Anda di halaman 1dari 21

Rino ini kebanyakan memang beban kerja Cuma di

hubungkan dengan homeostasis ya jgan lupa bukan


homeostatis soalnya km salah ktik jd aku bingung
hhe. Soalnya kalo aku nyari homesotatis sendiri
kan brhubungan dengan pertahanan tubuh jadi
bingung lek ndak dihubungkan antara homeo sm
mtabolisme, silahkan dipilih yang sekiranya pnting
ya, soalnya mnurutku pnting smua eh :’) ika amal

1. Definisi Fisiologi Kerja

Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi/faal tubuh manusia pada saat
bekerja. Merupakan dasar berkembangnya ergonomi.Bisa dikatakan juga fisiologi
kerja adalah fokus dengan respon tubuh terhadap kebutuhan metabolisme pada saat
kerja dengan mengukur aktivitas dari cardiovaskular respiratory dan sistem otot pada
saat kerja kita bisa mendapatkan informasi untuk mencegah kelelahan.

Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan beban kerja


seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Pengetahuan dasar mengenai
fisiologi kerja memungkinkan untuk dapat dievaluasi suatu sistem kerja secara efektif.
Diupayakan evaluasi kerja semaksimal mungkin bersifat objektif dan kuantitatif.
Penilaian secara kualitatif misalnya adanya kelelahan kerja, hal ini memerlukan
analisis lebih lanjut mengingat kemampuan individual yang berbeda.

2. Kerja Fisik

Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali disebut sebagai “Manual
Operation” diamana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik
yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control).
Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi (energi consumption) merupakan faktor
utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut.

Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui :

1. Konsumsi oksigen

2. Denyut jantung

3. Peredaran udara dalam paru-paru


4. Temperatur tubuh

5. Konsentrasi asam laktat dalam darah

6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni

7. Tingkat penguapan

8. Faktor lainnya

Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi
energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan pengukuran :

1. Kecepatan denyut jantung

2. Konsumsi Oksigen

3. Manifestasi Kerja Berat

Dengan bertambahnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang patut dijadikan pokok
bahasan dan analisa terhadap menifestasi kerja berat tersebut antara lain:

a. Denyut jantung (heart rate)


b. Tekanan darah (blood pressure)
c. Cardiac output (keluaran paru dengan satuan liter per menit)
d. Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat)
e. Temperatur tubuh (body temperature)
f. Kecepatan berkeringat (sweating rate)
g. Pulmonary ventilation
h. Konsumsi oksigen

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari.


Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh,
memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan.
Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan
prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus
sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984)
bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya
dan sangat tergantung dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi,
jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
a. Faktor Eksternal

Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Faktor-faktor disebut stressor,
yaitu:

1. Tugas (Task)

b. Bersifat fisik seperti stasiun kerja, kondisi, medan, atau sikap kerja.
c. Bersifat mental seperti tingkat kesulitan kerja yang mempengaruhi
tingkat emosi pekerja, atau kompleksitas pekerjaan.

2. Organisasi Kerja

Seperti lama kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem
pengupahan, sistem kerja, ritme kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dan
lain-lain.

3. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan kerja fisik : mikroklimat, intensitas kebisingan,


pencahayaan.

b. Lingkungan kerja kimiawi : debu, gas pencemar.


c. Lingkungan kerja biologis : bakteri, virus.
d. Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan
karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja
dengan lingkungan sosial, dll.

b. Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal
sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun
subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis.
Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :

a. faktor somatis = jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,


status gizi
b. faktor psikis = motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan
dll.

5. Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan
metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi
yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode dengan
menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan
metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama
kerja. Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu
alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi. Kategori
berat, ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan
denyut jantung.

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan.

Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang untuk
bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Salah
satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang
dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran zat dalam menghasilkan energi.
Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan
salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas
pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat
pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menentukan berat – ringannya beban kerja.

