Anda di halaman 1dari 13

1.

Pengertian Metode Resitasi

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu

agar siswa melakukan kegiatan belajar dan tugas yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan di

dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, atau di mana saja asal tugas itu

dapat dikerjakan. Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari

itu, karena tugas dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas

atau resitasi dapat merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara

kelompok.

Teknik pemberian tugas atau resitasi, biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa

memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama

melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar

mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas

tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.

Dari pengertian tentang metode resitasi di atas, maka penulis dapat uraikan bahwa metode

resitasi merupakan suatu cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa

dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah untuk dipertanggungjawabkan oleh siswa kepada

guru.

2. Langkah-Langkah Metode Resitasi

Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan metode resitasi, adalah

sebagai berikut:

a. Fase Pemberian Tugas


Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

1) Tujuan yang akan dicapai.

2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

3) Ada petunjuk atau sumber yang membantu pekerjaan siswa.

4) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas

b. Langkah Pelaksanaan Tugas

1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.

2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

2) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.

3. Bentuk Metode Resitasi

Dalam proses belajar mengajar bentuk metode resitasi dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:

1) Bentuk Kelompok

Bentuk kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa

siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri atau dibagi atas kelompok-

kelompok kecil. Apabila guru dalam menghadapi murid-murid di kelas merasa perlu membagi

mereka dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu masalah untuk mengerjakan suatu

tugas atau pekerjaan secara bersama-sama, maka cara itu termasuk bentuk dari metode resitasi.
Metode resitasi sebagai metode interaksi edukatif, bentuk kelompok ini dapat diterapkan

untuk berbagai macam tujuan proses belajar, mengajar, termasuk pada mata pelajaran SKI.

Dilihat dari segi proses kerjanya, maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu:

a) Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut

hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental.

b) Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu

saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas atau masalah yang akan

dipecahkan.

Dalam bukunya Zakiah Daradjat yaitu “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”,

dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok macam metode resitasi dibedakan

menjadi:

a) Bentuk kelompok jangka pendek

Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dengan waktu yang relatif singkat kurang

lebih 20 menit, dimaksudkan untuk menanamkan rasa saling membantu dan kerja sama dalam

menyelesaikan tugas, di samping itu juga untuk menanamkan pentingnya musyawarah dan

manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.

b) Bentuk kelompok jangka menengah

Kelompok ini dibentuk, karena kepentingan penyelesaian unit-unit pelajaran yang

dikerjakan secara bersama-sama dalam beberapa hari. Tiap-tiap kelompok harus terlibat aktif

dalam penyelesaian tugas kelompok.

c) Bentuk kelompok jangka panjang

Bentuk kelompok jenis ketiga ini, sering disebut kelompok studi suatu kelas dibagi

kemudian diberi tugas menjelang kenaikan kelas.


Sedangkan menurut Abdul Aziz dalam buku “Kurikulum Berbasis Kompetensi Dasar”,

bahwa strategi pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok yaitu salah satunya sebagai

berikut: Tim Pendengar(Listening Team). Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan

seluruh peserta didik dengan membagi peserta didik secara berkelompok dan memberikan

tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. Strategi ini dapat dibuat dengan

prosedur sebagai berikut:

(1) Peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok

Setiap kelompok mempunyai peran dan tugas sendiri-sendiri, kelompok pertama

(sebagai kelompok penanya), bertugas membuat pertanyaan yang didasarkan pada materi

yang telah disampaikan oleh guru. Kelompok kedua (sebagai kelompok setuju), bertugas

menyatakan point-point mana yang disepakati dan menjelaskan alasannya. Kelompok

ketiga (sebagai kelompok tidak setuju), bertugas mengomentari point mana yang tidak

disetujui dan menjelaskan alasannya. Dan kelompok yang keempat (sebagai pembuat

contoh), bertugas membuat contoh atau aplikasi materi yang baru disampaikan oleh guru.

(2) Guru menyampaikan materi pelajaran setelah selesai kelompok-kelompok tersebut diberi

waktu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas guru hanya

memberikan pengarahan agar empat kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan

baik. Selain itu guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang

menyimpang terlalu jauh dari materi pelajaran.

Apabila semua materi SKI dikembangkan secara multi aspek, utuh dan komprehensif,

maka hasil atau outputnya akan memiliki potensi intelektual yang seimbang dengan potensi

kepribadian. Dengan demikian, akan melahirkan konsepsi dan perilaku yang lebih

mengedepankan aspek kemanusiaan dalam melihat dan mensikapi realitas problem masyarakat.
d) Bentuk individual

Bentuk ini, merupakan pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai

pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri (Self Concept). Dalam

bukunya, Slameto menyatakan bentuk individual ini dapat mencapai hasil belajar, yaitu:

(1) Keterampilan intelektual yang merupakan hasil belajar individual ini dapat sistem skolastik.

(2) Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti yang seluas-

luasnya.

(3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

(4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan menulis,

mengetik, dan sebagainya.

(5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki

seseorang, sebagaimana disimpulkan mundurnya bertingkah laku terhadap orang lain.

