IFRS 1
FIRST TIME ADOPTION OF
INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS)
KELOMPOK
II. IFRS 1
International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar
tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian
(revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai
substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu.
Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku
bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan
suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini
dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation
model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga
laporan keuangan disajikan dengan basis “true and fair” (IFRS framework
paragraph 46).
IFRS yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
menetapkan persyaratan dalam persiapan dan penyajian laporan keuangan dan
laporan keuangan interim oleh entitas yang mengadopsi IFRS untuk pertama
kalinya, untuk memastikan informasi tersebut mengandung informasi berkualitas
tinggi. IFRS 1 telah dikutip oleh Asosiasi Akuntan Bersertifikat Chartered
(ACCA) memiliki "signifikansi praktis yang bagus" di yurisdiksi yang
mengadopsi IFRS. Standar tersebut telah disahkan oleh Komisi Eropa untuk
penggunaan di Uni Eropa, dengan temuan Komisi Services di tahun 2009 bahwa
versi terbaru IFRS 1 memiliki manfaat yang lebih besar daripada biaya adopsi.
Mulai 1 Januari 2012 Indonesia sudah berkomitmen untuk ikut mengadopsi
International Financial Reporting Standard (IFRS). Adopsi di sini berarti
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang selama ini kita pakai harus
disesuaikan dengan IFRS. Pengadopsian IFRS ini juga sebenarnya merupakan
bagian dari penerapan good governance, karena akan meningkatkan kualitas
standar akuntansi keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan
keuangan, serta meningkatkan transparansi perusahaan. Ini juga berarti
meningkatkan perlindungan bagi investor pasar modal karena laporan keuangan
emiten yang dipublikasikan disajikan dengan standar akuntansi yang berkualitas
tinggi.
2.1 Tujuan IFRS 1
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan
keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam
laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable)
sepanjang periode yang disajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
Berikut Struktur IFRS 01 :
Sumber : Bapanaga.com
2.2 Ruang Lingkup IFRS 1
Secara garis besar, standar IFRS berlaku apabila sebuah perusahaan
menerapkan IFRS untuk pertamakalinya melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa
syarat tentang kesesuaian dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertamakalinya berdasarkan IFRS
(termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu )
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan
dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode disajikan.
Standar IFRS berlaku pada beberapa poin berikut ini :
1. Entitas yang terlebih dahulu menyiapkan Laporan Keuangannya
2. Transisi dari standar akuntansi lain ke IFRS
3. Pelaporan Keuangan Interim untuk sebagian periode yang dicakup oleh
IFRS pertamanya
4. Kumpulan laporan keuangan pertama yang berisi pernyataan kepatuhan
IFRS secara eksplisit dan tanpa syarat
III. Penutup
Penerapan standar IFRS tentu tidaklah mudah baik bagi entitas bisnis
maupun Pemerintah, tetapi merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Pengalaman dari beberapa negara lain, kesulitan yang dihadapi umumnya
disebabkan oleh perencanaan waktu yang kurang matang dan kurangnya
dukungan dari pimpinan perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi direksi,
khususnya direktur keuangan untuk mempersiapkan diri memenuhi tanggung
jawabnya dalam merespons perubahan ini. Dari sisi teknis, adopsi IFRS bukan
sekadar menerapkan standar baru, karena aplikasinya membutuhkan pemahaman
dan pertimbangan yang mungkin berbeda antar satu perusahaan atau industri
dengan yang lainnya. Besarnya peranan Direksi dalam proses ini sungguh
merupakan salah satu faktor kritikal bagi kesuksesan. Direktur Keuangan
memiliki tanggung jawab untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan yang
terlibat, mendapatkan kepercayaan dari direksi dan dewan komisaris untuk
memulai proyek perubahan tersebut, dan membentuk tim khusus yang akan
memandu perusahaan menjalani transisi yang mulus.