OLEH
RAPIKAH
NPM: 14.11.108.170207.001176
RAPIKAH
NPM. 14.11.108.170207.001176
Dari pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dimulai dari
tanggal 15 Januari 2018 hingga 10 Maret 2018 terdapat kegiatan primer dan
sekunder yang dilakukan mahasiswa di SMK N 2 Tenggarong, di samping itu
pula terdapat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disiapkan untuk
menjalankan kegiatan primer tersebut dan yang terakhir terdapat absen harian
ketika melaksanakan kegiatan PPL itu pula secara umum.
1. Kegiatan Primer dan Sekunder
A. Kompetensi Inti:
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8 Memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
4.6 Menyajikan macam-macam sumber hukum Islam.
D. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian dari Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai
sumber hukum Islam.
2. Memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
3. Menyajikan dalam bentuk tulisan terkait macam-macam sumber hukum
Islam.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad.
Menurut bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan atau dibaca. Menurut istilah,
Al-Qur’an berarti kalam Allah SWT yang diturunkan dengan perantaraan
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan
membacanya dianggap beribadah. Al-Qur’an adalah kalamullah atau
firman Allah. Artinya Al-Qur’an bukanlah kata-kata manusia, jin, setan,
atau bahkan malaikat. Bukan pula produk seorang penyair ataupun tukang
sihir, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Haqqah (69) ayat 40-43.
َيًل َما تَذَك َُّرون
( َو ََل بِقَ ْو ِل كَا ِه ٍن ۚ َق ِل ا41) َيًل َما ت ُؤْ ِمنُون
( َو َما ه َُو بِقَ ْو ِل شَا ِع ٍر ۚ قَ ِل ا40) يم ُ إِنَّهُ لَقَ ْو ُل َر
ٍ سو ٍل ك َِر
َ ْ
(43) َب ال َعال ِمينِ ( ت َ ْن ِزي ٌل ِم ْن َر42)
Artinya “Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah
yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al Quran itu bukanlah
perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan
bukan pula perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil
pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan
semesta alam”.
Hadits, secara etimologi, kata hadits berasal dari kata benda (isim) at-
tahdis yang diartikan al-ikhbar yang berarti pemberitaan, kemudian
menjadi termin nama suatu perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Al-Hadits dalah sumber hukum Islam yang kedua. Kebenarannya mutlak,
sebab perbuatan (fi’li), ketetapan (takriri) maupun perkataan (kauli) Nabi
atas petunjuk Allah. Maka dari itu petunjuknya wajib diikuti, perintahnya
wajib dilaksanakan, dan larangannya wajib dihindari.
Sabda Nabi saw :
ُ ســنَّةَ َر
س ْـو ِل ِه َ َ ت َ َركْتُ فِ ْي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن َما إِ ْن ت َ َمسـ ْكت ُ ْم بِ ِه َما لَ ْن ت َ ِضلُّ ْوا أَبَداا ِكت
ُ اب هللاِ َو
“Telah aku tinggalkan bagi kamu dua perkara yang jika kamuberpedoman
pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu
kitab Allah ( Al-Qur’an ) dan sunnah rosul-Nya ( Al-Hadits )”. HR. Al-
Malik dan Al-Hakim.
Ijtihad, secara etimologis berarti bersungguh-sungguh dalam
menggunakan tenaga, baik fisik maupun pikiran. Menurut kalangan ulama
Hanafiah, ijtihad sebagai pengerahan kemampuan untuk menemukan
kesimpulan hukum syar’i sampai ketingkat dzanni (dugaan keras) sehingga
mujtahid itu merasakan tidak lagi dapat melakukan upaya melebihi dari
apa yang dilakukannya itu. Menurutt istilah, ijtihad adalah mencurahkan
seluruh kemampuan secara maksimal, baik untuk mengistimbatkan
(mengeluarkan) hukum syar’i maupun dalam penerapannya. Berdasarkan
pengertian diatas, banyak alasan yang menunjukkan kebolehan melakukan
ijtihad antara lain dalam QS An-nisa (4) ayat 59.
َ سو َل َوأُو ِلي ْاْلَ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَ ِإ ْن ت َ َن
َّ از ْعت ُ ْم فِي ش َْيءٍ فَ ُردُّوهُ ِإ َلى
َِّللا َّ َّللاَ َوأَ ِطيعُوا
ُ الر َّ يَا أَيُّهَا ا َّل ِذينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا
ْ َ َ َٰ
سنُ تَأ ِو ا
يًل َ ْاَّللِ َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۚ ذ ِلكَ َخي ٌْر َوأح
َّ سو ِل إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُؤْ ِمنُونَ ِب
ُ الر
َّ َو
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
2. Kedudukan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
Al-Qur’an mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Kekhususan-kekhususan yang dimiliki Al-Qur’an baik lafadh
maupun makna yang datang dari Allah, keindahan gaya bahasa yang tidak
tertandingi, kemu’jizatannya yang mampu menundukkan manusia serta
diturunkan secara mutawattir, ini melahirkan suatu kebenaran yang qath’i
dan periwayatan secara mutlak. Dari segi kuantitas, Al-Quran terdiri dari
30 Juz, 114 surat, 6.236 ayat, 323.015 huruf dan 77.439 kosa kata, dan dari
segi kualitas, isi pokok Al-Qur’an (ditinjau dari segi hukum) terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian:
a. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur
hubungan rohaniyah dengan Allah SWT dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan keimanan. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Tauhid atau Ilmu Kalam
b. Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur
hubungan dengan Allah, dengan sesama dan alam sekitar. Hukum ini
tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syariat. Ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Fiqih
c. Hukum yang berkaitan dngan akhlak. Yakni tuntutan agar setiap
muslim memiliki sifat-sifat mulia sekaligus menjauhi perilaku-
perilaku tercela.
Secara terperinci dapat dijelaskan beberapa hal yang menunjukkan
validitas al-Qur’an sebagai sumber hukum, yaitu:
a. Al-Qur’anul Karim diturunkan Allah kepada Muhammad disampaikan
kepadanya dengan jalan mutawattir, tidak ada yang dapat merubah
atau menggantinya karena Allah telah menjamin untuk menjaganya,
sehingga menguatkan bahwa Al-Qur’an benar-benar firman Allah.
b. Adanya keshahihan penisbatan Al-Qur’an kepada Allah, juga
diperkuat oleh dalil rasio yang kuat yaitu jika Al-Qur’an datang bukan
dari Allah SWT, maka sudah dipastikan banyak perbedaan dan
kesimpangsiuran di dalamnya.
c. Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang terus lestari sepanjang masa
baik lafal maupun redaksi bahkan substansinya, sehingga tidak ada
yang mampu menghadapi tantangan Al-Qur’an untuk mendatangkan
satu surat saja yang semisal dengan Al-Quran.
d. Dengan adanya keyakinan mendalam terhadap eksistensi Al-Qur’an
sebagai kitab terakhir yang paling lengkap dan sempurna, maka
mengambil ajaran yang terdapat di dalamnya baik akidah, ibadah,
ahlak serta etika adalah merupakan kewajiban yang harus diikuti.
Adapun hadits Rasulullah SAW terkait dengan hal tersebut dibawah
ini yang artinya “Dari Abu Huraitrah ra berkata, Rasulullah saw
bersabda : “Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara yang
kamu tidak akan sesat selama-lamanya selama kamu berpegang
kepada keduanya yaitu, Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.” (HR
Bukhari Muslim).
Kemudian Hadits atau Sunnah merupakan sumber syariat Islam setelah Al-
Quran. Sunnah berfungsi merinci garis besar Al-Quran, menjelaskan yang
musykil, membatasi yang muthlak, dan memberikan penjelasan hukum.
Sunnah juga merupakan sumber hukum independent (mustaqil) yang tidak
ada hukumnya dalam Al-Quran seperti warisan untuk nenek yang dalam
sunnah disebutkan mendapatkan warisan 1/6 dari harta warisan. Namun
demikian Sunnah mengikut Al-Quran sebagai penjelas sehingga sunnah
tidak akan keluar dari kaidah-kaidah umum dalam Al-Quran. Maka
memahami Sunnah secara umum merupakan susuatu yang pasti dalam
memahami Al-Quran karena jika tidak kitab suci ini tidak mungkin bisa
dipahami dan dipraktikkan dengan benar. Sunnah sampai ke kita dengan
melalui jalan periwayatan secara berantai hingga ke Rasulullah saw. Sebab
masa kenabian sudah usai. Namun krediblititas agama dan moral para
perawi (pembawa hadis) itu sudah melalaui seleksi ketat oleh para ahli
hadis. Sehingga keotentikan hadis dan kebenarannya sudah melalui
pembuktian yang ketat. Hadis shahih dan hasan saja yang bisa dijadikan
sumber hukum. Sementara hadis hadis yang berstatus lemah (dlaif), atau
bahkan palsu (maudlu') yang tidak bisa dijadikan referensi dan sumber
hukum syariat.
Ijtihad, Imam Syafi’i dalam bukunya “Ar-Risalah” menjelaskan bahwa
hukum yang dikandung oleh Al-Qur’an dapat menjawab berbagai
permasalahan kehidupan manusia, maka harus digali dengan kegiatan
ijtihad. Oleh karena itu menurutnya, Allah SWT mewajibkan hambaNya
untuk berijtihad dalam upaya menimba hukum dari sumbernya (Al-Qur’an
dan As-Sunnah). Hal ini menggambarkan betapa pentingnya kedudukan
ijtihad disamping Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ijtihad berfungsi;
a. Untuk menguji kebenaran riwayat hadits yang tidak sampai ketingkat
hadits mutawatir, seperti hadits ahad.
b. Sebagai upaya memahami redaksi ayat atau hadits yang pengertiannya
tidak tegas sehingga secara langsung dapat difahami kecuali dengan
ijtihad.
c. Untuk mengembangkan prinsip hukum yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, seperti dengan Qiyas, Ihtisan, Maslahah
mursalah.
d. Pengembangan prinsip hukum dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,
karena ayat dan hadits hukum yang jumlahnya sangat terbatas dapat
menjawab berbagai masalah yang jumlahnya tak terbatas.
Adapun kedudukan lain dari Ijtihad sebagai berikut:
a. Untuk menjawab problematika kehidupan manusia yang muncul setiap
saat yang tidak ditemukan hukum yang baku dalam Al Qur’an dan
Hadits, contoh shalat dalam pesawat.
b. Islam sangat menghargai peran akal dalam menyelesaikan
permasalahan, asalkan tidak menyimpang dan sesuai dengan prinsip
yang ada dalam Al Qur’an dan Hadits. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
َاب َفلَهُ أَجْ َرا ِن َوإِذَا َح َك َم فَاجْ ت َ َه َدث ُ َّم أ َ ْخ َطأ َ َفلَهُ أَجْ ٌر (رواه البخا
َ إِذَا َح َك َم الحَا ِك ُم فَاجْ تَ َه َدث ُ َّم أَص
)ري و مسلم
Yang artinya “Apabila seorang hakim memutuskan perkara, kemudian ia
melakukan ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya benar, maka ia
memperoleh dua perkara, namun apabila ijtihadnya salah, maka ia
memperoleh satu pahala”. (HR Bukhari & Muslim ).
3. Macam-macam sumber hukum Islam
a. Al-Qur’an (sumber hukum Islam pertama)
b. Hadits (sumber hukum Islam kedua)
c. Ijtihad (sumber hukum Islam ketiga)
Bentuk ijtihad yakni yang pertama; Ijma’, adalah merupakan kesepakatan
para pakar Islam tentang hukum suatu masalah yang belum disebutkan
dalam Al-Qur’an dan hadits. Kesepakatan seluruh mujtahid tentang hukum
syara’ ini belum ditentukan hukumnya setelah Rasulullah SAW wafat.
Yang kedua; Qiyas, adalah menyamakan (menganalogikan) suatu perkara
dengan perkara (yang sudah ada ketetapan hukumnya) dalam hukum
syariat kedua kedua perkara ini ada kesamaan illat (pemicu hukum).
Menurut ulama ushul qiyas adalah, “Memberlakukan suatu hukum yang
sudah ada nashnya kepada hukum yang tidak ada nashnya berdasarkan
kesamaan 'illat. Sebagai contoh, yang Allah haramkan hanya khamar saja
di dalam Al-Quran. Khamar adalah perasan buah anggur yang sudah
sampai pada kondisi tertentu sehingga peminumnya bisa mabuk.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Inkuiri
2. Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab.
H. Sumber Belajar
1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Merefleksikan materi yang sudah diajarkan sebelumnya.
Menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, indikator serta
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menyiapkan kitab suci al-Qur’an Jika ada.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa Mencermati dan menuliskan pengertian dari Al-Qur’an
dan Hadits sebagai sumber hukum Islam yang guru
sampaikan.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Siapa?
Ayat apa yang diturunkan terlebih dahulu lewat perantara
Malaikat Jibril?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan ayat apa yang terlebih dahulu 65 Menit
diturunkan atau yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad,
dimana tempat turunnya ayat tersebut, termasuk ayat
makiyyah atau madaniyah serta kenapa surah Al-Fatihah
sebagai surah pertama dalam Al-Qur’an.
Guru mengamati perilaku murid disaat menyampaikan
pendapat kepada sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang Al-Qur’an dan Hadits tentang
sumber hukum Islam pertama dan kedua.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi ayat apa
yang terlebih dahulu diturunkan atau yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad, dimana tempat turunnya ayat
tersebut, termasuk ayat makiyyah atau madaniyah serta
kenapa surah Al-Fatihah sebagai surah pertama dalam Al-
Qur’an.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi terkait pengertian serta kedudukan Al-
Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum Islam. 10 Menit
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa Mencermati dan menuliskan pengertian dari Ijtihad,
Ijma’ dan Qiyas sebagai sumber hukum Islam yang guru
sampaikan serta hukum Taklif.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan apakah tidak cukup Al-Qur’an dan Hadits
sebagai sumber hukum Islam?
Mengeksperimen/Eksplorasi 65 Menit
Peserta didik mendiskusikan makna dan contoh kasus yang
memakai acuan Ijtihad, Ijma, ataupun Qiyas dikeadaan saat
ini.
Guru mengamati perilaku berdiskusi dalam
menyampaikannya kepada sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang contoh kasus yang memakai
acuan Ijtihad, Ijma, Qiyas, ataupun Taklif di keadaan yang
saat ini.
Komunikasi
Menyampaikan hasil diskusi tentang pengertian Ijtihad, Ijma,
serta Qiyas sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an
dan Hadits, serta hukum Taklif.
Presentasi atau menyampaikan secara individu maupun
kelompok terkait kasus yang memakai acuan Ijtihad, Ijma,
ataupun Qiyas dikeadaan saat ini.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi keseluruhan yang
disampaikan dan penguatan materi terkait pengertian Al-
Qur’an, Hadits, Ijtihad, Ijma, serta Qiyas sebagai sumber
hukum Islam serta hukum Taklif. 10 Menit
Membahas kedudukan keseluruhan terkait sumber hukum
Islam.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan ketiga
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama. 15 Menit
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada.
Merefleksikan materi yang sudah diajarkan sebelumnya.
Menyiapkan kitab suci al-Qur’an Jika ada.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa Mencermati dan menuliskan pengertian dari hukum
Taklif yang guru sampaikan.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan kenapa manusia
harus bertaklif?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan ataupun tanya jawab terkait
dengan pembagian hukum taklif 65 Menit
Guru mengamati perilaku murid disaat menyampaikan
pendapat kepada sesama melalui diskusi ataupun ketika tanya
jawab.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang hukum taklif yang berisi
pengertian, pembagian hukum, kedudukan, fungsi serta
hikmah bertaklif.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi ataupun
hasil tanya jawab terkait hukum taklif.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi terkait hukum taklif.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya. 10 Menit
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Soal Essay:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sumber hukum islam
2. Sebutkan dan jelaskan apa-apa saja sumber hukum islam itu
3. Jelaskan perbedaan antara hadits kauli, fi’li dan takriri
4. Jelaskan perbedaan ijma’ dan qiyas
5. Sebutkan perilaku yang sesuai dengan hukum taklif
Jawaban dari soal pilihan ganda:
1. C 6. A
2. E 7. C
3. A 8. D
4. C 9. A
5. A 10. D
Mengetahui,
Guru Pamong Mahasiswa PPL
A. Kompetensi Inti:
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
D. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian dari wakaf.
2. Menjelaskan hukum dan dalil tentang wakaf.
3. Menyebutkan syarat dan rukun wakaf.
4. Mencontohkan perilaku berwakaf.
5. Menyebutkan hikmah serta pentingnya wakaf.
6. Menyebutkan dasar perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian, hukum, dan dalil tentang wakaf
Menurut bahasa wakaf berarti menahan, mencegah, dan menghentikan.
Menurut istilah, wakaf berarti menyerahkan barang atau benda yang
sifatnya tahan lama untuk dimanfaatkan dijalan Allah Subhanahu wata’ala.
Adapun hukum wakaf pada dasarnya jaiz atau diperbolehkan. Serta
dalilnya sebagai berikut dalam Al-Qur’an surah Ali Imran (3) ayat 92
ع ِليم َّ َّلَ ْن تَنَالُوا ا ْل ِب َّر حَ تَّ َٰى ت ُ ْن ِفقُوا ِم َّما ت ُِح ُّبونَ ۚ َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن ش َْيءٍ فَ ِإن
َ َّللاَ ِب ِه
Artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya”.
Serta Al-Qur’an surah Al-Hajj (22) ayat 77
۩ َس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم َوا ْفعَلُوا ا ْل َخي َْر لَعَلَّ ُك ْم تُ ْف ِل ُحون ْ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا
ْ ار َكعُوا َوا
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan”
2. Syarat, rukun, serta ketentuan harta yang diwakafkan
Syarat wakaf antara lain:
a. Berlaku untuk selamanya dan tidak dibatasi waktu
b. Tunai penyerahannya disaat sigat (akad)
c. Harus jelas kepada siapa barang tersebut diwakafkan, baik berupa
perorangan, kelompok, organisasi, atau badan hukum serta lembaga.
Adapun rukun sahnya wakaf ada empat yaitu:
a. Waqif, merupakan pihak yang menyerahkan wakaf
b. Mauquf’alaih, merupakan pihak yang menerima wakaf
c. Mauquf bih, merupakan harta atau benda yang diwakafkan
d. Sigat, merupakan ikrar atau akad serah terima wakaf kepada nazir
Selanjutnya ada ketentuan harta yang diwakafkan harus memenuhi
ketentuan berikut:
a. Segala benda yang bergerak atau tidak, tetapi keadaanya baik dan
berfaedah
b. Harta yang diwakafkan adalah milik sendiri
c. Harta yang diwakafkan atas kehendak sendiri
d. Harta yang diwakafkan atas dasar berhak berbuat baik. Dalam hal ini
berarti wakif nonmuslim pun bisa menerima.
e. Harta wakaf tidak boleh dijual, kecuali jika rusak atau tidak bisa
diambil manfaatnya kemudian diganti yang baru dengan menggunakan
hasil penjualan barang tersebut
3. Hukum mengganti atau memindahkan wakaf serta pentingnya berwakaf
Mengganti atau memindahkan wakaf pada dasarnya dibolehkan asalkan
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Alasannya jelas, rasional dan membawa manfaat
b. Lebih membawa manfaat bahkan sangat bermanfaat dari sebelumnya
Perubahan wakaf dari ikrar sebelumnya diperbolehkan asalkan disetujui
oleh ulama dan pemerintah setempat dengan beberapa syarat antara lain
sebagai berikut:
a. Tidak sesuai lagi dengan tujuan awal wakaf
b. Ada kepentingan dan kemaslahatan umum yang lebih bermanfaat besar
4. Hikmah serta dasar undang-undang wakaf di Indonesia
Hikmah wakaf antara lain:
a. Ganjaran wakaf akan mengalir terus menerus selama barang wakaf itu
berguna (sedekah jariyah)
b. Generasi baru dapat memanfaatkan peninggalan masa lalu demi
kemajuan pembangunan.
c. Dapat mengurangi kemiskinan dan kebodohan umat.
d. Dengan wakaf, benda-benda bersejarah dapat terpelihara dan terhindar
dari kerusakan.
Adapun dasar wakaf di Indonesia sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1977
b. Peraturan Mendagri No. 6 tahun 1877
c. Peraturan Menag No. 1 tahun 1978
d. Peraturan Dirjen Bimas Islam No. Kep/P/75/1978
e. UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa Mencermati dan menuliskan pengertian dari wakaf,
hukum dan dalil tentang wakaf, syarat dan rukun wakaf, serta
ketentuan harta yang diwakafkan.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru serta
tulisan yang ada di papan tulis.
65 Menit
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan barang apa saja
yang boleh kita wakafkan?
Apakah jasa bisa kita wakafkan?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan apa perbedaan wakaf, zakat,
sedekah, infaq, serta hadiah.
Guru mengamati perilaku murid disaat menyampaikan
pendapat kepada sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang pengertian serta perbedaan
wakaf, zakat, sedekah, infaq, serta hadiah.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi tentang
pengertian serta perbedaan wakaf, zakat, sedekah, infaq, serta
hadiah.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi terkait pengertian dari wakaf, hukum dan
dalil tentang wakaf, syarat dan rukun wakaf, serta ketentuan
harta yang diwakafkan. 10 Menit
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa mencermati dan menyimak penjelasan tentang
ketentuan harta yang diwakafkan, hukum mengganti atau
memindahkan wakaf, contoh wakaf, hikmah dan pentingnya
wakaf, serta dasar perundang-undangan wakaf di Indonesia.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru serta
tulisan yang ada di papan tulis.
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan contoh atau praktek berwakaf
dikeadaan saat ini.
Guru mengamati perilaku berdiskusi dalam
menyampaikannya kepada sesama.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang contoh atau praktek berwakaf
dikeadaan saat ini.
Komunikasi
Menyampaikan hasil diskusi terkait contoh atau praktek
berwakaf dikeadaan saat ini.
Presentasi atau menyampaikan secara individu maupun
kelompok terkait contoh atau praktek berwakaf dikeadaan saat
ini.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi keseluruhan yang
disampaikan dan penguatan materi terkait pengertian dari
wakaf, hukum dan dalil tentang wakaf, syarat dan rukun
wakaf, serta ketentuan harta yang diwakafkan, ketentuan harta
yang diwakafkan, hukum mengganti atau memindahkan
wakaf, contoh wakaf, hikmah dan pentingnya wakaf, serta 10 Menit
dasar perundang-undangan wakaf di Indonesia.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Panduan penilaian:
A = 80-100 A = Sangat Baik
B = 65-79 B = Baik
C = 64 kebawah C = Cukup
Soal Essay
1. Jelaskan pengertian wakaf menurut bahasa dan istilah.
2. Sebutkan syarat-syarat wakaf.
3. Sebutkan dan jelaskan rukun-rukun wakaf.
4. Sebutkan tiga dasar hukum wakaf di Indonesia.
5. Apa yang menjadi faktor utama terus mengalirnya pahala wakaf.
Jawaban Essay
1. Menurut bahasa wakaf berarti menahan, mencegah, dan menghentikan.
Menurut istilah, wakaf berarti menyerahkan barang atau benda yang
sifatnya tahan lama untuk dimanfaatkan dijalan Allah Subhanahu wata’ala.
2. Syarat-syarat wakaf:
a. Berlaku untuk selamanya dan tidak dibatasi waktu
b. Tunai penyerahannya di saat sigat (akad)
c. Harus jelas kepada siapa barang tersebut diwkafkan, baik berupa
perorangan, kelompok, organisasi, atau badan hukum dan lembaga
3. Rukun wakaf, antara lain:
a. Wakif, merupakan pihak yang meyerahkan wakaf, baik orang maupun
badan hukum dan instansi.
b. Maquf’ alaih, merupakan pihak yang menerima wakaf. Kelompok
orang atau badan hukum yang disertai tugas untuk mengelola harta
wakaf disebut juga nazir.
c. Mauquf bih, merupakan harta atau benda yang diwakafkan.
d. Sigat, merupakan ikrar atau akad serah terima wakaf kepada nazir.