Menurut Abdul Aziz, strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individu, yaitu sebagai

berikut:

1) Strategi membaca dengan keras (reading alaud)

Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan

perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi,

strategi tersebut mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok

yang kohesif. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:

a) Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya

tentang sejarah nabi, guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang

dari (500) kata.


b) Guru menjelaskaan teks itu pada peserta didik secara singkat, guru memperjelas point-

point kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat diangkat.

c) Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru

menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang

berbeda.

d) Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru memberhentikan di beberapa tempat

untuk menekankan point-point tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa

pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh, guru dapat membuat diskusi singkat jika

peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu, kemudian guru melanjutkan

dengan menguji.

2) Setiap orang adalah guru (Everyone is a theacher here)

Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh parsitipasi kelas yang

besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap

peserta didik untuk bertidak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain. Prosedur dari

strategi ini adalah:

a) Guru membagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik, guru meminta para peserta

untuk menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang

sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang mereka diskusikan di kelas,

misalnya materi pelajaran tentang sejarah sahabat, maka mereka membuat pertanyaan

yang berkaitan dengan sejarah para sahabat.

b) Guru mengumpulkan kartu, mengocok, dan membagikan satu pada setiap peserta didik

membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c) Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka

dapat dan memberi respon.

d) Setelah diberi respon guru meminta yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa

yang telah disumbangkan oleh sukarelawan tersebut.

e) Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.

3) Menulis pengalaman secara langsung (Writing in the here and now)

Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman

yang telah mereka alami, prosedur dari strategi ini adalah:

a) Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh peserta didik. Ia bisa

berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang, guru menginformasikan pada

peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif.

b) Guru memberi mereka bahwa cara berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah

mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat sekarang.

Dengan demikian, tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas dan lebih dramatik

daripada menulis tentang sesuatu di sana dan kemudian, atau di masa depan yang jauh.

c) Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang, tentang pengalaman

yang dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan penulisan apa

yang sedang mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta menulis

sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan

perasaan-perasaan yang dihasilkannya.

d) Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak

terburu-buru, ketika mereka selesai, guru mengajak mereka membacakan tentang

refleksinya.
e) Guru mendiskusikan hasil pengalaman peserta didik tersebut bersama-sama.

Menurut Francis P. Robinson strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individu yaitu

dengan metode SQ3R, yang mana pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah

mempelajari teks yang meliputi:

1) Survey, maksudnya atau memeriksa atau meneliti atau mengidentifakasi seluruh teks.

2) Question, menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks.

3) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang

telah tersusun.

4) Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di tentukan.

5) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada

langkah kedua dan ketiga.

Langkah pertama dalam melakukan aktivitas survey guru perlu membantu dan mendorong

siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar siswa

mengetahui panjangnya sub bagian (heading), judul kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survey,

siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan

sebagainya) seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu atau bagian penting yang akan

dijadikan bahan pertanyaan pada langkah selanjutnya.

Langkah kedua, guru seyogyanya memberikan petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk

menyusun pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks, yang telah ditandai

pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks yang sedang
dipelajari, jika teks yang dipelajari siswa berisi tentang hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui,

mungkin mereka hanya perlu membuat beberapa pertanyaan.

Langkah ketiga, guru seyogyanya menyuruh siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga

berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban

yang relevan dengan pertanyaan tadi.

Langkah keempat, seyogyanya guru menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas

pertanyaan yang telah tersusun. Latihan siswa untuk tidak membuka catatan jawaban, jika sebuah

pertanyaan tak terjawab siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya, demikian seterusnya,

hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab dapat diselesaikan dengan baik.

Langkah kelima, pada langkah terakhir (review) guru seyogyanya menyuruh siswa meninjau

ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

Dari gambaran model-model belajar di atas, guru hendaknya memilih mana yang paling cocok

dengan kondisi pembelajaran di kelasnya, dengan harapan dari model pembelajaran ini siswa mampu

menggali informasi, menghayati, merasakan proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan menarik

dan menyenangkan. Pembelajaran tidak verbalistis dan siswa akan tertantang untuk merespon dengan

penuh semangat.

Menurut Ad Roijakerers, bahwa bentuk individual ini mempunyai 3 kategori yang meliputi:

1) Pengajar memberi tahu, kedudukan sebagai pengajar subyek yang melakukan aksi.

2) Pengajar mengadakan kontak dengan para siswa, ia mengadakan interaksi.

3) Pengajar memberi tugas pada siswa.


Dengan demikian, bentuk individual 1 dan 2 keaktifan jasmani bisa berupa siswa sibuk belajar,

bekerja, melakukaan percobaan, dan lain-lain. Sedangkan keaktifan rohani siswa, nampak bila siswa

sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil kesimpulan.

Sebenarnya, kedua aktivitas tersebut dihubungkan menurut Piaget, seorang anak berfikir

sendiri ia berbuat, tanpa berbuat siswa tak berfikir, agar siswa berfikir sendiri ia harus diberi

kesempatan untuk berbuat sendiri. Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa belajar individual berarti

mengajak, merangsang, dan memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mempertinggi hasil

pelajaran mereka lewat mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam

kelompok, membuat laporan, dan lain sebagainya.

Menurut DH. Adji Robinson, mengatakan bahwa belajar individu dapat dilihat dari dua sudut

yang berbeda, yaitu subyek belajar dipandang sebagai pribadi yang tidak terikat oleh kelompok

temannya dan dipandang sebagai individu yang terikat oleh temannya dicurahkan untuk menyelesaikan

tugas belajar.

Dalam proses pengajaran, guru harus memberikan kesempatan pada siswa-siswanya. Untuk

melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan intruksional, guru harus memberikan kesempatan pada

siswa untuk mempraktekkan apa yang dituntut guru sebagai bukti bahwa tujuannya tercapai. Pada

dasarnya, belajar hakekatnya berarti menghayati suatu aktual penghayatan yang akan menimbulkan

respon-respon tertentu dari pihak murid. Karena pokok asasi keunikan manusia adalah wujudnya

sebagai makhluk jasmani rohani, yang baru bermakna setelah berwujud suatu pribadi, yaitu gambaran

secara totalitas dalam ia berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya baik dengan adaptasi maupun

dengan mengubah lingkungannya.

Berbeda dengan hewan yang diciptakan oleh Tuhan sekali jadi, manusia lahir ke dunia dalam

keadaan belum selesai, ia harus senantiasa menyelesaikan dan menyempurnakan nilai manusiawinya.
Menurut Legevald, manusia adalah Animal Education (binatang yang harus dididik dan mendidik).

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari pendidikan dan dari pengalaman-pengalaman

tersebut disebut pengetahuan (knowledge), pendidikan tersebut melalui proses tertentu yang disebut

metode keilmuan. Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan di dalam

kekayaan informasi, sehingga bisa dikatakan pengalaman-pengalaman itu edukatif yang meliputi:

1) Pengalaman edukatif itu tertuju pada suatu hasil yang akan dicapai oleh murid.

2) Pengalaman edukatif bersifat kontinue dan bersifat interaktif antara individu dengan lingkungan

pengalaman itu.

3) Pengalaman edukatif membantu pendewasaan yang wajar pada pihak murid.

Dari hasil penjelasan tadi, maka belajar individu adalah mengajar dan melatih siswa untuk

belajar dalam rangka pendewasaan dan keterampilan dalam belajar agar siswa itu dapat menemukan

konsep dirinya secara pribadi.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya

pencapaian tujuan, karena itu menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang

tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh

anak didik sebagai pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa

metode, suatu mata pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar

mengajar menuju tujuan-tujuan pendidikan.

Dapatkah dikatakan bahwa metode yang tepat untuk salah satu tujuan pengajaran belum

tentu untuk tujuan dan bahan pengajaran (pembelajaran) yang berbeda. Namun ada ketentuan

umum dalam masing-masing metode mengajar, guru dapat memilih metode yang manakah yang
paling tepat digunakan dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan berdasarkan

kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan. Metode resitasi sebagai salah satu dari

beberapa metode di dalam mengajar tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di antara

kelebihan metode resitasi adalah:

a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok.

b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.

c. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Menurut Slameto mengatakan, bahwa kelebihan metode resitasi ini adalah:

a. Dapat mendorong inisiatif siswa.

b. Memupuk tanggung jawab siswa.

c. Dapat meningkatkan kadar belajar siswa.

Menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, bahwa kelebihan metode resitasi adalah:

a. Membina rasa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya karena pada akhirnya tugas

tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan cara laporan tertulis atau lisan, membuat

ringkasan, dan menyerahkan hasil kerja.

b. Menentukan sendiri informasi yang diperlukan atau memantapkan informasi yang

diperolehnya.

c. Menjalin kerja sama dan sikap menghargai hasil kerja orang lain.

Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode resitasi juga mempunyai beberapa

kekurangan yang meliputi:

a. Sukar mengontrol apakah hasil tugas ini benar-benar hasil usaha sendiri atau bukan.
b. Bila pemberian tugas itu terlalu sering, apalagi kalau tugas itu sukar dapat mengganggu

ketenangan siswa.

c. Sukar memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan tiap individu.

Untuk mengimbangi kelemahan dan kekurangan ada beberapa saran yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan metode resitasi, yaitu:

a. Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti benar apa yang harus dikerjakan.

b. Waktu untuk mengerjakan tugas harus cukup, sehingga dapat dicapai hasil yang baik.

c. Hendaknya diadakan kontrol, pengawasan, dan monitoring atau pemantauan yang sistematis,

sehingga mendorong murid untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan

bertanggung jawab.

d. Bahan tugas yang diberikan hendaknya bersifat:

1) Menarik perhatian murid-murid.

2) Mendorong murid-murid untuk mencari, mendalami, dan menyampaikan.

3) Setaraf dengan kemampuan murid, sehingga ada kesanggupan untuk menyelesaikan tugas

tersebut.

4) Di samping bersifat praktis juga alamiah.

Anda mungkin juga menyukai