BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi proses
2012).
tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, “tahu”ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
2. Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
objek yang telah dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
yang bergizi.
9
3. Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi ini dapat diartikan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
4. Analisis (analysis)
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
5. Sintesis (syntesis)
menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari
6. Evaluasi (evaluation)
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
(Notoatmodjo, 2012).
lewat angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin diukur dari
2.2. Sikap
atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan
sesuatu dan bertindak atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa sikap itu
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, dan bukan merupakan reaksi terbuka dari tingkah laku
yang terbuka. Lebih lanjut dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
(Notoatmodjo, 2012)
12
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan sikap ini yang
5. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.Dalam sikap
1. Menerima (Receiving)
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
3. Menghargai (Valuing)
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu
gizi suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu
14
mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
2012).
sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pertahanan ego.
mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat
unfavorable (tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang
16
positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama. Beberapa
bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala
1. Sangat setuju : 4
2. Setuju : 3
3. Tidak setuju : 2
1. Sangat setuju : 1
2. Setuju : 2
3. Tidak setuju : 3
Corak khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh
oleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif
sebuah lumen kecil, sempit, dan tidak teratur. Struktur tersebut disebabkan oleh
Apendiks memiliki panjang sekitar 3-15 cm dan diameter 0,5-1 cm. Pada
bagian proksimal, lumen apendiks sempit dan melebar di bagian distal. Pada bayi,
menyempit ke arah ujung. Hal ini merupakan salah satu faktor insidensi
apendisitis yang rendah pada umur tersebut. Sekitar 65% apendiks terletak di
atau di tepi lateral kolon asendens. Letak apendiks dapat menentukan manifestasi
antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi
eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler), dan serosa. Apendiks dapat tidak
terlihat karena membran Jackson yang (lapisan peritoneum) menyebar dari bagian
mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta lieberkuhn. Dinding
18
dalam (inner circular layer) berhubungan dengan sekum dan dinding luar (outer
longitudinal muscle) dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia coli pada pertemuan
sekum dan apendiks. Taenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari
submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan elastik yang membentuk
simpatis berasal dari n. torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene (Perry & Potter,
2012)
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat
apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe
disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan
setelah lahir. Jumlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa
dan kemudian berkurang mengikuti umur. Setelah umur 60 tahun, tidak ada
intralumen, yang dengan cepat melebihi tekanan darah sistolik. Pada awalnya
kongesti darah vena menjelek menjadi trombosis, nekrosis dan perforata. Secara
tersering dari obstruksi apendiks. Bahan yang mengeras ini bisa mengapur,
terlihat dalam foto rontgen sebagai apendikolit (15-20%). Obstruksi akibat dari
edema mukosa dapat disertai dengan infeksi virus atau bakteri (Yersinia,
Tumor karsinoid, benda asing, dan ascaris jarang menjadi penyebab apendisitis
(Hartman, 2015).
2.3.4. Patofisiologi
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur pada fibrosis akibat
yang distensi secara terus menerus karena multiplikasi cepat dari bakteri.
hipoksia, hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa, dan invasi bakteri. Infeksi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila
kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforata (Mansjoer., 2015).
umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam,
nyeri beralih ke kuadran kanan, menetap, dan diperberat saat berjalan atau batuk.
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi,
konstipasi, kadang-kadang diare, mual dan muntah. Namun dalam beberapa jam
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Di
sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat konstipasi
perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk
22
terlindung sekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak
ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri
timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari
2.3.6. Diagnosis
ditandai dengan:
1. Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi;
pergeseran ke kiri.
2.3.7. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi
c. Rehidrasi
23
intravena
rehidrasi tercapai
2. Operasi
a. Apendiktomi
3. Pasca Operasi
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selam
pasien dipuasakan
24
f. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30
g. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (Perry & Potter,
2012)
dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur
kesehatannya.
tubuh yang bergantung pada mobilisasi. Oleh karena itu, sistem muskuloskeletal
tubuh dan sistem syaraf harus berada dalam kondisi baik. Pasien dianjurkan untuk
segera melakukan mobilisasi dini setelah 24-48 jam pertama pasca bedah.
motivator sehingga pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea mampu melakukan
kuratif dan rehabilitatif. Dalam hal ini, perawat harus mampu mengkaji secara
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
26
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
2. Rentang gerak aktif merupakan hal ini untuk melatih kelenturan dan
terlentang dulu selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring, duduk, berdiri dan
dalam dan latihan kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat membantu tubuh
melakukan adaptasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan keluhan lain yang
gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung
kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal
adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas
c. Duduk yaitu setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat
d. Berdiri atau turun dari tempat tidur yaitu jika duduk tidak menyebabkan
rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur dan
berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan
e. Ke kamar mandi yaitu hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa
melakukan mobilisasi dini sesuai dengan tahapannya. Semakin cepat bergerak itu
semakin baik, namun ambulasi harus tetap dilakukan secara hati-hati. Untuk
meyakinkan pasien aman atau selamat selama latihan melangkah maka respon
kardiovaskular harus dikaji, karena latihan seperti berpindah atau turun naik
hemodinamik. Hal ini harus diperhatikan, bahwa kondisi medis harus selalu stabil
karena latihan tidak bisa dilakukan pada kondisi kronis seperti Cronic Obstructive
independen pada ambulasi merupakan usaha aktif yang dilakukan oleh pasien.
meliputi:
1. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa
dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang
29
2. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan
sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase
selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau
3. Pada hari kedua paska operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di
kamar atau bangsal tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya
memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar
diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa segera mungkin, hal ini perlu
misalnya saat pasien menggunakan otot trapezium atas untuk bangun dari tempat
tidur. Tekanan esentrik membantu mengontrol kecepatan dan arah gerakan. Pada
contoh : otot trapezium atas, pasien duduk di tempat tidur dengan lambat.
30
Penurunan ini, dikontrol saat otot antagonis memanjang. Reaksi otot konsentrik
dan esentrik sangat penting untuk pergerakan aktif sehingga latihan ini disebut
Latihan isotonik yang harus dilakukan adalah pasien berada dalam posisi
arah dada, pasien mengulangi sekurang-kurangnya lima kali untuk setiap tungkai
pasien meletakkan satu tangan pada abdomen ketika pasien menegangkan otot
abdomen, otot-otot abdomen akan berkontraksi dan ditahan selama 10 detik, lalu
dilepaskan. Pasien mengulangi latihan ini 5-10 kali sesuai kemampuan. Latihan
ambulasi dini terdiri dari: pasien merubah posisi miring kanan dan miring kiri
spirometri insentif, batuk terkontrol berpindah, dan olahraga kaki. (Perry & Potter,
No Langkah Rasional
1 Kaji resiko komplikasi pernafasan Selama anestesi umum, paru-paru
klien pascaoperasi. Tinjau riwayat belum sepenuhnya mengembang
medis untuk mengidentifikasi selama operasi dan refleks batuk
kondisi paru kronis (misalnya: tertekan sehingga mengumpulkan
emfisema, asma), setiap kondisi lendir di bagian dalam saluran udara.
yang mempengaruhi gerakan Setelah operasi, klien mungkin telah
dinding dada, riwayat merokok, mengurangi volume paru-paru dan
dan kurangnya Hb membutuhkan upaya yang lebih
besar untuk batuk dan bernafas
dalam; ekspansi paru-paru yang tidak
memadai dapat menyebabkan
atelektasis dan pneumonia. Kondisi
paru-paru kronis sebelumnya
meningkatkan resiko klien untuk
mengembangkan kompilasi
pernafasan. Merokok merusak silia
yang bertugas membersihkan saluran
pernafasan dan meningkatkan sekresi
lendir. Berkurangnya kadar
hemoglobin menyebabkan oksigen
tidak memadai.
2 Kaji kemampuan untuk batuk dan Mengungkapkan potensi maksimum
bernafas dalam dengan menyuruh ekspansi dada dan kemampuan untuk
klien mengambil nafas dalam, batuk; digunakan sebagai dasar
amati pergerakan, bahu dan untuk melakukan mobilisasi setelah
dinding dada. Ukur ekskursi dada operasi.
selama nafas dalam. Minta klien
untuk batuk setelah mengambil
nafas dalam
3 Kaji resiko pembentukan trombus Statis vena, hiperkoagulabilitas dan
pascaoperasi (misalnya: klien trauma vena memunculkan
lansia, mereka yang memiliki pembentukan trombus secara
kanker yang aktif dan klien yang simultan. Setelah anastesi umum,
imobilisasi). Perhatikan untuk sirkulasi melambat dan ketika tingkat
kelembutan daerah sepanjang aliran darah melambat, ada
distribusi sistem vena, bengkak kecenderungan pembentukan
betis/paha, pitting edema di kaki gumpalan. Immobilisasi
simptomatik, dan vena superfisial mengakibatkan penurunan kontraksi
kolateral otot di bawah kaki, yang
menyebabkan statis vena.
4 Kaji kemampuan klien untuk Menentukan adanya keterbatasan
bergerak secara mandiri ketika di pergerakan
tempat tidur
32
d. Berpindah
1) Klien mengambil posisi 1) Mendukung dan meminimalkan
telentang dan pindah ke sisi tarikan garis jahitan selama
tempat tidur. Klien bergerak berpindah.
menekuk lutut dan menekan
tumit melawan kasur untuk
mengangkat dan memindahkan
pantat. Pembatas di kedua ssi
tempat tidur harus dalam
keadaan berdiri.
2) Klien menempatkan tangan 2) Kaki lurus menstabilkan posisi
kanan di atas daerah insisi untuk klien. Kaki kiri tertekuk mengubah
membelatnya. titik berat untuk memudahkan
3) Klien untuk menjaga kaki kanan berpindah.
tetap lurus dan tekuk lutut kiri
ke atas 3) Menarik ke sisi tempat tidur
4) Klien memegang sisi kanan mengurangi usaha yang diperlukan
pegangan tempat tidur dengan untuk berpindah.
tangan kiri, tarik ke kanan, dan 4) Mengurangi resiko komplikasi
klien berguling ke sisi kanan. vaskular
5) Klien berpindah setiap 2 jam 5) Memberikan posisi normal anatomi
ekstremitas bawah
e. Latihan kaki
1) Klien terlentang ditempat tidur. 1) Latihan kaki mempertahankan
Klien menunjukkan latihan kaki mobilitas sendi dan
dengan melakukan latihan mempromosikan vena kembali
rentang gerak pasif untuk mencegah trombus.
2) Klien memutar tiap mata kaki 2) Meregangkan dan
dengan lingkaran penuh. Klien mengontraksikan otot
mengulangi sebanyak 5 kali gastrocnemius
3) Klien melakukan dorsofleksi
dan fleksiplantar pada kedua 3) Kontraksi otot kaki bagian atas,
kaki. Klien mengulangi mempertahankan mobilitas lutut
sebanyak 5 kali dan meningkatkan aliran vena
4) Klien melakukan latihan balik/venous return
kuadrisep dengan 4) Mempromosikan kontraksi dan
mengencangkan paha dan relaksasi otot quadriceps
membawa lutut ke arah kasur,
kemudian relaksasi. Klien
mengulangi sebanyak 5 kali
5) Klien secara bergantian
mengangkat masing-masing
kaki lurus ke atas dari
permukaan tempat tidur, kaki
tetap lurus dan kemudian klien
membengkokkan kaki pada
35
kemampuan gerak pasien dari satu posisi di tempat tidur ke posisi yang lain.
menjadi lama duduk, kemampuan bergerak dari terlentang menjadi rawan atau
rentan terhadap terlentang bergerak dari terlentang menjadi duduk atau duduk
menyebabkan pasien tidak dapat bergerak dari tempat tidur, memfasilitasi pasien
pasien, menilai kekuatan otot dan kemampuan rentang gerak (ROM), menilai
melakukan latihan gerakan aktif dan pasif ROM untuk meningkatkan kekuatan
otot.
36
bahwa: pasien mampu mengubah posisi secara mandiri, mampu melakukan Range
of Motion dengan benar dan dapat mengubah posisi sendiri di tempat tidur
2014)
skoliosis, infark miokard akut, disritmia jantung, atau syok sepsis (Wilkinson,
2005
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
37
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian. Variabel ini menjadi 2 yaitu
tentang mobilisasi dini di RS Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh