PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran
A. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan
cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan yang dapat terbakar; suhu
penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya
kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya,
dengan dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Adapun tiga elemen
tersebut adalah :
1. Oksigen
Dalam udara normal, kandungan oksigen adalh sebanyak 20 % dimana
dapat dilepaskan oleh zat kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat.
2. Bahan bakar
Bahan bakar yang dimaksud disini adalah bahan apa saja yang dapat terbakar,
diantaranya :
Dalam bentuk padat, semakin kecil bentuknya, semakin mudahlah bahan
tersebut menyala.
Dalam bentuk cair, semakin rendah titik nyalanya, semakin mudahlah
bahan tersebut menyala.
Dalam bentuk gas dengan kosentrasi yang diperlukan dalam batas
penyalaan.
3. Penyalaan
Penyalaan yang disebabkan oleh berbagai sumber yang akan menaikkan
temperature diatas titik nyala yang meliputi :
Putung rokok
Percikan listrik dan hubungan singkat
Listrik static
Perlengkapan yang memanas dan bantalan yang mengalami panas berlebih
Pipa pemanas
Percikan api dari operasi pengelasan atau pembakaran.
Ketiganya merupakan tiga syarat munculnya api. Segitiga api (fire
triangle) ditunjukkan dalam diagram dibawah ini
Oksigen
Pemindahan Kalor.
Rambatan Api
Api yng terjadi dapat merambat dengan mudah yakni dengan cara :
Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi
penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung 2 pengertian,
yaitu:
1. Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi
penyalaan api. Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan bahan
mudah terbakar pada ruang khusus ,membuat aturan pencegahan kebakaran,
memasang rambu dilarang merokok, dan lain - lain.
2. Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tidak
terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah mengatur nyala api di dalam ruang
tempa, ketel uap, dapur pemanas dll.
Fire hydrant box memiliki dua (2) jenis untuk digunakan yaitu hydrant
box indoor dan hydrant box outdoor. Untuk hydrant box indoor memiliki bebepara type
antara lain type A1, type A2, dan type B. Sedangkan untuk hydrant box outdoor lebih
dikenal dengan type C. Masing-masing type hydrant box memiliki kegunaan sendiri-
sendiri dalam penempatan alat pemadam kebakaran (fire extinguisher). Untuk fire
hydrant ini dalam painting finish (pengecetan terakhir) menggunakan powder coating
sehingga catnya tahan lama dan tidak mudah terkelupas. Tipe Sistem Stand Pipe untuk
Hydran:
Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk
menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka
suatu hose value.
- Menghemat kerja pompa
- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga
air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat
seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan
cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap
hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.
Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak
memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem.Suplai air sistem
diperoleh dari fire department pumper.
Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper,
untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection.
6) Fire detector
Detektor api menanggapi panas, api, atau asap untuk mendeteksi pembakaran yang panas
atau produk daripadanya. Berbagai jenis detektor memiliki berbagai properti dan
menggunakan sifat-sifat yang berbeda untuk mendeteksi api dan kebakaran untuk
mengaktifkan alarm.
Panas-sensing. alat indera Heat-actuated biasanya mendeteksi salah satu dari dua
kondisi: 1.) suhu mencapai tingkat yang telah ditentukan, atau 2) suhu meningkat
dengan cepat tanpa memperhatikan suhu awal. Tipe pertama, perangkat suhu
tetap, memiliki tingkat jauh lebih rendah dari positif palsu (alarm palsu) daripada
yang kedua, detektor rate-of-rise.
Flame-penggerak. perangkat yang digerakkan oleh Flame-sensing cukup mahal,
karena mereka merasakan baik energi infra merah nyala atau denyut api, dan
memiliki waktu respon sangat cepat. Detektor ini biasanya digunakan dalam
aplikasi khusus untuk perlindungan peralatan berharga.
Smoke Actuated. Asap api menggerakkan-alat indera yang digunakan terutama
dalam sistem ventilasi; disini perangkat peringatan dini akan berguna. Perangkat
fotolistrik adalah diaktifkan oleh variasi dalam cahaya memukul sel fotolistrik
akibat kondisi asap. Tipe lain dari detektor asap adalah perangkat Deteksi asap
Radioaktif, menghasilkan alarm ketika arus ionisasi yang dibuat oleh bahan
radioaktif yang terganggu oleh asap.
Alarm otomatis Dial-up Fire. Alat ini adalah tipe mekanisme respon sinyal yang
memanggil pemadam kebakaran lokal dan / atau stasiun polisi dan memainkan
rekaman pesan ketika kebakaran terdeteksi. Sistem alarm sering digunakan dalam
hubungannyadengan detektor api sebelumnya. Unit ini tidak mahal, tetapi dapat
dengan mudah sengaja ditumbangkan/dihacked.
7) Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini
biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air.Penera berwarna hijau
menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan
sudah berkurang.
8) Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis
bubuk kering antara lain :
Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
Menahan radiasi panas.
Bukan penghantar arus listrik.
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi
kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).
Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
Tidak berbahaya.
Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
Sekali pakai pada tiap kejadian.
9) Gas cair hallon free/AF 11/halatron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat
alat pemadam ini antara lain :
Bukan penghantar listrik
Tidak merusak peralatan
Non Toxic (tidak beracun)
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
Bisa digunakan berulang-ulang
Lebih tepat digunakan di dalam ruang
10) Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C.
Sifat-sifatnya antara lain :
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Non Toxide ( tidak beracun ).
Bukan penghantar listrik.
Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
Tekanan kerja sangat besar
11) Racun api busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar
benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang
yang berisi peralatan komponen listrik.
12) Fire Sprinkler System
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme
kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena
panas.Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan
yang terbakar.
2.6 klasifikasi Bahaya Kebakaran