4. Dasar hukum di Indonesia:
a. UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
b. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1977
c. Peraturan Mendagri No. 6 Tahun 1877
d. Peraturan Menag No. 1 Tahun 1978
e. Peraturan Dirjen Bimas Islam No. Kep/P/75/1978
5. Selama benda yang diwakafkan masih bermanfaat, bersama dengan ini
pula pahalanya akan mengalir terus.
Mengetahui,
Guru Pamong Mahasiswa PPL
A. Kompetensi Inti
ِ لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل َي د
ِين
Artinya “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
6. Menunjukkan kesadaran berperilaku sesuai dengan strategi dakwah
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam periode Mekah.
Dakwah adalah satu usaha yang dilakukan seseorang untuk mengajak
orang lain berperilaku, bersikap, dan berkehidupan sesuai dengan aturan
Allah SWT. Adapun strategi dakwah Rasulullah yang dapat kita ambil
pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengajak kepada manusia dengan cara yang baik, penuh hikmah,
dan bijaksana serta memberikan contoh dalam kehidupan.
b. Berdebat, berdialog, atau berdiskusi haruslah dengan cara yang
santun.
c. Satunya kata dengan perbuatan.
d. Batas-batas dalam berdakwah:
1) Tidak memaki orang kafir yang menyebabkan ia memaki Allah
SWT (QS Al-An’am (6) ayat 108)
2) Tidak memaksa kehendak (QS Al-Baqarah (2) ayat 256)
3) Tekanan dalam akidah adalah sebuah aniaya (QS An-Nahl (16)
ayat 41)
4) Bersikap keras terhadap orang kafir yang memerangi (QS Al-
Baqarah (2) ayat 193)
5) Mempermudah urusan muslimin (QS Al-Baqarah (2) ayat 62,
83, 109, 139, dan 256)
6) Tidak boleh berlebih-lebihan dalam Din (agama) (QS Al-
Baqarah (2) ayat 256)
e. Hanya Allah SWT yang Maha mengetahui siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan siapa yang mendapat hidayah atau petunjuk-Nya.
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada.
Menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan 15 Menit
dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, indikator serta
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menyiapkan kitab suci al-Qur’an Jika ada.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa mencermati dan menuliskan hal yang dikira penting
dalam penyampaian materi oleh guru.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru serta
tulisan yang ada di papan tulis.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru 65 Menit
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan seperti apa
dakwah Rasulullah SAWcdengan sembunyi-sembunyi?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan apa perbedaan dakwah yang
dilakukan Rasulullah SAW secara diam-diam, dalam
keluarga, dan secara terang-terangan.
Guru mengamati perilaku murid disaat menyampaikan
pendapat kepada sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang proses dakwah, substansi
dakwah, serta strategi dakwah Rasulullah SAW periode
Mekah.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi tentang
proses dakwah, substansi dakwah, serta strategi dakwah
Rasulullah SAW periode Mekah.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi terkait proses dakwah, substansi dakwah,
serta strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya. 10 Menit
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa mencermati dan menyimak penjelasan tentang faktor-
faktor sosial yang memengaruhi dakwah Rasulullah SAW,
meneladani strategi dakwah serta menunjukkan perilaku
sesuai strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
power point atau media lainnya yang ditayangkan guru serta
tulisan yang ada di papan tulis.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan apa kendala Rasulullah SAW ketika berdakwah 65 Menit
di Kota Mekah?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan atau mencari jawaban atas tugas
yang diberikan terkait materi yang disampaikan, mencari
jawaban atau menjodohkan antara pertanyaan dan jawaban
yang guru bagikan.
Guru mengamati perilaku berdiskusi dalam mencari jawaban
dan saat menyampaikannya kepada sesama.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang tugas menjodohkan pertanyaan
serta jawaban yang sudah ditugaskan.
Komunikasi
Menyampaikan hasil diskusi terkait tugas menjodohkan
pertanyaan serta jawaban yang sudah ditugaskan.
Presentasi atau menyampaikan secara individu maupun
kelompok terkait tugas menjodohkan pertanyaan serta
jawaban yang sudah ditugaskan.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi keseluruhan yang
disampaikan dan penguatan materi terkait proses dakwah,
substansi dakwah, strategi dakwah, faktor sosial yang
mempengaruhi dakwah, meneladani strategi dakwah, serta
menunjukkan kesadaran berperilaku sesuai dengan strategi
dakwah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam periode 10 Menit
Mekah.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah atau berdoa.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
J. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Jenis : Perbuatan dan Tertulis
2. Bentuk : Produk
3. Prosedur Penilaian :
Panduan penilaian:
A = 80-100 A = Sangat Baik
B = 65-79 B = Baik
C = 64 kebawah C = Cukup
Jawaban essay:
1. Setelah menerima wahyu pertama pada tanggal 17 Ramadan 13 SH atau
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M, menjadikan Muhammad bin
Abdullah diangkat menjadi seorang Rasul.
2. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan setelah turun perintah dalam
QS. Al-Muddassir [74]: 1-6. Dakwah dimulai dari kalangan keluarga
terdekat dan sahabat-sahabat yang diyakini akan menerima dakwah Islam.
3. Dari Abu Bakar As-Siddiq, kemudian masuk Islam pula Usman bin Affan,
Talhah, Abu Ubadah bin Jarrah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas,
Arqam, dan Abdurrahman bin Auf.
4. Substansi dakwah periode Mekah adalah tauhid, akhlak, persatuan dan
persaudaraan Islam dan mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.
5. Strategi dakwah Rasulullah SAW adalah dengan cara hikmah, mauizah
hazanah, mujadalah, tabsyir dan tandzir, targib dan tarhib, serta al-wa’du
dan al-wa’id.
Panduan Penskoran Tes Tertulis:
Skor pilihan ganda 10 soal berbobot 100
Jawaban pilihan ganda yang benar di kali nilai 10
Skor akhir = 100
Nilai akhir diambil dari jumlah atau nilai dari jawaban benar pilihan ganda
A. Kompetensi Inti
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8. Menelaah prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam.
4.10. Mempresentasikan praktik-praktik ekonomi Islam.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mampu menyebutkan dasar-dasar perekonomian dalam Islam.
2. Mampu menjelaskan sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan Umat.
3. Mampu memahami praktik ekonomi dalam Islam.
D. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan siswa mampu:
1. Menyebutkan dasar-dasar perekonomian dalam Islam.
2. Menjelaskan sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan Umat.
3. Memahami praktik ekonomi dalam Islam.
E. Materi Pembelajaran
1. Dasar-dasar perekonomian dalam Islam. Etika perekonomian yang
dikembangkan Islam adalah menciptakan kegiatan ekonomi yang
bertumpu pada pilar tauhid, keseimbangan, dan takziyah
(membersihkan harta) bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Firman
Allah SWT dalam QS. Al-Qasas (28) ayat 77.
َ ََّللاُ إِ َل ْيكَ ۖ َو ََل تَب ِْغ ا ْلف
سا َد َ ْس نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح
َّ َسن َ َّار ْاْل ِخ َرةَ ۖ َو ََل ت َ ْن َّ ََوا ْبت َ ِغ فِي َما آت َاك
َ َّللاُ الد
َس ِدين ْ ْ
ِ ب ال ُمف ُّ َّللاَ ََل يُ ِح ِ فِي ْاْل َ ْر
َّ َّض ۖ إِن
Artinya “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membelanjakan hartanya di
jalan Allah SWT, niscaya Dia akan membalasnya dengan 700 kali
lipat.” (HR. Tirmizi).
2. Dasar-dasar etika ekonomi Islam. Dan adapun Landasan ekonomi
Islam sebagai berikut dalam QS. An-Nisa (4) ayat 29:
َ ُاض ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف
ۚ س ُك ْم ِ َيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلب
َ اط ِل ِإ ََّل أَ ْن تَكُونَ تِج
ٍ َارةا ع َْن ت َ َر
َّللاَ كَانَ ِب ُك ْم َر ِحي اما
َّ َّإِن
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
Adapun dasar perekonomian Islam dalam dalil daqli sebagai berikut
a. Alam ini mutlak milik Allah SWT.
Sebagai khalifah fil ardi, manusia diberi pinjaman harta di muka
bumi ini. Manusia diberi wewenang mengelola alam semaksimal
mungkin untuk kehidupannya. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa
semua ini adalah pinjaman belaka dan akan diambil sewaktu-waktu
tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
b. Status harta yang dimiliki manusia.
1) Harta adalah perhiasan dunia. (QS Ali-Imran (3) ayat 14).
2) Harta menjadi ujian keimanan (QS. Al-Alaq (96) ayat 6-7).
3) Menjadikan harta sebagai bekal ibadah (QS. Ali Imran (3) ayat
133-134, QS. Al-Mulk (67) ayat 15).
c. Pemanfaatan harta.
Keputusan harta itu akan dibelanjakan atau tidak merupakan hak
pribadi masing-masing orang, sebagaimana Allah swt. telah
menetapkan hak guna atas harta yang diperolehnya.
3. Sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan umat.
a. Akhlak ekonomi Islam mengutamakan cara-cara yang benar, antara
lain dibawah ini adlah cara yang benar dalam mengambil keuntungan:
1. Tidak mengurangi dan mempermainkan takaran atau timbangan.
2. Tidak menimbun barang atau komoditas vital yang dibutuhkan
masyarakat.
3. Tidak memotong jalur distribusi untuk menimbun barang yang
mengakibatkan harga barang menjadi naik.
Dalam QS Al-Fatir ayat 29 terkait perniagaan yang tidak merugikan
dengan cara melakukan hal dibawah ini:
a. Senantiasa membaca kitabullah.
b. Mendirikan shalat, dan
c. Memanfaatkan sebagian dari rejeki yang Allah SWT berikan.
b. Kesejahteraan individu dan masyarakat. Dijelaskan dalam QS Al-
Jasiyah (45) ayat 13 yang artinya: “Dan dia Telah menundukkan
untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”
4. Praktik ekonomi dalam Islam.
1. Jual Beli
Menurut bahasa, jual beli adalah memberikan sesuatu dengan imbalan
sesuatu atau menukarkan sesuatu dengan yang lain. Adapun menurut
istilah, jual beli adlah kesepakatan tukar menukar barang atas dasar
kerelaan untuk memiliki barang tersebut dengan cara atau akad
tertentu.
Adapun hukum jual beli ada empat, yaitu:
a. Mubah atau boleh, artinya setiap muslim dalam mencari nafkahnya
boleh dengan cara jual beli (hukum asalnya).
b. Wajib, yaitu apabila dalam mempertahankan hidup ini hanya satu-
satunya (jual beli) yang dilaksankan oleh seseorang.
c. Haram, yaitu jika jual beli tidak memenuhi rukun dan syarat.
d. Sunnah, yaitu jual beli kepada seseorang yang membutuhkan
barang tersebut.
Kemudian dasar hukum jual beli sebagai berikut:
ش ْي َطانُ ِمنَ ا ْل َم ِس ۚ َٰذَ ِلكَ بِأَنَّ ُه ْم َقالُوا إِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِمثْ ُل
َّ طهُ ال ُ الر َبا ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخ َّب ِ َالَّ ِذينَ يَأ ْ ُكلُون
َّ ف َوأَ ْم ُرهُ إِلَى
َّللاِ ۖ َو َم ْن عَا َد َ َسل َ الربَا ۚ فَ َم ْن جَا َءهُ َم ْو ِع َظةٌ ِم ْن َربِ ِه فَا ْنتَه ََٰى فَلَهُ َما َّ الربَا ۗ َوأ َ َح َّل
ِ َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم ِ
ََاب النَّ ِار ۖ ُه ْم ِفيهَا َخا ِل ُدون ُ ْ ح ص َ أ َكئلَ َٰ
ِ ُ فَأو
Artinya “orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”
Dan hadits Nabi SAW yang artinya: Abu Sa’id Al-Khudri berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan dengan suka sama suka.” (HR. Ibnu Majah)
Selanjutnya rukun jual beli sebagai berikut:
1. Adanya penjual dan pembeli
2. Adanya barang yang diperjualbelikan
3. Adanya alat untuk menukar dalam kegiatan jual beli.
4. Adanya akad, yaitu ijab kabul antara penjual dan pembeli.
2. Larangan Riba
Riba menurut bahasa artinya tambahan atau kelebihan. Menurut istilah,
riba adalah akad atau transaksi yang pada waktu meminjam atau
menukar suatu barang tertentu ada tambahan persentase atau
kelebihan.
Adapun dalilnya sebagai berikut dalam QS Ali-Imran (3) ayat 130:
َّ عفَةا ۖ َواتَّقُوا
ََّللاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا
ْ َ الربَا أ
َ ضعَافاا ُمضَا
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.”
QS. Ar-Rum (30) ayat 39:
َّللاِ فَأُو َٰلَئِكَ ُه ُم ِ ََّو َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن ِرباا ِل َي ْربُ َو فِي أ َ ْم َوا ِل الن
َّ اس فَ ًَل َي ْربُو ِع ْن َد
َّ ََّللاِ ۖ َو َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن َزكَا ٍة ت ُِري ُدونَ َوجْ ه
َض ِعفُون ْ ا ْل ُم
Artinya “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
QS. Al-Baqarah (2) ayat 278:
َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
ِ ََّللاَ َوذَ ُروا َما بَ ِق َي ِمن
َالربَا إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِين
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman.”
3. Lembaga Keuangan Bank
a. Pengertian bank syariah.
Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariat dan kegiatannya adalah
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariat
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan
usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariat Islam.
b. Konsep pengelolaan bank syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki manusia adalah titipan
atau amanah Allah SWT, sehingga cara memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai dengan ajaran
Islam.
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan
pengelolaan harta nasabah atau simpanan sesuai dengan ajaran
Islam.
3. Bank syariah menempatkan karakter atau sikap, baik nasabah
atau pengelola bank pada posisi yang sangat penting sekaligus
menempatkan sikap akhlak terpuji/mulia sebagai sikap dasar
hubungan antar nasabah dan bank.
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan
prinsip keadilan, sederajat, dan ketentraman antara pemegang
saham, pengelola bank, dan nasabah atas jalannya usaha bank
syariah.
5. Prinsip bagi hasil dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan
rugi.
b. Besarnya bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai peningkatan
jumlah pendapatan.
d. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
4. Lembaga Keuangan Nonbank
a. Syirkah (perseroan), yaitu persetujuan dua orang lebih untuk
membuka perusahaan dengan tujuan berbagi keuntungan. Syirkah
dibagi dua, yaitu:
1. Syirkah inan (serikat harta), yaitu akad yang terjadi antara dua
orang atau lebih dalam permodalan untuk melakukan suatu
bisnis atas dasar membagi untung dan rugi sesuai dengan
jumlah modalnya masing-masing.
2. Syirkah ‘abdan (serikat kerja), yaitu perserikatan dua orang
atau lebih untuk melakukan suatu usaha/ pekerjaan yang
hasilnya dibagi diantara mereka menurut perjanjian.
Adapun macam-macam serikat kerja antara lain:
1. Qirad, yaitu pemberian modal dari seseorang kepada orang lain
untuk usaha atau dagang, sedangkan keuntungan dibagi antara
keduanya sesuai perjanjian.
2. Musaqah, yaitu kerja sama antara pemilik kebun dengan
pemelihara kebun disertai perjanjian bagi hasil yang jumlahnya
ditentukan menurut kesepakatan bersama.
3. Muzara’ah, yaitu kerja sama antara pemilik tanah
(sawah/ladang) dan penggarap dengan perjanjian bagi hasil
yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sementara bibit
atau benih dari penggarap dan penggarap yang wajib
mengeluarkan zakatnya.