Berkaitan hal tersebut , menurut Kepmennaker (1999), menetapkan kategori beban


kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

1. Beban kerja ringan : 100 – 200 kilo kalori / jam


2. Beban kerja sedang : > 200 – 350 kilo kalori / jam
3. Beban kerja berat : > 350 – 500 kilo kalori / jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Konsumsi energi diukur dalam
satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan energi setiap kebutuhan 1
liter oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori energi yang setara dengan 20 KJ.
Dalam satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2 kilojoule (KJ).

Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai
penentu besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses Metabolisme merupakan
fase yang penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.
Besarnya energi yang dihasilkan / dikonsumsi dinyatakan dalam satuan kilo
kalori(Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi ringan (berjalan, berdiri/duduk,
berpakaian) memerlukan tambahan kalori kerja 600-700Kcal/24 jam . Standar untuk
energi Kerja 5.2 Kcal/menit adalah energi maksimum yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan fisik sedang secara terus-menerus.

6. Gaya – Gaya Tubuh


Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerja otot harus
diperhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat dibedakan dalam 2 hal
yaitu:

a. Kerja otot dinamis (berirama)


b. Kerja otot statis (kerja tetap)

Pada kerja dinamis, otot akan mengencang dan mengendur secara bergantian atau
berirama, sedangkan pada kerja statis, otot akan berada dalam posisi mengencang
dalam waktu yang cukup lama.

Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian
sesuai dengan irama tegang / kencang tekan dan kendor seperti layaknya kerja dari
sebuah pompa yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Di sini otot akan
banyak sekali membawa/menerima glukosa dan O2 pada saat mengencang dan
selanjutnya membuang metabolis (sisa hasil pembakaran/metabolisme) pada saat
mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara
bergantian, maka sirkulasi aliran darah + O2 dan metabolis akan berlangsung secara
lancar.

Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara statis. Di sini mengencangnya otot
dalam waktu lama akan menyebabkan alran darah terganggu suplai glukosa + O2
terhambat dan metabolis tidak bisa segera terbuang, kondisi tersebut akan
mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot.

7. Penilaian beban Kerja

Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller :

a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya
melibatkan dua pertiga atau tiga perempat oleh otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi expenditure
karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.
c. Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan gaya,
tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot.

Namun, sampai saat ini metode pengukuran fisik dilakukan dengan menggunakan
standar :

1. Konsep Horse – Power (Foot-Pounds of Work Per Minute) oleh Taylor, tapi
tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (dengan metode
terbaru).

( Sritomo Wignjosoebroto,Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu, 1995 )

1. Penilaian berdasarkan jumlah kebutuhan kalori


Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan akan
oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan
energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh merupakan salah satu
indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan
memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran.

Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai


indikator untuk menentukan berat ringannya beban kerja adalah sebagai berikut:

1. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam


2. Beban kerja sedang : > 200-350 Kilo kalori/ jam
3. Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/ jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen sebanyak
1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Suma’mun, 1989). Sebagai dasar perhitungan
dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan
aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan
kalori menurut aktivitasnya.

Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24


jam ditentukan oleh tiga hal :

1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh jenis


kelamin dan usia.

Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat
dengan perut dalam keadaan kosong. Yang mana tergantung pada ukuran,
berat badan dan jenis kelamin. Untuk pria dengan berat 70 kg membutuhkan
1700 kcal per 24 jam, dan untuk wanita dengan berat 60 kg membutuhkan
1400 kcal per 24 jam. Pada kondisi metabolisme basal ini hampir semua
energi kimia dari zat makanan dikonversi menjadi panas.

2. Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat ditentukan


dengan jenis aktivitasnya, berat atau ringan.

Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin


banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka
semakin banyak pula energi yang dikonsumsi, dan diekspresikan sebagai
kalori kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada
saat bekerja kemudian dikurangi dengan konsumsi energi pada saat istirahat
atau pada saat metabolisme basal.

Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam
hubungannya dengan:

a. Jenis kerja berat


b. Tingkat usaha kerjanya
c. Kebutuhan waktu istirahat
d. Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
e. Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja

3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.

