Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi/faal tubuh manusia pada saat
bekerja. Merupakan dasar berkembangnya ergonomi.Bisa dikatakan juga fisiologi
kerja adalah fokus dengan respon tubuh terhadap kebutuhan metabolisme pada saat
kerja dengan mengukur aktivitas dari cardiovaskular respiratory dan sistem otot pada
saat kerja kita bisa mendapatkan informasi untuk mencegah kelelahan.
2. Kerja Fisik
Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali disebut sebagai “Manual
Operation” diamana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik
yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control).
Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi (energi consumption) merupakan faktor
utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut.
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi
energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan pengukuran :
2. Konsumsi Oksigen
Dengan bertambahnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang patut dijadikan pokok
bahasan dan analisa terhadap menifestasi kerja berat tersebut antara lain:
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus
sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984)
bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya
dan sangat tergantung dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi,
jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
a. Faktor Eksternal
Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Faktor-faktor disebut stressor,
yaitu:
1. Tugas (Task)
b. Bersifat fisik seperti stasiun kerja, kondisi, medan, atau sikap kerja.
c. Bersifat mental seperti tingkat kesulitan kerja yang mempengaruhi
tingkat emosi pekerja, atau kompleksitas pekerjaan.
2. Organisasi Kerja
Seperti lama kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem
pengupahan, sistem kerja, ritme kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dan
lain-lain.
3. Lingkungan Kerja
b. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal
sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun
subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis.
Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :
Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan
metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi
yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode dengan
menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan
metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama
kerja. Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu
alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi. Kategori
berat, ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan
denyut jantung.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan.
Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang untuk
bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Salah
satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang
dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran zat dalam menghasilkan energi.
Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan
salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas
pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat
pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menentukan berat – ringannya beban kerja.
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Konsumsi energi diukur dalam
satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan energi setiap kebutuhan 1
liter oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori energi yang setara dengan 20 KJ.
Dalam satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2 kilojoule (KJ).
Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai
penentu besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses Metabolisme merupakan
fase yang penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.
Besarnya energi yang dihasilkan / dikonsumsi dinyatakan dalam satuan kilo
kalori(Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi ringan (berjalan, berdiri/duduk,
berpakaian) memerlukan tambahan kalori kerja 600-700Kcal/24 jam . Standar untuk
energi Kerja 5.2 Kcal/menit adalah energi maksimum yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan fisik sedang secara terus-menerus.
Pada kerja dinamis, otot akan mengencang dan mengendur secara bergantian atau
berirama, sedangkan pada kerja statis, otot akan berada dalam posisi mengencang
dalam waktu yang cukup lama.
Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian
sesuai dengan irama tegang / kencang tekan dan kendor seperti layaknya kerja dari
sebuah pompa yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Di sini otot akan
banyak sekali membawa/menerima glukosa dan O2 pada saat mengencang dan
selanjutnya membuang metabolis (sisa hasil pembakaran/metabolisme) pada saat
mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara
bergantian, maka sirkulasi aliran darah + O2 dan metabolis akan berlangsung secara
lancar.
Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara statis. Di sini mengencangnya otot
dalam waktu lama akan menyebabkan alran darah terganggu suplai glukosa + O2
terhambat dan metabolis tidak bisa segera terbuang, kondisi tersebut akan
mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot.
a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya
melibatkan dua pertiga atau tiga perempat oleh otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi expenditure
karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.
c. Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan gaya,
tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot.
Namun, sampai saat ini metode pengukuran fisik dilakukan dengan menggunakan
standar :
1. Konsep Horse – Power (Foot-Pounds of Work Per Minute) oleh Taylor, tapi
tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (dengan metode
terbaru).
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen sebanyak
1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Suma’mun, 1989). Sebagai dasar perhitungan
dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan
aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan
kalori menurut aktivitasnya.
Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat
dengan perut dalam keadaan kosong. Yang mana tergantung pada ukuran,
berat badan dan jenis kelamin. Untuk pria dengan berat 70 kg membutuhkan
1700 kcal per 24 jam, dan untuk wanita dengan berat 60 kg membutuhkan
1400 kcal per 24 jam. Pada kondisi metabolisme basal ini hampir semua
energi kimia dari zat makanan dikonversi menjadi panas.
Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam
hubungannya dengan:
a. Metabolisme basal
b. Kalori untuk bersantai
c. Kalori untuk bekerja
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan
tangan.
b. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
c. Menggunakan ECG ( Electrocardiograph ), yaitu mengukur signal elektrik
yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.
Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut
nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik.
Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan, baik
yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa jenis,
Muller ( 1962 ) memberikan definisi sebagai berikut :
a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara denyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery cost ) adalah
jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan
selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut berada pada
kondisi istirahatnya ( resting level ).
( Nurmianto, 1998 )
Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
2. Kardiovaskuler
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang
berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu
dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa
sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah
tertutup. sistem peredaran darah,yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan
jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin
kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh
dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh. Pertama, darah
mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang
berlawanan (lihat respirasi). Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal
pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan
masing-masing untuk mengkonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau
disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat)
yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus
besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan
bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh. Cardiovascular adalah suatu
sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga
menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis
sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka,
dan sistem peredaran darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung
berdasarkan rumus di bawah ini:
Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
4. Kelelahan
Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada
pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam
rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas.
Waktu pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi
sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus
lambat yang tidak normal.
1. Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan
akan mengakibatkan kelelahan kerja.
2. Beban Tambahan
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung
oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari lingkungan kerja yang
memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja.
a. Iklim Kerja
b. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada
tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama
merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti
gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya
metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan.
c. Penerangan
3. Faktor Individu
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin
besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.
b. Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar
masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Proses
b. Kelelahan umum, ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya
penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya
kelelahan secara umum ditandai dengan berbagai kondisi antara lain :
1. Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata).
2. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau
intelektual (proses berpikir).
3. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan
pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan.
4. Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
5. Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan olehakumulasi efek
jangka panjang.
6. Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam dan memulai
periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam
tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).
a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara
berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, selain itu
timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan
umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing,
sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain
b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.
Mekanisme Kelelahan
Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex
cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan system
penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot,
yaitu:
1. Teori Kimia
Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga
mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana
kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan
terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga
dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang.
Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem
aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang salah
satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat
simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam
keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang
memberikaan stabilitas pada tubuh.
Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan yang sering timbul.
Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 (tiga)
kategori, yaitu :
Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak
seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang,
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak tekun
dalam pekerjaan.
Sakit kepala, kekakuan bahu, nyeri di punggung, pernafasan seperti tertekan, haus,
suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan,
dan merasa kurang sehat.
1. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, pengaturan udara
yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.
2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.
4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.
6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi
tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.
7. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan
kehidupannya.
8. Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik.
10. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia,
wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru
pindahan.
11. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba, dan obat berbahaya.
8. Metabolisme
1. Proses katabolisme
2. Proses Anabolisme
3. Proses ampibolik
(Tri Carboxilic Cycle = Tri Carboxilic Acid Cycle =Citrit Acid Cycle)
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan
hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai
hormon, dan dipercepatkan oleh senyawa organik yang disebut sebagai enzim. Pada
senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter dan penentu percepatan
reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang
berinteraksi dengan enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan senyawa
intermediat yang lazim disebut dengan metabolit, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu
jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu
biologi yang disebut metabolomika.
Katabolisme
Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP
dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan
protein). Jalur-jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan
makanan.
o Katabolisme karbohidrat
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa
membutuhkan oksigen.
Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
o Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
Respirasi aerobik
o Transpor elektron
o Fosforilasi oksidatif
Respirasi anaerobik,
o Daur Cori
o Fermentasi asam laktat
o Fermentasi
o Fermentasi etanol
Anabolisme
a. Metabolisme Basal
1. Ukuran tubuh.
2. Umur.
3. Jenis kelamin.
4. Iklim.
5. Jenis pakaian yang dipakai.
6. Jenis pekerjaan.
b. Metabolisme Istirahat
d. Metabolisme Pemulihan
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama, yakni faktor fisik
dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari
kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja.
Hubungan kerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu,
kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:
a. Faktor manusia
Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kesalahan letak
mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat
kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja.
Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri
dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada
rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada
tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga
ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak
enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat
kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk atau terkena benda-benda
Terjepit oleh benda
Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
Patah tulang
Dislokasi (keseleo)
Regang otot (urat)
Memar dan luka dalam yang lain
Amputasi
Luka di permukaan
Gegar dan remuk
Luka bakar
Keracunan-keracunan mendadak
Pengaruh radiasi
Lain-lain
Kepala
Leher
Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
sebagainya)
b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)
b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada
dalam perusahaan tersebut
d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada
area yang membahayakan.
b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan
alat pelindung diri (APD)
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor lingkungan dan
teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
terjadi.
h. Pendidikan
i. Latihan-latihan
j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat
Dalam praktikum pengukuran kerja fisiologis alat-alat dan bahan yang digunakan
adalah:
Pulse Meter
Treadmill
Stopwatch
Termometer tubuh
Timbangan berat Badan
Glucotest
Lembar pengamatan