Anda di halaman 1dari 87

PEMODELAN KUANTITATIF BERBASIS UML (UNIFIED

MODELING LANGUAGE) PROSES LUMPUR AKTIF UNTUK


PENANGANAN LIMBAH CAIR AGROINDUSTRI

SKRIPSI

Oleh:
AGUNG UTOMO
F34070012

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
AN UML (UNIFIED MODELING LANGUAGE)
BASED QUANTITATIVE MODELING OF
ACTIVATED SLUDGE PROCESS
FOR AGROINDUSTRY WASTEWATER TREATMENT

Agung Utomo*, Suprihatin*, and Taufik Djatna*


*Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology
Bogor Agricultural University, Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor,
West Java, Indonesia
Phone 0857 824 665 59, e-mail: agungutomo07@yahoo.co.id

ABSTRACT

The objectives of this research is to find the best parameters value for designing basin,
mixing and aeration system, to optimize the process design and process controls, to simulate activated
sludge process that consists of the BOD removal only, BOD removal with nitrification, Biological
nitrogen removal for anoxic/aerobik process, and Biological phosphorus removal, using a computation
model of activated sludge process based on UML (Unified Modeling Language). The calculated data
was analyzed by using calculation of each process at activated sludge process. Activated sludge
process design covers determination of the aeration basin volume, the amount of sludge production,
the amount of oxygen needed, and the efluen concentration. The computation model of activated
sludge process consists of BOD removal only, BOD removal with nitrification, biological nitrogen
removal for anoxic/aerobik process, and biological phosphorus removal.

Keyword : Unified modeling language, activated sludge model, object oriented system, agro industrial
wastewater treatment.

ii
AGUNG UTOMO. F34070012. Pemodelan Kuantitatif Berbasis UML (Unified Modeling
Language) Proses Lumpur Aktif Untuk Penanganan Limbah Cair Agroindustri . Di bawah
bimbingan Suprihatin dan Taufik Djatna. 2011.

RINGKASAN

Proses lumpur aktif adalah proses dengan metode aerobik yang dapat mengolah berbagai
jenis limbah. Lumpur aktif merupakan suatu padatan organik yang telah mengalami peruraian secara
hayati sehingga terbentuk biomassa yang aktif dan mampu meyerap partikel serta merombaknya dan
kemudian membentuk massa yang mudah mengendap dan atau menyerap sebagai gas. Proses
penggunaan lumpur aktif adalah dengan menambahkan air limbah pada tangki aerasi dengan tujuan
memperbanyak jumlah bakteri agar proses biologi berjalan secara cepat. Proses lumpur aktif dapat
memungkinkan pemanfaatan dari skala kecil hingga skala besar, dapat mengeliminasi bahan organik,
dicapainya oksidasi dan nitrifikasi, proses nitrifikasi secara biologis tanpa menambahkan bahan kimia,
eliminasi fosfor biologis, pemisahan padatan/cairan, stabilisasi lumpur, mampu mengurangi padatan
tersuspensi sebesar 97%, dan proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan air limbah yang
paling banyak digunakan.
Proses lumpur aktif yang akan dimodelkan yaitu perancangan proses dan simulasi proses.
Perancangan proses terdiri dari penyisihan BOD, penyisihan BOD-nitrifikasi, penyisihan nitrogen,
dan penyisihan fosfor secara biologis. Pemodelan proses lumpur aktif bertujuan untuk memungkinkan
pengguna (staf pengolahan limbah cair) untuk menghitung konstruksi yang tepat sesuai air limbah
yang dihasilkan oleh industri. Data dihitung dengan menggunakan acuan perhitungan perancangan
proses lumpur aktif. Perancangan proses lumpur aktif dilakukan untuk menentukan: volume tangki
aerasi, jumlah produksi lumpur, jumlah oksigen yang dibutuhkan, dan konsentrasi efluen. Program
pemodelan proses lumpur aktif yang akan dihasilkan diberi nama Activatedsludge.0.1.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai parameter terbaik untuk konstruksi kolam
aerasi, kondisi pencampuran dan sistem aerasi, mengoptimalkan proses desain dan proses kontrol,
untuk mensimulai desain proses lumpur aktif yang terdiri dari penyisihan BOD, penyisihan BOD-
nitrifikasi , nitrogen removal secara biologis (proses anoksik / aerobik), dan penyisihan fosfor secara
biologis, dengan sebuah model komputasi proses lumpur aktif berbasis UML (Unified Modeling
Language).
Metode pengembangan sistem yang digunakan pada penelitian ini, adalah dengan pendekatan
kuantitatif (solusi analitik) dan pengembangan sistem berorientasi objek. Pengembangan sistem
berorientasi objek menggunakan Unified Modeling Languange (UML). UML adalah bahasa visual
yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi
obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem.
Solusi analitik yang dimaksud adalah pengembangan dengan metode matematika. Perumusan dalam
perancangan proses menggunakan acuan perhitungan proses lumpur aktif yang telah ada. Pada
perancangan sistem berdasarkan UML , terdapat empat diagram pemodelan sistem yaitu : Use case
diagram (diagram kasus), Activity diagram (diagram aktivitas), Statechart diagram (diagram
keadaan), dan Class diagram (diagram kelas).
Proses perhitungan yang akan dihitung salah satunya adalah proses penyisihan BOD. Untuk
melakukan proses perhitungan, data yang menjadi nilai input perhitungan harus diketahui terlebih
dahulu, data tersebut adalah data karakteristik air limbah, jumlah debit limbah, dan koefisien
perhitungan. Data yang digunakan merupakan karakteristik air limbah dari pabrik Industri kelapa
sawit PT.Perkebunan Nusantara I, Aceh Tamiang. Debit limbah yang dihasilkan yaitu 1000 m 3/hari.

iii
Berdasarkan nilai debit limbah, maka konstruksi proses penyisihan BOD yang tepat untuk volume
tangki aerasi yaitu sebesar 5000 m3, dengan total produksi lumpur 31541.78 kg/hari dan oksigen yang
dibutuhkan untuk proses sebesar 772 kg/jam, untuk kualitas efluen, konsentrasi yang di dapatkan
adalah 1.8 mg bCOD/L dan 9.9 mg BOD/L.
Pada perhitungan simulasi model proses lumpur aktif, simulasi dilakukan terhadap nilai laju
alir lumpur yang akan dibuang (Qw), laju alir lumpur aktif yang akan diproses kembali (Qr) dan
konsentrasi lumpur yang akan dikembalikan ke dalam proses (Xr). Berdasarkan simulasi pada nilai
Qw diketahui bahwa, perubahan nilai Qw mempengaruhi perubahan waktu keseluruhan proses (solids
retention time/SRT), perubahan nilai SRT akan mengakibatkan perubahan konsentrasi yang dihasilkan
pada efluen (Se) dan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses (Ro). Pada simulasi nilai Qr,
perubahan nilai Qr mempengaruhi perubahan nilai Xr, perubahan nilai Xr akan mempengaruhi nilai
Qw dan nilai laju alir limbah efluen atau output (Qe). Pada simulasi nilai Xr, perubahan nilai Xr
mempengaruhi nilai Qr,Qw, dan Qe .
Beberapa kelebihan dari perancangan sistem berbasis UML ini antara lain, perancangan
sistem lebih terstruktur,pembagian dan pengolahan database lebih cepat. Selain itu juga lebih efisien
dalam implementasi ke pemrograman sehingga memudahkan dalam proses pemodelan.
Pengembangan lebih lanjut terhadap program ActivatedSludge.0.1 perlu dilakukan untuk
menyempurnakan paket program, sehingga pengguna akan semakin dipermudah dalam melakukan
menghitung pada proses perhitungan penanganan limbah cair agroindustri dengan proses lumpur aktif.

iv
PEMODELAN KUANTITATIF BERBASIS UML (UNIFIED
MODELING LANGUAGE) PROSES LUMPUR AKTIF UNTUK
PENANGANAN LIMBAH CAIR AGROINDUSTRI

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
AGUNG UTOMO
F34070012

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

v
Judul Skripsi : Pemodelan Kuantitatif Berbasis UML (Unified Modeling
Language) Proses Lumpur Aktif Untuk
Penanganan Limbah Cair Agroindustri.
Nama : Agung Utomo
NIM : F34070012

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Prof. Dr. Ir. Suprihatin) (Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si)

NIP 19631221 199003 1002 NIP 19700614 199512 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)
NIP 19621009 198903 2 001

Tanggal Lulus :

vi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Pemodelan
Kuantitatif Berbasis UML (Unified Modeling Language) Proses Lumpur Aktif Untuk
Penanganan Limbah cair agroindustri adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen
pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 26 Juni 2011


Yang membuat pernyataan

Agung Utomo
F3470012

vii
© Hak cipta milik Agung Utomo, tahun 2011
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tampa izin tertulis dari Institu Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,
mikrofilm, dan sebagainya

viii
BIODATA PENULIS

Agung Utomo. Lahir di Banda Aceh, 19 Agustus 1989 dari ayah Cipta Hunai
dan ibu Herna Lidaiti, sebagai putra ketiga dari tiga bersaudara. Penulis
menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 1 Sabang, Aceh dan
pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Industri Pertanian,
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakulatas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk
menjadi asisten mata kuliah dasar-dasar komunikasi pada tahun 2009 dan
menjadi asisten mata kuliah penerapan komputer pada tahun 2008. Pada tahun 2007 menjadi anggota
PASKIBRA (Pasukan pengibar bendera merah putih ) IPB. Pada tahun 2011 mengikuti lomba Pekan
Karya Mahasiswa Kewirausahaan IPB dan lolos pada tahap pertama. Penulis melaksanakan Praktik
Lapangan pada tahun 2010 di Pabrik Kelapa Sawit, PT. Perkebunan Nusantara I Aceh Tamiang, Aceh.
Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pemodelan Kuantitatif Berbasis UML (Unified
Modeling Language) Proses Lumpur Aktif Untuk Penanganan Limbah Cair Agroindustri” untuk
mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Suprihatin. dan
Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si.

ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunia-Nya sehingga skripsi ini
berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul “Pemodelan Kuantitatif Berbasis UML (Unified
Modeling Language) Proses Lumpur Aktif Untuk Penanganan Limbah Cair Agroindustri”
dilaksanakan di Bogor sejak bulan Februari sampai Mei 2009.
Dengan telah selesainya penenlitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Suprihatin atas saran dan bantuan moril yang diberikan selaku dosen pebimbing
utama.
2. Dr.Eng. Taufik Djatna, S.TP, MSi atas saran selaku dosen pebimbing kedua dan telah
mengajarkan tentang disiplin waktu, serta keefektifan dan keefisienan dalam melakukan
suatu pekerjaan.
3. Andes Ismayana, S.TP, MT yang telah memberikan masukan selaku penguji pada ujian
skripsi.
4. PT Perkebunan Nusantara I, pabrik kelapa sawit, Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang,
Nanggroe Aceh Darussalam.
5. Orang tua yang selama ini tanpa henti memberikan semangat,dukungan, dan doa.
6. Ismawarni, Asisten laboraturium PKS dan PIS PTPN-I Tanjung Seumantoh yang telah
banyak membantu, mengajari tentang pengolahan limbah cair.
7. Teguh A.S, Triyoda A, Muhammad Iqbal A.W, yang telah menjadi rekan selama penelitian
di laboraturium komputer TIN.
8. Sahabat-sahabat TIN44 yang telah memberikan masukan tentang desain model perangkat
lunak.
9. Serta semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang
nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian khususnya bidang
teknologi manajemen lingkungan industri pertanian.

x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lumpur Aktif ................................................................................................................ 3
2.1.1. Penyisihan BOD (Biological Oxygen Demand) ................................................ 4
2.1.2. Penyisihan Nitrogen .......................................................................................... 5
2.1.3. Penyisihan Fosfor .............................................................................................. 5
2.2. Analisis Dan Desain Berbasis Objek ............................................................................. 6
2.3. Penelitian Terdahulu ...................................................................................................... 8
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Konsep Pemodelan Proses Lumpur aktif ....................................................................... 9
3.2. Studi Literatur ............................................................................................................. 10
3.2.1. Penyisihan BOD .............................................................................................. 12
3.2.2. Penyisihan Nitrogen ........................................................................................ 22
3.2.3. Penyisihan Fosfor ............................................................................................ 24
3.3. Analisis Komponen dan Desain Model ....................................................................... 26
3.3.1. Analisis Komponen model .............................................................................. 26
3.3.2. Desain Model .................................................................................................. 28
3.4 Implementasi Model ..................................................................................................... 28
3.5 Analisis Hasil Perhitungan............................................................................................ 29
3.6 Verifikasi Model ........................................................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Komponen Model ........................................................................................... 30
4.1.1 Deskripsi Model ................................................................................................. 30
4.1.2 Konfigurasi Model ............................................................................................. 30
4.1.3 Kebutuhan Fungsional Model ............................................................................ 30
4.2. Desain Model Berbasis UML (Unified modeling language)......................................... 31
4.2.1. Diagram Kasus (Usecase Diagram) .................................................................. 31
4.2.2. Diagram Aktivitas (Activity Diagram) .............................................................. 34
4.2.3. Diagram Keadaan (Statechart Diagram)........................................................... 36
4.2.4. Diagram Kelas (Class Diagram) ....................................................................... 38
4.2.5. Desain Basis Data ............................................................................................. 39
4.3. Implementasi Model ..................................................................................................... 41
4.3.1. Model Desain Perangkat Lunak ........................................................................ 43
4.3.2. Desain Struktur Perangkat Lunak ..................................................................... 43

xi
4.4. Analisis Hasil Perhitungan ............................................................................................ 48
4.4.1. Perhitungan Perancangan Proses ....................................................................... 48
4.4.2. Perhitungan Simulasi ........................................................................................ 56
4.5.Verifikasi Model ............................................................................................................ 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN ............................................................................................................. 66
5.2. SARAN ......................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 69

xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Unit-unit dalam perhitungan ........................................................................................... 11
Tabel 2. Koefisien a dan b untuk perhitungan pada proses sedimentasi primer. ........................... 21
Tabel 3. Nilai karakteristik air limbah PTPN-I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang. .................. 49
Tabel 4. Koefisien kinetik lumpur aktif untuk bakteri heterotrofik pada suhu 20 0C ..................... 49
Tabel 5. Koefisien kinetik proses nitrifikasi lumpur aktif pada suhu 200C ................................... 49
Tabel 6. Karakteristik air limbah pada stasiun perebusan (PTPN I Tanjung Seumantoh,
Aceh Taminang). ............................................................................................................. 50
Tabel 7. Hasil perhitungan penyisihan BOD dan penyisihan BOD-nitrifikasi .............................. 50
Tabel 8. Nilai koefisien biokinetik untuk kurva perancangan SDNRb .......................................... 53
Tabel 9. Hasil perhitungan penyisihan nitrogen proses lumpur aktif. ........................................... 54
Tabel 10. Hasil perhitungan penyisihan fosfor proses lumpur aktif .............................................. 55
Tabel 11. Simulasi waktu keseluruhan proses (SRT). ................................................................... 57
Tabel 12. Simulasi nilai laju alir lumpur yang menjadi buangan dari proses lumpur aktif ........... 58
Tabel 13. Simulasi nilai konsentrasi lumpur yang diproses kembali ............................................ 59
Tabel 14. Simulasi nilai laju alir lumpur yang diproses kembali. ................................................. 61

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir proses lumpur aktif ................................................................................. 4
Gambar 2. Diagram alir proses penyisihan nitrogen ...................................................................... 5
Gambar 3. Diagram alir proses penyisihan fosfor .......................................................................... 6
Gambar 4. Diagram –diagram pemodelan sistem pada UML ........................................................ 7
Gambar 5. Tahapan proses perhitungan pada pemodelan lumpur aktif. ........................................ 9
Gambar 6. Metode pengembangan model proses lumpur aktif ..................................................... 10
Gambar 7. Skema proses lumpur aktif penyisihan BOD............................................................... 12
Gambar 8. Skema proses penyisihan BOD-nitrifikasi................................................................... 17
Gambar 9. Skema proses lumpur aktif penyisihan nitrogen .......................................................... 22
Gambar 10. Skema proses lumpur aktif penyisihan fosfor ........................................................... 24
Gambar 11. Tahapan analisis komponen model proses lumpur aktif. ........................................... 27
Gambar 12. Tahap implementasi model proses lumpur aktif ........................................................ 29
Gambar 13. Contoh hubungan extend dan include ........................................................................ 32
Gambar 14. Diagram kasus model program proses lumpur aktif. ................................................. 33
Gambar 15. Diagram aktivitas model program proses lumpur aktif
penyisihan BOD-nitrifikasi........................................................................................ 35
Gambar 16. Diagram keadaanmodel lumpur aktif (activatedsludge.0.1) ...................................... 37
Gambar 17. Diagram kelas model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1). ............................. 38
Gambar 18. Contoh CDM model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1). ............................... 40
Gambar 19. Contoh PDM model proses lumpur aktif (iactivatedsludge.0.1). .............................. 41
Gambar 20. Diagram alir proses implementasi model perangkat lunak Activatedsludge.0.1.. ..... 42
Gambar 21. Perancangan halaman proses perhitungan dengan Microsoft Visio. ......................... 43
Gambar 22. Halaman login perangkat lunak Activatedsludge.0.1................................................. 44
Gambar 23. Halaman pemilihan industri dengan nilai karakteristik air limbahnya. ..................... 45
Gambar 24. Halaman pemilihan perhitungan proses lumpur aktif pada perangkat lunak
Activatedsludge.0.1. ..................................................................................................... 46
Gambar 25. Contoh halaman perhitungan proses penyisihan BOD lumpur aktif ......................... 47
Gambar 26. Contoh halaman skema proses penyisihan BOD lumpur aktif .................................. 47
Gambar 27. Plot nilai spesifik denitrificasi (SDNR) berdasarkan konsentrasi
biomassa pada suhu 200C dan rasio F/Mb (food to biomass) untuk
varian persentase nilai relatif rbCOD menjadi bCOD pada air limbah influen. ........ 53
Gambar 28. Grafik pengaruh perubahan nilai SRT terhadap nilai efluen substrat.. ...................... 57
Gambar 29. Grafik pengaruh perubahan nilai SRT terhadap jumlah oksigen yang dibutuhkan. .. 58
Gambar 30. Grafik pengaruh perubahan nilai laju alir lumpur yang dibuang
terhadap waktu proses.. ............................................................................................. 59
Gambar 31. Grafik pengaruh perubahan nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan
ke dalam proses (return activated sludge) terhadap nilai laju alir lumpur
yang diproses kembali.. ............................................................................................. 60
Gambar 32. Grafik pengaruh perubahan nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan
ke dalam proses (return activated sludge) terhadap nilai laju alir lumpur
yang dibuang (Qw). .................................................................................................. 60
Gambar 33. Grafik pengaruh perubahan nilai laju alir lumpur yang diproses
kembali (Qr) terhadap nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan
ke dalam proses (Xr). ............................................................................................... 61

xiv
Gambar 34. Verifikasi model ........................................................................................................ 62
Gambar 35. Tahapan verifikasi perhitungan model proses lumpur aktif. ..................................... 63
Gambar 36. Tahapan verifikasi model perangkat lunak (Activatedsludge.0.1). ............................ 64