Aktivitas harian juga mengkonsumsi energi. Rata-rata konsumsinya adalah


600 kcal untuk pria dan 500-550 kcal untuk wanita. Sedangkan konsumsi
energi total terbagi atas:

a. Metabolisme basal
b. Kalori untuk bersantai
c. Kalori untuk bekerja

Ditambahi aktivitas manusia dan persen efisiensinya

1. Denyut Nadi Kerja

Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk


menilai cardiovasculair strain. Beberapa hal yang berkaitan dengen pengukuran
denyut jantung adalah sebagai berikut :

1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut


jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara keduanya. Tingkat
pulsa dan denyut jantung permenit dapat digunakan untuk menghitung
pengeluaran energi.
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan
pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau
tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga factor tersebut memberikan
pengaruh yang sama besar.

Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan
tangan.
b. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
c. Menggunakan ECG ( Electrocardiograph ), yaitu mengukur signal elektrik
yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.

Selain menggunakan ECG, dapat menggunakan stopwatch denyut (Kilbon, 1992).


Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut
nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik.

Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan, baik
yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa jenis,
Muller ( 1962 ) memberikan definisi sebagai berikut :

a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara denyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery cost ) adalah
jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan
selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut berada pada
kondisi istirahatnya ( resting level ).

( Nurmianto, 1998 )

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam


peningkatan cardio output dari istirahat samapi kerja maksimum, peningkatan
tersebut oleh Rodahl (1989) didefinikan sebagai heart rate reserve (HR reserve).

Lebih lanjut Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban


kerja berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut
nadi maskimum karena beban kardiovaskuler. Cardiovascular adalah suatu sistem
organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong
stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis sistem
peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka, dan
sistem peredaran darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung berdasarkan
rumus di bawah ini:

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

a. < 30% = Tidak terjadi kelelahan


b. 0-<60% = Diperlukan perbaikan
c. 60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
d. 80-<100% = Diperlukan tindakan segera
e. >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

2. Kardiovaskuler

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang
berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu
dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa
sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah
tertutup. sistem peredaran darah,yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan
jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin
kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh
dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh. Pertama, darah
mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang
berlawanan (lihat respirasi). Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal
pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan
masing-masing untuk mengkonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau
disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat)
yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus
besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan
bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh. Cardiovascular adalah suatu
sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga
menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis
sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka,
dan sistem peredaran darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung
berdasarkan rumus di bawah ini:

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

f. < 30% = Tidak terjadi kelelahan


g. 0-<60% = Diperlukan perbaikan
h. 60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
i. 80-<100% = Diperlukan tindakan segera
j. >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

4. Kelelahan

Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada
pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam
rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas.
Waktu pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi
sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus
lambat yang tidak normal.

Ada beberapa defenisi dari kelelahan kerja, yaitu :

1. Kelelahan kerja menurut Suma’mur (1996), merupakan proses menurunnya


efisiensi, performa kerja dan berkurangnya kekuatan/ ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

2. Kelelahan kerja menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan


menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam
industri.

3. Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2004), merupakan suatu mekanisme


perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan
demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.

4. Kelelahan kerja menurut AM. Sugeng Budiono (2003), adalah suatu


kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja.

Kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu :

1. Beban Kerja

Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan
akan mengakibatkan kelelahan kerja.

2. Beban Tambahan

Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung
oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari lingkungan kerja yang
memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:

a. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan


gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Suhu yang terlalu rendah dapat
menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh,
sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat
menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan
produksi keringat meningkat.

b. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada
tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama
merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti
gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya
metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan.

c. Penerangan

Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang


menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan yang baik adalah
penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti,
cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Penerangan tempat kerja
yang tidak adekuat juga bisa menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi
penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan.

3. Faktor Individu

a. Umur

Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin
besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.

b. Masa Kerja

Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar
masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:

1) Masa kerja < 6 tahun

2) Masa kerja 6-10 tahun

3) Masa kerja >10 tahun

Jenis kelelahan kerja

Kelelahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu berdasarkan :

1. Proses

a. Kelelahan otot ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu


yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak.

b. Kelelahan umum, ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya
penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya
kelelahan secara umum ditandai dengan berbagai kondisi antara lain :

1. Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata).
2. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau
intelektual (proses berpikir).
3. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan
pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan.
4. Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
5. Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan olehakumulasi efek
jangka panjang.
6. Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam dan memulai
periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam
tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).

2. Waktu terjadinya kelelahan

a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara
berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, selain itu
timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan
umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing,
sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain

3. Penyebab terjadinya kelelahan

a. Faktor fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor


lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.

b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.

Mekanisme Kelelahan

Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex
cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan system
penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot,
yaitu:

1. Teori Kimia

Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya


cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab hilangnya
efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab
sekunder.

2. Teori syaraf pusat

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan


dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari sebagai
kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam
mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi
berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga
mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana
kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan
terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga
dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang.

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem
aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang salah
satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat
simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam
keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang
memberikaan stabilitas pada tubuh.

Akibat Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan yang sering timbul.
Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 (tiga)
kategori, yaitu :

1. Terjadinya pelemahan kegiatan

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak
seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Terjadinya pelemahan motivasi

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang,
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak tekun
dalam pekerjaan.

3. Gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum

Sakit kepala, kekakuan bahu, nyeri di punggung, pernafasan seperti tertekan, haus,
suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan,
dan merasa kurang sehat.

Oleh karenanya terjadi kecenderungan meningkatnya absenteisme terutama mangkir


kerja jangka pendek, sebabnya adalah kebutuhan untuk beristirahat lebih banyak atau
meningkatnya angka sakit.

Penanggulangan Kelelahan Kerja

1. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, pengaturan udara
yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.
2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.

3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi
tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.

7. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan
kehidupannya.

8. Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik.

9. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-sebaiknya.

10. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia,
wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru
pindahan.

11. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba, dan obat berbahaya.

8. Metabolisme

Metabolisme adalah perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk


pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Bahan-bahan (sumber energy) dari makanan
setelah dicerna akan diabsorpsi dalam usus halus,ke dalam sirkulasii darah dan
diambil oleh jaringan-jaringan akan mengalami 3 proses metabolism:

1. Proses katabolisme

Merupakan metabolisme yang menghasilkan energy dengan menggunakan


zat-zat yang tersedia.

 Karbohidrat dan lemak  CO2 + H2O + Energi


 Asam amino (protein)  CO2 + H2O + Urea + Energi

2. Proses Anabolisme

Merupakan metaboisme yang memakai energy untuk membentuk unsure-


unsur komplek dan jaringan.

 Proses biosintesa protein,karbohidrat, lemak nucleoprotein, dan proses-proses


endergonik lainnya.

3. Proses ampibolik

Merupakan gabungan antara proses katabolisme dan anabolisme.


Contoh : TCC = TCA = CCA

(Tri Carboxilic Cycle = Tri Carboxilic Acid Cycle =Citrit Acid Cycle)

2.8.1 Macam – macamnya

(bahasa Yunani: μεταβολισμος, metabolismos, perubahan) adalah semua reaksi kimia


yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular.

Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,

 katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk


mendapatkan energi
 anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-
molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh.[1]

Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan
hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai
hormon, dan dipercepatkan oleh senyawa organik yang disebut sebagai enzim. Pada
senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter dan penentu percepatan
reaksi kimia disebut katalis.

Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang
berinteraksi dengan enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan senyawa
intermediat yang lazim disebut dengan metabolit, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu
jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu
biologi yang disebut metabolomika.

Katabolisme

Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana


mencakup:

Ditambahin proses kimia katabolisme

 Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP
dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan
protein). Jalur-jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan
makanan.
o Katabolisme karbohidrat
 Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
 Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa
membutuhkan oksigen.
 Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
o Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
 Respirasi aerobik
o Transpor elektron
o Fosforilasi oksidatif
 Respirasi anaerobik,
o Daur Cori
o Fermentasi asam laktat
o Fermentasi
o Fermentasi etanol

Anabolisme

Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan menggunakan


energi tinggi mencakup:

Ditambahi proses kimia anabolisme

 Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.


 Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.
 Jalur sintesis porfirin
 Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali pembentukan kolesterol dan
isoprenoid.
 Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial bagi
pertumbuhan, perkembangan, maupun reproduksi, namun biasanya berfungsi
secara ekologis, misalnya pembentukan alkaloid dan terpenoid.
 Fotosintesis
 Siklus Calvin dan fiksasi karbon

2.8.3 Metabolisme Kerja

a. Metabolisme Basal

Metabolisme basal merupakan jumlah minimal energy yang diperlukan untuk


menjaga tubuh tetap berfungsi tanpa melakukan aktivitas. Diukur setelah
puasa 12 jam. Besarnya sekitar 1 kkal/jam setiap kilogram berat tubuh.
Kecepatan metabolisme basal diukur pada waktu istirahat, di tempat tidur,
tidak terganggu oleh apapun, dengan pemasukan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida diukur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme basal:

1. Ukuran tubuh.
2. Umur.
3. Jenis kelamin.
4. Iklim.
5. Jenis pakaian yang dipakai.
6. Jenis pekerjaan.

b. Metabolisme Istirahat

Merupakan energy yang diperlukan saat istirahat sebelum bekjerja. Besarnya


sekitar 10-15% lebih tinggi daripada metabolisme basal.
c. Metabolisme Kerja

Merupakan energy yang diperlukan saat melakukan aktivitas.

d. Metabolisme Pemulihan

Merupakan energy yang diperlukan untuk mengubah kembali :

1. asam laktat menjadi glukosa


2. ADP / AMP menjadi ATP
3. Creatine menjadi creatine phospat.

9. Kecelakaan Kerja dan Contoh

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan dengan


hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
daan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan kerja
merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya.

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama, yakni faktor fisik
dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari
kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja.

Hubungan kerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu,
kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.


2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja

Dibedakan menjadi dua faktor, yaitu :

a. Faktor manusia

Meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman,


kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja,
perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan
mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang
tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian,
melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk
mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang
sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
b. Faktor mekanik dan lingkungan.

Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kesalahan letak
mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat
kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja.
Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri
dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada
rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada
tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga
ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak
enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat
kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori

tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :

1. Teori kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa


kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam
rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu


lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang
cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.

3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja ini


diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

 Terjatuh
 Tertimpa benda
 Tertumbuk atau terkena benda-benda
 Terjepit oleh benda
 Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

B. Klasifikasi menurut penyebab


 Mesin, misalnya: mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu,
dan sebagainya.
 Alat angkut, misalnya: alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
 Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
 Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalya : bahan peledak, gas, zat-zat kimia,
dan sebagainya.
 Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah).
 Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

C. Klasifikasi menurut luka atau kelainan

 Patah tulang
 Dislokasi (keseleo)
 Regang otot (urat)
 Memar dan luka dalam yang lain
 Amputasi
 Luka di permukaan
 Gegar dan remuk
 Luka bakar
 Keracunan-keracunan mendadak
 Pengaruh radiasi
 Lain-lain

D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah
 Banyak tempat
 Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan


akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.

Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus

didekati dengan dua aspek, yakni :

a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan

sebagainya)
b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam


keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja,


material dan struktur perencanaan

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada
dalam perusahaan tersebut

c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang


kecelakaan dan keselamatan kerja

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada
area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah


dengan 12 hal berikut :

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai


kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan dan pemeliharaan , pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan


industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan
pemeriksaan kesehatan.

b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan
alat pelindung diri (APD)

c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi

d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar


pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor lingkungan dan
teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang


mengakibatkan kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi.

h. Pendidikan

i. Latihan-latihan
j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

3. Alat Pengukur Fisiologi

Dalam praktikum pengukuran kerja fisiologis alat-alat dan bahan yang digunakan
adalah:

 Pulse Meter
 Treadmill
 Stopwatch
 Termometer tubuh
 Timbangan berat Badan
 Glucotest
 Lembar pengamatan

Anda mungkin juga menyukai