4. Mukhabarah, yaitu kerjasama antara pemilik tanah
(sawah/ladang) dan penggarap dengan perjanjian bagi hasil
yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sementara bibit
atau benih dari pemilik tanah dan pemilik tanah yang wajib
mengeluarkan zakatnya.
b. Asuransi Syariah. Asuransi syariah adalah asuransi yang memiliki
landasan saling menanggung atau saling menjamin. Pengertian ini
mengandung pemahaman saling menanggung atas risiko yang
terjadi.
Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Biasa:
1. Pada asuransi syariah ada Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelola
investasi dana.
2. Akad yang akan dilaksanakan pada asuransi syariah
berdasarkan tolong menolong dan bukan akad jual beli.
3. Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil
(mudarabah) dan tidak ada unsur riba, maisir, dan garar sebagai
landasan investasi sebab mereka yang meninggal,
mengundurkan diri, atau membatalkan kontrak dapat
mengambil dananya kembali dengan dipotong sedikit dana
tabaruk walaupun baru membayar premi beberapa kali
angsuran.
4. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak
peserta.
5. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola,
sedangkan pada asuransi biasa, dana yang terkumpul dari
nasabah menjadi pemilik perusahaan sehingga perusahaan
bebas menentukan alokasi investasi.
6. Masalah klaim pada asuransi syariah diambil dari rekening
tabaruk seluruh nasabah. Oleh karena itu, sejak awal nasabah
sudah ikhlas ada sebagian dana yang dipakai untuk tolong
menolong bila diantara nasabah terjadi musibah. Adapun pada
asuransi biasa (konvensional) pembayaran klaim diambil dari
rekening perusahaan.
H. Sumber Belajar
1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan menjelaskan kompetensi inti dan kompetensi dasar,
indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menyiapkan kitab suci al-Qur’an Jika ada.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa mencermati dan menuliskan dasar-dasar perekonomian
dalam Islam serta dasar-dasar etika ekonomi Islam sera sistem
ekonomi Islam.
Siswa menyimak penjelasan materi diatas melalui materi
dengan ceramah, power point atau media lainnya yang
ditayangkan guru.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) 65 Menit
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan apa perbedaan ekonomi Islam dan ekonomi pada
umumnya?
Apa keunggulan penerapan ekonomi Islam?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan terkait perbedaan penerapan
ekonomi Islam serta ekonomi pada umumnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Guru mengamati perilaku siswa dalam berdiskusi,
menyampaikan pendapat, serta menyampaikannya kepada
sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang perbedaan mendasar penerapan
ekonomi Islam dan ekonomi secara umum dalam kehidupan
sehari-hari.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi tentang
perbedaan mendasar penerapan ekonomi Islam dan ekonomi
secara umum dalam kehidupan sehari-hari.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi dengan cara pendidik menjelaskan kembali
secara singkat terkait dasar-dasar perekonomian dalam Islam,
dasar-dasar etika ekonomi Islam, serta sistem ekonomi Islam
dan kesejahteraan umat. 10 Menit
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah dan berdoa bersama.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada. 15 Menit
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa menyimak penjelasan materi tentang praktik ekonomi
dalam Islam melalui materi power point atau media lainnya
yang ditayangkan guru.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan seperti apa jual beli yang baik menurut Islam
serta contoh dari riba?
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mempraktikkan terkait akad dari jual beli serta
perilaku riba. 65 Menit
Guru mengamati perilaku siswa melalui diskusi kelompok
serta praktik yang dilaksanakan.
Asosiasi
Membuat kesimpulan singkat terkait materi praktik ekonomi
dalam Islam.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan dalam sebuah praktik
yang dilaksanakan siswa didepan kelas terkait materi akad
jual beli serta contoh riba.
Serta melihat tanggapan dari siswa lain yang meliputi kritik
maupun saran terkait materi yang disampaikan.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi sebagai penutup materi pembelajaran.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya. 10 Menit
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan 15 e
membaca hamdalah atau berdoa. n
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik i
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam. t
4. Instrumen Tes
Membuat tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan essay serta jawaban
dari materi yang ada terkait prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Soal Essay
1. Sebutkan rukun jual beli!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip syariat dalam perbankkan
syariah!
3. Jelaskan pengertian jual beli garar!
4. Apa yang dimaksud dengan khiyar!
5. Sebutkan dan jelaskan empat macam pembagian riba!
Mengetahui,
Guru Pamong Mahasiswa PPL
A. Kompetensi Inti:
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam penyelenggaraan jenazah.
3.9 Memahami pelaksanaan tata cara penyelenggaraan jenazah.
4.11 Memperagakan tata cara penyelenggaraan jenazah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mampu menerapkan ketentuan syariat Islam
dalam penyelenggaraan jenazah.
2. Mampu memahami pelaksanaan tata cara penyelenggaraan jenazah.
3. Memperagakan tata cara penyelenggaraan jenazah.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami masalah seputar kematian
2. Memahami tata cara penyelenggaraan jenazah
3. Mencontohkan tata cara penyelenggaraan jenazah.
E. Materi Pembelajaran
Penyelenggaraan Jenazah
Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Mengingat mati harus sering
dilakukan agar setiap diri manusia menyadari bahwa dirinya tidaklah hidup kekal
selamanya didunia sehingga senantiasa mempersiapkan diri dengan beramal
shaleh dan segera bertaubat dari kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kita
harus mempersiapkan diri dengan bekal yang baik dan diridhai Allah agar dapat
menuju akhirat dengan khusnul khatimah atau akhir hayat yang sebaik-baiknya.
Allah berfirman.
َ َور ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ۖ فَ َم ْن ُزحْ ِز َح ع َِن النَّ ِار َوأ ُد ِْخ َل ا ْل َجنَّةَ فَقَ ْد ف
از ۗ َو َما ِ ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِقَةُ ا ْل َم ْو
َ ت ۗ َوإِنَّ َما ت َُو َّف ْونَ أ ُ ُج
ِ ع ا ْلغُ ُر
ور ُ ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا إِ ََّل َمتَا
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran :
185).
قال رسول اهللا صلى عليه وسلم صلوا على موتا كم
Artinya : Aku berniat salat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah
sebagai imam/makmum karena Allah SWT
2. Kemudian tahbiratul ihram yang pertama dan setelah takbir pertama itu
selanjutnya membaca surat Al Fatihah
3. Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca salawat atas
nabi Muhammad SAW
4. Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga membaca doa jenazah.
Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut
اللهم اغفرله و ارحمه و عافه واعف عنه واكرم نزوله و وسع مدخله واغسله بالمﺂﺀ و الثلﺞ و البراد و
نقه من الجطايا كما ينقى الثوب اَلبيض من الدنس و ابدله دارا خيرا من داره و اهًل خيرا من اهله واقه
فتنة القبر و عذاب النار
Artinya : “Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia,
maafkanlah kesalahannya, hormatilah kedalam tangannya, luaskanlah
tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air es dan embun, bersihkanlah ia
dari dosa sebagai mana kain putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah
rumahnya dengan rumahnya yang dulu, dan gantilah keluarganya dengan
yang lebih baik daripada keluarganya yang dahulu, dan peliharalah dia dari
huru-hara kubur dan siksa api neraka.”
5. Takbir yang keempat, setelah takbir keempat membaca doa sebagai berikut
اللهم َل تحرمنا أجره و َل تفتنا بعده و اغف رلنا و له
Catatan :
Do’a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan
jenis jenazahnya yaitu :
a. apabila jenazahnya wanita, maka damir ( )ﻩhu diganti dengan kata ha()ﻫا
b. apabila jenazahnya dua orang, maka setiap damir kata hu( )ﻩdiganti
dengan huma () ﻫما
c. apabilla jenazahnya banyak, maka setiap damir kata hu diganti
dengan( )ﻫمatau ()ﻫن
2. Membaca salam kekanan dan kekiri. Dalam sebuah hadis dikatakan yang
artinya : Dari Malik bin Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak seorang mukmin pun yang meninggal kemudian disalatkan oleh
umat Islam yang mencapai jumlah tiga saf, kecuali akan diampuni
dosanya.” (HR Lima ahli hadis kecuali Nasai)
3. Memperbanyak saf, jika jumlah jamaah yang menyalatkan jenazah itu
sedikit, lebih baik mereka dibagi tiga saf. Apabila jamaah salat jenazah itu
terdiri dari empat orang, lebih baik dijadikan dua saf, masing-masing saf
dua orang dan makruh jika dijadikan tiga saf karena ada saf yang hanya
terdiri dari satu orang.
D. Menguburkan Jenazah
Setelah selesai menyalatkan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah
menguburkan atau memakamkan jenazah. Tata cara pemakaman atau penguburan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tanah yang telah ditentukan sebagai kuburan digali dan dibuatkan liang
lahat sepanjang badan jenazah. Dalamnya tanah dibuat kira-kira setinggi
orang ditambah setengah lengan dan lebarnya kira-kira satu meter, di dasar
lubangya dibuat miring lebih dalam kearah kiblat. Maksudnya adalah agar
jasad tersebut tidak mudah dibongkar binatang
2. Setelah sampai di tempat pemakaman, jenazah dimasukkan kedalam liang
lahat dengan posisi miring dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan
jenazah, hendaknya dibacakan lafaz-lafaz sebagai berikut
بسماهللاوعلىملةرسولاهللا واهترمذوابوداود
Artinya : “Dengan nama Allah dan atas agama rasulullah.” (HR Turmuzi
dan abu daud)
3. Tali-tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempelkan
pada tanah. Setelah itu jenazah ditutup dengan papan kayu atau bambu.
Diatasnya ditimbun dengan tanah sampai galian liang kubur itu rata.
Tinggikan kubur itu dari tanah biasa sekitar satu jengkal dan diatas kepala
diberi tanda batu nisan.
4. Setelah selesai menguburkan, dianjurkan berdoa, mendoakan dan
memohonkan ampunan untuk jenazah. Hadis nabi Muhammad SAW
berbunyi yang artinya : “Dari Usman menceritakan bahwa nabi Muhammad
SAW apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri diatasnya
dan bersabda mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah
untuknya supaya diberi ketabahan karena sesungguhnya sekarang ia sedang
ditanya.” (HR Abu Daud dan Hakim).
Tata krama yang sebaiknya dilakukan ketika akan menguburkan jenazah
antara lain mengiringi jenazah dengan diam sambil berdoa, tidak turut
mengiringi, kecuali juka memungkinkan bagi perempuan, membaca salam
ketika masuk pemakaman. Tidak duduk hingga jenazah diletakkan,
membuat lubang kubur yang baik dan dalam, orang yang turun ke dalam
kubur bukan orang yang berhadas besar, tidak mengubur pada waktu yang
terlarang, tidak meninggikan tanah kuburan terlalu tinggi, tidak duduk diatas
kuburan, dan tidak berjalan-jalan diantara kuburan.
E. Turut Bela Sungkawa (Takziah)
Sebagai kerabat, teman dekat, keluarga, apalagi sebagai sesama muslim,
hendaknya kita membiasakan bertakziah kepada keluarga yang sedang berduka
cita. Takziah menurut bahasa artinya menghibur. Takziah menurut istilah ialah
mengunjungi keluarga yang meninggal dunia dengan maksud agar keluarga yang
mendapat musibah dapat terhibur, diberi keteguhan iman, Islam, dan sabar
menghadapi musibah serta berdoa untuk orang yang meninggal dunia supaya
diampuni segala dosa-dosa semasa hidupnya. Bertakziah hukumnya sunah dan
merupakan salah satu hak muslim satu dengan yang lain.
Hal-hal yang perlu dilakukan ketika seseorang bertakziah antara lain
1. Memberi bantuan kepada keluarga yang terkena musibah, baik bantuan
moral maupun materiil untuk mengurangi beban kesulitan dan
kesedihannya.
2. Jika orang yang mendapat musibah termasuk orang yang dekat dengan
kita, hendaknya kita menghibur mereka agar tidak berlarut-larut dalam
duka dan menganjurkan kesabaran karena semua manusia pasti akan
mengalaminya.
3. Mengikuti salat jenazah dan mendoakannya agar mendapat ampunan dari
Allah SWT dari segala dosanya
4. Ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman untuk menyaksikan
penguburannya
5. Tidak bicara keras, bercanda, tertawa terbahak-bahak, atau sikap-sikap lain
yang tidak terpuji.
Bersabda Rasulullah SAW yang artinya : “Dari Abdullah bin Ja’far r.a ia
berkata, ketika datang berita atau kabar meninggalnyaJja’far karena terbunuh nabi
SAW telah bersabda, buatkanlah makam untuk keluarga Ja’far karena
sesungguhnya mereka sedang mengalami kesusahan (kekalutan).” (HR Lima ahli
hadis kecuali Nasai).
F. Ziarah Kubur
Ziarah kubur bertujuan mengingat kematian serta hari akhirat tempat
menusia akan mendapat balasan yang sesuai amal perbuatannya di dunia. Ziarah
kubur sangat dianjurkan. Akan tetapi, apabila ziarah kubur ditujukan untuk
mendapat berkah, minta doa restu, atau wangsit maka hal tersebut tidak
dibolehkan (diharamkan).
Ziarah kubur juga memiliki tata krama sebagaimana petunjuk yang
diajarkan Rasulullah yakni sebagai berikut.
1. Pada waktu masuk pintu gerbang pemakaman, hendaknya mengucapkan
salam karena kuburan sebagai tempat pemakaman jenazah manusia harus
tetap dihormati dan dimuliakan secara wajar. Hal tersebut memiliki arti
bahwa kuburan merupakan tempat kita mengingat akhirat dan tidak boleh
disia-siakan, tetapi juga tidak boleh dipuja-puja. Bacaan salam tersebut
adalah sebagai berikut: Rasul Bersabda, yang artinya : “Selamat sejahtera
pada mukminin dan muslimin yang ada disini. Kami insya Allah akan
menyusul kamu. Kami mohon kepada Allah semoga kami dan kamu
mendapat keselamatan.” (HR Muslim dan Ahmad)
2. Tidak boleh bernazar dengan niat tertentu yang berkaitan dengan takziah
karena nazar hanya ditujukan kepada Allah
3. Tidak boleh mencium atau menyapu dengan tangan untuk minta berkah
karena hal itu menjurus ke arah kemusyrikan
4. Membangun taman-taman atau bangunan di sekitar kuburan hukumnya
makruh, baik didalam maupun diluar kuburan
5. Hendaknya menyampaikan doa-doa kepada Allah yang berisi mohon
ampunan, rahmat dan keselamatannya
6. Tidak boleh menduduki kuburan
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama. 15 Menit
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada.
Menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan menjelaskan kompetensi inti dan kompetensi dasar,
indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menyiapkan kitab suci al-Qur’an Jika ada.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa menyimak bacaan al-Qur’an yang terkait dengan
pelaksanaan tata cara penyelenggaraan jenazah, secara
individu maupun kelompok.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan masalah seputar kematian 65 Menit
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mendiskusikan tentang ketentuan dan tata cara
pelaksanaan penyelenggaraan jenazah.
Guru mengamati perilaku siswa dalam berdiskusi,
menyampaikan pendapat, serta menyampaikannya kepada
sesama melalui diskusi.
Asosiasi
Membuat kesimpulan tentang ketentuan dan tata cara
pelaksanaan penyelenggaraan jenazah.
Komunikasi
Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang ketentuan
ketentuan dan tata cara pelaksanaan penyelenggaraan
jenazah.
Menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi,
dan menyanggah).
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi dengan cara pendidik menjelaskan kembali
ketentuan dan tata cara pelaksanaan penyelenggaraan 10 Menit
jenazah.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya.
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan
membaca hamdalah dan berdoa bersama.
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada.
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah 15 Menit
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa menyimak penjelasan materi tentang ketentuan dan
tata cara pelaksanaan penyelenggaraan jenazah.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan ketentuan dan tata cara pelaksanaan
penyelenggaraan jenazah.
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mempraktikkan terkait tata cara pelaksanaan
penyelenggaraan jenazah.
Guru mengamati perilaku siswa melalui diskusi kelompok 65 Menit
serta praktik yang dilaksanakan.
Asosiasi
Membuat kesimpulan singkat terkait materi pelaksanaan tata
cara penyelenggaraan jenazah.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan dalam sebuah praktik
yang dilaksanakan siswa didepan kelas terkait materi
pelaksanaan tata cara penyelenggaraan jenazah. Serta melihat
tanggapan dari siswa lain yang meliputi kritik maupun saran
terkait materi yang disampaikan.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi sebagai penutup materi pembelajaran.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya. 10 Menit
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan 15 e
membaca hamdalah atau berdoa. n
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik i
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam. t
4. Instrumen Tes
Membuat tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan essay serta jawaban dari
materi yang ada terkait prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Soal Essay:
1. Perbedaan cara mengafani jenazah laki-laki dan perempuan adalah!
2. Orang yang berhak memandikan jenazah adalah!
3. Yang dimaksud dengan mengafani jenazah adalah!
4. Syarat salat jenazah adalah!
5. Yang dimaksud dengan fardu kifayah!
Mengetahui,
Guru Pamong Mahasiswa PPL
A. Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.5 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam pelaksanaan khotbah, tablig,
dan dakwah di masyarakat
3.10 Memahami pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah
4.12 Mempraktikkan Khotbah, Tablig, dan dakwah
D. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian khotbah, tablig, dan dakwah
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan khotbah, tablig, dan dakwah
3. memahami pelaksanaan serta mempraktikkan khotbah, tablig, dan dakwah
E. Materi Pembelajaran
A. Khotbah
Khotbah berasal dari kata khataba, yakhtubu, khutbatan yang berarti
ceramah atau pidato. Khotbah Jum'at ialah bentuk ceramah yang berisi
nasehat dan wasiat keagamaan yang disampaikan kepada jamaah yang diikat
oleh syarat dan rukun. Khutbah jumat punya syarat dan rukun yang tidak
boleh ditinggalkan, sebab terkait erat dengan sah atau tidaknya sebuah ibadah
mahdhah. Orang yang menyampaikan khotbah disebut dengan khotib.
Khotib Jum'at.
Khotib harus memenuhi ketentuan agar menjadikan khotbahnya syah.
Adapun ketentuan menjadi khotib adalah :
1. Islam, baligh, berakal sehat.
2. Mengetahui syarat, rukun dan sunat khotbah.
3. Suci dari hadats dan najis.
4. Suaranya jelas dan dapat difahami jamaah.
5. Tidak tercela dalam masyarakat.
Syarat Khotbah
Syarat khotbah yaitu suatu hal yang harus dipenuhi sebelum
melaksanakan khotbah jum'at. Adapun syarat dua khotbah yaitu :
1. Dimulai sesudah masuk waktu dhuhur.
2. Khotib hendaknya berdiri jika mampu.
3. Khotib hendaklah duduk sebentar antara khotbah satu dan khotbah
kedua. Rasulullah saw, bersabda :
اَّللِ َحسِيباا َّ َّللاِ َو َي ْخش َْونَهُ َو ََل يَ ْخش َْونَ أ َ َحداا إِ ََّل
َّ َِّللاَ ۗ َو َكفَ َٰى ب َّ ت َ الَّ ِذينَ يُبَ ِلغُونَ ِر
ِ س َاَل
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain
kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Al-Ahzab : 39)
C. Dakwah
Kata da’wah merupakan masdar (kata dasar) dari kata kerja da’aa yad’uu
yang berarti seruan, panggilan, ajakan. Menurut istilah dakwah ialah setiap
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang atau kelompok
orang untuk beriman kepada Allah swt, sesuai dengan ajaran aqidah (keyakinan),
syari’ah (hukum) dan akhlak Islam.
Rasulullah saw; bersabda :
)سلَّ َم بَ ِلغُ ْوا ع َِنى َولَ ْو أَيَةا (رواﻩ البخارى
َ علَ ْي ِه َو
َ ُبي ِصلَّى هللا
َّ ِْ َع ْم ٍر َوا َنَّ الن َ ع َْن
َ ع ْب ِد هللاِ اب ِْن
Artinya : “Dari Abdullah ibn Amr sesungguhnya Nabi saw bersabda”:
”Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun hanya satu
ayat”. (HR. Bukhori)
Rasulullah saw melakukan da’wah menurut prinsip yang telah digariskan
Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
َ سنُ ۚ ِإنَّ َربَّكَ ه َُو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن
ض َّل َ ْسنَ ِة ۖ َوجَا ِد ْل ُه ْم ِبالَّتِي ِه َي أَح
َ س ِبي ِل َر ِبكَ ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع َظ ِة ا ْل َح
َ ع ِإلَ َٰىُ ا ْد
َ
َس ِبي ِل ِه ۖ َوه َُو أ ْعلَ ُم ِبا ْل ُم ْهت َ ِدين
َ ع َْن
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.( An-Nahl : 125)
Adapun metode berdakwah menurut Q.S. An-Nahl : 125 adalah dengan cara :
1. Bilhikmah (kebijaksanaan) artinya dengan cara yang jelas dan tegas
sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Penyampaian
dakwah ini terlebih dahulu harus mengetahui tujuannya dan mengenal
secara benar terhadap orang atau kelompok yang menjadi sasarannya.
2. Mauidhah hasanah artinya berdakwah dengan nasehat yang baik
maksudnya dengan menyenangkan hati, tidak menyakitkan dan tidak
memaksakan tetapi dengan cara persuasif yaitu memberikan kesempatan
kepada orang untuk berfikir dan menentukan sendiri.
3. Mujadalah (diskusi) ialah berdakwah dengan saling tukar fikiran dan
informasi. Cara ini biasanya dilakukan kepada orang yang mempunyai
kemampuan berfikir logis dan kritis.
4. Berdakwah atau menyeru orang (kelompok orang) agar meyakini ajaran
Islam dan mengamalkan ajarannya merupakan tugas suci kita semua
sebagaimana perintah nabi Muhammad saw, dalam kandungan hadits di
atas. Dakwah bisa dilakukan dengan lisan, tulisan dan perbuatan
sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw pada masa
hidupnya.
5. Setiap muslim hendaklah menyadari bahwa berdakwah adalah merupakan
suatu kewajiban, sedang berhasil atau tidaknya Allahlah yang menentukan
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucap
basmalah dan kemudian berdoa bersama.
Memeriksa kehadiran siswa sesuai absen yang ada.
Mengingat kembali pelajaran minggu lalu yang sudah 15 Menit
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati
Siswa mencermati penjelasan materi tentang ketentuan dan
tata cara pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Melalui penjelasan, pemaparan, ataupun motivasi oleh guru
siswa dapat mengajukan pertanyaan misalkan dengan
menanyakan ketentuan dan tata cara pelaksanaan khutbah,
tabligh dan dakwah.
Mengeksperimen/Eksplorasi
Peserta didik mempraktikkan terkait tata cara pelaksanaan
khutbah, tabligh dan dakwah.
Guru mengamati perilaku siswa melalui diskusi kelompok 65 Menit
serta praktik yang dilaksanakan.
Asosiasi
Membuat kesimpulan singkat terkait materi khutbah, tabligh
dan dakwah.
Komunikasi
Mempresentasikan atau menyampaikan dalam sebuah praktik
yang dilaksanakan siswa didepan kelas terkait materi khutbah,
tabligh dan dakwah.
Serta melihat tanggapan dari siswa lain yang meliputi kritik
maupun saran terkait materi yang disampaikan.
3. Penutup
Melaksanakan refleksi terkait materi yang disampaikan dan
penguatan materi sebagai penutup materi pembelajaran.
Menyampaikan inti kegiatan untuk pertemuan selanjutnya. 10 Menit
Pendidik menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan 15 e
membaca hamdalah atau berdoa. n
Pendidik mengucapkan salam kepada para peserta didik i
sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam. t
4. Instrumen Tes
Membuat tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan essay serta jawaban dari
materi yang ada terkait prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Soal Essay
1. Orang yang berkhotbah disebut...
2. Seorang dai harus menjadi uswatun hasanah ketika berdakwah. Artinya...
3. Pengertian khotbah menurut bahasa dan istilah adalah...
4. Pengertian dakwah menurut bahasa dan istilah adalah...
5. Pengertian tablig menurut bahasa dan istilah adalah...
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 2 Tenggarong