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Daftar istilah pada karakteristik air limbah ......................................................... 70
Lampiran 2. Contoh halaman laporan hasil perhitungan
model lumpur aktif. ............................................................................................. 71

xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan sektor industri telah memberikan peningkatan nilai tambah pada


komoditas pertanian. Aktivitas industri dilakukan bertujuan memaksimalkan produksi dengan
efektif dan efisien. Seiring berjalan waktu, telah terjadi dampak negatif dari aktivitas tersebut
terhadap lingkungan yang disebabkan oleh buangan limbah, baik yang berasal dari industri besar
maupun industri kecil. Semua industri pasti menghasilkan limbah, termasuk di dalamnya adalah
industri berbasis pertanian (agroindustri). Salah satu limbah yang dihasilkan yaitu limbah cair.
Limbah cair industri pertanian tersebut dicirikan dengan tingginya kandungan karbon organik dan
hara. Tingginya kandungan bahan organik ini akan menyebabkan penurunan kualitas badan air
penerima yang menyebabkan rendahnya oksigen yang terlarut .
Penanganan air limbah secara biologi dapat dilakukan secara aerobik dan anaerobik.
Salah satu cara penanganan limbah cair industri secara aerobik yaitu dengan menerapkan proses
Lumpur aktif. Proses lumpur aktif yaitu teknik penanganan limbah cair dengan cara
mencampurkan lumpur biologis (mikroorganisme) pada limbah cair yang diaerasi dan diaduk
secara teratur (Metcalf and Eddy,2003). Lumpur biologis merupakan gumpalan partikel
tersuspensi berupa campuran mikroorganisme aerobik yang dihasilkan melalui aerasi.
Mikroorganisme dalam lumpur aktif berfluktuasi, terdiri atas bakteri gram negative termasuk
pengoksida karbon dan nitrogen. Mikroorganisme tersebut antara lain : Pseudomonas,
Favobacterium, Nicorida, Nitrosomonas, dan Nitrobacter (Chubodu,1990). Menurut Hayati
(1998), penanganan dan pengolahan yang tepat terhadap limbah yang dihasilkan merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Untuk meminimalkan pencemaran yang disebabkan oleh buangan
limbah industri khususnya limbah cair, maka diperlukannya suatu proses pengolahan terhadap
limbah cair.
Agar proses penanganan dan pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif dapat
menghasilkan konstruksi proses yang optimal, maka diperlukan pemodelan terhadap proses
lumpur aktif. Proses lumpur aktif meliputi penyisihan BOD (Biological oxygen demand),
penyisihan nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi), penyisihan fosfor secara biologis. Masing-
masing prosesnya penyisihan memiliki model dan perhitungan yang berbeda-beda. Penggunaan
peubah, parameter dan ketetapan memiliki peran dalam pemodelan untuk menghasilkan ketepatan
rancangan sesuai dengan limbah yang dihasilkan. Dengan demikian, pemodelan yang baik dan
tepat sesuai dengan kebutuhan sangat diperlukan untuk mendapatkan pemodelan proses yang baik.
Oleh karena itu, pemodelan dilakukan dengan menerapkan solusi analitikal (matematika) atau
metode kuantitatif dengan perancangan model proses lumpur aktif yang dibangun menggunakan
UML (Unified modeling language).

1
1.2 Tujuan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah pembuatan model perhitungan proses lumpur
aktif pada pengolahan limbah cair industri.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Melakukan pemodelan proses lumpur aktif yang mencakup penyisihan BOD (Biological
oxygen demand), penyisihan nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi), dan penyisihan fosfor.
2. Melakukan simulasi proses lumpur aktif dan mendapatkan suatu kondisi optimal pada
proses lumpur aktif.
3. Menghasilkan perangkat lunak perhitungan proses lumpur aktif untuk mempermudah
proses perhitungan.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Proses lumpur aktif ini terdiri dari penyisihan BOD (nitrifikasi dan tanpa nitrifikasi),
Penyisihan nitrogen, dan Penyisihan fosfor secara biologis. Proses terdiri dari penyisihan
BOD dan TSS pada sedimentasi primer, proses pada kolam aerasi, dan yang terakhir
perhitungan perancangan clarifier sekunder.
2. Menggunakan model matematik dari proses penyisihan BOD, penyisihan nitrogen dan
penyisihan fosfor proses lumpur aktif berdasarkan model matematik yang telah dibangun
oleh Metcalf dan Eddy (2003) dalam buku Wastewater Engineering .
3. Menerjemahkan model matematik menjadi model simulasi dan perancangan proses
lumpur aktif ke dalam pemrograman komputer.
4. Analisis hasil perhitungan proses lumpur aktif dengan cara melakukan proses perhitungan
perancangan proses dan menghitung kondisi optimal (optimasi) dengan cara melakukan
simulasi penggunaan parameter – parameter yang digunakan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge)

Secara umum proses lumpur aktif adalah proses dengan metode aerobik baik secara
kontinu maupun semikontinu yang digunakan pada pengolahan biologis limbah cair industri, di
dalamnya mencakup oksidasi karbon dan nitrifikasi. Proses ini didasarkan pada aerasi air limbah
dengan flokulasi pertumbuhan biologis, dan diikuti oleh pemisahan. Bagian dari tahap ini
kemudian dibuang, dan sisanya dikembalikan ke sistem. Biasanya, pemisahan dari air limbah
dilakukan dengan proses pengendapan. Proses lumpur aktif saat ini merupakan teknologi yang
paling berkembang untuk pengolahan air limbah. Pemanfaatan sistem lumpur aktif dapat
diterapkan dalam kondisi iklim yang berbeda, dari daerah tropis hingga daerah kutub, dari
permukaan laut (instalasi pengolahan air limbah di kapal) dan ketinggian yang ekstrim
(pegunungan). Industri pengolahan Air Limbah yang dilengkapi dengan proses lumpur aktif
mampu memenuhi kriteria limbah yang sesuai dengan baku mutu air limbah berdasarkan
industrinya (Dohse and Heywood,1998).
Pada proses lumpur aktif mikroorganisme membentuk gumpalan-gumpalan koloni bakteri
yang bergerak secara bebas tertahan di dalam air limbah. Mikroorganisme-mikroorganisme dapat
keluar melalui aliran keluar air limbah sehingga densitas bakteri di dalam reaktor harus dikontrol.
Pada proses dengan kecepatan tinggi dan waktu tinggal hidraulik pendek, pengembalian atau
recycling bakteri merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk mengontrol densitas
bakteri di dalam reaktor (Siregar,2005).
Dohse dan Heywood (1998) kembali menjelaskan bahwa proses lumpur aktif adalah
teknik pengolahan air limbah dimana di dalam air limbah dan lumpur biologis yang termanfaatkan
kembali terdapat mikroorganisme yang tercampur dan teraerasikan. Lumpur biologis tersebut
kemudian dipisahkan dari air limbah kemudian diolah di clarifier dan akan kembali ke proses
aerasi atau dibuang. Mikroorganisme dicampur secara merata dengan bahan organik yang masuk
sebagai makanan. Ketika mereka tumbuh dan bercampur dengan udara, masing-masing organisme
akan berflokulasi. Setelah terflokulasikan, organisme tadi siap masuk ke clarifier sekunder untuk
proses selanjutnya. Lumpur aktif akan terus berkembang dengan konstan sehingga dapat
dikembalikan untuk digunakan pada proses aerasi. Volume lumpur yang kembali ke tahapan aerasi
biasanya 40 hingga 60 persen dari aliran limbah, dan sisanya akan terbuang. Pertumbuhan
mikroorganisme tetap berkembang pada media sintetik. Diagram alir proses lumpur aktif secara
umum dapat dilihat pada Gambar 1.

3
Gambar 1. Diagram alir proses lumpur aktif (Dohse and Heywood,1998).

Proses lumpur aktif (activated sludge) pada pengolahan air limbah memiliki kelebihan
dan kekurangan apabila diterapkan untuk penanganan dan pengolahan air limbah. Kelebihan yang
dimiliki yaitu dapat dimanfaatkan pada penanganan dan pengolahan untuk skala kecil (Industri
rumah) hingga untuk skala besar (Industri besar), dapat mengeliminasi bahan organik, dicapainya
oksidasi dan nitrifikasi, proses nitrifikasi secara biologis tanpa menambahkan bahan kimia,
eliminasi fosfor biologis, pemisahan padatan/cairan, stabilisasi lumpur, mampu mengurangi
padatan tersuspensi sebesar 97%, dan proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan air
limbah yang paling banyak digunakan.
Kekurangan proses lumpur aktif yaitu tidak menghilangkan warna dari limbah industri
dan dapat meningkatkan warna melalui oksidasi, tidak menghilangkan nutrient sehingga
memerlukan penanganan tersier, daur ulang biomassa menyebabkan konsentrasi biomassa yang
tinggi di dalam tanki aerasi sehingga diperlukan waktu tinggal yang tepat.
Proses lumpur aktif (Activated sludge) terdiri dari penyisihan BOD (Biological oxygen
demand) , penyisihan nitrogen (Nitrifikasi dan denitrifikasi), dan penyisihan fosfor. BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD
digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima.

2.1.1 BOD Removal (Penyisihan BOD) dan Nitrifikasi


Pada proses lumpur aktif terdapat tiga desain proses yang menunjukkan prinsip-
prinsip dasar proses penyisihan BOD dan proses nitrifikasi. Contoh tersebut antara lain; tipe
activated sludge single -sludge complete mix tanpa nitrifikasi dan dengan nitrifikasi,
Sequencing batch reaktor dengan nitrifikasi, dan proses nitrifikasi bertahap. Semua contoh
desain proses tersebut dapat diterapkan untuk penyisihan BOD dengan cara memodifikasi
waktu keseluruhan proses (SRT) dan menyisihkan komponen-komponen yang berhubungan
dengan nitrifikasi. Metodologi desain proses didasari oleh nilai SRT (Metcalf and Eddy,2003).
Contoh desain proses yang akan dijelaskan yaitu tipe proses activated sludge
complete mix tanpa nitrifikasi dan dengan nitrifikasi. Pada tipe ini, operasi dipengaruhi oleh
padatan yang terkandung, tingkat kebutuhan oksigen, MLSS (Mixed liquor suspended solids),
dan konsentrasi BOD terlarut (Camerata, Pearce et al.,2008).

4
2.1.2 Penyisihan Nitrogen (Nitrogen removal) (Nitrifikasi dan
denitrifikasi)
Nitrogen di dalam limbah cair sebagian besar terdiri dari nitrogen organik dan
amonia. Penyisihan nitrogen dicapai melalui serangkaian reaksi biokimia yang mengubah
nitrogen dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Oksidasi dan reduksi dari komponen nitrogen
sering merubah kondisi alkalinitas dalam air. Nitrifikasi membutuhkan alkalinity sebesar 7,14
mg / mg NH4-N teroksidasi dan denitrifikasi mengembalikan 3,57 mg alkalinitas / mg NO3-
N yang tereduksi. Konsumsi alkalinitas selama nitrifikasi dapat mengakibatkan penurunan pH
dalam cairan, sehingga dapat mempengaruhi proses nitrifikasi secara biologis. (Neethling, Z.
et al.,2010).
Nitrifikasi adalah proses oksidasi ammonium dan nitrit menjadi nitrat, karena
ammonium merupakan polutan pengkonsumsi oksigen dan penghasil racun bagi ikan, jika pH
> 7. Nitrat bersifat relatif tidak toksik. Denitrifikasi adalah proses pengubahan nitrit dan nitrat
menjadi nitrogen dalam bentuk gas (N2). Diagram alir proses penyisihan nitrogen dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir proses penyisihan nitrogen (Neethling, Z. et al.,2010).

2.1.3 Penyisihan Fosfor (Phosphorus Removal)


Fosfor merupakan bagian yang akan mengalami proses penyisihan pada proses
lumpur aktif (Activated sludge) konvensional . Proses Pembuangan lumpur berlebih akan
mengakibatkan penyisihan sebagian fosfor dari air limbah. Namun, secara umum dibutuhkan
untuk menurunkan konsentrasi fosfor pada efluen (P ≤ 1 mg / L) , keadaan tersebut hanya
mungkin terjadi pada kondisi proses yang baik: yaitu nilai rasio P/COD yang rendah
dikombinasikan dengan umur lumpur yang pendek. Pada air limbah dengan kandungan
nutrient yang lebih tinggi dan / atau operasi sistem lumpur aktif dengan umur lumpur yang
lebih tinggi, Metode tambahan untuk penyisihan fosfor akan diperlukan (Haandel and
lubbe,2007).

5
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air,
misalnya terjadinya eutrofikasi. Untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengurangi
masukan fosfat ke dalam badan air, misalnya dengan mengurangi pemakaian bahan yang
menghasilkan limbah fosfat dan melakukan pengolahan limbah fosfat. Pengukuran kandungan
phospat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phospat sehingga
tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnya dan pada gilirannya tidak merangsang
pertumbuhan tanaman air. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air
(Ginting,2007). Diagram alir proses penyisihan fosfor dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir proses penyisihan fosfor (Haandel and lubbe,2007)

2.2 Analisis Dan Desain Berbasis Objek


Konsep objek telah dikenal sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Diawali dengan
penggunaan pemrograman berorientasi objek (OOP), lalu berkembang menjadi konsep
perancangan berorientasi objek (OOD) dan selanjutnya metode analisis dan perancangan
berorientasi objek (OOAD) di tahun 1990. Di awal tahun 1990, metode OO yang dikenalkan oleh
Grady Booch dan James Rumbaugh menjadi amat populer, Rumbough menekankan
pengembangan berorientasi objek berdasarkan pendekatan terstruktur, sementara Booch
menerapkan metode objek pada bidang teknik dan bisnis. Selanjutnya pada tahun 1995 muncul
gagasan Booch dan Rumbough untuk menggabungkan metode mereka dengan membakukan notasi
simbol yang digunakan dalam menggambarkan komponen sebuah aplikasi dan selanjtnya disebut
Unified Method (UM). Kemudian Ivar Jacobson bergabung bersama mereka untuk
menyempurnakan metode objek ini, dengan menyusun konsep use-case. Munculnya metode yang
dibuat oleh Booch, Rumbough, dan Jacobson selanjutnya lebih dikenal sebagai bahasa Unified
Modelling Language (UML ver 0.9) (Rezki,2010).

6
Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah menjadi standar
dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML
menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem. Dengan menggunakan UML
kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat
berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa
pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep
dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasabahasa berorientasi
objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian, UML tetap dapat digunakan
untuk modeling aplikasi prosedural dalam VB (Visual basic) atau C (Sri and Romi,2003)
Menurut Bennet et al. (2001) UML adalah bahasa visual untuk menganalisis dan
mendesain sebuah sistem berorientasi obyek. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini
adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang
dihasilkan mempunyai kelebihan seperti sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir
dalam bentuk objek, pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat, dan memudahkan dalam
proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian
tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal.
Pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari Use
case diagram (diagram kasus), Class diagram (diagram kelas), Object diagram (diagram objek),
Statechart diagram (diagram keadaan), Activity diagram (diagram aktivitas), Sequence diagram
(diagram urutan ), Component diagram (diagram komponen), Deployment diagram (diagram
penyebaran), Collaboration diagram (diagram kolaborasi) (Nugroho,2002). Diagram pemodelan
sistem pada UML dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram –diagram pemodelan sistem pada UML (Nugroho,2002).

7
2.3 Penelitian Terdahulu
Pemodelan proses lumpur aktif untuk penanganan air limbah, sebelumnya pernah
dilakukan (Setiadi,1990), dari departemen teknik kimia ITB Bandung, ia membuat perhitungan
penggunaan senyawa karbon yang mengidentifikasi nilai substrat, biomassa heterotrofik dan
produk partikel dari proses detruksi biomassa. Pemodelan lumpur aktif juga pernah dilakukan oleh
tim peneliti dari London, yaitu Mogens Henze, Willi Gujer, Takashi Mino, dan Mark van
Loosdrecht (Henze, Gujer et al.,2002). Tujuan mereka adalah untuk menciptakan sebuah platform
pengembangan model untuk proses penyisihan nitrogen pada proses lumpur aktif (Activated
sludge) dan untuk mengembangkan model dengan meminimalkan kompleksitas. Hasilnya adalah
Model Activated sludge No. 1, yang sekarang dikenal dengan banyak nama: IAWPRC (Asosiasi
Internasional Air dan Pengendalian Pencemaran Penelitian) model, ASM1 (Activated Sludge
Model 1 ).
Model ASM1 telah banyak digunakan sebagai dasar untuk pengembangan model lebih
lanjut. Penggunaan ASM1 telah menjadi inti dari berbagai model dengan sejumlah rincian
ditambahkan. Model telah berkembang lebih kompleks selama bertahun-tahun, dari ASM1,
termasuk proses penyisihan nitrogen, untuk ASM2, termasuk proses penyisihan fosfor secara
biologis dan ASM2d termasuk PAOs (Phosphorus accumulating control organisms) denitrifikasi.
Pada tahun 1998 kelompok ini memutuskan untuk mengembangkan platform model baru, ASM3,
dalam rangka untuk menciptakan alat untuk digunakan dalam generasi berikutnya pada pemodelan
lumpur aktif. ASM3 ini didasarkan pada perkembangan terbaru dalam pemahaman proses lumpur
aktif, di antaranya adalah kemungkinan senyawa penyimpanan internal, yang memiliki peran
penting dalam metabolisme organisme (Henze, Gujer et al.,2002).

8
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Konsep Pemodelan Lumpur Aktif (Activated Sludge)

Pemodelan proses lumpur aktif (Activated sludge) bertujuan untuk memudahkan


pengguna (staf pengolahan limbah/operator) untuk menghitung konstruksi penanganan air limbah
yang tepat sesuai air limbah yang dihasilkan oleh industri. Informasi utama yang diberikan pada
pemodelan ini adalah hasil perhitungan perancangan proses yang tepat dari jumlah limbah yang
dihasilkan oleh industri. Dalam model proses lumpur aktif ini, nilai yang dihasilkan yaitu
persentase penyisihan BOD dan TSS (Total suspended solids) pada proses sedimentasi primer,
total produksi lumpur, volume tangki aerasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan, laju alir lumpur
yang dibuang, laju alir sludge yang diproses kembali, laju alir efluen, dan konsentrasi efluen.
Pemodelan Proses lumpur aktif terdiri dari penyisihan BOD (Biological oxygen demand),
penyisihan BOD dengan nitrifikasi, penyisihan nitrogen secara biologis pada kondisi anoksik /
aerobik, dan penyisihan fosfor secara biologis. Pada perhitungan proses penyisihan fosfor secara
biologis, perhitungan yang dilakukan terdiri dari penentuan rbCOD yang tersedia untuk proses
penyisihan fosfor, perhitungan fosfor yang tersisih, perhitungan fosfor yang digunakan,
perhitungan fosfor yang terlarut dalam limbah, total fosfor yang terkadung pada limbah lumpur
dan persentase konsentrasi fosfor.
Perhitungan pada proses lumpur aktif dapat dilakukan apabila tersedia parameter-
parameter perhitungan. Parameter tersebut yaitu debit air limbah, karakterisasi air limbah, dan
koefisien kinetik yang digunakan dalam perhitungan penyisihan BOD dan penyisihan nitrogen.
Pemodelan proses lumpur aktif dibangun dengan implementasi ke dalam bahasa pemrograman
sehingga memiliki antarmuka yang mudah digunakan oleh pengguna (staf pengolahan limbah
cair/operator). Sistem ini juga dilengkapi dengan database yang menjelaskan kondisi air limbah
(karakteristik air limbah) dan perancangan proses lumpur aktif. Tahapan proses perhitungan pada
pemodelan lumpur aktif dapat dilihat pada Gambar 5.

Start

input

Pemilihan proses perhitungan


- Penyisihan BOD saja
- Penyisihan BOD-nitrifikasi
- Penyisihan nitrogen pada
kondisi anoksik/aerobik
- Penyisihan fosfor

Output
t

END

Gambar 5. Tahapan proses perhitungan pada pemodelan lumpur aktif.

9
3.2 Studi Literatur
Studi literatur atau studi pustaka yang dilakukan berkaitan dengan konsep permodelan.
Kajian dapat dilakukan melalui buku-buku terkait, jurnal, artikel-artikel ataupun penelusuran
melalui internet, sehingga memperoleh materi pembahasan yang lebih luas. Tahapan metode yang
digunakan dalam pengembangan model dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

START

Studi Literatur
Output :
Model Proses
Activated Sludge

Analisis dan Desain Model


Output:
1. System Description.
2. System Requirements.
3. UML (Unified Modeling
Language)

Implementasi Model
Output:
1. Power Designer 15.3
2.Delphi 7.0
3.MySQL ODBC

Analisis Hasil
Perhitungan

Verifikasi NO
Perhitungan dan
Perangkat Lunak

YES

END

Gambar 6. Metode pengembangan model proses lumpur aktif.

Perumusan digunakan untuk memudahkan pada perhitungan kondisi proses yang


sebenarnya. Model matematik yang dibangun untuk proses secara keseluruhan adalah sebagai

10
berikut dengan beberapa perhitungan yang digunakan, unit-unit yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Unit-unit dalam perhitungan (Metcalf and Eddy,2003).

Unit Keterangan
DO Oksigen terlarut, mg/L
F/M Rasio food to microorganism
K Nilai maksimum utilisasi
substrat, 0C
kd Koefisien endogenous decay, g
VSS/g VSS hari
kdn Koefisien endogenous decay
untuk organism nitrifikasi, g
VSS/g VSS hari
kT Koefisien reaction rate at
temperature 0C
Kn half-velocity constant
oxygen inhibition coefficient
Ks half-velocity constant,
half-velocity constant for
nitrated limited reaction,
Lorg volumetric organik loading rate
µ Nilai pertumbuhan spesifik,
g/g.hari
µm Nilai maksimum pertumbuhan
spesifik, g/g.hari
Nilai pertumbuhan spesifik
untuk nitrifikasi g/g.hari
Nilai maksimum pertumbuhan
spesifik untuk bakteri nitrifikasi.
N Konsentrasi nitrogen , mg/L
Rasio substrat-nitrat dengan
oksigen sebagai penerima
elektron
Px Padatan, Kg/hari
Q Debit ( laju alir), m3/hari
Qw Laju alir sludge yang dibuang,
m3/hari
R0 Kebutuhan oksigen, g/g.jam
rg Nilai produksi biomassa bersih
rsu Utilisasi soluble substrate
S Substrat effluent, mg/L

SF Safety factor
S0 Konsentrasi influent, mg/L
SRT solids retention time, hari
TSS total suspended solids, mg/L
hydraulic retention time, hari
Koefisien aktifitas suhu
U Nilai utilisasi substrat
V Volum, m3
VSS volatile suspended solids, mg/L

11
Tabel 1. Unit-unit dalam perhitungan (Metcalf and Eddy,2003) (lanjutan).

X Konsentrasi biomassa, mg/L


Xe Konsentrasi biomassa di
influent, mg/L
XR Konsentrasi sludge yang
diproses kembali,
mg/L
Y Produksi yield biomassa, g
TSS/g BOD atau g VSS/g BOD

3.2.1 Proses Penyisihan BOD (Biological Oxygen Demand)


Pada proses ini terdapat dua jenis perhitungan yaitu penyisihan BOD saja dan
penyisihan BOD yang di dalamnya terdapat proses nitrifikasi. Perhitungan yang dilakukan
menggunakan koefisien kinetis yang mana berbeda antara proses penyisihan BOD dengan
nitrifikasi dan tanpa nitrifikasi. Skema proses penyisihan BOD dapat dilihat pada Gambar 7.
Koefisien kinetik yang digunakan untuk penyisihan BOD tanpa ntrifikasi ditunjukkan pada
Tabel 4, sedangkan koefisien kinetis proses nitrifikasi lumpur aktif ditunjukkan pada Tabel 5.

Air

Secondary
clarifier
Influent

Effluent

Primary Aeration tank


Sedimentation
Return activated sludge
Sludge

Gambar 7. Skema proses lumpur aktif penyisihan BOD (Metcalf and Eddy,2003).

12
Bagian A. Penyisihan BOD saja
1. Mengidentifikasi karakterisitik air limbah yang dibutuhkan untuk perancangan
proses penyisihan BOD
a. Menentukan bCOD menggunakan Persamaan 1 :
bCOD = 1.6(BOD) (Persamaan 1)

b. Menentukan nbCOD menggunakan Persamaan 2 :


nbCOD = COD – bCOD (Persamaan 2)

c. Menentukan sCOD effluent dengan asusmsi menjadi nonbiodegradable


menggunakan persaman 3 :
sCODe = sCOD – 1.6 sBOD (Persamaan 3)

d. menghitung nbVSS menggunakan Persamaan 4 :


nbVSS = (1-bpCOD/pCOD) VSS (Persamaan 4)
bpCOD/pCOD = (bCOD/BOD)(BOD-sBOD)/ COD-sCOD

e. menghitung inert TSS dengan Persamaan 5 :


iTSS = TSS – VSS (Persamaan 5)

2. Perhitungan sistem pertumbuhan tersuspensi untuk penyisihan BOD.


a. Menghitung produksi biomassa menggunakan Persamaan 6:
QY ( S0  S ) ( f )(k )QY ( S0  S ) SRT
PX, biomassa   bagian a   d d  bagian b 
1  K d ( SRT ) 1  kd ( SRT )
QYn ( NO3 )
  bagian c   Q(nbVSS )  bagian d 
1  kdn ( SRT )

(Persamaan 6)
Perhitungan yang digunakan adalah bagian a dan bagian b
Menghitung nilai S (Efluen substrat) jika diketahui Yk = µm,dengan Persamaan
7:
K s [1  (kd ) SRT ]
S (Persamaan 7)
SRT (   kd )  1
Nilai µm dan Kd yang digunakan berdasarkan nilai pada Tabel 4.
Diketahui nilai Ks sehingga
mT  m T 20 (Persamaan 8)

kdT  kd T 20 (Persamaan 9)

b. Langkah selanjutnya adalah mensubstitusikan nilai S ke Persamaan 6. Sehingga


didapatkan nilai PX, VSS.

13
3. Menghitung massa VSS dan massa TSS pada tangki aerasi.
a. Massa = PX (SRT)
Menentukan PX, VSS dan PX, TSS menggunakan Persamaan 10 :
QY ( S0  S ) ( f )(k )QY ( S0  S ) SRT
PX, VSS   bagian a   d d  bagian b 
1  K d ( SRT ) 1  kd ( SRT )
QYn ( NO3 )
  bagian c   Q(nbVSS )  bagian d 
1  kdn ( SRT )
(Persamaan 10)

Perhitungan dilakuakan menggunakan bagian a, b, dan d, bagian c=0 karena


tidak terdapat nitrifikasi pada proses ini.

Berdasarkan Persamaan diatas maka perhitungan PX, VSS ditunjukkan pada


Persamaan 11 :
PX, VSS  PX, bio  Q(nbVSS ) (Persamaan 11)

Berdasarkan Persamaan dibawah ini


Px,TSS =
Maka perhitungan PX, TSS menggunakan Persamaan 12 :
PX, TSS  [Px,VSS / 0.85]   449.3 kg / d   Q  TSS0  VSS0  (Persamaan 12)

b. Menghitung massa VSS dan massa TSS yang terdapat di dalam dalam instalasi
aerasi menggunakan rumus :
Menghitung massa MLVSS menggunakan Persamaan 13 :

 XVSS V   P
x,VSS  SRT (Persamaan 13)

Menghitung massa MLSS menggunakan Persamaan 14:

 X TSS V   P
x,TSS  SRT (Persamaan 14)

14
4. Perhitungan volume tangki aerasi, waktu tinggal padatan (detention time), dan
konesentrasi MLVSS (Mixed liquor suspended solids).
a. Menentukan volume tangki aerasi menggunakan Persamaan 15:
(Vx ,TSS )
V
AtX TSS (Persamaan 15)
V  Q.SRT

b. Menghitung waktu tinggal padatan pada tangki aerasi menggunakan Persamaan


16:
  V / Q (Persamaan 16)

c. Menghitung MLVSS menggunakan persaman 18:


Fraksi VSS  ( XVSS ) V  / ( X TSS ) V  (Persamaan 17)

MLVSS  Fraksi VSS x At X TSS (Persamaan 18)

5. Menentukan F/M dan pemeriksaan beban BOD


a. Menghitung rasio F/M menggunakan Persamaan 19:
QS0 KgBOD
F/ M   (Persamaan 19)
XV KgMLVSS .hari

b. Menghitung beban BOD volumetrik menggunakan Persamaan 20 :


QS0
BOD Loading  (Persamaan 20)
XV

6. Menetukan produksi yield berdasarkan TSS dan VSS


a. Observed yield berdasarkan nilai TSS menggunakan Persamaan 21:
Observed yield = g TSS / g bCOD
bCOD removed  Q S0  S (Persamaan 21)
Maka produksi Yields meggunakan Persamaan 22 :
Yobs,TSS  PX, TSS / bCOD removed  Kg TSS / Kg bCOD
(Persamaan 22)
 g TSS / g bCOD x 1.6 g bCOD / g BOD

b. Observed yield berdasarkan nilai VSS menggunakan Persamaan 23:


Observed yield  berdasarkan VSS   g TSS / g bCOD 
(Persamaan 23)
(fraksiVSS / g TSS )(rasiobCOD / BOD)

15
7. Menghitung permintaan O2 menggunakan Persamaan 24:
R 0  Q S0 – S – 1.42 PX.bio (Persamaan 24)

8. Perhitungan laju alir udara proses penyisihan BOD menggunakan Persamaan


25:
 cs ',T , H  cL
AOTR  SOTR ( )(1.024T 20 )   F  (Persamaan 25)
cs ,20
AOTR = aktual oksigen transfer dibawah kondisi field,
kgO2/jam
SOTR = nilai standar oksigen transfer dalam air pada
suhu 200C dan 0 oksigen terlarut, kg O2/jam

 Menentukan , rata-rata konsentrasi saturasi oksigen terlarut dalam air


bersih pada tangki aerasi pada suhu T dan ketinggian H, menggunakan
hubungan pada Persamaan 26 :
Pd Ot
Cs ',T , H  (Cs ,T , H )(1/ 2)(  ) (Persamaan 26)
Patm 21

 Penentuan tekanan relatif pada ketinggian 500m untuk mendapatkan nilai DO


yang tepat terhadap ketinggian menggunakan Persamaan 27:
Pb  gM ( Zb  Z a ) 
 exp    (Persamaan 27)
Pa  RT 

 Menghitung tekanan atmosfir dalam m air dengan ketinggian 500 m dan


temperature 120C menggunakan Persamaan 28:
( Pb / Pa )( Patm, H kN / m2 )
Patm, H  (Persamaan 28)
 kN / m3

 Menghitung nilai konsentrasi oksigen dengan mengasumsikan persentase


konsentrasi oksigen yang meninggalkan tangki aerasi yaitu 19%. Perhitungan
menggunakan Persamaan 29:
Patm.H  Pw.Effdepth Ot
Cs ',T , H  (Cs ,T , H )(1/ 2)(  ) (Persamaan 29)
Patm, H 21
 Menentukan SOTR menggunkan α= 0.50 dan β = 0.95 dan faktor difusi , F =
0.9. Menggunakan Persamaan 30:
 cs ,20 
SOTR  AOTR   (Persamaan 30)
   F  (  cs ',T , H  cL ) 
 Menghitung laju alir udara menggunakan Persamaan 31:
SOTR
m3 / min  (Persamaan 31)
( E )(60 min/ h)( KgO2 / m3air )

16
Bagian B. Penyisihan BOD dan nitrifikasi
Penyelesaian perancangan proses berikut ini pada umumnya sama seperti proses
penyisihan BOD tanpa nitrifikasi, hanya saja perhitungan desain SRT harus dilakukan
terlebih dahulu. Skema penyisihan BOD dengan nitrifikasi dapat dilihat pada Gambar 8
dibawah ini.
Air

Secondary
clarifier
Influent

Effluent

Primary Aeration tank (Nitrification)


Sedimentation
Return activated sludge
Sludge

Gambar 8. Skema proses penyisihan BOD-nitrifikasi (Metcalf and Eddy,2003).

9. perhitungan pertumbuhan spesifik µn, untuk organisme nitrifikasi


menggunakan Persamaan 32:
 µ N  DO 
µn   n    kdn (Persamaan 32)
 K n  N  K 0  DO 

a. menghitung nilai µn,m pada suhu 120C menggunakan Persamaan 33:


n,m,T  m T 20 (Persamaan 33)

b. menghitung nilai kn pada suhu 120C menggunakan Persamaan 34:


kn,T  kn,T T 20 (Persamaan 34)
c. menghitung nilia kdn pada suhu 120C menggunakan Persamaan 35:
kdn,T  kdn,T T 20 (Persamaan 35)

10. Menghitung nilai theoretical dan nilai perancangan SRT


a. Menghitung nilai teoritis SRT dengan Persamaan 36 :
SRTteori  1 / µn (Persamaan 36)

b. Menghitung nilai SRT untuk perancangan dengan Persamaan 37:


Safety Factor  TKN peak / TKNaverage
(Persamaan 37)
SRT   FS  teoritikal SRT 

17
11. Menentukan produksi biomasa menggunakan Persamaan 38:
QY ( S0  S ) ( f )(k )QY ( S0  S ) SRT
PX, biomassa   bagian a   d d  bagian b 
1  K d ( SRT ) 1  kd ( SRT )
QYn ( NOx )
  bagian c 
1  kdn ( SRT )
(Persamaan 38)
a. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada Persamaan di atas
Nilai yang diketahui yaitu Q,Y,S0,kd,µm,Yn, kdn.120C
menghitung nilai S dengan Persamaan 39:
K s [1  (kd ) SRT ]
S (Persamaan 39)
SRT ( m  kd )  1

b. Mensubstitusikan nilai di atas ke dalam Persamaan untuk menghitung nilai Px, bio

12. Menghitung jumlah nitrogen yang teroksidasi ke nitrat menggunakan


Persamaan 40:
NOx  TKN – Ne – 0.12 Px, bio / Q (Persamaan 40)

13. Menentukan konsentrasi dan massa dari VSS dan TSS di dalam tangki aerator.
Mass = Px(SRT)
a. Menghitung konsentrasi VSS dan TSS di dalam aerator basin.
 Px,VSS ; menggunakan Persamaan 41:
PX, VSS  PX, bio  Q(nbVSS ) (Persamaan 41)

Menghitung massa VSS dan TSS dalam aerator basin


 Massa MLVSS menggunakan Persamaan 42:

 XVSS V   P
x,VSS  SRT (Persamaan 42)

 Massa MLSS menggunakan Persamaan 43:

 XTSS  V   P
x,TSS  SRT (Persamaan 43)

14. Perhitungan konsentrasi massa MLSS dan penentuan volume tangki aerasi
sertas detetntion time menggunakan perhitungan massa TSS
a. Menghitung volume tangki aerasi
Jika diketahui nilai (V) (XTSS) dan At MLSS, maka perhitungan yang dilakukan
menggunakan Persamaan 44:
V  Q.SRT (Persamaan 44)

b. Menghitung waktu tinggal padatan pada tangki aerasi menggunakan Persamaan


45:
  V / Q (Persamaan 45)

18
c. Menghitung MLVSS menggunakan Persamaan 46:
Fraksi VSS  ( X VSS ) V  / ( X TSS ) V 
(Persamaan 46)
MLVSS  ( X VSS ) V  / ( X TSS ) V 

15. Menentukan F/M dan BOD volumetric loading


a. Menghitung F/M menggunakan Persamaan 47:
QS0 gBOD
F/ M   (Persamaan 47)
XV gMLVSS .hari

b. Menghitung volumetric BOD loading menggunakan Persamaan 48:

QS0 kgBOD
BOD Loading   (Persamaan 48)
XV m3 .hari

16. Menentukan nilai observed yield berdasarkan nilai TSS dan VSS
Observed yield = g TSS / g bCOD dan diketahui nilai Px,TSS, perhitungan
menggunakan Persamaan 49:
bCOD removed  Q S0  S (Persamaan 49)

a. Observed yield berdasarkan TSS menggunakan Persamaan 50:


Yobs,TSS  PX, TSS / bCOD removed  Kg TSS / Kg bCOD
 g TSS / g bCOD x 1.6 g bCOD / g BOD

(Persamaan 50)

b. Observed yield berdasarkan nilai VSS menggunakan Persamaan 51:


Observed yield  berdasarkan VSS   g TSS / g bCOD 
(fraksiVSS / g TSS )(rasiobCOD / BOD)

(Persamaan 51)

17. Menghitung permintaan O2 menggunakan Persamaan 52:


R 0  Q S0 – S – 1.42 PX.bio  4.33 Q  NOx  (Persamaan 52)

18. Perhitungan gelembung aerasi dan penentuan laju alir udara pada lajualir rata-
rata.
Prosedur tahapan ini sama seperti tahapan no.8
a. Menentukan SOTR menggunakan Persamaan 53:
 cs ,20 
SOTR  AOTR   (Persamaan 53)
   F  (  cs ',T , H  cL ) 

19
b. Menghitung laju alir udara menggunakan Persamaan 54:
SOTR
m3 / min  (Persamaan 54)
( E )(60 min/ h)( KgO2 / m3air )

19. Estimasi BOD pada efluen (penyisihan BOD dengan nitrifikasi) menggunakan
Persamaan 55:

 gBOD  0.85 gVSS 


BODe  sBOD    TSS , g / m  (Persamaan 55)
3

 1.42 gVSS  gTSS 

20. Perancangan clarifier sekunder untuk kedua proses yaitu dengan nitrifikasi dan
tanpa nitrifikasi.
a. Pendefenisian rasio lumpur yang diproses kembali menggunakan Persamaan 56:
; dengan asumsi massa lumpur adalah signifikan
= Laju alir lumpur yang diproses kembali , m3/d
= konsentrasi lumpur yang diproses kembali, mg/L

Recycle Activated sludge =

Sehingga , , dan
X
R (Persamaan 56)
Xr  X
b. Menghitung ukuran dari clarifier.
Dengan menggunakan Persamaan diatas, dan diketahui nilai , maka
perhitungan nilai R dapat dilakukan, serta area menggunakan Persamaan 57.

Luas area  Debit lim bah / asumsi nilai hydraulic application rate
(Persamaan 57)
4
Diameter   area (Persamaan 58)
3.14
Volume  Q.HRT (Persamaan 59)
HRT = Hydraulic retention time
V
Tinggi  (Persamaan 60)
   1 2 
  D 
 4  2 
c. Cek solids loading
Sloids Loading Rate (SLR)
(Q  Qr )( MLSS ) 1  R  (Q)( MLSS )
 (Persamaan 61)
A A
Dimana A = Luas permukaan, m2

A ( Diameter )2 ( jumlahclarifier ) (Persamaan 62)
4

20
21. Menghitung persentase penyisihan BOD dan TSS pada proses sedimentasi
primer.
Perhitungan luas permukaan tangki menggunakan Persamaan 63.
Q
A (Persamaan 63)
OR
OR = Overflow rate.
Q = Debit air limbah yang masuk.

Perhitungan volume tangki menggunakan Persamaan 64.


A
Tinggi  (Persamaan 64)
lebartan gki
V  Lebar.tinggi.kedalaman (Persamaan 65)

Perhitungan overflowrate rata-rata untuk perancangan Persamaan 66.


Q Q
 (Persamaan 66)
A tinggi.lebar

Pernentuan detention time Persamaan 67.


Volume.tan gki
dt  (Persamaan 67)
Q

Perhitungan penyisihan BOD dan TSS menggunakan Persamaan 68.


dt
(Persamaan 68)
a  b(dt )
a dan b merupakan konstanta yang memiliki nilai yang berbeda pada
perhitungan penyisihan BOD dan TSS. Nilai a dan b dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah
ini.

Tabel 2. Koefisien a dan b untuk perhitungan pada proses sedimentasi primer.

Perhitungan a b
Penyisihan BOD 0.018 0.02
Penyisihan TSS 0.0075 0.014

22. Perhitungan laju alir limbah efluen, lumpur yag dibuang, dan lumpur yang
akan diproses kembali.
Perhitungan laju lumpur yang menjadi limbah menggunakan Persamaan 69.
VX
Qw  (Persamaan 69)
X R SRT
X = Konsentrasi MLSS
Xr = Konsentrasi lumpur yang dibuang

21
Perhitungan laju limbah efluen menggunakan Persamaan 70.
Qe  Q  QW (Persamaan 70)
Perhitungan laju lumpur aktif yang diproses kembali menggunakan Persamaan 71.
XQ
QR  (Persamaan 71)
XR  X

3.2.2 Proses Penyisihan Nitrogen Secara Biologis (Nitrifikasi dan denitrifikasi)

Proses penyisihan nitrogen secara biologis meliputi sebuah zona aerobik yang mana
tempat nitrifikasi terjadi. Tipe dari pertumbuhan padatan tersuspensi pada proses peniyisihan
nitrogen secara biologis dapat dikategorikan menjadi dua yaitu single-sludge dan two-sludge.
Pada single-sludge, pemisahan yang terjadi hanya sekali. Pada sistem two-sludge, sistem
terdiri dari sebuah proses aerobik untuk nitrifikasi dan proses anoksik untuk denitrifikasi.
Skema proses penyisihan nitrogen dapat dilihat pada Gambar 8. Perhitungan yang digunakan
menggunakan metode single sludge. Koefisien biokinetik yang digunakan pada simulasi
model kurva SDNRb ditunjukkan pada Tabel 6.

Nitrate feed Secondary


clarifier

Influent Effluent
Anoxic Aerobic/
nitrification

Return activated sludge

Sludge
Gambar 9. Skema proses lumpur aktif penyisihan nitrogen (Metcalf and Eddy,2003).

3.2.2.1 Perancangan proses Anoksik / Aerobik


1. Menentukan konsentrasi biomassa aktif dan mensubstitusikan V/Q terhadap τ
(detention time). Perhitungan menggunakan persamaan 72.

 Q( SRT )   Y ( S0  S ) 
Xb    1  k ( SRT )  (Persamaan 72)
 V  d 
Dimana S0-S ≈ S0

2. Menentukan rasio internal recycle menggunakan Persamaan 73.


NO3
IR   1.0  R (Persamaan 73)
Ne

22
3. Menentukan jumlah NO3-N pada tangki aerasi menggunakan Persamaan 74.
Laju alir ke tangki anoksik  IR Q  RQ
NOx , feed   laju alir ke tangki anoksik   NO -N
3 aerator ,g / m3 
(Persamaan 74)

4. Menentukan volume kondisi anoksik menggunakan Persamaan 75.


Prakiraan Detention time = 2.5 H
tdet ention , hari
 (Persamaan 75)
24 jam / hari
Maka volumenya dihitung menggunakan Persamaan 76:
Vnox   x Q (Persamaan 76)
5. Menentukan rasio F/Mb Persamaan 77.
QS0
F / Mb  (Persamaan 77)
Vnox ( X b )

6. Menentukan SDNR(specific denitrification rate)


Untuk menghitung nilai SDNR maka harus diketahui nilai SDNR berdasarkan nilai grafik
yang ditentukan dari nilai fraksi rbCOD. Perhitungan dilakukan menggunakan Persamaan
78.
Fraksi rbCOD  rbCOD / bCod (Persamaan 78)
Perhitungan nilai SDNR pada suhu tertentu menggunakan Persamaan 79.
SDNRT  SDNR20 T 20 (Persamaan 79)
Dimana
= koefisien temperature
= suhu, 0C

7. Menentukan jumlah NO3-N yang dapat tereduksi


a. Cek nilai NOr berdasarkan nilai τ. Perhitungan menggunakan Persamaan 80.
NOr   Vnox  SDNR   MLVSS, biomassa  (Persamaan 80)
Lalu melakukan perbandingkan nilai NOr dengan NOx ,feed,

b. Evaluasi nilai baru dari τ (detention time)


Jika nilai SDNR lebih tinggi daripada rasio F/M untuk reaktor yang lebih kecil, maka
waktu tunda padatan dapat dievaluasi dengan mencoba nilai baru.
Vnox    h  /  24 h / d   x  influent folwrate  (Persamaan 81)
QS0
F / Mb  (Persamaan 82)
Vnox ( X b )
c. Menentukan nilai SDNR baru
SDNRT  SDNR20 T 20
(Persamaan 83)

23
d. Menentukan jumlah nitrat yang dapat tereduksi menggunakan Persamaan 84.
NOr = (Vnox) (SDNR) (MLVSS,biomassa)
Rasio kapasitas  NOr / NOx ,feed (Persamaan 84)
Jika nilai >=1 maka nilai detention time diterima
e. Menyetarakan hasil nilai SDNR berdasarkan nilai MLSS menggunakan Persamaan 85.
SDNR  MLSS  SDNR  Xb / Xr  (Persamaan 85)
Nilai perhitungan berkisar antar 0.04 sampai 0.42 g/g.d.

8. Langkah berikutnya adalah tahapan nitrifikasi dan penentuan kebutuhan oksigen.


Diketahui R0 (tanpa denitrifikasi) = lihat nilai yang didapat pada no.17 proses penyisihan
BOD.
Jumlah oksigen yang disuplai oleh proses reduksi nitrat dihitung menggunakan
Persamaan 86.
Oxygen credit   g O2 / g NO3  N  x  NOx  konsentrasi nitrat 
x  Q  x  0.001 kg / g 
Kebutuhan O2  R 0  oxygen credit
(Persamaan 86)

9. penentuan energi proses pencampuran pada zona anoksik


diketahui energi pada pencampuran dan volume, sehingga
power  mixing energy x volume (Persamaan 87)

3.2.3 Proses Penyisihan Fosfor Secara Biologis

Aerobic (nitrate)
recycle

Influent
Anaerobic Anoxic Aerobic Effluent

Return activated sludge

Sludge

Gambar 10. Skema proses lumpur aktif penyisihan fosfor (Metcalf and Eddy,2003).

24
1. Menentukan ketersediaan rbCOD untuk proses penyisihan fosfor menggunakan
kesetimbangan massa pada influent sampai reaktor.
a. Menghitung kesetimbangan massa pada nitrat menggunakan Persamaan 88.

QRAS  NO3  N inf  Q RAS  NO3  N RAS   Q  Q RAS  NO3  N React


Dimana QRAS   x  Q ; x  nilai
 NO3  N react  nitrate feed to reactor
(Persamaan 88)
b. Menentukan rbCOD menggunakan Persamaan 89.

rbCOD equivalent   NO3  N React   rbCOD / nitrat   NO3  N 


rbCODavailable forPremoval  rbCOD  rbCOD equivalent
(Persamaan 89)

2. Penyisihan fosfor dengan mekanisme biologis menggunakan persamaan 90.


rbCOD
(Persamaan 90)
10 grbCOD / P

3. Menentukan penggunaan fosfor pada sintetis biomassa heterotrofik menggunakan


Persamaan 91.
QY ( S0  S ) QY ( NO )
PX, biomassa   bagian a   n x  bagian c  (Persamaan 91)
1  K d ( SRT ) 1  kdn ( SRT )

Pused   kadar fosfor pada heterotrophic biomass  x  Px, bio  (Persamaan 92)

4. Menentukan efluen fosfor yang larut menggunakan Persamaan 93.


P tersisih = (Penyisihan fosfor secara biologis + Pused)
Efluen = nilai fosfor – P yang tersisih
(Persamaan 93)

5. Menentukan kandungan P pada limbah lumpur menggunakan Persamaan 94.


a. Perhitungan total fosfor pada lumpur

Total P pada lumpur   P tersisih  flowrate  (Persamaan 94)

25
b. Menentukan total produksi lumpur menggunakan persamaan 96.
Menggabungkan Persamaan dibawah ini :

QY ( S0  S ) ( f )(k )QY ( S0  S ) SRT


PX, sludge   bagian a   d d  bagian b 
1  K d ( SRT ) 1  kd ( SRT )
QYn ( NO3 )
  bagian c   Q(nbVSS )  bagian d 
1  kdn ( SRT )
(Persamaan 95)
dengan

Px,TSS =

Sehingga menjadi

QY ( S0  S ) ( f )(k )QY ( S0  S ) SRT


PX, biomassa   bagian a   d d  bagian b 
1  K d ( SRT )0.85 1  kd ( SRT )0.85
QYn ( NO3 )
  bagian c   Q(nbVSS )  bagian d   Q(iTSS )
1  kdn ( SRT )0.85
(Persamaan 96)
Dan persentase fosfor menggunakan Persamaan 97 :

Fosforsludge
Fosfor (%)  (Persamaan 97)
Pr oduksisludge

3.3 Analisis Komponen dan Desain Model


3.3.1. Analisis Komponen Model
Analisis komponen model pada pemodelan proses lumpur aktif terdiri dari empat
tahap. Tahap pertama yaitu analisis kebutuhan pengguna (staf/ operator pengolahan air
limbah), kemudian mendeskripsi model yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, selanjutnya
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam membangun model, dan yang terakhir
adalah identifikasi kebutuhan fungsional model yang meliputi kebutuhan data, perangkat
lunak, perangkat keras, serta pemeliharaan model yang telah dibangun. Diagram alir tahapan
analisis komponen model dapat dilihat pada Gambar 11.

26
START

Kebutuhan
Pengguna (Staf
pengolahan
limbah)

Deskripsi Model

Identifikiasi
Informasi yang
Dibutuhkan

Kebutuhan Fungsional
Model
Output :
1. Data
2. Software (Perangkat
lunak)
3.Hardware (Perangkat
keras)
4.Pemeliharaan Model

END

Gambar11. Tahapan analisis komponen model proses lumpur aktif.

27
3.3.2. Desain Model
Pada tahapan perancangan desain, metode yang digunakan dalam perancangan
adalah metode pemodelan berbasis objek yaitu dengan menggunakan UML (Unified
Modelling Language). Berdasarkan UML, pemodelan dirancang dengan mengunakan empat
jenis diagram. Diagram – diagram tersebut terdiri dari :
a. Diagram kasus (Usecase diagram)
Diagram kasus digunakan untuk mendapatkan kebutuhan fungsional dari sebuah
sistem, menggambarkan interaksi antara pengguna dan sistem, dan menjelaskan
secara naratif bagaimana sistem akan digunakan (Raharjo and Mahastama,2010).

b. Diagram aktivitas (Activity diagram)


Diagram aktivitas digunakan untuk menjelaskan kegiatan yang terjadi pada
sistem atau menjelaskan aliran kerja suatu sistem (Raharjo and Mahastama,2010).

c. Diagram keadaan (Statechart diagram)


Diagram ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana suatu objek
mengalami perubahan status dari kegiatan / aktivitas yang terjadi pada sistem
(Anonim,2010).

d. Diagram kelas (Class diagram)


Class Diagram digunakan untuk menampilkan beberapa kelas/objek dan
hubungan antara objek yang terdapat pada sistem. Diagram kelas merupakan alat
terbaik dalam perancangan perangkat lunak. Diagram kelas membantu pengembang
mendapatkan struktur sistem dan menghasilkan rancangan sistem yang baik (Boggs
and Boggs,2002).

3.4 Implementasi Model


Tahapan implementasi model adalah tahap penterjemahan desain sistem yang telah dibuat
ke dalam pemrograman perangkat lunak atau pemodelan aplikatif. Tahapan implementasi meliputi
perancangan model, pembuatan perangkat lunak, dan manajemen basis data. Implementasi
pemodelan proses lumpur aktif (ActivatedSludge 0.1) pada proses perancangan model
menggunakan Microsoft Visio 2007 dan Sybase Power Designer versi 15.3 2010 , proses
pembuatan perangkat lunak menggunakan program Borland Delphi 7.0 dan untuk manajemen
basis data menggunakan Microsoft Access 2007 dan MySQL oracle 2009.Tahapan implementasi
model dapat dilihat pada Gambar 12 dibawah ini.

28
START

Perancangan UML
Dengan
Power Designer
15.3, dan
Microsoft Visio

Pemrograman
model activated
sludge
Dengan Borland
Delphi 7.0

Pengolahan
database dengan
MySQL dan ODBC
connector

Program
Activated
sludge 0.1

END

Gambar 12. Tahap implementasi model proses lumpur aktif.

3.5 Analisis Hasil Perhitungan


Hasil perhitungan dibagi menjadi dua yaitu hasil perhitungan perancangan proses dan
hasil perhitungan simulasi proses lumpur aktif. Nilai yang didapatkan dari perhitungan
perancangan proses yaitu nilai konstruksi terbaik untuk pengolahan air limbah yang dihasilkan
oleh industri. Simulasi pemodelan dilakukan pada nilai yang didapatkan dari perhitungan
perancangan proses dengan cara mengubah beberapa nilai sehingga dapat dilihat pengaruh yang
ditimbulkan jika nilai tersebut diubah. Nilai yang disimulasikan adalah nilai SRT (Waktu
keseluruhan proses) pada tangki dan laju alir limbah (laju efluen, laju lumpur yang dibuang, laju
lumpur yang akan diproses kembali).

3.6 Verifikasi Model


Tahapan verifikasi model merupakan tahapan yang berfungsi untuk mengetahui apakah
program/ model yang telah dibuat berhasil menghasilkan output yang diinginkan. Pada pemodelan
ini, verifikasi dibagi menjadi dua, yaitu verifikasi proses perhitungan dalam pemodelan dan
verifikasi program / perangkat lunak pemodelan.

29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Komponen Model

4.1.1 Deskripsi Model


Pemodelan proses lumpur aktif yang akan dibangun ini diberi nama
activatedsludge.0.1 (as.0.1). Pemodelan proses ini adalah pemodelan berbasis komputer
(perangkat lunak) yang dalam perancangannya menggunakan UML (Unified modeling
language). UML dapat memudahkan dalam perencanaan pemodelan yang akan dibuat.
Pemodelan proses lumpur aktif ini memiliki tiga proses perhitungan yaitu penyisihan BOD
(Biological Oxygen Demand), penyisihan Nitrogen, dan penyisihan fosfor. Informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan perhitungan meliputi karakteristik air limbah, nilai koefisien
kinetik yang digunakan, dan parameter lainnya pada proses lumpur aktif (Debit
limbah,suhu,waktu proses, dan konsentrasi padatan). Struktur model yang akan dibangun
dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber data karakteristik air limbah industri pertanian yang digunakan untuk
melakukan perhitungan pada program activatedsludge.0.1 berasal dari PTPN I Tanjung
Seumantoh, Aceh Tamiang provinsi Aceh. Kemudian data karakteristik air limbah tersebut
akan dihitung untuk penyisihan BOD, Nitrogen, dan fosfor. Sehingga, keluaran yang
diharapkan adalah hasil perhitungan untuk perancangan proses lumpur aktif.

4.1.2 Konfigurasi Model


Konfigurasi model merupakan tahapan pengaturan komponen–komponen yang
mendukung dalam membangun model. Konfigurasi yang dilakukan yaitu meliputi sistem
manajemen dialog dan sistem manajemen basis data. Sistem manajemen dialog yaitu fasilitas
yang digunakan untuk terjadinya komunikasi antara pengguna dan model yang telah dibuat
(Syaifudin,2011).
Sistem manajemen dialog yang meliputi perancangan tampilan program
menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7.0. Pada pembuatan program terdapat
penambahan komponen flash, sehingga tampilan menjadi lebih bervariasi. Flash yang
digunakan menggunakan komponen yang telah ada di dalam Delphi yaitu Shockwave flash.
Sistem manajemen basis data merupakan sistem pengatur data yang digunakan untuk
perhitungan. Manajemen basis data dibutuhkan untuk mengelola data yang masuk,menghapus
data, menyimpan data dan mengolah data yang digunakan selama proses perhitungan dan
hasil dari perhitungan. Pada pengembangan pemodelan ini ke dalam pemrograman
manajemen database yang digunakan yaitu dengan MySQL dan didukung oleh Microsoft
Access 2007 sebagai manajemen basis data lokal yang jika dikembangkan dapat menjadi basis
data online.

4.1.3 Kebutuhan Fungsional Model


Kebutuhan fungsional model menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dalam membangun
model yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan pemeliharaan sistem.
a. Kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras.
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membangun program
ActivatedSludge.0.1 dan menjalankan program ini antara lain menggunakan sistem

30
operasi Windows Seven Home Premium, Microsoft Access 2007 , Adobe flashplayer
10.0, serta perantara koneksi database MySQL dengan ODBC connector.
Kebutuhan-kebutuhan perangkat keras untuk menjalankan program
ActivatedSludge.0.1 antara lain prosesor IntelI core duo 1.73 GHz atau yang setara,
RAM minimal 1.5 GB, Ruang kosong pada hardisk sebesar 100 MB, Printer dan
monitor sebagai media keluaran data, dan perangkat lain seperti keyboard dan mouse.
b. Pemeliharaan model.
Pemeliharaan model yang telah dibuat diperlukan agar model yang telah
dibangun dan menjadi sebuah program aplikasi dapat digunakan dengan baik dan
mengurangi terjadinya kerusakan pada program. Kegiatan pemeliharaan meliputi
pembaruan data dan pemeliharaan data dari kerusakan data yang disebabkan oleh
pengguna ataupun kesalahan sistem.

4.2 Desain Model Berbasis UML (Unified Language Modeling)


Pada tahapan desain model, perancangan dilakukan menggunakan UML (Unified
modeling language). UML adalah metode pemodelan berbasis objek yang memudahkan
pengembang sistem dalam perancangan model dan penterjemahan modelnya ke dalam bahasa
pemrograman (Boggs and Boggs,2002). Di dalam UML terdapat diagram-diagram yang digunakan
untuk merancang suatu model. Pada perancangan program ActivatedSludge0.1 ini, diagram-
diagram yang digunakan dalam perancangan yaitu diagram kasus, diagram aktivitas, diagram
keadaan, dan diagram kelas. Pembuatan diagram – diagram tersebut menggunakan perangkat
lunak Power designer 15.3.

4.2.1 Use Case Diagram (Diagram Kasus)


Hal pertama yang dilakukan dalam merancang model ActivatedSludge.0.1 berbasis
objek menggunakan UML adalah membuat diagram kasus (Use case diagram). Diagram
kasus adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara aktor dan kasus yang terjadi
dengan sistem yang akan dibuat. Diagram ini juga sering digunakan untuk memberikan
Gambaran bagian-bagian yang dibutuhkan dalam membangun sistem atau model proses bisnis
dan analisis kebutuhan yang digunakan pada model diagram kasus sistem (Ambler,2005).
Pada diagram kasus pemodelan proses lumpur aktif ini terdapat aktor, hubungan
(Relationship), dan kasus yang terjadi di dalam model yang dibangun. Aktor merupakan
segala sesuatu yang berinteraksi dengan model yang dibangun , Berdasarkan diagram kasus
yang ditunjukkan pada Gambar 14 maka yang menjadi aktor dalam diagram kasus model ini
adalah staf/operator pengolahan limbah cair. Terdapat Sembilan kasus pada usecase diagram
model proses lumpur aktif yang dicirikan dengan bentuk elips, Sembilan kasus tersebut terdiri
dari lima kasus perhitungan utama, dua kasus include, dan dua kasus extend. Aksi atau kasus
yang dapat dilakukan pada pemodelan ini yaitu pemilihan industri, proses input nilai
karakteristik air limbah, proses perhitungan penyisihan BOD, nitrogen, dan fosfor, melihat
Tabel nilai koefisien, melihat daftar istilah, dan yang terakhir adalah melihat nilai SDNR pada
grafik untuk menghitung penyisihan nitrogen. Tahap pertama yang dilakukan oleh aktor yaitu
pemilihan industri setelah itu melakukan input nilai karakteristik air limbah, kemudian
melakukan proses perhitungan. Relationship pada diagram kasus merupakan suatu hubungan
yang menjelaskan interaksi antar kasus pada model yang dibangun. Pada hubungan antar
kasus terdapat hubungan extend dan include. Include adalah hubungan yang digunakan jika
kasus yang pertama merupakan syarat penting terhadap kasus yang lainnya. Sedangkan extend

31
adalah kebalikan dari include, yaitu hubungan yang terjadi jika suatu kasus tidak harus
dipenuhi oleh kasus lain jika kasus yang lain tersebut telah terpenuhi syaratnya.

Melihat tabel nilai koefisien

<<extend>> Evaluasi nilai karakteristik air limbah

<<include>>

Perhitungan proses penyisihan BOD

Keterangan :

Extend : Suatu kasus yang harus dipenuhi oleh kasus lain


Include : Suatu kasus yang tidak harus dipenuhi oleh kasus
lain
: Notasi yang menggambarkan suatu kasus
: Notasi yang menggambarkan hubungan antar
kasus

Gambar 13. Contoh hubungan extend dan include.

Berdasarkan Gambar 13 dapat dijelaskan bahwa Tabel nilai koefisien menjadi extend
bagi perhitungan penyisihan BOD, karena jika operator yang melakukan perhitungan telah
mengetahui nilai yang akan diinputkannya maka operator tersebut tidak diharuskan melihat
Tabel nilai koefisien terlebih dahulu. Nilai karakteristik air limbah merupakan include bagi
proses penyisihan BOD, hal tersebut karena nilai karakteristik air limbah merupakan syarat
untuk melakukan perhitungan sehingga nilainya harus diinputkan terlebih dahulu.

32
Memilih
industri

<<include>>

Evaluasi nilai karakteristik air limbah

<<include>>
<<include>>

Menghitung proses penyisihan BOD

Menghitung proses penyisihan BOD- <<include>>


nitrifikasi

Operator divisi Menghitung proses penyisihan nitrogen


pengolahan limbah <<extend>>
cair

<<extend>>

Menghitung proses penyisihan fosfor


<<extend>>

<<extend>>
<<extend>>

Melihat tabel daftar istilah

<<extend>>
<<extend>>
<<extend>>

Melihat tabel nilai koefisien

<<include>>

Melihat grafik nilai SDNR (Spesific


denitrification rate)

Keterangan :
Extend : Suatu kasus yang harus dipenuhi oleh kasus lain
Include : Suatu kasus yang tidak harus dipenuhi oleh kasus
lain
: Notasi yang menggambarkan suatu kasus
: Notasi yang menggambarkan hubungan antar
kasus

Gambar 14. Diagram kasus model program proses lumpur aktif.

33
4.2.2 Diagram Aktivitas (Activity Diagram)
Diagram aktivitas menggambarkan berbagai aktivitas dalam sistem yang sedang
dirancang, bagaimana masing-masing aktivitas berawal, keputusan (decision) yang mungkin
terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Diagram aktivitas juga dapat menggambarkan proses
paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Diagram aktivitas menggambarkan
proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. Sebuah aktivitas dapat
direalisasikan oleh satu kasus atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan .
Diagram aktivitas akan sulit dipahami jika di dalamnya terdapat banyak pemilihan atau
alternatif (Boggs and Boggs,2002). Gambar 15 merupakan diagram aktivitas model proses
lumpur aktif (activatedsludge.0.1).
Berdasarkan diagram aktivitas model activatedsludge.0.1 , diagram aktivitas dimulai
dengan notasi bulat hitam yang disebut dengan Initial node dan berakhir dengan bulatan putih
yang disebut activity final. Pada diagram aktivitas model ini terdapat kegiatan-kegiatan yang
akan terjadi pada model activatedsludge.0.1 yang dicirikan dengan bentuk segiempat dan
terdapat juga pengambilan keputusan yang dicirikan dengan simbol diamond, pemilihan
terjadi jika terdapat pilihan pada model. Berdasarkan diagram aktivitas pada Gambar 15 dapat
dilihat bahwa aktivitas yang pertama kali dapat dilakukan oleh pengguna (operator divisi
pengolahan limbah cair) setelah menjalankan aplikasi adalah memasukkan nama pengguna
dan kata sandi pada halaman login. Kemudian terdapat pemilihan karakteristik air limbah
berdasarkan data industri yang telah disediakan untuk melakukan proses perhitungan, hasil
perhitungan yang didapatkan dapat dicetak dan jika pengguna ingin melanjutkan perhitungan,
maka pengguna dapat kembali ke pemilihan proses perhitungan. Apabila pengguna tidak ingin
melanjutkan proses perhitungan maka terdapat pilihan keluar dari program. Perhitungan yang
dilakukan ada empat jenis yaitu penyisihan BOD, BOD-nitrifikasi, penyisihan nitrogen dan
penyisihan fosfor.

34
Start

Membuka tampilan antarmuka program


Menunjukkan tampilan antarmuka program

Menunjukkan halaman login

Melakukan login

Decision login
[NO]

[YES]
Memilih industri Menampilkan halaman pemilihan industri

Menunjukkan halaman pemilihan proses


perhitungan

Memilih proses perhitungan

[NO]
Decision perhitungan

[YES]
Memasukkan nilai input Menunjukkan halaman perhitungan

Menampilkan hasil perhitungan

Mencetak hasil perhitungan

Keluar dari program

[NO] Decision exit

[Success]
: Notasi yang menggambarkan suatu aktivitas
: Notasi yang menggambarkan suatu alternative
pilihan
: Notasi yang menggambarkan awal dan akhir
sistem
: Notasi yang menggambarkan hubungan antar Exit
program
kasus
Gambar 15. Diagram aktivitas model program proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1).

35
4.2.3 Diagram Keadaan (Statechart Diagram)
Diagram keadaan merupakan diagram yang mendefinisikan perilaku suatu objek atau
keseluruhan objek. Ruang lingkup diagram keadaan adalah kehidupan seluruh objek (Ojo and
Estevez,2005). Sangat bermanfaat apabila kita membuat diagram ini terlebih dahulu dalam
memodelkan sebuah proses untuk membantu memahami proses secara keseluruhan. Diagram
keadaan dibuat berdasarkan sebuah atau beberapa kasus pada diagram kasus. Gambar 16
menunjukkan diagram keadaan model proses lumpur aktif secara keseluruhan pada
penerapannya di pemrograman.
Diagram keadaan terdiri dari keadaan awal dan keadaan akhir, aktivitas/keadaan
(state), kemudian suatu keadaan dengan keadaan lainnya dihubungkan oleh suatu notasi yang
disebut relationship (tanda panah). State adalah kondisi-kondisi yang terjadi di dalam model
yang dibangun dan memiliki hubungan satu sama lain sesuai urutan terjadi kondisinya.
Berdasarkan Gambar 16, dapat dilihat bahwa diagram ini diawali dengan simbol lingkaran
hitam dan saat program akan berhenti maka diakhiri dengan keadaan akhir (lingkaran).
Kondisi yang terjadi pada umumnya sama dengan kegiatan – kegiatan yang ada pada diagram
aktivitas, yang membedakannya adalah diagram keadaan merupakan akibat dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan. Contohnya jika pada diagram aktivitas melakukan pemilihan
industri dan proses perhitungan, maka akibatnya kondisi pemilihan akan terproses dan akan
selesai sehingga pada diagram keadaan terdapat kondisi “Finished selection process”.

36
Start
Pemilihan industri

[memilih perhitungan]
Pemilihan perhitungan [Batal melakukan perhitungan] Batal

[Perhitungan terpilih]
[YES]
Proses pemilihan selesai

[Konfirmasi pemilihan perhitungan]


Konfirmasi

[Melakukan input parameter perhitungan]

Halaman nilai input

[Parameter perhitungan telah diinputkan]

Input nilai selesai

[Konfirmasi nilai parameter]

Konfirmasi nilai input

[Melakukan perhitungan]

Proses perhitungan

[Perhitungan selesai]
Perhitungan selesai

[Mencetak hasil perhitungan]


Cetak hasil perhitungan [YES]
[NO]
End

Keterangan :
: Notasi yang menggambarkan suatu keadaan
: Notasi yang menggambarkan awal dan akhir
sistem
: Notasi yang menggambarkan hubungan antar
keadaan

Gambar 16. Diagram keadaan model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1).

37
4.2.4 Diagram Kelas (Class diagram)
Diagram kelas adalah diagram yang menunjukkan kelas-kelas dari sistem atau model
yang dibangun, hubungan timbal balik, operasi dan atribut kelas. Diagram kelas ini juga
digunakan untuk menganalisis persyaratan dalam bentuk analisis / konseptual model dan
menggambarkan detail perancangan berbasis objek atau pemrograman berbasis objek. Sebuah
kelas model terdiri dari satu atau lebih kelas diagram yang mendukung spesifikasi yang
menggambarkan unsur-unsur model, termasuk kelas, hubungan antar kelas, dan tampilan antar
muka (Ambler,2005).
Pada suatu kelas terdiri dari objek-objek yang memiliki nama kelas, atribut, dan
operasi (Ojo and Estevez,2005). Menurut Sumirat (2010), nama kelas haruslah unik, karena
ini adalah identitas yang dimiliki oleh setiap kelas. Atribut menunjukkan informasi yang
dimiliki oleh suatu kelas, bisa juga disebut informasi yang berhubungan dengan kelas. Operasi
digunakan untuk menunjukkan apa yang suatu kelas bisa lakukan atau apa yang bisa
dilakukan pada suatu kelas. Sebelum membuat diagram kelas, sebaiknya terlebih dahulu
membuat usecase dan diagram aktivitas agar mempermudah identifikasi kelas pada model.

Operator (staff) divisi pengolahan


limbah cair
- username : int Manajer
- password : int 0..* - username : int
0..1
manajer - password : int
manajer
0..1 0..*
staff staff 0..*
Laporan hasil perhitungan (report)
0..1
admin Laporan hasil perhitungan (report)
admin
0..1 - Karakteristik air limbah : int
- username : int
admin - Penyisihan BOD : int
- password : int
- Penyisihan BOD-nitrifikasi : int
- Penyisihan nitrogen : int
- Penyisihan fosfor : int

Industri
0..*
- Jenis industri : int
industri
+ pilih jenis industri () : int Daftar istilah
Grafik ... - Konten : int
0..1 0..*
- SDNR (spesific denitrification rate) : int 0..* industri - Definisi : int
daftar istilah
grafik

0..*
Perhitungan
Proses perhitungan
- Karakteristik air limbah : int 0..1
- Penyisihan BOD : int perhitungan
0..1
- Penyisihan BOD-nitrifikasi : int
perhitungan
- Penyisihan nitrogen : int
- Penyisihan fosfor : int

Keterangan :
: Notasi yang menggambarkan suatu kelas
: Notasi yang menggambarkan hubungan antar
kelas

Gambar 17. Diagram kelas model proses lumpur aktif (perangkat lunak activatedsludge.0.1).

38
Gambar 17 merupakan contoh diagram kelas model proses lumpur aktif (perangkat
lunak activatedsludge.0.1). pada diagram tersebut digambarkan kelas-kelas yang menyusun
model activatedsludge.0.1. Setiap kelas pada umumnya memiliki dua bagian utama yaitu
bagian pertama berisi nama kelas dan bagian kedua berisi atribut kelas. Misalnya pada kelas
proses perhitungan, yang menjadi nama kelas adalah proses perhitungan, dan atribut kelas
yang dimiliki antara lain karakteristik air limbah, penyisihan BOD, penyisihan nitrogen, dan
penyisihan fosfor. Pembuatan diagram kelas membantu pengembang mendapatkan struktur
sistem/model dan menghasilkan rancangan sistem/model yang baik. Sehingga jika ditemukan
kesalahan pada sistem, maka pengembang cukup memeriksa kelas-kelas yang salah atau
menambahkan objek-objek yang dibutuhkan kelas dalam pengembangan sistem/modelnya.

4.2.5 Desain Basis Data


Basis data biasanya merupakan salah satu bagian dari suatu sistem informasi yang
besar yang antara lain terdiri dari data, perangkat lunak DBMS (database management
sistem), perangkat keras computer, perangkat lunak dan sistem operasi computer, program-
program aplikasi dan pemrograman (Anonim,2011). Perancangan basis data merupakan
tahapan pendukung sistem yang menggunakan data-data pada pengembangannya.
Perancangan basis data diperlukan untuk memudahkan pengembang dalam pengembangan
sistem/modelnya dalam hal pemeliharan data. Perancangan yang baik dapat memudahkan
pengembang jika terdapat kesalahan pada sistem atau model yang akan dibangun. Desain
basis data terdiri dari data model dan kapasitas akses data. Data model dibagi menjadi dua
yaitu secara konseptual (conceptual data model) dan secara pisikal (physical data model).

4.2.5.1 CDM (Conceptual Data Model)


Data model adalah sekumpulan konsep yang digunakan untuk menjelaskan
struktur dari basis data dan memberikan Gambaran tingkat-tingkat abstraksi data. Data
model juga mencakup sekumpulan operasi yang dapat dilakukan terhadap data yang
dihimpun dalam basis data. Terdapat tiga kategori dari model data yaitu conceptual data
model, implementation data model, dan physical data model (Murni,2011). Pada subbab
ini akan dijelaskan tentang model data konseptual (CDM) dan contohnya dalam
pemodelan proses lumpur aktif (aplikasi activatedsludge.0.1). Murni (2011) kembali
menjelaskan, CDM merupakan model data yang memberikan Gambaran yang lengkap
dari struktur basis data yaitu arti, hubungan, dan batasan-batasan. Konsep ini mudah
dimengerti oleh pengguna karena konsep ini menggunakan konsep sepeti diagram kelas
yang memiliki atribut, entitas, dan hubungan antar entitas. Manfaat Penggunaan CDM
dalam perancangan database yaitu sebagai alat komunikasi antar pemakai basis data,
designer, dan analisis. Pada CDM juga menggunakan kelas-kelas pada modelnya,
sehingga skema dari CDM sama dengan diagram kelas. Gambar 18 menunjukkan hasil
perubahan database ke CDM.

39
Operator (staff) divisi pengolahan
limbah cair
- username : int Manajer
- password : int 0..* - username : int
0..1
manajer - password : int
manajer
0..1 0..*
staff staff 0..*
Laporan hasil perhitungan (report)
0..1
admin Laporan hasil perhitungan (report)
admin
0..1 - Karakteristik air limbah : int
- username : int
admin - Penyisihan BOD : int
- password : int
- Penyisihan BOD-nitrifikasi : int
- Penyisihan nitrogen : int
- Penyisihan fosfor : int

Industri
0..*
- Jenis industri : int
industri
+ pilih jenis industri () : int Daftar istilah
Grafik ... - Konten : int
0..1 0..*
- SDNR (spesific denitrification rate) : int 0..* industri - Definisi : int
daftar istilah
grafik

0..*
Perhitungan
Proses perhitungan
- Karakteristik air limbah : int 0..1
- Penyisihan BOD : int perhitungan
0..1
- Penyisihan BOD-nitrifikasi : int
perhitungan
- Penyisihan nitrogen : int
- Penyisihan fosfor : int

Gambar 18. Contoh CDM model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1).

Berdasarkan Gambar 18 dapat dilihat bahwa data model secara konseptual terdiri
dari kelas-kelas, kelas tersebut terdiri dari kelas pengguna (staf penanganan limbah),
manajer, kelas admin, kelas data akhir(kumpulan hasil perhitungan), industri, Gambar,
proses perhitungan dan daftar istilah yang terdapat pada proses perhitungan atau di dalam
model proses lumpur aktif.

4.2.5.2 PDM (Physical Data Model)


Merupakan model yang menggunakan sejumlah tabel untuk menggambarkan
data serta hubungan antara data-data tersebut. Setiap Tabel mempunyai sejumlah kolom
di mana setiap kolom memiliki nama yang unik. PDM merupakan konsumsi spesialis
komputer yang mencakup detail penyimpanan data di komputer. Pada konsep ini data
direpresentasi dalam bentuk record format, record oredering, dan access path
(Setiawan,2009). Gambar 19 merupakan contoh PDM dari model proses lumpur aktif
(activatedsludge.0.1).

40
Operator Peng.Limbah Manager
operator
username int <ak,fk> username int <ak,fk> manajer
manajer
password int <fk> password int <fk>
... ...
operator report

admin admin Laporan hasil perhitungan (report)


username int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5,fk>
admin Evaluasi karakteristik limbah int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
username int <ak> BOD removal only int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
password int <ak> BOD removal with nitrification int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
... Biological nitrogen removal int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
Biological phosphorus removal int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
...
industri
Industri
username int <ak,fk>
Industri pertanian int <ak>
...
industri

perhitungan

Perhitungan
username int <ak1,ak2,fk>
Industri pertanian int <ak1,ak2,fk>
evaluasi karakteristik air limbah int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
BOD removal only int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
BOD removal with nitrification int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
Biological nitrogen removal int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
Biological phosphorus removal int <ak1,ak2,ak3,ak4,ak5>
...
perhitungan perhitungan

daftar istilah
grafik

grafik Istilah
evaluasi karakteristik air limbah int <ak,fk> evaluasi karakteristik air limbah int <fk>
BOD removal only int <ak,fk> BOD removal only int <fk>
BOD removal with nitrification int <fk>
BOD removal with nitrification int <ak,fk>
Biological nitrogen removal int <ak,fk> Biological nitrogen removal int <fk>
Biological phosphorus removal int <ak,fk> Biological phosphorus removal int <fk>
SDNR int <ak> konten int <ak>
definisi int
...
...
Gambar 19. Contoh PDM model proses lumpur aktif (iactivatedsludge.0.1).

Setelah kelas-kelas diubah ke PDM, maka selanjutnya kelas-kelas tersebut akan


diubah menjadi database yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat lunak
pada tahapan implementasi model. Pada proses pembuatan database menggunakan
dukungan dari perangkat lunak lainnya yaitu ODBC connector, yang menjadi perantara
untuk membuat koneksi agar hasil generate dapat menjadi tabel-tabel data yang
digunakan pada perhitungan model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1).

4.3 Implementasi Model


Implementasi model merupakan tahap penerjemahan perancangan model yang telah
dibuat kedalam bahasa pemrograman sehinggga menjadi sebuah perangkat lunak. Tahap
implementasi dimulai dengan mengidentifikasi kelas-kelas yang telah dibuat pada deigram kelas.
Data-data yang akan digunakan dapat diketahui dari identifikasi kelas-kelas tadi, sehingga
memudahkan dalam proses perancangan model perangkat lunak. Pada implementasi model, proses
implementasi didukung oleh perangkat lunak lain agar pengembangan program menjadi lebih baik.

41
Tahapan implementasi perangkat lunak model proses lumpur aktif (activatedsludge.0.1) meliputi
desain model perangkat lunak, pemrograman, sehingga akan dihasilkan tampilan program
activatedsludge.0.1. Diagram alir tahapan implementasi model dapat dilihat pada Gambar 20.

START

Desain Model
Perangkat Lunak
(Ms. Visio, Flash
Vortex, Paint, Ms.
Powerpoint)

Pemrograman
model activated
sludge
Dengan Borland
Delphi 7.0

Pengolahan
database dengan
MySQL dan ODBC
connector

Program
Activated
sludge 0.1

END

Gambar 20. Diagram alir proses implementasi model perangkat lunak Activatedsludge.0.1.

42
4.3.1 Desain Model Perangkat Lunak
Perancangan program model perangkat lunak dari proses lumpur aktif menggunakan
program Microsoft Visio 2007 yang merupakan paket dari program Microsoft Office 2007 .
Proses perancangan dilakukan dengan mengidentifikasi halaman-halaman (form) apa saja
yang dibutuhkan. Halaman tersebut disesuaikan dengan perancangan model yang
menggunakan metode UML yaitu dengan melihat kembali diagram-diagram yang telah dibuat
sebelumnya yang bertujuan untuk memudahkan identifikasi form yang dibutuhkan. Setelah
diidentifikasi, maka halaman yang dibutuhkan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu halaman
pertama, halaman utama, dan halaman proses perhitungan. Halaman pertama terdiri dari
splash screen dan halaman login. Pada halaman tersebut, pengguna harus memasukkan nama
dan kata sandi yang telah terdaftar sehingga dapat masuk ke halaman selanjutnya. Yang kedua
yaitu halaman utama yang terdiri pemilihan industri dengan nilai karakteristik air limbahnya
dan pemilihan proses perhitungan seperti penyisihan BOD, penyisihan BOD-nitrifikasi,
penyisihan nitrogen, dan penyisihan fosfor, serta proses tambahan yaitu evaluasi karakteristik
air limbah dan skema tiap proses perhitungan. Tampilan antarmuka program dibuat dengan
dukungan flash yang telah tersedia di dalam perangkat lunak Delphi 7.0 . Contoh perancangan
perangkat lunak model proses lumpur aktif yang mengguanakan perangkat lunak Microsoft
Visio 2007 dapat dilihat pada Gambar 21.

ActivatedSludge.0.1
Form Glossary Tools Wastewater Characterization
BOD Removal
Introduction Calculation process
Process Flow

Gambar 21. Perancangan halaman proses perhitungan dengan Microsoft Visio.

Manajemen basis data pada program activatedsludge.0.1 adalah basis data online
(online database) sehingga memungkinkan diintegrasikan dengan perangkat lunak berbasis
web (web based application). Manajemen basis data online yang digunakan adalah MySQL
(Oracle 2009) dengan koneksi yang digunakan adalah open database connection (ODBC) .

4.3.2 Desain Struktur Perangkat Lunak


Pembuatan perangkat lunak activatesludge.0.1 merupakan proses penerjemahan
desain sebelumnya ke dalam bahasa pemrograman agar dapat diterjemahkan menjadi sebuah
perangkat lunak yang aplikatif. Pemrograman dilakukan dengan program Delphi 7.0. Tahapan
pertama pemrograman perangkat lunak adalah pembuatan struktur database yang dihasilkan
dari diagram kelas. Pembuatan struktur database diawali dengan membuat model data

43
kospetual (conceptual data model) yang menjelaskan bagaimana pengguna memperlakukan
data. Model data konseptual dari paket program activatedsludge.0.1 disajikan pada Gambar
18. Selanjutnya model data konseptual yang dibuat dinormalisasi agar menjadi model data
fisik (physical data model) yang sesuai dengan kenyataan. Model data fisik yang dibuat
merupakan model database sesungguhnya yang selajutnya diubah menjadi perintah SQL
untuk diaplikasi pada DBMS MySQL. Model data fisik dari paket program
activatedsludge.0.1 disajikan pada Gambar 19. Selanjutnya adalah proses penerjemahan
digram-diagram UML yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bahasa pemrograman. Tahap
ini dimulai dengan menerjemahkan diagram kelas ke dalam bahasa pemrograman karena
diagram kelas merupakan diagram yang menggambarkan keadaan statis dari sebuah sistem.
Kelas atau objek yang telah dirubah ke dalam bahasa pemrograman dan lengkap dengan
atribut dan prosedurnya, dilengkapi dengan komponen-komponen untuk komunikasi dengan
pengguna (graphic user interface /GUI). GUI digunakan untuk menerima masukan dan
menampilkan hasil pengolahan data dan informasi agar lebih user friendly. Komponen GUI
meliputi form, edit text, label, button, listbox, dan sebagainya (Syaifudin,2011).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perancangan program activatedsludge.0.1
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu halaman pertama (First form), halaman utama
(Home form), dan halaman perhitungan (Calculation form). Komponen GUI yang digunakan
untuk membangun perangkat lunak ini terdiri dari label, edit text, button, panel, groupbox,
listbox, ADO, mainmenu, tabsheet, DBGrid dan komponen untuk melakukan report hasil
perhitungan (quickreport). Paket program activatedsludge.0.1 menggunakan tiga puluh tujuh
halaman (form) yang digunakan untuk interaksi dengan pengguna program dimana semua
halaman dapat diakses oleh pengguna yang memiliki nama pengguna dan kata sandi.
Halaman pertama (first form) meliputi splash screen dan halaman login. Splash
screen dibuat menggunakan komponen timer dan didukung oleh penggunaan komponen flash
(ActiveX) yang semuanya terdapat pada delphi. Selanjutnya akan muncul halaman login
dimana terdapat perintah untuk memasukkan nama pengguna dan kata sandi. Jika pengguna
tidak memiliki dua faktor tersebut, maka pengguna dapat melakukan registrasi dengan cara
masuk ke dalam halaman daftar yang perintahnya tersedia pada halaman login. Apabila nama
pengguna dan kata sandiyang dimasukkan benar, setelah itu pengguna dapat menggunakan
program untuk melakukan perhitungan proses lumpur aktif. Halaman login dapat dilihat pada
gambar 22 dibawah ini.

Gambar 22. Halaman login perangkat lunak Activated Sludge0.1

44
Halaman utama (home form) terdiri dari halaman pemilihan industri dengan nilai
karaketeristik air limbahnya (Gambar 23) dan halaman pemilihan perhitungan (Gambar 24).
Pada halaman pemilihan industri, pengguna dapat memilih industri dan nilainya dapat terlihat
setelah memilih karakteristik air limbah pada kotak pilihan contoh kasus industri. Jika
pengguna memiliki nilai karakteristik air limbah yang berbeda dengan data yang ditampilkan,
maka pengguna tidak perlu memilih industri dan nilai karakteristik air limbahnya. Pengguna
tersebut dapat langsung ke halaman pemilihan perhitungan dengan mengabaikan halaman
pemilihan industri. Pada halaman pemilihan perhitungan, peemilihan dilakukan sesuai dengan
keinginan dari pengguna, halaman ini menyediakan perhitungan penyisihan BOD, penyisihan
BOD-Nitrifikasi, penyisihan nitrogen, dan penyisihan fosfor yang dapat dipilih dengan cara
klik tombol jenis perhitungan yang tersedia.

Gambar 23. Halaman pemilihan industri dengan nilai karakteristik air limbahnya.

45
Gambar 24. Halaman pemilihan perhitungan proses lumpur aktif pada perangkat lunak
Activatedsludge.0.1.

Halaman perhitungan (calculation form) (Gambar 25) yaitu halaman yang disediakan
untuk melakukan proses perhitungan. Pada halaman ini terdapat skema hasil proses
perhitungan dan tabel nilai koefisien yang digunakan pada saat perhitungan, sehingga
memudahkan pengguna dalam melakukan perhitungan. Perhitungan dimulai dari tabsheet
yang paling awal dan seterusnya secara berurutan. Pengaturan seperti itu agar memudahkan
pengguna dalam pemahaman perhitungan. Informasi yang dihasilkan dari halaman ini adalah
hasil perhitungan perancangan proses dan hasil perhitungan simulasi. Pada halaman ini juga
terdapat pencarian istilah-istilah yang terdapat pada perhitungan yang memudahkan pengguna
dalam pemahaman unit-unit atau istilah asing proses perhitungan. Informasi dan hasil
perhitungan yang terdapat pada activatedsludge.0.1 dapat dicetak pada halaman pelaporan
(Lampiran 2). Skema proses juga terdapat pada halaman perhitungan yang dapat memudahkan
pemahaman bagi operator yang melakukan perhitungan (Gambar 26). Pengguna dapat
mencetak laporan dengan memilih menu tombol report pada halaman perhitungan. Komponen
pelaporan yang digunakan pada activatedsludge.0.1 menggunakan komponen quickreport
Delphi 7.0.
Selama pembuatan, system, dilakukan pengujian (testing) maupun pelacakan
kesalahan (debugging) baik pada saat pembuatan masing komponen halaman maupun ada saat
penyatuan. Tujuan pengujian dan pelacakan adalah agar dapat memimalkan kesalahan yang
terdapat pada paket program baik kesalahan pengkodean (syntax error) maupun kesalahan
logika bahasa pemrograman. Paket perangkat lunak dilampirkan di dalam CD (Compact disc).

46
Gambar 25. Contoh Halaman perhitungan penyisihan BOD proses lumpur aktif.

Gambar 26. Contoh halaman skema proses penyisihan BOD lumpur aktif.

47
4.4 Analisis Hasil Perhitungan
4.4.1 Perhitungan Perancangan Proses
4.4.1.1 Penyisihan BOD (Biological Oxygen Demand)
Pada proses penyisihan BOD ini, tahapan perhitungan yang akan dilakukan yaitu :
1. Penentuan data karakteristik air limbah influent. Data karakteristik air limbah yang
digunakan diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara I (PTPN-I) Pabrik Kelapa Sawit dan
Inti Sawit, Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam. Tabel 3
menunjukkan karakteristik air limbah.
2. Menghitung penyisihan BOD dan TSS pada proses sedimentasi.
3. Menentukan kebutuhan efluen.
4. Pemilihan nilai safety factor nitrifikasi yang sesuai dengan perancangan SRT (waktu
proses keseluruhan) berdasarkan nilai rata-rata atau nilai maksimum total nitrogen.
Rentang nilai safety factor adalah 1.3 – 2.0.
5. Pemilihan konsentrasi DO minimum untuk tangki aerasi. Nilai yang disarankan untuk
konsentrasi DO minimum pada proses nitrifikasi adalah 2.0mg/L.
6. Menentukan nilai pertumbuhan spesifik maksimum (µ m) pada nitrifikasi berdasarkan
suhu tangki aerasi dan konsentrasi DO serta menentukan Kn.
7. Menentukan nilai standar pertumbuhan spesifik (µ) dan SRT pada saat pertumbuhan
tersebut untuk mengetahui konsentrasi NH 4-N pada efluen (penyisihan BOD-nitrifikasi).
8. Menentukan nilai standar pertumbuhan spesifik (µ) dan SRT.
9. Memperoleh hasil perancangan SRT dengan menggunakan safety factor.
10. Menghitung produksi biomassa.
11. Melakukan perhitungan kesetimbangan nitrogen untuk penentuan NO x, konsentrasi
NH4-N yang teroksidasi (penyisihan BOD-nitrifikasi).
12. Menghitung massa VSS dan massa TSS pada instalasi aerasi.
13. Menghitung konsentrasi MLSS dan menentukan volume tangki aerasi.
14. Perhitungan produksi lumpur keseluruhan dan yield.
15. Menghitung permintaan oksigen yang dibutuhkan.
16. Perancangan clarifier sekunder.
17. Perancangan sistem transfer oksigen pada proses aerasi.
18. Pengumpulan data-data hasil perhitungan efluen.
19. Pengumpulan hasil perhitungan ke dalam Tabel.
Kondisi perancangan dan asumsi yang digunakan yaitu :
1. Penyebaran gelembung halus dengan efisiensi transfer air aerasi O 2 = 35%.
2. Kedalaman cairan pada tangki aerasi = 4.9 m.
3. The point of air release untuk penyebaran adalah 0.5 m di atas tangki bawah.
4. DO pada tempat aerasi = 2.0 g/m3.
5. Kedalaman yaitu 500m (tekanan = 95.6 kPa).
6. Faktor α aerasi = 0.50 untuk proses penyisihan BOD dan 0.65 untuk proses nitrifikasi ;
a. Β = 0.95 untuk kedua kondisi, dan
b. Faktor penyebaran F=0.90.
7. Menggunakan koefisien kinetik berdasarkan Tabel 4 dan 5.
8. SRT untuk penyisihan BOD = 5d.
9. Desain konsentrasi MLSS XTSS = 3000 g/m3.
10. Puncak atau rata-rata faktor keamanan TKN FS = 1.5.

48
Tabel 3. Nilai karakteristik air limbah PTPN I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang.

Asal Limbah
No Parameter
St. Rebusan St. Klarifikasi Fat pit
1 pH 4.0-4.5 4.3 4.3
2 TSS 6000-35000 45000 24750
3 Oil 1100-6000 10000 8000
4 BOD 5000-20000 28500 22850
5 COD 10000-45000 55000 45250
6 Total N 60-590 - 280
7 Total P 42-320 950 220

Tabel 4. Koefisien kinetik lumpur aktif untuk bakteri heterotrofik pada suhu 20 0C(Metcalf and
Eddy,2003).

Koefisien Unit Rentang


µm g VSS/g VSS.d 3.0-13.2
Ks g bCOD/m3 5.0-40.0
Y g VSS/g bCOD 0.30-0.50
Kd g VSS/g VSS.d 0.06-0.20
fd 0.08-0.20
ϴ values
µm 1.03-1.08
Kd 1.03-1.08
Ks 1.00

Tabel 5. Koefisien kinetik lumpur aktif proses nitrifikasi pada suhu 200C (Metcalf and
Eddy,2003).

Koefisien Unit Rentang


µmn g VSS/g VSS.d 0.20-0.90
Kn g NH4- N/m3 0.5-10
Yn g VSS/g NH4- N 0.10-0.15
Kdn g VSS/g VSS.d 0.05-0.15
Ko g/m3 0.40-0.60
ϴ values
µn 1.06-1.123
Kn 1.03-1.123
Kdn 1.03-1.08

Parameter karakteristik air limbah yang digunakan sebagai contoh perhitungan


yaitu karakteristik air limbah pada stasiun perebusan. Nama karakteristik air limbah
disajikan pada lampiran 1. Tabel 6 menunjukkan nilai karakteristik air limbah yang
digunakan.

49
Tabel 6. Karakteristik air limbah pada stasiun perebusan (PTPN I Tanjung Seumantoh, Aceh
Tamiang).

Unsur konsentrasi (mg/L)


BOD 20000
sBOD 10000
COD 45000
sCOD 22500
rbCOD 11250
TSS 45000
VSS 34615
TKN 70
NH4-N 50
TP 42
Alkalinitas (CaCO3) 140

Dari parameter-parameter diatas, maka proses perhitungan dapat dilakukan


sehingga hasil yang diperoleh berdasarkan karakteristik air limbah yang masuk
ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil perhitungan penyisihan BOD dan penyisihan BOD-nitrifikasi.

Hasil perhitungan
Hasil perhitungan
No. Perhitungan BOD-nitrifikasi
BOD removal only
removal
1 Sendimentasi primer % %
a. Penyisihan BOD 37.07 37.07
(Persamaan 68)
b. Penyisihan TSS 59.15 59.15
(Persamaan 68)
2 Evaluasi karakteristik air limbah mg/L mg/L
a. bCOD (Persamaan 1) 32000 32000
b. nbCOD (Persamaan 2) 13000 13000
c. sCODe (Persamaan 3) 6500 6500
d. nbVSS (Persamaan 4) 9999 9999
e. Inert TSS 10385 10385
(Persamaan 5)
3 Tangki aerasi
a. volume (Persamaan 15) 5000 m3 12710 m3

50
Tabel 7. Hasil perhitungan penyisihan BOD dan penyisihan BOD-nitrifikasi (Lanjutan).

Hasil
Hasil
perhitungan
No. Perhitungan perhitungan
penyisihan BOD-
penyisihan BOD
nitrifikasi
b. Produksi biomassa 9483 Kg/day 6166.21 Kg/hari
(Persamaan 6)
c. Produksi lumpur 31541.78 Kg/hari 27539.25 Kg/hari
(Persamaan 12)
d. SRT (Solids retention time) 5 hari 12.71 hari
e. Suhu aerasi 12 0C 12 0C
f. Konsentrasi MLVSS (mixed 1853.09 mg/L 4.84 mg/L
liquor volatile suspended
solids) (Persamaan 18)
g. Kebutuhan oksigen 772.16 Kg/jam 13467.25 Kg/jam
(Persamaan 24)
4 Beban Pemeriksaan
a. Rasio F/M (food to 0.21 g/g hari 0.52 g/g hari
microorganism)
(Persamaan 19)
b. BOD volumetric loading 0.38 kg/m3 hari 0.52 kg/m3 hari
(Persamaan 20)
5 Efluen
a. Substrat efluen (bCOD) 1.80 mg/L 1.00 mg/L
(Persamaan 7)
b. BOD efluen - 9.99 mg/L
6 Laju alir m3/hari m3/hari
a. Laju alir efluen (Qe) 625.00 625.00
(Persamaan 70)
b. Laju alir lumpur yang dibuang 375.00 375.00
(Qw) (Persamaan 69)
c. Laju alir lumpur yang diproses 600.00 600.00
kembali (Qr) (Persamaan 71)
7 Clarifier sekunder
a. Volume tangki 333.3 m3 400 m3
(Persamaan 59)
b. Luas permukaan 72.73 m2 72.73 m2
(Persamaan 62)
c. Diameter (Persamaan 58) 9.63 m 9.63 m
d. Solids loading rate 66000 Kg/m2 jam 66000 Kg/m2 jam
(Persamaan 61)

51
4.4.1.2 Penyisihan Nitrogen
Tahapan perhitungan yang akan digunakan dalam perancangan proses
peniyisihan nitrogen ini yaitu sebagai berikut :
1. Membangun laju alir dan karakteristik, termasuk konsentrasi rbCOD dan kandungan
pada efluen.
2. Penentuan konsentrasi biomassa dalam MLSS dari proses nitrifikasi.
3. Penentuan rasio IR (internal recycle), menggunakan nilai NOx yang dihitung sesuai
langkah 12 penyisihan BOD-nitrifikasi.
4. Menghitung jumlah nitrat pada tangki anoksik. Perancangan didasarkan pada asumsi
bahwa pada dasarnya semua nitrat pada zona anoksik akan menurun. Konsentrasi
terendah nitrat yaitu 0.1 sampai 0.3 mg/L yang tersisa bergantung pada proses yang
terjadi, karena nitrat membatasi reaksi denitrifikasi pada konsentrasi yang rendah.
5. Menghitung nilai F/Mb berdasarkan konsentrasi biomassa untuk menentukan MLSS
dalam proses nitrifikasi.
6. Menggunakan grafik nilai SDNR (specific denitrification rate) yang ditunjukkan
pada Gambar 27, kemudian mencocokkan suhu dan IR untuk memperoleh SDNRb
pada tempat anoksik.
7. Mengulang tahapan perancangan zona anoksik sebagai langkah penting untuk
memperolah perancangan yang diinginkan.
8. Perhitungan permintaan oksigen.
9. Perancangan terhadap clarifier sekunder.
10. Merangkum semua hasil kualitas effluen keseluruhan.
11. Penulisan ke dalam Tabel.

52
% rasio
rbCOD/bCOD

Gambar 27. Plot nilai spesifik denitrificasi (SDNR) berdasarkan konsentrasi biomassa pada suhu
200C dan rasio F/Mb (food to biomass) untuk varian persentase nilai relatif rbCOD
menjadi bCOD pada air limbah influen (Metcalf and Eddy,2003).

Pada proses ini, karakteristik air limbah dan koefisien yang digunakan untuk
perhitungan ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 8 .

Tabel 8. Nilai koefisien biokinetik untuk kurva perancangan SDNRb (Metcalf and Eddy,2003).

Parameter koefisien kinetik Unit Nilai


Yield, Y g VSS/g COD 0.4
Endogenous decay, kd g VSS/g biomassa.hari 0.15
Cell debris, fd g VSS/g VSS 0.10
Maximum specific growth rate, µm g VSS/g VSS.hari 3.2
Half-velocity,Ks g/m3 9.0
Particulate hydrolysis maximum specific g VSS/g biomassa.hari 2.8
rate constant, Kh
Hydrolysis half-velocity constant, Kx g VSS/g VSS 0.15
COD of biomass g COD/g VSS 1.42
Fraction of denitrifying bacteria, η g VSS/g VSS 0.50

53
Asumsi yang digunakan yaitu :
 Konsentrasi nitrat dalam RAS = 6 g/m3.
 Menggunakan koefisien yang sama seperti perancangan proses BOD-nitrifikasi.
 Mencampur energi pada reaktor anoksik = 10 kW/103m3.
Dari parameter-parameter diatas, maka perhitungan dapat dilakukan sehingga hasil
yang diperoleh berdasarkan karakteristik air limbah yang masuk ditunjukkan pada Tabel
9 sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil perhitungan penyisihan nitrogen proses lumpur aktif.

Hasil perhitungan penyisihan


No. Perhitungan
nitrogen
1 Primary sedimentation %
a. BOD removal (Persamaan 68) 37.07
b. TSS removal (Persamaan 68) 59.15
2 Tangki aerasi
a. Volume (Persamaan 15) 5000 m3
b. Produksi biomassa 8898.19 Kg/day
(Persamaan 72)
c. Produksi lumpur (Persamaan 12) 30853.35 Kg/hari
d. Waktu proses keseluruhan 5 hari
e. Suhu aerasi 12 0C
f. Kebutuhan oksigen 709.24 Kg/jam
(Persamaan 86)
g. Rasio recycle internal 3.07
(Persamaan 73)
3 Tangki anoksik
a. Laju alir tangki (Persamaan 74) 3670.00 m3/hari
b. Konsentrasi nitrat (NOx,feed) 22020 g/hari
(Persamaan 74)
c. Waktu tunda padatan 2 hari
d. Volume (Persamaan 76) 2000 m3
e. NO3-N yang tereduksi 5072485.67 g/day
(Persamaan 84)
f. Energi proses pencampuran 20 kW
(Persamaan 87)
4 Loading
a. Rasio F/M (food to 1.80 g/g hari
microorganism) (Persamaan 77)
5 Efluen
a. efluen (bCOD) (Persamaan 39) 1.80 mg/L
b. Nitrat efluen 6 mg/L
6 Laju alir m3/hari
a. Laju alir efluen (Qe) 625.00
(Persamaan 70)

54
Tabel 9. Hasil perhitungan penyisihan nitrogen proses lumpur aktif (Lanjutan).

Hasil perhitungan penyisihan


No. Perhitungan
nitrogen
b. Laju alir lumpur yang dibuang 375.00
(Qw) (Persamaan 69)
c. Laju alir lumpur yang diproses 600.00
kembali (return activated sludge)
(Qr) (Persamaan 71)
7 Clarifier Sekunder
a. Volume tangki (Persamaan 59) 400 m3
b. Luas permukaan (Persamaan 62) 72.73 m2
c. Diameter (Persamaan 58) 9.63 m
d. Solids loading rate 66000 Kg/m2 jam
(Persamaan 61)

4.4.1.3 Penyisihan Fosfor


Pada proses ini, karakteristik air limbah yang digunakan untuk contoh
perhitungan ditunjukkan pada Tabel 6 yaitu karakteristik air limbah pada stasiun
perebusan.
Asumsi yang digunakan yaitu :
- 10 g rbCOD/g P dihilangkan oleh pada saat penyisihan fosfor.
- Perbandingan rbCOD/nitrat = 6.6 g rbCOD/g NO3-N.
- Kandungan fosfor pada biomassa heterotrofik = 0.015 g P/g biomassa.
Perbandingan bCOD/BOD = 1.6 , NOx ≈ 0.80 TKN.
- Menggunakan koefisien dari Tabel 4 dan Tabel 5.
Dari parameter-parameter diatas, maka proses perhitungan dapat dilakukan
sehingga hasil yang diperoleh berdasarkan karakteristik air limbah yang masuk
ditunjukkan pada Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil perhitungan penyisihan fosfor proses lumpur aktif.

Hasil perhitungan
No. Perhitungan
penyisihan fosfor
1 Primary sedimentation %
a. Penyisihan BOD (Persamaan 68) 37.07
b. Penyisihan TSS (Persamaan 68) 59.15
2 rbCOD (readily biodegradable COD)
a. rbCOD yang diperlukan untuk penyisihan 11236.80 mg/L
fosfor (Persamaan 89)
3 Tangki proses
a. Volume tangki aerobik (Persamaan 15) 5000 m3
tangki anoksik (Persamaan 76) 700 m3
tangki anaerobik 500 m3
b. Produksi lumpur (Persamaan 95) 29629.64 Kg/hari

55
Tabel 10. Hasil perhitungan penyisihan fosfor proses lumpur aktif (Lanjutan).

Hasil perhitungan fosfor


No. Perhitungan
removal
c. Produksi biomassa (Persamaan 91) 8004351.11 g/hari
d. Fosfor yang tersisih (Persamaan 93) 1123.68 mg fosfor/L
e. Kestembangan nitrat (Persamaan 88) 2 mg nitrat/L
f. SRT (Solids retention time) 5 hari
g. Suhu aerasi 12 0C
4 Waste sludge
a. Persentase kandungan fosfor 41.98 %
(Persamaan 97)
5 Efluen
a. Efluen substrat (bCOD) 1.80 mg/L
(Persamaan 39)
b. Efluen nitrat 6.22 mg/L
c. Efluen fosfor (Persamaan 93) 0 mg/L
6 Laju alir m3/hari
a. Laju alir efluen (Qe) (Persamaan 70) 625.00
b. Laju alir lumpur yang dibuang (Qw) 375.00
(Persamaan 69)
c. Laju alir lumpur yang diproses kembali 600.00
(return activated sludge) (Qr)
(Persamaan 71)
7 Clarifier sekunder
a. Volume tangki (Persamaan 59) 400 m3
b. Luas permukaan (Persamaan 62) 72.73 m2
c. Diameter (Persamaan 58) 9.63 m
d. Solids loading rate (Persamaan 61) 66000 Kg/m2 jam

4.4.2 Perhitungan Simulasi


Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan
sekelilingnya (state of affairs). Simulasi yang dilakukan terhadap perhitungan model proses
lumpur aktif bertujuan untuk melihat perubahan yang ditimbulkan apabila terdapat nilai yang
diubah variabelnya. Nilai-nilai yang akan disimulasikan yaitu waktu proses keseluruhan
(Solids retention time), laju alir lumpur yang dibuang (excess sludge), konsentrasi lumpur
yang dikembalikan ke dalam proses (Return activated sludge), dan nilai laju alir lumpur yang
diproses kembali (Return activated sludge). Hasil perhitungan dilakukan menggunakan rumus
yang sama seperti perhitungan perancangan proses. Nilai karaktersitik air limbah yang
digunakan untuk perhitungan adalah karakteristik air limbah pabrik kelapa sawit pada stasiun
perebusan yang ditunjukkan pada Tabel 6. Kondisi proses yang digunakan untuk contoh
perhitungan simuilasi yaitu pada perhitungan penyisihan BOD saja tanpa nitrifikasi. Hal ini
dikarenakan, perhitungan simulasi pada setiap perhitungan proses menghasilkan kesimpulan
yang sama.

56
4.4.2.1 Simulasi nilai waktu proses keseluruhan (Solids retention time)

Tabel 11. Simulasi nilai waktu proses keseluruhan (SRT).

SRT ( hari ) Se (mg/L) Ro (Kg/hari)


3.0 2.7 17040.0
5.0 1.8 18531.0
7.0 1.4 19699.0
25.0 0.8 24433.0

Keterangan :
SRT : waktu proses keseluruhan
Se : Substrat yang dihasilkan (sebagai bCDO efluen)
Ro : Jumlah oksigen yang dibutuhkan

Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan simulasi waktu keseluruhan proses. Nilai


yang diubah variabelnya yaitu nilai SRT. Nilai yang digunakan adalah 3,5,7, dan 25 hari.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa jika nilai SRT mengalami
perubahan, maka akan menyebabkan perubahan nilai substrat pada efluen dan jumlah oksigen
yang dibutuhkan selama proses. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses (Nilai
SRT rendah) menyebabkan kadar efluen substrat menjadi sedikit dan oksigen yang
dibutuhkan menjadi besar jumlahnya. Pengaruh tersebut ditunjukkan pada Gambar 28 dan
Gambar 29.

3
2.5
Substrats effluent

2
1.5
1
0.5
0
3 5 7 25
SRT (Solids retention time) (hari)

Gambar 28. Grafik pengaruh perubahan nilai SRT terhadap nilai efluen substrat.

57
Jumlah oksigen yang dibutuhkan
30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
3 5 7 25
Nilai SRT (Solids retention time) (hari)

Gambar 29. Grafik pengaruh perubahan nilai SRT terhadap jumlah oksigen yang dibutuhkan.

4.4.2.2 Simulasi Nilai Laju alir lumpur yang dibuang (Qw)

Tabel 12. Simulasi nilai laju alir lumpur yang menjadi buangan dari proses lumpur aktif.

Qw (m3/hari) SRT (hari) Se (mg/L)


100.0 18.750 0.8416
200.0 9.375 1.1787
500.0 3.8 2.2587
1000.0 1.9 4.3261

Keterangan :
Qw :Laju alir lumpur yang dibuang.
SRT : waktu proses keseluruhan.
Se : Substrat yang dihasilkan (sebagai efluen).

Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan simulasi nilai laju alir lumpur yang menjadi
buangan dari proses lumpur aktif. Nilai yang akan disimulasikan yaitu nilai laju alir lumpur
yang dibuang (Qw) . Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa perubahan nilai Qw
berpengaruh terhadap nilai SRT. Seperti pada perhitungan simulasi sebelumnya, perubahan
nilai SRT menyebabkan perubahan konsentrasi substrat efluen (Se). Tingginya nilai laju alir
lumpur yang dibuang membutuhkan waktu proses yang cepat, karena waktu yang cepat
menyebabkan lumpur tidak diproses secara benar sehingga lumpur lebih banyak terbuang.
Pengaruh perubahan nilai Qw dapat dilihat pada Gambar 30.

58
20

15

SRT (Hari)
10

0
100 200 500 1000
Laju alir excess sludge (m^3/hari)

Gambar 30. Grafik pengaruh perubahan nilai laju alir lumpur yang dibuang terhadap waktu
proses.

4.4.2.3 Simulasi nilai konsentrasi lumpur yang diproses kembali (return activated
sludge)

Tabel 13. Simulasi nilai konsentrasi lumpur yang diproses kembali.

Xr (mg/L) Qr (m3/hari) Qw (m3/hari) Qe (m3/hari)


4000.0 3000.0 750.0 250
8000.0 600.0 375.0 625.0
10000.0 428.6 300.0 700.0
120000.0 25.6 25 975.0

Keterangan :
Xr : Konsentrasi lumpur yang dikembalikan ke dalam proses (return activated sludge)
Qr : Laju alir lumpur yang diproses kembali
Qw : Laju alir lumpur yang dibuang
Qw : Laju alir efluen

Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan simulasi nilai konsentrasi padatan yang


akan diproses kembali. Perhitungan simulasi dilakukan terhadap nilai konsentrasi lumpur
yang dikembalikan ke dalam proses (Xr). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan
bahwa perubahan nilai konsentrasi Xr mempengaruhi laju alir lumpur yang diproses kembali
(Qr). Perubahan nilai Qr diikuti dengan perubahan nilai laju alir lumpur yang dibuang (Qw)
dan nilai laju alir efluen (Qe). Semakin tinggi konsentrasi Xr maka laju alir konsentrasi
tersebut akan menjadi sedikit per harinya, hal tersebut dikarenakan terlalu banyaknya
konsentrasi yang masuk untuk diproses kembali yang menyebabkan padatnya jalur proses
pengembalian lumpurke tangki proses awal. Pengaruh perubahan nilai Xr dapat dilihat pada
Gambar 31 dan 32.

59
3500
3000

Qr (m^3/hari)
2500
2000
1500
1000
500
0
4000 8000 10000 120000
Konsentrasi lumpur yang akan diproses kembali (Xr)
(mg/L)

Gambar 31. Grafik pengaruh perubahan nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan ke dalam
proses (return activated sludge) terhadap nilai laju alir lumpur yang diproses kembali.

800
Qw (m^3/hari)

600

400

200

0
4000 8000 10000 120000
Konsentrasi lumpur yang diproses kembali (Xr)
(mg/L)

Gambar 32. Grafik pengaruh perubahan nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan ke dalam
proses (return activated sludge) terhadap nilai laju alir lumpur yang dibuang (Qw).

Gambar 32 menunjukkan bahwa pengaruh nilai konsentrasi lumpur yang akan


diproses kembali (return activated sludge) menyebabkan perubahan terhadap nilai laju alir
lumpur yang dibuang (excess sludge ) (Qw). Semakin banyak konsentrasi lumpur yang akan
kembali ke proses awal maka lumpur yang terbuang menjadi sedikit.

60
4.4.2.4 Simulasi nilai laju alir lumpur yang diproses kembali (return activated sludge)

Tabel 14. Simulasi nilai laju alir lumpur yang diproses kembali.

Qr (m3/hari) Xr (mg/L) Qw (m3/hari) Qe (m3/hari)


5000.0 3600.0 833.0 167
10000.0 3300.0 909.0 90.9
15000.0 3200.0 937.5 62.5
70000.0 3042.9 986.2 13.8

Keterangan :
Xr : Konsentrasi lumpur yang dikembalikan ke dalam proses
(return activated sludge)
Qr : Laju alir lumpur yang diproses kembali
Qw : Laju alir lumpur yang dibuang
Qw : Laju alir efluen

Tabel 14 menunjukkan hasil perhitungan simulasi nilai laju alir lumpur yang diproses
kembali (return activated sludge). Perhitungan simulasi dilakukan terhadap nilai laju alir
lumpur yang diproses kembali (Qr). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa
perubahan nilai Qr mempengaruhi nilai konsentrasi lumpur yang akan diproses kembali (Xr).
Perubahan nilai Xr diikuti dengan perubahan nilai laju alir lumpur yang dibuang (Qw) dan
nilai laju alir efluen (Qe). laju Qr yang tinggi disebabkan oleh konsentrasi Xr yang rendah.
Apabila lumpur yang diproses kembali rendah konsentrasinya, maka jalur pengembalian
lumpur tidak terhambat karena jalur tidak terisi oleh banyaknya lumpur yang kembali.
Perubahan nilai Xr tersebut mempengaruhi nilai laju alir lumpur yang dibuang (Qw) dan nilai
laju alir efluen (Qe) yang telah dijelaskan pada perhitungan simulasi sebelumnya. Pengaruh
perubahan nilai Qr dapat dilihat pada Gambar 33.

3700
3600
3500
3400
Xr (mg/L)

3300
3200
3100
3000
2900
2800
2700
5000 10000 15000 70000
Laju alir lumpur yang dikembalikan ke proses (Qr) (m^3/hari)

Gambar 33. Grafik pengaruh perubahan nilai laju alir lumpur yang diproses kembali (Qr) terhadap
nilai konsentrasi lumpur yang dikembalikan ke dalam proses (Xr).

61
4.5 Verifikasi Model
Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program
komputer) sesuai dengan logika diagram alur. Tahapan verifikasi merupakan tahapan yang
digunakan untuk memeriksa kesesuaian hasil keluaran. Kesesuaian yang dimaksud adalah keluaran
sesuai dengan apa yang diinginkan berdasarkan perancangan model yang telah dibuat sebelumnya
(Radecka and Zilic,2004). Tahapan verifikasi menurut Wilcox (2004) dapat dilihat pada Gambar
34.Verifikasi model proses lumpur aktif dibagi menjadi dua bagian, yaitu verifikasi perhitungan
dan verifikasi perangkat lunak.

Membuat
Perencanaan
prototype
model
model

Verifikasi
model

Pengembangan
Perancangan
perangkat
model
lunak

Pengembangan
Pengembangan Pengembangan
algoritma /
analog model digital model
pemrograman

Verifikasi Verifikasi Verifikasi


prototype prototype prototype

Model integrasi

Percobaan
model

Prototype
Simulasi Emulasi perangkat
keras

Gambar 34. Verifikasi model (Wilcox,2004).

62
4.5.1 Verifikasi Perhitungan
Verifikasi perhitungan dilakukan dengan cara memberikan persyaratan-persyaratan
parameter yang digunakan pada proses perhitungan, sehinggga output yang dihasilkan
dianggap benar selama masih memenuhi persyaratan perhitungan. Jika persyaratan tidak
dipenuhi maka hasil yang didapatkan negatif dan hal tersebut artinya hasil perhitungan tidak
benar.

START

Verifikasi model

Verifikasi
perhitungan

Pemeriksaan
syarat nilai input

Pemeriksaan
syarat nilai
koefisien
NO

Decision

YES

END

Gambar 35. Tahapan verifikasi perhitungan model proses lumpur aktif.

Syarat untuk melakukan perhitungan adalah karakteristik air limbah dan nilai
koefisien kinetis. Berdasarkan Gambar 35, tahapan awal verifikasi perhitungan yang
dilakukan adalah verifikasi terhadap syarat karakteristik air limbah. Nilai karakteristik air
limbah yang diketahui terdiri dari BOD (Biological oxygen demand), sBOD, COD, sCOD,
rbCOD, TSS, VSS, TKN (Total kjedahl nitrogen), NH4-N, total phosphorus (TP),
Alakalinity, bCOD/BOD ratio. Menurut Metcalf dan Eddy (2003), nilai antar unsur
karakteristik air limbah berbeda-beda, pendekatan persyaratan nilainya yaitu BOD lebih besar

63
dari sBOD, BOD kurang dari COD, COD lebih besar dari sCOD, sCOD lebih besar dari
rbCOD, TSS lebih besar dari VSS, dan TKN lebih besar dari NH4-N.
Tahap berikutnya yaitu pemeriksaan nilai koefisien perhitungan. Perhitungan proses
penyisihan BOD menggunakan koefisien kinetis lumpur aktif (Tabel 4), perhitungan
penyisihan BOD-nitrifikasi menggunakan koefisien kinetis lumpur aktif dan koefisien lumpur
aktif-nitrifikasi (Tabel 5), perhitungan penyisihan nitrogen menggunakan koefisien kinetis
lumpur aktif (Tabel 4) dan koefisien biokinetik (Tabel 8), dan yang terakhir perhitungan
penyisihan fosfor menggunakan koefisien yang sama dengan proses perhitungan penyisihan
BOD-nitrifikasi. Apabila perhitungan yang dilakukan telah mengikuti syarat-syarat yang harus
dipenuhi, maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah benar sesuai dengan prosedur
perhitungan.

4.5.2 Verifikasi Perangkat lunak


Verifikasi program/perangkat lunak pemodelan dilakukan dengan pengujian program
selama proses pembuatan dan setelah pembuatan program dilakukan, pengujian yang
dilakukan yaitu menguji keluaran hasil perhitungan , menguji program dapat dijalankan atau
tidak, dan menemukan kesalahan jika terjadi kesalahan pada saat penerapan bahasa
pemrograman.

START

Verifikasi model

Verifikasi
perangkat lunak

Pemerikasaan
coding (variabel,
tipe data, dan
rumus
perhitungan)

NO

Pemeriksaan
textfield yang
kosong

Decision

YES

END

Gambar 36. Tahapan verifikasi model perangkat lunak Activatedsludge.0.1.

64
Berdasrkan Gambar 36, dapat dilihat bahwa verifikasi perangkat lunak diawali
dengan pemeriksaan bahasa pemrograman atau pengkodean formulasi perhitungan (coding).
Setiap selesai melakukan formulasi pemrograman, pemeriksaan dilakukan dengan cara
menjalankan formulasi tersebut. Apabila masih terdapat kesalahan, maka perangkat lunak
belum dapat dijalankan. Perangkat lunak Delphi 7.0 menyediakan fasilitas informasi
kesalahan yang terjadi pada proses formulasi sehingga memudahkan pengembang model
perangkat lunak memperbaiki kesalahan pengkodean.
Selanjutnya adalah pemeriksaan kotak-kotak kosong yang merupakan tempat
pengisian nilai input. Apabila tidak terdapat kesalahan pada saat penulisan bahasa
pemrograman (coding), maka perangkat lunak Activatedsludge.0.1 dapat dijalankan,
kemudian pada halaman perhitungan akan terdapat tombol hitung yang jika ditekan secara
otomatis akan memeriksa kotak input perhitungan. Perhitungan hanya dapat dilakukan jika
nilai parameter telah diinputkan ke halaman perhitungan. Kotak input (pada Delphi disebut :
Edit text) yang masih kosong akan menyebabkan program tidak dapat dijalankan.

65
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Perancangan model proses lumpur aktif menggunakan metode pemodelan berbasis objek
UML (unified modeling language). Perancangan dilakukan dengan cara membuat diagram-
diagram pemodelan yang meliputi usecase diagram, activity diagram ,statechart diagram, dan
class diagram. Perancangan pemodelan selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang akan menjadi sebuah perangkat lunak aplikatif yang diberi nama
activatedsludge.0.1 (AS 0.1). Perhitungan proses yang digunakan berdasarkan pemodelan yang
telah ada sebelumnya dnegan penambahan pemodelan perhitungan penyisihan BOD.
Model proses lumpur aktif yang akan dijadikan perhitungan yaitu penyisihan BOD,
penyisihan BOD-nitrifikasi, penyisihan nitrogen, dan penyisihan fosfor. Masing-masing
perhitungan menggunakan koefisien yang berbeda. Koefisien tersebut antara lain: koefisien
penyisihan BOD dan BOD-nitrifikasi, koefisien nitrifikasi, dan koefisien biokinetik untuk
penyisihan nitrogen.
Proses perhitungan yang akan dihitung salah satunya adalah proses penyisihan BOD . Data
yang digunakan merupakan karakteristik air limbah dari pabrik Industri kelapa sawit
PT.Perkebunan Nusantara I, Aceh Tamiang. Debit limbah yang dihasilkan yaitu 1000 m3/hari.
Berdasarkan nilai debit limbah, maka konstruksi proses penyisihan BOD yang tepat untuk
volume tangki aerasi yaitu sebesar 5000 m3, dengan total produksi lumpur 31541.78 kg/hari dan
oksigen yang dibutuhkan untuk proses sebesar 772 kg/jam, untuk kualitas efluen, konsentrasi yang
di dapatkan adalah 1.8 mg bCOD/L dan 9.9 mg BOD/L.
Pada perhitungan simulasi model proses lumpur aktif, simulasi dilakukan terhadap nilai laju
alir lumpur yang dibuang (Qw), laju alir lumpur yang diproses kembali (Qr) dan konsentrasi
lumpur yang dikembalikan ke dalam proses (Xr). Berdasarkan simulasi pada nilai Qw diketahui
bahwa, perubahan nilai Qw mempengaruhi perubahan nilai SRT (solid retention time/waktu
tinggal), perubahan nilai SRT akan mengakibatkan perubahan konsentrasi yang dihasilkan pada
effluent (Se) dan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses (Ro). Pada simulasi nilai Qr,
perubahan nilai Qr mempengaruhi perubahan nilai Xr, perubahan nilai Xr akan mempengaruhi
nilai Qw dan nilai laju alir limbah efluen atau keluaran (Qe). Pada simulasi nilai Xr, perubahan
nilai Xr mempengaruhi nilai Qr,Qw, dan Qe.

5.2 Saran
Pengembangan lebih lanjut terhadap paket program Activatedsludge.0.1 perlu dilakukan
untuk lebih menyempurnakan paket program tersebut meliputi, pengembangan database
karakteristik air limbah industri-agro, dan konten-konten yang memudahkan pengguna dalam
melakukan perhitungan. Pengembangan lebih lanjut yang dimaksudkan yaitu penambahan
pemilihan perhitungan proses lumpur aktif.

66
DAFTAR PUSTAKA

Ambler SW. 2005. The Elements of UML 2.0 Style. Cambridge: Cambridge
University Press.

Anonim. 2010. Statechart Diagram,Activity Diagram,Sequence


Diagram,Collaboration Diagram.
www.toki.or.id/rbpl/task/rbpl-p04.pdf. [23 Mei 2011]

Anonim. 2011. Proses Desain Sistem Basis Data.


www.cs.ui.ac.id/WebKuliah/BasisData2005/DatabaseDesign.ppt.
[23 Mei 2011]

Bennet S, Skelton J. dan Lunn K. 2001. Schaum’s Outlines ”UML”. Vicenza:


McGraw Hill.

Boggs W. dan Boggs M. 2002. UML with Rational Rose 2002. Marina Village
Parkway: SYBEX Inc.

Camerata J, Pearce E, Greer P, White J. dan Bueno MAS. 2008. Activated Sludge:
Technical Learning College.

Chubodu. 1990. Activated sludge bulking control. Houston: Gnef publishing.

Dohse R. dan Heywood A. 1998. The Activated Sludge.


http://www.cee.vt.edu/ewr/environmental/teach/gwprimer/group12/index.ht
ml. [20 Januari 2011]

Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:


Penerbit Yrama Widya.

Haandel Av. dan lubbe jvd. 2007. Handbook Biological Waste Water Treatment.
Netherlands: Quist Publishing.

Hayati M.1998. Mempelajari Proses Produksi Udang Beku Dan Pengolahan


Limbah di PT.Kalimantan Fishery. Fateta IPB. Bogor.

Henze M, Gujer W, Mino T. dan Loosdrecht MV, Eds. 2002. Activated Sludge
Models : ASM1, ASM2, ASM2d and ASM3. London: IWA Publishing.

Metcalf. dan Eddy. 2003. Wastewater engineering : treatment and reuse.


Singapore: McGraw-Hill Higher education.

Murni A. 2011. Konsep dan Arsitektur Basis Data.


www.cs.ui.ac.id/WebKuliah/BasisData/FileKuliah/db02-2.PDF.
[23 Mei 2011]

67
Neethling J, Z. A. dan Pattarkine VM. 2010. Nutrient Removal. Alexandria,
Virginia: Water Environment Federation Press.

Nugroho A. 2002. Analysis and Information System Design with Object-Oriented


Methodology. Bandung: Informatika

Ojo A. dan Estevez E, Eds. 2005. Object-Oriented Analysis and Design with
UML. Macao: e-Macao Report.

Radecka K. dan Zilic Z. 2004. Verification by Error Modeling. New York,


Boston, Dordrecht, London, Moscow: Kluwer Academic Publishers.

Raharjo WS. dan Mahastama AW. 2010. Modeling of Software System : UML
Case Model. lecturer.ukdw.ac.id/willysr/pspl-ti/silabus.pdf. [23 Mei 2011]

Rezki MI. 2010. Pengantar OOAD (metode analisis dan perancangan


berorientasi objek).
blog.unsri.ac.id/merzcharmy/resume-tugas/pengantar.../7239/. [15 maret
2011]

Setiadi T. 1990. Modeling Techniques for Wastewater Treatment System of


Activated Sludge. Makalah Seminar Pemodelan, Simulasi, dan Optimasi
Sistem Teknik Kimia. 6-7 September 1990. Bandung

Setiawan JHH. 2009. Konsep Conceptual Data Model [CDM] dan Physical Data
Model [PDM].
http://tutorialpemrograman.wordpress.com/2009/08/08/konsep-conceptual-
data-model-cdm-dan-physical-data-model-pdm/. [May 23 2011]

Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius.

Sri. dan Romi. 2003. Introduction of Unified Modeling Language.


ilmukomputer.com. [23 Mei 2011]

Sumirat LP. 2010. Membuat Class Diagram. http://lambang.wordpress.com ,


http://blog.unitomo.ac.id/lambang. [23 Mei 2011]

Syaifudin A. 2011. Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling


Language) Industri Biopelet [Skripsi]. Bogor:Program Strata-1, Institut
Pertanian Bogor.

Wilcox P. 2004. Profesional Verification: A Guide to Advanced Functional


Verification. New York, Boston, Dordrecht, London, Moscow: Kluwer
Academic Publishers.

68
LAMPIRAN

69
Lampiran 1. Daftar istilah pada karakteristik air limbah.

Constituent Definisi
BOD BOD Total 5-d biochemical oxygen demand
sBOD Soluble 5-d biochemical oxygen demand
UBOD Ultimate biochemical oxygen demand

COD COD Total chemical oxygen demand


bCOD Biodegradable chemical oxygen demand
pCOD Particulate chemical oxygen demand
sCOD Soluble chemical oxygen demand
nbCOD Nonbiodegradable chemical oxygen
demand
rbCOD Readily biodegradable chemical oxygen
demand
bsCOD Biodegradable soluble chemical oxygen
demand
sbCOD Slowly biodegradable chemical oxygen
demand
bpCOD Biodegradable particulate chemical oxygen
demand
nbpCOD Nonbiodegradable particulate chemical
oxygen demand
nbsCOD Nonbiodegradable soluble chemical
oxygen demand

Nitrogen TKN Total kjeldahl nitrogen


bTKN Biodegradable nitrogen
sTKN Soluble nitrogen
ON Organik nitrogen
bON Biodegradable organik nitrogen
nbON Nonbiodegradable organik nitrogen
pON Particulate organik nitrogen
nbpON Nonbiodegradable particulate organik
nitrogen
sON Soluble organik nitrogen
nbsON Nonbiodegradable soluble organik nitrogen

Suspended TSS Total suspended solids


solids
VSS Volatile suspended solids
nbVSS Nonbiodegradable volatile suspended
solids
iTSS Inert Total suspended solids

70
Lampiran 2. Contoh halaman laporan hasil perhitungan model lumpur aktif.

71

Anda mungkin juga menyukai