalam stuktur organisasi masih berkaitan.

e. Sintesis (synthesis) berarti mampu menghubungkan bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) berarti mampu menilai materi. (Notoadmojo, 2003).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Berdasarkan penelitian Junaidi (2002) ada hubungan antara sikap dengan

kepemilikan jamban keluarga.

3. Budaya

Kebiasaan masyarakat yang lebih suka memanfaatkan sungai, kolam, atau

tempat lainnya untuk Buang Air Besar (BAB) akan terjadi faktor yang berhubungan

dengan ketersediaan jamban keluarga. Masyarakat yang biasa Buang Air Besar

(BAB) di sungai sudah turun-temurun sejak dulu dan sudah menjadi budaya akan

merasa mendapat kepuasan tersendiri jika Buang Air Besar (BAB) di sungai,

karena bisa menikmati pemandangan dan bisa bertemu dengan warga lainnya.

Berdasarkan penelitian penelitian Sutedjo (2003), menyatakan bahwa alasan

masyarakat tidak menggunakan jamban enak dan praktis di tegalan, enak disungai

dan tidak terbiasa di jamban.

Universitas Sumatera Utara


37

4. Tindakan ( practicee)

Notoadmojo (2003), menyatakan bahwa suatu sikap belum optimis terwujud

dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Ada 4 tingkatan dari tindakan atau praktek yaitu:

1. Persepsi yaitu memilih objek sesuai tindakan yang diambil.

2. Respon terpimpin mengurutkan yang benar sesuai contoh.

3. Mekanisme (mechanism) yaitu melakukan yang benar agar menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi yaitu tindakan berkembang baik atau di modifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan itu.

2.15.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Hendrik L.Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu:

Faktor Lingkungan, Perilaku Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, dan Keturunan.

Faktor Lingkungan lebih berpengaruh bagi kesehatan masyarakat karena meupakan

hasil dari faktor perilaku (Notoadmojo, 1996).

Perilaku manusia adalah suatu proses individu dan masyarakat pada lingkungan

sebagai wujud kehidupan, atau keadaan jiwa yang meliputi, emosi, pengetahuan,

fikiran, reaksi dan tindakan yang berbentuk karena berpengaruh lingkungan luar.

Perilaku individu atau masyarakat berpengaruh pada status kesehatan mereka.

Adanya bermacam perilaku manusia dari positif sampai negatif. Pada perilaku yang

beragam itu, ada perilaku yang menunjang kesehatan yaitu faktor penyebab masalah

kesehatan (Notoadmojo, 1996).

Universitas Sumatera Utara


38

Ada 3 cara merubah perilaku yaitu:

1. Karena Terpaksa

Cara ini individu merubah perilakunya karena berharap imbalan, atau

pengakuan dari atau pengakuan dari kelompoknya dan terhindar dari hukuinan serta

tetap terpelihara hubungan baik dengan menganjurkan perubahan perilaku itu.

2. Karena ingin meniru atau disamakan

Cara ini dimana individu ingin merubah perilaku karena ingin disamakan

dengan orang lain.

3. Karena menyadari manfaatnya

Cara ini merupakan perubahan cukup mendasar, artinya menjadi bagian dari

hidupnya, karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari.(Notoadmojo,1996).

2.16 Pengaruh Perilaku Manusia bagi Kesehatan

Menurut teori Lawren Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

a. Predisposing factor (Faktor pemudah)

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat tentang

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan

kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang

manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu,

kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat

mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya orang hamil tidak

Universitas Sumatera Utara


39

boleh disuntik, karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini

terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut

faktor pemudah (Soekidjo, 2003).

b. Enabling factor (Faktor pendukung)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk

juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya

mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan maka faktor-faktor

ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Soekidjo, 2003).

c. Reinforcing factor (Faktor pendorong/penguat)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, petugas kesehatan termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan

baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukannya perlu pengetahuan dan sikap positif

dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para

tokoh yang dianggap berpengaruh di masyarakat, lebih-lebih petugas kesehatan.

Disamping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh

fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang

mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil (Soekidjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


40

Selain itu menurut Scord and Backman Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku manusia :

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu

dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh

aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

2. Faktor Sosiopsikologis

Kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen.:

a. Komponen Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,yakni perilaku sosial

dibentuk oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa

manusia.

b. Komponen Kognitif

Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

c. Komponen Konatif

Adalah aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan dalam

bertindak.

Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang

yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk

kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari

dalam diri individu (endogen), antara lain:

Universitas Sumatera Utara


41

a. Jenis Ras

Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan

yang lainnya.

Dua kelompok ras terbesar, yaitu:

1. Ras kulit putih atau ras Kaukasia.

Ciri-ciri fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang.

Perilaku yang dominan : Terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak

asasi manusia.

2. Ras kulit hitam atau ras Negroid.

Ciri-ciri fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam.

Perilaku yang dominan : Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup, dan senang

dengan upacara ritual.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan

melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional

atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan.

Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.

c. Sifat Fisik

Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya,

misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang

memiliki fisik tinggi kurus.

Universitas Sumatera Utara


42

d. Sifat Kepribadian

Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999)

adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh

seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”.

e. Bakat Pembawaan

Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B.

Micheel (1960) adalah : “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit

sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi

dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk

pengembangan.

f. Intelegensi

Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak”

(Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah :

“kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut

dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu.

Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam

mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi

individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan

bertindak lambat dalam mempengaruhi Perilaku.

Universitas Sumatera Utara


43

2.17 Kerangka Konsep

Faktor Pemudah
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Penghasilan
4. Pengetahuan
5. Sikap

Partisipasi Pengadaan
Faktor Pendukung Jamban Keluarga

Ketersediaan Air Bersih

Faktor Pendorong Kondisi Daerah

Peran petugas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai