Hakikat Opini Publik
Hakikat Opini Publik
Oleh : Kelompok 2
Kelas : 2 MA01
Nama Anggota:
1. Dadan kadarusman (18811953)
2. Guntur Widyanto (18811944)
3. Irma Erviana (18811946)
Dosen:
Ir. Kiayati Yusriah, MM.
Opini Publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu: public opinion yang kemudian
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998) lebih suka
menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public oinion.
Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai banyak
dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan di Amerika Serikat yang mana
pemakaian tersebut sangat berkaitan dengan politik dan komunikasi politik. Alquin menyatakan
“vox populi, vox dei” yaitu suara rakyat adalah suara Tuhan. Bahkan Jeremy Benthan
berpendapat bahwa Opini Publik sangat penting sebagai dasar negara demokrasi, karena dapat
menjadi kontrol sosial.
Machiavelli yang pertama kali menggunakan istilah public opinion dalam pengertian
yang modern. Dalam bukunya yang berjudul Discourses beliau menyatakan bahwa orang yang
bijaksana tidak akan mengabaikan Opini Publik mengenai soal-soal tertentu.
Rosseau, pemikir politik pertama yang melakukan analisis yang luas tentang Opini Publik
terutama dalam hubungannya dengan kebijakan pemerintahan dan pendapat pribadi serta Opini
Publik dalam kaitannya dengan pemerintahan dan perwakilan mayoritas dalam demokrasi.
Rosseau (1913: 105) menyatakan bahwa dalam perubahan sosial dan politik, pemerintah tidak
boleh terlalu jauh di depan pendapat rakyat. Rosseau pernah menyebut Opini Publik sebagai
“ratu dunia” karena tidak dapat ditaklukan oleh raja-raja di zaman otoritarian pada abad ke 17
dan ke 18, kecuali si “ratu dunia” sudi “dibeli” sehingga menjadi “budak” dari raja. Rosseau
mendapat kritik dari Hennesy, menurutnya Rosseau dalam arti tertentu belum dapat disebut
sebagai bapak Opini Publik modern karena analisisnya tidak sistematis.
Opini Publik sebagai fenomena sosial dan politik berkembang setelah lahirnya sistem
politik demokrasi yang menjamin adanya kebebasan menyatakan pendapat dan adanya
kebebasan pers pada abad ke-19. Pada masa pemerintahan yang bersifat otoriter, pendaat rakyat
tidak mendapat perhatian oleh pemegang kekuasaan politik, dalam zaman ini menurut William
McKinnon dalam Hennessy (1989:3), Opini Publik belum ada dalam masyarakat, meskipun
tidak dapat disangsikan lagi bahwa beberapa individu telah memilikinya tetapi hal itu belum
dapat disebut sebagai pendapat umum.
Kemajuan ilmu, teknologi dan ekonomi pasar pada akhir abad ke-18 (awal abad ke-19)
mendorong timbulnya kesadaran yang luas bahwa suara rakyat harus diperhatikan dalam
perumusan dan pengambilan keputusan politik. Sir Robert Peel, seorang negarawan Inggris
menanggapi hal ini dengan sinis, menyatakan bahwa Opini Publik itu hanyalah gabungan antara
kebodohan, kelemahan, perasaan bersalah, perasaan benar, keras kepala dan berita surat kabar.
Istilah public opinion kemudian digunakan dalam kegiatan public relations (hubungan
masyarakat) yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat setelah Perang Dunia-2. Public
relations dikembangkan sebagai sebuah kegiatan untuk memengaruhi, membentuk, dan membina
Opini Publik, sebagai upaya menggantikan istilah dan kegiatan agitasi dan propaganda yang
digunakan oleh negara-negara fasis dalam PD-2. Public relations di Indonesia pun berkembang
pesat sejalan dengan perkembangan demokrasi yang menghargai kebebasan menyatakan
pendapat secara umum dan terbuka serta kebebasan berusaha dalam bidang ekonomi.
Gagasan yang mendasari demokrasi dan kapitalisme yang berkembang pesat pada abad
ke-20, keyakinan bahwa setiap lembaga, organisasi dan perusahaan harus secara otomatis
melayani kepentingan umum, semakin bergema dan semakin diterapkan baik dalam bidang
politik maupun ekonomi. Sehingga tumbuh juga dikalangan media massa, keinginan kuat untuk
melayani masyarakat dan memperhatikan kepentingan publik. Dari sinilah Opini Publik
menemukan urgensinya. Para pemikir dan akademikus memperhatikan kepentingannya serta
urgensi Opini Publik, kemudian mengajarkannya diberbagai perguruan tinggi. Kemungkinan
besar studi, modern tentang Opini Publik dimulai dengan terbitnya buku Public Opinion and
Popular Goverment karya A. Lawrence Loweel tahun 1919 dan buku Public Opinion oleh
Walter Lipman (1922). Karya yang pertama terbit di Indonesia adalah Astrid Susanto, berjudul
Pendapat Umum, terbit tahun 1975.
Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari kata opinion
(Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata public (Inggris) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti publik/umum, dengan demikian Opini Publik
sama dengan pendapat umum, karena kedua istilah tersebut sama-sama dipakai di Indonesia.
Beberapa formulasi yang berbeda terhadap opini maupun publik dalam perspektif ilmu
komunikasi yang merupakan sebagian dari ilmu sosial.
Rober E. Lane dan David O. Sears (1965:8): “... an opinion is an answer that is given to
a question in given situation”.
2. Opini publik adalah hasil interaksi, diskusi atau penilaian sosial antar individu tersebut
yang berdasarkan pertukaran pikiran yang sadar dan rasional yang dinyatakan baik lisan
maupun tulisan.
3. Isu atau masalah yang didiskusikan itu adalah hasil dari apa yang disebarkan oleh media
massa.
4. Opini Publik hanya dapat berkembang pada negara-negara yang menganut faham
demokrasi (faham yang memberikan kebebasan pada warganya untuk menyatakan
pendapat dan sikap)
Arifin menyatakan bahwa Opini Publik paling kurang memilki tiga unsur. Pertama, harus
ada isu yang aktuaal, penting, dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan orang dalam
masyarakat atau kepentingan umum, yang disiarkan melalui media massa. kedua, harus ada
sejumlah orang yang mediskusikan isu tersebut, yang kemudian menghasilkan kata sepakat
mengenai sikap, pendapat, dan pandangan mereka. Ketiga, pendapat tersebut selanjutnya
diekspresikan atau dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, dan gerak-gerik.
Blumler mengingatkan bahwa Opini Publik tidaklah berarti harus merupakan pendapat
bulat dari semua orang, melainkan merupakan pendapat mayoritas, tetapi mungkin hanya
pendapat minoritas, dan bahkan mungkjin hanya pendapat seseorang dalm arti ruling elite atau
influential minority.
3. Karakteristik opini Publik
Floyd Allport mengumpulkan 12 karakteristik Opini Publik. Secara ringkas pokok-pokok
karakteristik Opini Publik itu adalah Opini Publik merupakan perilaku manusia individu-
individu; dinyatakan secara verbal; melibatkan banyak individu; situasi dan objeknya dikenal
secara luas; penting untuk orang banyak; pendukungnya berbuat atau bersedia untuknya;
disadari, diekspresikan; pendukungnya tidak mesti berada pada tempat yang sama; bersifat
menentang atau mendukung sesuatu; mengandung unsur-unsur pertentangan; dan efektif untuk
mencapai objektifitas.
Ithel de Sola Pool (1973 : 783) mengemukakan bahwa pada dasarnya Opini Publik
memiliki sekurang-kurangnya satu diantara tiga keharusan (atau memiliki ketiga-tiganya), yaitu
(1) diekspresikan (dinyatakan) secara umum; (2) menyangkut kepentingan umum ; dan (3)
dimiliki oleh banyak orang.
Hendley Cantril (Gauging Public Opinion) dalam Arifin (1998 : 119-120) dari lembaga
penelitian Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip – prinsip yang
merupakan karakteristik Opini Publik. Prinsip –prinsip tersebut sebagai berikut :
1. Opini Publik sangat peka (govoelig) terhadap peristiwa – peristiwa penting.
2. Peristiwa – peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser Opini Publik seketika dari
suatu ekstermis yang satu ke ekstermis yang lain. Opini Publik itu baru akan mencapai
stabilitasnya apabila kejadian – kejadian dari peristiwa itu memperlihatkan garis – garis
besar yang jelas.
3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa – peristiwa dari pada oleh
kata – kata, kecuali kata – kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa.
4. Pernyataan lisan dan garis – garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala
opini belum terbentuk dan dikala orang – orang berada dalam keadaan suggestible dan
mencari keterangan dari sumber terpercaya.
5. Pada umumnya Opini Publik tidak mendahului keadaan – keadaan darurat, ia hanya
mereaksi keadaan itu.
6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi, peristiwa
kata – kata dan lain – lain perangsang memengaruhi pendapat hanya jika ada
hubungannya yang jelas dengan kepentingan pribadi itu.
7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang – orang merasa bahwa
kepentingan pribadinya benar – benar tersangkut atau jika pendapat yang dibangkitkan
oleh kata – kata diperkuat oleh peristiwa – peristiwa
8. Sekali kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah.
9. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, pendapat umum di dalam negara demokrasi
cenderung mendahului kebijakan pihak yang berwenang.
10. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika
pendapat tidak mempunyai bentuk yang kuat pula, maka fakta – fakta yang nyata ada
kecenderungan mengalihkan pendapat dan arah penerimaan.
11. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih eka (govoelig) terhadap kemampuan pimpinannya
dan apabila mereka memunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk
lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila
kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi mereka pun berkurang dari biasanya.
12. Rakyat akan kurang melakukan penentangan terhadap keputusan – keputusan yang telah
diambil dalam keadaan darurat (kritis) oleh pimpinannya, apabila dengan cara – cara
tertentu mereka merasa diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tersebut.
13. Rakyat memiliki hubungannya dengan suatu tujuan dari pada terhadap cara – cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
14. Cita – cita mewarnai Opini Publik sebagaimana halnya juga dengan pendapat pribadi.
Apabila sesuatu pendapat semata – mata berdasarkan suatu cita – cita kepada suatu
penerangan, hal itu cenderung memperlihatkan arah perhatian yang besar sekali terhadap
peristiwa – peristiwa.
15. Pada umumnya, apabila rakyat dalam suatu masyarakat demokratis diberi kesempatan
luas untuk memperoleh pendidikan dan ada kesempatan luas untuk mendapatkan
penerangan – penerangan, Opini Publik akan merupakan suatu pendirian yang lebih tahan
uji. Semakin cerdas pengetahuan rakyat atas tindakan – tindakan suatu peristiwa dan
sesuatu gagasan bagi kepentingannya sendiri, semakin cenderung pula mereka untuk
menyetujui pendapat – pendapat yang lebih objektif dari pada ahli yang realistis.
16. Dimensi psikologis dalam sesuatu pendapat mempunyai peranan penting dalam hal
pengarahan, intensitas, keluasan dan kedalaman.
17. Walaupun Opini Publik selalu bersesuaian namun banyak pula hal yang tidak demikian,
akan lebih jelas kebenarannya apabila cara berpikir diteliti dan prinsip – prinsip
penilaiannya telah ditemukan, dari mana pendapat khusus tersimpulkan.
Dilihat dari segi bentuknya, Opini Publik dapat juga dibedakan antara yang laten dengan
yang actual. Opini Publik laten (latent public opinion) adalah pendapat umum yang tersembunyi,
namun sangat potensial, karena dalam masa tertentu dapat menjadi riil dan actual, sehingga perlu
diperhatikan.
Misalnya ketidak senangan public terhadap kebijakan pemerintah, namun perasaan dan
pendapat public itu tidak dinyatakan secara terbuka, karena tidak ada kebebasanuntuk
menyatakan pendapat dan tidak ada juga media yang dapat menyalurkan pendapat itu.
Opini Publik actual (actual public opinion), adalah pendapat umum yang nyata, karena
dinyatakan secara terbuka dan ditanggapi secara intensif oleh public dan bahkan berpengaruh
secara luas. Misalnya, penolakan masyarakat melalui demonstrasi besar – besaran terhadap
kebijakan kenaikan harga BBM.