Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran
A. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan
cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan yang dapat terbakar; suhu
penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya
kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya,
dengan dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Adapun tiga elemen
tersebut adalah :
1. Oksigen
Dalam udara normal, kandungan oksigen adalh sebanyak 20 % dimana
dapat dilepaskan oleh zat kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat.
2. Bahan bakar
Bahan bakar yang dimaksud disini adalah bahan apa saja yang dapat terbakar,
diantaranya :
 Dalam bentuk padat, semakin kecil bentuknya, semakin mudahlah bahan
tersebut menyala.
 Dalam bentuk cair, semakin rendah titik nyalanya, semakin mudahlah
bahan tersebut menyala.
 Dalam bentuk gas dengan kosentrasi yang diperlukan dalam batas
penyalaan.
3. Penyalaan
Penyalaan yang disebabkan oleh berbagai sumber yang akan menaikkan
temperature diatas titik nyala yang meliputi :
 Putung rokok
 Percikan listrik dan hubungan singkat
 Listrik static
 Perlengkapan yang memanas dan bantalan yang mengalami panas berlebih
 Pipa pemanas
 Percikan api dari operasi pengelasan atau pembakaran.
 Ketiganya merupakan tiga syarat munculnya api. Segitiga api (fire
triangle) ditunjukkan dalam diagram dibawah ini

Bahan bakar Penyalaan

Oksigen

Gambar 1. Segitiga api

Pemindahan Kalor.

Perpindahan Kalor dapat melalui :

1. Konduksi yakni perpindahan kalor melalui atau sepanjang material


2. Konveksi yakni kalor dibawa oleh udara panas yang membubung
3. Radiasi yakni pancaran sinar inframerah dengan panjang gelombang besar

Rambatan Api

Api yng terjadi dapat merambat dengan mudah yakni dengan cara :

1. Melintasi ruang terbuka.


Normalnya menyebar lewat sisi atas, oleh sebab itu sediakanlah ventilasi atas /
penyedot untuk mengeluarkan api keluar gedung serta membagi area dalam
kompartemen api
2. Melalui celah atau lubang di dinding penghalang api (fire-break barrier)
Pastikan seluruh celah di dinding penghalang api disumbat dengan bahan tahan
api khususnya di sekitar jalur masuk pipa dan kabel serta pastikan pintu-pintu
penghalang api (fire break doors) selalu tertutup atau memiliki sarana untuk
menutupnya secara otomatis jika terjadi kebakaran.
3. Disepanjang saluran dan sumuran roil yang didalamnya terdapat cairan mudah
terbakar (udah menyala) dan gas yang lebih berat dari udara yang dapat mengalir.
Untuk tumpahan cairan : pasangilah tanggul di sekeliling penampungan dan
gunakn butiran – butiran absorbe yang sesuai
Sedangkan untuk gas dan uap yang lebih berat dari udara, pastikan area tesebut
memiliki ventilasi yang baik di sisi bawah.
4. Melintasi permukaan debu di atas langit-langit
Peliharalah kebersihan di atas langit-langit serta pasanglah penahan api di atas
langit-langit.
5. Melalui saluran ventilasi dan pembuangan
Pastiakn untuk selalu mematikan kipas ventilasi dan menyediakan alat pemadam
kebakaran di saluran pembuangan.
6. Sepanjang lorong
Pasanglah pintu asap / api yang senantiasa ditutup atau dipasangi system magnetic
yang terhubung ke system alarm pemadam kebakaran.
7. Didalam lorong penggerak lift
Lorong pegerek yang baik harus selalu tertutup dan memasang pintu / api di
landasan setiap tingkat gedung pada akses ke area kerja dan lorong.
B. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah semua langkah langkah teknis
dan administratif yang diambil untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
kebakaran.Namun jika kebakaran tersebut muncul juga, ukuran dan dampaknya
dibuat sekecil mungkin.Cara yang paling efektif untuk mengurangi dampak
kebakaran tersebut, menurut beberapa penelitian, adalah dengan melakukan
kompartementasi (membuat sekat-sekat). Yaitu membuat volume ruang yang kecil,
mengurangi volume dan permukaan yang mudah terbakar sekecil mungkin di mana
api tidak bisa menjangkau terlalu jauh, terutama tidak bisa masuk atau keluar
(ruangan disebelahnya yang tidak terkena langsung).
Perlindungan terhadap kebakaran pada bangunan bertujuan agar penghuni ruangan
yang terkena kebakaran dapat menyelamatkan diri dengan aman. Untuk tuijuan
tersebut, para profesional telah mencari langkah-langkah untuk pengaturan pada
bangunan dan cara penyelamatannya. Prinsip dasar perlindungan terhadap kebakaran
tersebut adalah sebagai berikut:
• Pembatasan besar dan lamanya kebakaran, yaitu dengan membatasi benda yang
terbakar;
• Pembatasan resiko penyebaran api, yaitu dengan mengatur penggunaan bahan-
bahan yang mudah terbakar dan jaringan yang mungkin sumber resiko kebakaran
(sepertti instalasi listrik, gas, dan pemanas);
• Petunjuk pengevakuasian dari kebakaran, sehingga semua orang dapat
meninggalkan gedung dalam waktu singkat dan sekaligus dapat mengambil
langkah-langkah untuk melindungi orang yang dievakuasi;
• Petunjuk pemadaman api. Jika memungkinkan untuk memadamkan api sejak
awal atau sebelum membakar jalan evakuasi.

Prinsip perlindungan tersebut tertuang dalam Peraturan Konstruksi dan


Perumahan yang ditetapkan oleh Keputusan 31 Januari 1986 tentang penanggulangan
kebakaran pada bangunan perumahan. Peraturan tersebut mencakup bidang
konstruksi, sarana dan peralatan teknis. Perlindungan tersebut dapat berupa
perlindungan "pasif": seperti dinding tahan api, pelindung tangga, dan lain
sebagainya. Atau perlindungan "aktif" seperti detektor asap, alat pemadam,
penghilang asap, layanan pemeriksaan. Peraturan keselamatan diwajibkan untuk
bangunan perumahan yang tegabung dalam gedung publik (ERP) dan gedung
bertingkat tinggi. Dalam peraturan konstruksi, dikatakan bahwa izin mendirikan
bangunan (IMB) dapat dikeluarkan hanya jika konstruksi atau rencana pekerjaan
bangunan sesuai dengan peraturan keselamatan menurut klasifikasinya :

a) Sistem Proteksi Pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada


bangunan gedung yang berbasis pada desain struktur dan arsitektur
sehingga bangunan gedung itu sendiri secara struktural stabil dalam waktu
tertentu dan dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi
kebakaran. (Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung).

b) Sistem Proteksi Aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi


dan alarm kebakaran, sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan
kebakaran adalah sistem hidran, hosereel, sistem sprinkler, dan pemadam
api ringan. (Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung).

Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi
penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung 2 pengertian,
yaitu:

1. Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi
penyalaan api. Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan bahan
mudah terbakar pada ruang khusus ,membuat aturan pencegahan kebakaran,
memasang rambu dilarang merokok, dan lain - lain.
2. Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tidak
terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah mengatur nyala api di dalam ruang
tempa, ketel uap, dapur pemanas dll.

Sedangkan pencegahan kebakaran menurut kepmen No.186/Men/1999 adalah


mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi :

a. Pengendalian setiap bentuk energy.


b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi.
c. Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas.
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran secara berkala,
e. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Dalam hal ini dapat diklasifikasikan penyebab dan tindakan pencegahan yakni:
Penyebab Kebakaran Tindakan Pencagahan

Kebersihan tidak terjaga Pembersihan yang teratur perlu dilakukan


dengan membuang sampah ketempat
yang sesuai.

Kelistrikan Jangan membebani sirkuit melebihi batas,


pastikan sekering beroperasi pada arus
yang tepat.; menyediakan system
pendingin yang memadai.

Pipa pemanas Pastikan semua material yang mudah


terbakar disimpan jauh dari pipa.

Pengelasan dan pemotongan Pindahkan material yang mudah terbakar


dengan gas dari area kerja

Merokok Menyediakan ruang khusus perokok

Minyak dan zat pelarut Disimpan diluar ruangan; digunakan


secukupnya untuk keperluan pekerjaan,
menggunakan wadah anti tumpah untuk
pemindahannya, dan menggunakan
sambungan pembumian saat pemindahan.

2.2 Jenis Bahan Bakar


Bahan bakar dapat dibedakan dari jenis, titik nyala dan potensi menyala sendiri.Bahan
bakar yang memiliki titik nyala rendah dan rendah sekali harus diwaspadai karena
berpotensi besar penyebab kebakaran. Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan yang
memadai : penyimpanan dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan lain, diberi sekat dari
bahan tahan api, ruang penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi yang cukup serta
dipasang detektor kebocoran.
Selain itu kewaspadaan diperlukan bagi bahan-bahan yang berada pada suhu tinggi,
bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan yang jika bertemu dengan air menghasilkan gas
yang mudah terbakar (karbit), bahan yang relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu
kering, kertas, plastik,cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang
mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu.
2.3 Klasifikasi Kebakaran
Berdasarkan Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan
jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media
pemadam kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah :
1. Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, seperti:
kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang sejenis dengan itu.
2. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah
terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG dll. yang
sejenis dengan itu.
3. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
4. Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti : aluminium,
magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu.
2.4 Sebab- Sebab Kebakaran
Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat
menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
1. Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari
kelalaian ini misalnya : lupa mematikan kompor, merokok ditempat yang
tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya,
mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain
sebagainya
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu
penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang
pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah
menyala, tidak mengerti tanda tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses
terjadinya api dan sebagainya.
3. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
4. Kebakaran karena penyalaan sendiri,sering terjadi pada gudang bahan kimia
dimana bahan bereaksi dengan udara,air dan juga dengan bahan-bahan
lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
5. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan,
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus
6. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
tidak perlu atas dasar perentuhan. Semua sumber panas memamncarkan
gelombang elektromagnetik atau inframerah. Jika gelombang ini mengenai
benda, maka pada benda tersebut akan menyala. Contoh kayu yang diletakan
didekat tungku akan yang pjar akhirnya akan menyala walaupun tidak dikenai
api.
7. peledakan uap atau gas
setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembkaran yang terjadi
akan meluas dengan cepat, mana kala kadar gas atau uap berada dalam batas
untuk menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergatung kepada bahan
yang bersangkutan. Cepat rambatna api menjalar bergantung pada sifat zat,
suhu dan tekanan udara dan berkisar diantar 2000 m per detik. Kecepatan ini
menentkan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledaknya.
8. Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya
campuran gas atau uap dan debu atau udara yang dapat menyala. Biasanya
percikan api tidak dapat menyebabkan terbakarnya zat padat oleh karena tidak
cukupnya energy dan panas yang ditimbulkan akan meghilang didalam benda
padat. percikan api bias jadi terbentuk karena arus listrik. Dalam hal ini
percikan api terbentuk karena adanya hubugan arus putus (korsleting)
9. Reaksi kimiawi
Reaksi-reaksi kiiawi tertentu menghasilkan panas dengan tejadnya
kebakaran.Factor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggunagn dengan
udara. Bubuk bsi halus pijar dalam udara dan mungkin akan menimbukan
kebakaran. Kalsium karbrida meurai secara ekstomis jika terkena air, dan
membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar.
10. Peristiwa- peristiwa lain
Gesekan antar dua benda menghasilkan panas, yang semakin banyak menurut
koifisien gesekan.Manakala panas yang timbul lebih besar dari kecepatan
hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin
yang kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas secara adiabatic menimbulkan
panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas,
jika kompresor tidak didinginkan, atau peledakan silinder-silinder gas yang
bertekanan.

2.5 peraltan pemadaman kebakaran.

1) Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana


 Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect),
sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air
dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan
berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
 Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga
api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan
sekop atau ember
 Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran
dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas
potensi api.
 Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan
pemadaman kebakaran.
2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan
api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis
dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering
(dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar
dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari
tabung karena dorongan gas bertekanan.
Alat ini terdiri dari enam jenis dasar dengan tabung berwarna merah yang diberi sabuk
atau panel berwarna tertentu untuk mengidentifikasi isinya dan jenis api yang dapat
dipadamkannya.

Jenis subtansi Warna panel Cocok untuk

Air Merah Material yang mengandung


karbon, kayu kertas, batubara
dan sebagainya

Busa, termasuk Krem Material yang mengandung


busa pembentuk karbon, cairan yang larut dalam
lapisan air air ataupun tidak.
(AFFF)

Karbon dioksida Hitam Cairan yang larut dalam air


ataupun tidak; api dalam
peralatan listrik

Bubuk kering Biru Cairan yang larut dalam air


ataupun tidak; api dalam
peralatan listrik

Cairan penguap Hijau Cairan yang larut dalam air


ataupun tidak; api dalam
peralatan listrik

Kimiawi basah Kuning Minyak goring dan lemak


kenari

Konstruksi APAR sebagai berikut :

i. Petunujk pemilihan APAR

ii. Karakteristik APAR


 APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu
diidentifikasi jenis bahan terbakar.
 APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR
kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
 Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus
menerus 8 detik.
 Bila telah dipakai harus diisi ulang
 Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.
3) Alat PEmadam Kebakaran Besar
Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.
 Sistem hidran mempergu-nakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari pompa,
saluran air, pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi :
slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan slang
 Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat
pemadam kebakaran.
 Sistem pemadam dengan gas.
4) Installed Equipment (Pelengkpan Pemadam yang Terpasang)
Pada peralatan pemadaman api yang terpasang terdapat:
 Gulungan selang
Dalam hal ini dibutuhkan pasokan air yang cukup dan dapat diandalkan, selain itu
jumlahnya cukup untuk menjangkau seluruh area kerja.Jika terjadi keran bocor
usahakan selalu elakukan pengecekan pada selang dan selang dapat diatur agar
dapat mengaktifkan keran air jika selang ditarik.
 Pemercik (sprinkler)
Biasanya sprinkle ini digunakan di area beresiko tinggi dimana disukai oleh
asuransi kebakaran dengan tujuan mengurangi premi. Yang mana setiap
 Gas halogen
Dipakai dalam perlengkapan kendli listrik dan computer yang dapat menahan api
namun tidak membuang kalor sehingga api dapat muncul lagi ketika gas
dimatikan atau habis.
 Karbondioksida
Dipakai dalam gardu induk listrik dan sebagai pelarut dalam mesin cetak, serta
merupakan asfiksian sehingga ruangan harus bebas dari pekerja sebelum gas
dihidupkan.
5) Hydran
Fire Hydrant Equipment merupakan perlengkapan penunjang dalam sistem jaringan
instalasi kebakaran, pada beberapa kasus banyak timbul permasalahan saat sebuah sistem
kebakaran diaktifkan, dalam hal ini keluhan sering muncul adanya kebocoran pada
perlengkapan yang sudah terpasang.
 Fire hydrant minimalis
Fire hydrant minimalis merupakan sebuah sistem pemadam untuk mengatasi
kebakaran yang sewaktu-waktu dapat terjadi.Oleh karena itu fire hydrant minimalis ini
harus ada disetiap bangunan perusahaan, rumah sakit, maupun bangunan
perumahan.Sehingga asset telah dibangun tidak hilang karena musibah kebakaran.
Disamping itu fire hydrant minimalis untuk membantu para tim pemadam kebakaran
ketika mau dipergunakan untuk memadamakan kebakaran. Kegunaan fire hydrant
minimalis selain untuk memadamkan kebakaran, juga digunakan untuk irigasi pertanian.
Untuk daya tekanan air dari fire hydrant minimalis ini mencapi kurang lebih 10
bar.Tekanan air dari fire hydrant minimalis ini dihasilkan oleh hydrant pump (jockey
pump, diesel pump, electric pump) yang mampu mengasilkan tekanan air mencapai
kurang lebih 10 bar. Disamping hydrant pump didukung dengan pipa hydrant yang
mengalirkan air dari tandon air ke fire hydrant minimalis / fire hydrant pillar.
Pewarnaan Fire hydrant minimalis identik dengan warna terang merah menyala.
Hal ini untuk mempermudah bagi petugas pemadam kebakaran maupun penggunaan
mengidentifikasi fire hydrant yang telah di pasang
 Fire Hydran Box
Fire hydrant box merupakan box yang digunakan untuk menyimpan fire hydrant
equipment (alat pemadam kebakaran). Fire hydrant box dibuat khusus oleh para produsen
yang bergerak dalam bidang di fire hydrant equipment untuk menjaga alat pemadam
kebakaran tersimpan dengan baik, pada saat pemadam kebakaran (fire brigade)
membutuhkan alat pemadam api tahu letak posisinya sehingga tidak membutukan waktu
yang tidak terlalu lama ketika mempersiapkan pemadam api untuk memadamkan
kebakaran. Karena alat pemadam api ini sangat penting tentunya untuk penempatannya
tidak asal sembarang tempat untuk penyimpanannya.
Dengan fire hydrant box tentunya memberi manfaat dan sangat membantu para
tim pemadam kebakaran untuk mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran dan
memudahkan menemukan lokasi peralatan pemadam kebakaran. Disamping hal tersebut
dengan menggunakan fire hydrant box ruang simpan fire extinguisher lebih rapi dilihat
dan indah.
 Jenis dan type fire hydrant box dan kegenuaannya

Fire hydrant box memiliki dua (2) jenis untuk digunakan yaitu hydrant
box indoor dan hydrant box outdoor. Untuk hydrant box indoor memiliki bebepara type
antara lain type A1, type A2, dan type B. Sedangkan untuk hydrant box outdoor lebih
dikenal dengan type C. Masing-masing type hydrant box memiliki kegunaan sendiri-
sendiri dalam penempatan alat pemadam kebakaran (fire extinguisher). Untuk fire
hydrant ini dalam painting finish (pengecetan terakhir) menggunakan powder coating
sehingga catnya tahan lama dan tidak mudah terkelupas. Tipe Sistem Stand Pipe untuk
Hydran:

 Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
 Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk
menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka
suatu hose value.
- Menghemat kerja pompa
- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga
air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
 Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat
seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan
cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap
hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.
 Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak
memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem.Suplai air sistem
diperoleh dari fire department pumper.
 Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper,
untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection.
6) Fire detector
Detektor api menanggapi panas, api, atau asap untuk mendeteksi pembakaran yang panas
atau produk daripadanya. Berbagai jenis detektor memiliki berbagai properti dan
menggunakan sifat-sifat yang berbeda untuk mendeteksi api dan kebakaran untuk
mengaktifkan alarm.
 Panas-sensing. alat indera Heat-actuated biasanya mendeteksi salah satu dari dua
kondisi: 1.) suhu mencapai tingkat yang telah ditentukan, atau 2) suhu meningkat
dengan cepat tanpa memperhatikan suhu awal. Tipe pertama, perangkat suhu
tetap, memiliki tingkat jauh lebih rendah dari positif palsu (alarm palsu) daripada
yang kedua, detektor rate-of-rise.
 Flame-penggerak. perangkat yang digerakkan oleh Flame-sensing cukup mahal,
karena mereka merasakan baik energi infra merah nyala atau denyut api, dan
memiliki waktu respon sangat cepat. Detektor ini biasanya digunakan dalam
aplikasi khusus untuk perlindungan peralatan berharga.
 Smoke Actuated. Asap api menggerakkan-alat indera yang digunakan terutama
dalam sistem ventilasi; disini perangkat peringatan dini akan berguna. Perangkat
fotolistrik adalah diaktifkan oleh variasi dalam cahaya memukul sel fotolistrik
akibat kondisi asap. Tipe lain dari detektor asap adalah perangkat Deteksi asap
Radioaktif, menghasilkan alarm ketika arus ionisasi yang dibuat oleh bahan
radioaktif yang terganggu oleh asap.
 Alarm otomatis Dial-up Fire. Alat ini adalah tipe mekanisme respon sinyal yang
memanggil pemadam kebakaran lokal dan / atau stasiun polisi dan memainkan
rekaman pesan ketika kebakaran terdeteksi. Sistem alarm sering digunakan dalam
hubungannyadengan detektor api sebelumnya. Unit ini tidak mahal, tetapi dapat
dengan mudah sengaja ditumbangkan/dihacked.
7) Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini
biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air.Penera berwarna hijau
menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan
sudah berkurang.
8) Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis
bubuk kering antara lain :
 Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
 Menahan radiasi panas.
 Bukan penghantar arus listrik.
 Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi
kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).
 Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
 Tidak berbahaya.
 Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
 Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
 Sekali pakai pada tiap kejadian.
9) Gas cair hallon free/AF 11/halatron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat
alat pemadam ini antara lain :
 Bukan penghantar listrik
 Tidak merusak peralatan
 Non Toxic (tidak beracun)
 Bersih tidak meninggalkan bekas.
 Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
 Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
 Bisa digunakan berulang-ulang
 Lebih tepat digunakan di dalam ruang
10) Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C.
Sifat-sifatnya antara lain :
 Bersih tidak meninggalkan bekas.
 Non Toxide ( tidak beracun ).
 Bukan penghantar listrik.
 Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
 Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
 Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
 Tekanan kerja sangat besar
11) Racun api busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar
benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang
yang berisi peralatan komponen listrik.
12) Fire Sprinkler System
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme
kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena
panas.Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan
yang terbakar.
2.6 klasifikasi Bahaya Kebakaran

1. Bahaya kebakaran ringan


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan
menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi
tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
b. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi
tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
c. Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan
menjalarnya api cepat.
3. Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan
menjalarnya api sangat cepat.
2.7 sistem pencegahan kebakaran (system Pemadam Api)
sistem pemadam kebakaran dalam dua cara: sistem penyiram air dan sistem gas debit.
Sistem sprinkler Air ada dalam empat variasi:
a) Pipa basah (Wet Pipe). sistem pipa penyiram Basah selalu berisi air di dalamnya, dan
juga dengan sistem kepala tertutup. Dalam implementasi yang paling umum: saat terjadi
kenaikan panas ke 1650o F, fusible link di nosel mencair menyebabkan katup gerbang
membuka, untuk memungkinkan air mengalir. Hal ini dianggap sebagai sistem sprinkler
yang paling handal, namun kelemahan utama adalah bahwa nozzle atau kegagalan pipa
dapat menyebabkan banjir air, dan pipa dapat membeku jika terkena cuaca dingin.
b) Pipa kering (Dry Pipe). Dalam sistem pipa kering, tidak ada genangan air dalam
pipa.Air itu ditahan oleh katup genta. Setelah kondisi alarm api timbul, katup terbuka,
udara ditiup dari pipa, dan air mengalir. Meskipun sistem ini dianggap kurang
efisien,.biasanya lebih dipilih daripada sistem pipa basah untuk instalasi komputer karena
penundaan waktu dapat mengaktifkan sistem komputer untuk dimatikan sebelum sistem
pipa kering aktif.
c) Deluge. Sebuah sistem deluge adalah jenis pipa kering, namun volume air yang keluar
jauh lebih besar. Tidak seperti kepala sprinkler, sistem banjir dirancang untuk
memberikan sejumlah besar air ke daerah dengan cepat. Hal ini tidak dianggap cocok
untuk peralatan komputer, karena waktu yang diperlukan untuk kembali on-line setelah
insiden.
d) Pra-tindakan (Pra-action). Untuk saat ini sistem air yang paling direkomendasikan untuk
ruang komputer.Ini menggabungkan kedua sistem pipa kering dan basah, dengan
pertama-tama melepaskan air ke dalam pipa ketika terdeteksi panas (pipa kering),
kemudian melepaskan aliran air ketika link dalam mulut meleleh (pipa basah). Fitur ini
memungkinkan intervensi manual sebelum penuh debit air pada peralatan terjadi.

2.8 pedoman Singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran


Adapun pedoman singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran antara lain ;
1.Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan
mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda
segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
2. Siagakan APAR selalu siap pakai.
3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar
dan tentukan APAR yang dipakai.
4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk
pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

 Perlengkapan pemadam kebakaran harus :


a. Dipasang di tempat-tempat yang dicat merah
b. Diidentifikasi dengan baik
c. Diletakkan berdekatan dengan pintu evakuasi
d. Dapat menyertakan alarm
 Pelatihan harus disediakan untuk :
a. Seluruh staf dan berlatih menghadapi kebakaran
 Apa yang harus dilakukan jika alarm berbunyi
 Menentukan titik temu evakuasi
 Pelaporan diri (apel)
 Peran pimpinan pemadam kebakaran
b. Para penyelia dan staff yang dipilih dalam
 Memeriksa bahwa area kerja yang ditetapkan telah dievakuasi
 Menggunakan alat pemadam api
c. Tim sukarelawan pemadam api
 Pertolongan pertama dalam kejadian pemadaman api
 Tindakan pada saat mengetahui kebakaran :
a. Membunyikan alarm (pecahkan kacanya)
b. Memanggil dinas kebakaran
c. Memadamkan dengan alat pemadam api jika aman untuk melakukannya
d. Melakukan evakuasi melalui rute yang aman dan singkat
e. Menuju ke titik temu untuk melaporkan diri (apel).
 Penanggulangan Kebakaran
a. Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang
mengandung bahan yang mudah terbakar
b. Hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka
c. Hindari awan debu yang mudah meledak
Alat-alat pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis:
 Terpasang tetap ditempat
1) Pemancar air otomatis
2) Pompa air
3) Pipa-pipa dan slang untuk aliran air
4) Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa
 Dapat bergerak atau dibawa
Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga.
Pemasangan alat hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran,
tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran dan mudah dijangkau saat
terjadi kebakaran.
Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat pada
label yang terdapat pada setiap jenis alat. Setiap produk mempunyai urutan cara
penggunaan yang berbeda-beda.
Jika terjadi kebakaran di sekitar anda, segera lapor ke Dinas Kebakaran atau
kantor Polisi terdekat. Bantulah petugas pemadam kebakaran dan polisi dengan
membebaskan jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan orang atau
kendaraan lais selain kendaraan petugas kebakaran dan atau polisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan
sering kali juga keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas
publik misalnya Pasar Besar di kota Malang, Pasar Tanah Abang di Jakarta,
Gedung BI di Jakarta dan lain sebagainya maka yang menderita kerugian tentu
masyarakat banyak. Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat
kebakaran memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang
mustahil direcoveri seperti arsip, barang antic, sertifikat dan lain sebagainya.Oleh
karena itu mencegah terjadinya kebakaran merupakan pilihan utama dalam
teknologi penanggulangan kebakaran.
Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya
kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan
selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan
oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab
kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin melalui
perencanaan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai