Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar dan tugas yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan di
dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, atau di mana saja asal tugas itu
dapat dikerjakan. Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari
itu, karena tugas dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas
atau resitasi dapat merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara
kelompok.
Teknik pemberian tugas atau resitasi, biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa
memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar
mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas
Dari pengertian tentang metode resitasi di atas, maka penulis dapat uraikan bahwa metode
resitasi merupakan suatu cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa
dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah untuk dipertanggungjawabkan oleh siswa kepada
guru.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan metode resitasi, adalah
sebagai berikut:
2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.
Dalam proses belajar mengajar bentuk metode resitasi dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
1) Bentuk Kelompok
Bentuk kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri atau dibagi atas kelompok-
kelompok kecil. Apabila guru dalam menghadapi murid-murid di kelas merasa perlu membagi
mereka dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu masalah untuk mengerjakan suatu
tugas atau pekerjaan secara bersama-sama, maka cara itu termasuk bentuk dari metode resitasi.
Metode resitasi sebagai metode interaksi edukatif, bentuk kelompok ini dapat diterapkan
untuk berbagai macam tujuan proses belajar, mengajar, termasuk pada mata pelajaran SKI.
Dilihat dari segi proses kerjanya, maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu:
a) Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut
b) Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu
saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas atau masalah yang akan
dipecahkan.
Dalam bukunya Zakiah Daradjat yaitu “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”,
dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok macam metode resitasi dibedakan
menjadi:
Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dengan waktu yang relatif singkat kurang
lebih 20 menit, dimaksudkan untuk menanamkan rasa saling membantu dan kerja sama dalam
menyelesaikan tugas, di samping itu juga untuk menanamkan pentingnya musyawarah dan
dikerjakan secara bersama-sama dalam beberapa hari. Tiap-tiap kelompok harus terlibat aktif
Bentuk kelompok jenis ketiga ini, sering disebut kelompok studi suatu kelas dibagi
bahwa strategi pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok yaitu salah satunya sebagai
seluruh peserta didik dengan membagi peserta didik secara berkelompok dan memberikan
tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. Strategi ini dapat dibuat dengan
(sebagai kelompok penanya), bertugas membuat pertanyaan yang didasarkan pada materi
yang telah disampaikan oleh guru. Kelompok kedua (sebagai kelompok setuju), bertugas
ketiga (sebagai kelompok tidak setuju), bertugas mengomentari point mana yang tidak
disetujui dan menjelaskan alasannya. Dan kelompok yang keempat (sebagai pembuat
contoh), bertugas membuat contoh atau aplikasi materi yang baru disampaikan oleh guru.
(2) Guru menyampaikan materi pelajaran setelah selesai kelompok-kelompok tersebut diberi
waktu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas guru hanya
baik. Selain itu guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang
Apabila semua materi SKI dikembangkan secara multi aspek, utuh dan komprehensif,
maka hasil atau outputnya akan memiliki potensi intelektual yang seimbang dengan potensi
kepribadian. Dengan demikian, akan melahirkan konsepsi dan perilaku yang lebih
mengedepankan aspek kemanusiaan dalam melihat dan mensikapi realitas problem masyarakat.
d) Bentuk individual
pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri (Self Concept). Dalam
bukunya, Slameto menyatakan bentuk individual ini dapat mencapai hasil belajar, yaitu:
(1) Keterampilan intelektual yang merupakan hasil belajar individual ini dapat sistem skolastik.
(2) Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti yang seluas-
luasnya.
(4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan menulis,
(5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki
Menurut Abdul Aziz, strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individu, yaitu sebagai
berikut:
Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan
strategi tersebut mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok
a) Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya
tentang sejarah nabi, guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang
c) Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru
berbeda.
pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh, guru dapat membuat diskusi singkat jika
peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu, kemudian guru melanjutkan
dengan menguji.
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh parsitipasi kelas yang
besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk bertidak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain. Prosedur dari
a) Guru membagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik, guru meminta para peserta
untuk menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang
sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang mereka diskusikan di kelas,
misalnya materi pelajaran tentang sejarah sahabat, maka mereka membuat pertanyaan
b) Guru mengumpulkan kartu, mengocok, dan membagikan satu pada setiap peserta didik
membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c) Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka
d) Setelah diberi respon guru meminta yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa
a) Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh peserta didik. Ia bisa
berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang, guru menginformasikan pada
peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif.
b) Guru memberi mereka bahwa cara berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah
mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat sekarang.
Dengan demikian, tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas dan lebih dramatik
daripada menulis tentang sesuatu di sana dan kemudian, atau di masa depan yang jauh.
c) Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang, tentang pengalaman
yang dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan penulisan apa
yang sedang mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta menulis
sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
d) Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak
refleksinya.
e) Guru mendiskusikan hasil pengalaman peserta didik tersebut bersama-sama.
dengan metode SQ3R, yang mana pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah
1) Survey, maksudnya atau memeriksa atau meneliti atau mengidentifakasi seluruh teks.
3) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang
telah tersusun.
5) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada
Langkah pertama dalam melakukan aktivitas survey guru perlu membantu dan mendorong
siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar siswa
mengetahui panjangnya sub bagian (heading), judul kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survey,
siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan
sebagainya) seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu atau bagian penting yang akan
Langkah kedua, guru seyogyanya memberikan petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk
menyusun pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks, yang telah ditandai
pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks yang sedang
dipelajari, jika teks yang dipelajari siswa berisi tentang hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui,
Langkah ketiga, guru seyogyanya menyuruh siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga
berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban
pertanyaan yang telah tersusun. Latihan siswa untuk tidak membuka catatan jawaban, jika sebuah
pertanyaan tak terjawab siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya, demikian seterusnya,
hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab dapat diselesaikan dengan baik.
Langkah kelima, pada langkah terakhir (review) guru seyogyanya menyuruh siswa meninjau
Dari gambaran model-model belajar di atas, guru hendaknya memilih mana yang paling cocok
dengan kondisi pembelajaran di kelasnya, dengan harapan dari model pembelajaran ini siswa mampu
menggali informasi, menghayati, merasakan proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan menarik
dan menyenangkan. Pembelajaran tidak verbalistis dan siswa akan tertantang untuk merespon dengan
penuh semangat.
Menurut Ad Roijakerers, bahwa bentuk individual ini mempunyai 3 kategori yang meliputi:
1) Pengajar memberi tahu, kedudukan sebagai pengajar subyek yang melakukan aksi.
bekerja, melakukaan percobaan, dan lain-lain. Sedangkan keaktifan rohani siswa, nampak bila siswa
sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil kesimpulan.
Sebenarnya, kedua aktivitas tersebut dihubungkan menurut Piaget, seorang anak berfikir
sendiri ia berbuat, tanpa berbuat siswa tak berfikir, agar siswa berfikir sendiri ia harus diberi
kesempatan untuk berbuat sendiri. Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa belajar individual berarti
mengajak, merangsang, dan memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mempertinggi hasil
pelajaran mereka lewat mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam
Menurut DH. Adji Robinson, mengatakan bahwa belajar individu dapat dilihat dari dua sudut
yang berbeda, yaitu subyek belajar dipandang sebagai pribadi yang tidak terikat oleh kelompok
temannya dan dipandang sebagai individu yang terikat oleh temannya dicurahkan untuk menyelesaikan
tugas belajar.
Dalam proses pengajaran, guru harus memberikan kesempatan pada siswa-siswanya. Untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan intruksional, guru harus memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempraktekkan apa yang dituntut guru sebagai bukti bahwa tujuannya tercapai. Pada
dasarnya, belajar hakekatnya berarti menghayati suatu aktual penghayatan yang akan menimbulkan
respon-respon tertentu dari pihak murid. Karena pokok asasi keunikan manusia adalah wujudnya
sebagai makhluk jasmani rohani, yang baru bermakna setelah berwujud suatu pribadi, yaitu gambaran
secara totalitas dalam ia berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya baik dengan adaptasi maupun
Berbeda dengan hewan yang diciptakan oleh Tuhan sekali jadi, manusia lahir ke dunia dalam
keadaan belum selesai, ia harus senantiasa menyelesaikan dan menyempurnakan nilai manusiawinya.
Menurut Legevald, manusia adalah Animal Education (binatang yang harus dididik dan mendidik).
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari pendidikan dan dari pengalaman-pengalaman
tersebut disebut pengetahuan (knowledge), pendidikan tersebut melalui proses tertentu yang disebut
metode keilmuan. Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan di dalam
kekayaan informasi, sehingga bisa dikatakan pengalaman-pengalaman itu edukatif yang meliputi:
1) Pengalaman edukatif itu tertuju pada suatu hasil yang akan dicapai oleh murid.
2) Pengalaman edukatif bersifat kontinue dan bersifat interaktif antara individu dengan lingkungan
pengalaman itu.
Dari hasil penjelasan tadi, maka belajar individu adalah mengajar dan melatih siswa untuk
belajar dalam rangka pendewasaan dan keterampilan dalam belajar agar siswa itu dapat menemukan
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
pencapaian tujuan, karena itu menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang
tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh
anak didik sebagai pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa
metode, suatu mata pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar
Dapatkah dikatakan bahwa metode yang tepat untuk salah satu tujuan pengajaran belum
tentu untuk tujuan dan bahan pengajaran (pembelajaran) yang berbeda. Namun ada ketentuan
umum dalam masing-masing metode mengajar, guru dapat memilih metode yang manakah yang
paling tepat digunakan dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan berdasarkan
kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan. Metode resitasi sebagai salah satu dari
beberapa metode di dalam mengajar tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di antara
a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok.
Menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, bahwa kelebihan metode resitasi adalah:
a. Membina rasa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya karena pada akhirnya tugas
tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan cara laporan tertulis atau lisan, membuat
diperolehnya.
c. Menjalin kerja sama dan sikap menghargai hasil kerja orang lain.
a. Sukar mengontrol apakah hasil tugas ini benar-benar hasil usaha sendiri atau bukan.
b. Bila pemberian tugas itu terlalu sering, apalagi kalau tugas itu sukar dapat mengganggu
ketenangan siswa.
Untuk mengimbangi kelemahan dan kekurangan ada beberapa saran yang perlu
a. Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti benar apa yang harus dikerjakan.
b. Waktu untuk mengerjakan tugas harus cukup, sehingga dapat dicapai hasil yang baik.
c. Hendaknya diadakan kontrol, pengawasan, dan monitoring atau pemantauan yang sistematis,
bertanggung jawab.
3) Setaraf dengan kemampuan murid, sehingga ada kesanggupan untuk menyelesaikan tugas
tersebut.