Anda di halaman 1dari 10

RESUME HAKIKAT OPINI PUBLIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Opini Publik

Oleh : Kelompok 2
Kelas : 2 MA01

Nama Anggota:
1. Dadan kadarusman (18811953)
2. Guntur Widyanto (18811944)
3. Irma Erviana (18811946)

Dosen:
Ir. Kiayati Yusriah, MM.

Program Studi Komunikasi


Fakultas Ilmu Komunikasi 2011
Universitas Gunadarma, Jl. Akses UI Kelapa Dua Depok 16424, Indonesia
BAB I
Hakikat Opini Publik

1. Perkembangan Opini Publik

Opini Publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu: public opinion yang kemudian
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998) lebih suka
menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public oinion.
Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai banyak
dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan di Amerika Serikat yang mana
pemakaian tersebut sangat berkaitan dengan politik dan komunikasi politik. Alquin menyatakan
“vox populi, vox dei” yaitu suara rakyat adalah suara Tuhan. Bahkan Jeremy Benthan
berpendapat bahwa Opini Publik sangat penting sebagai dasar negara demokrasi, karena dapat
menjadi kontrol sosial.
Machiavelli yang pertama kali menggunakan istilah public opinion dalam pengertian
yang modern. Dalam bukunya yang berjudul Discourses beliau menyatakan bahwa orang yang
bijaksana tidak akan mengabaikan Opini Publik mengenai soal-soal tertentu.
Rosseau, pemikir politik pertama yang melakukan analisis yang luas tentang Opini Publik
terutama dalam hubungannya dengan kebijakan pemerintahan dan pendapat pribadi serta Opini
Publik dalam kaitannya dengan pemerintahan dan perwakilan mayoritas dalam demokrasi.
Rosseau (1913: 105) menyatakan bahwa dalam perubahan sosial dan politik, pemerintah tidak
boleh terlalu jauh di depan pendapat rakyat. Rosseau pernah menyebut Opini Publik sebagai
“ratu dunia” karena tidak dapat ditaklukan oleh raja-raja di zaman otoritarian pada abad ke 17
dan ke 18, kecuali si “ratu dunia” sudi “dibeli” sehingga menjadi “budak” dari raja. Rosseau
mendapat kritik dari Hennesy, menurutnya Rosseau dalam arti tertentu belum dapat disebut
sebagai bapak Opini Publik modern karena analisisnya tidak sistematis.
Opini Publik sebagai fenomena sosial dan politik berkembang setelah lahirnya sistem
politik demokrasi yang menjamin adanya kebebasan menyatakan pendapat dan adanya
kebebasan pers pada abad ke-19. Pada masa pemerintahan yang bersifat otoriter, pendaat rakyat
tidak mendapat perhatian oleh pemegang kekuasaan politik, dalam zaman ini menurut William
McKinnon dalam Hennessy (1989:3), Opini Publik belum ada dalam masyarakat, meskipun
tidak dapat disangsikan lagi bahwa beberapa individu telah memilikinya tetapi hal itu belum
dapat disebut sebagai pendapat umum.
Kemajuan ilmu, teknologi dan ekonomi pasar pada akhir abad ke-18 (awal abad ke-19)
mendorong timbulnya kesadaran yang luas bahwa suara rakyat harus diperhatikan dalam
perumusan dan pengambilan keputusan politik. Sir Robert Peel, seorang negarawan Inggris
menanggapi hal ini dengan sinis, menyatakan bahwa Opini Publik itu hanyalah gabungan antara
kebodohan, kelemahan, perasaan bersalah, perasaan benar, keras kepala dan berita surat kabar.
Istilah public opinion kemudian digunakan dalam kegiatan public relations (hubungan
masyarakat) yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat setelah Perang Dunia-2. Public
relations dikembangkan sebagai sebuah kegiatan untuk memengaruhi, membentuk, dan membina
Opini Publik, sebagai upaya menggantikan istilah dan kegiatan agitasi dan propaganda yang
digunakan oleh negara-negara fasis dalam PD-2. Public relations di Indonesia pun berkembang
pesat sejalan dengan perkembangan demokrasi yang menghargai kebebasan menyatakan
pendapat secara umum dan terbuka serta kebebasan berusaha dalam bidang ekonomi.
Gagasan yang mendasari demokrasi dan kapitalisme yang berkembang pesat pada abad
ke-20, keyakinan bahwa setiap lembaga, organisasi dan perusahaan harus secara otomatis
melayani kepentingan umum, semakin bergema dan semakin diterapkan baik dalam bidang
politik maupun ekonomi. Sehingga tumbuh juga dikalangan media massa, keinginan kuat untuk
melayani masyarakat dan memperhatikan kepentingan publik. Dari sinilah Opini Publik
menemukan urgensinya. Para pemikir dan akademikus memperhatikan kepentingannya serta
urgensi Opini Publik, kemudian mengajarkannya diberbagai perguruan tinggi. Kemungkinan
besar studi, modern tentang Opini Publik dimulai dengan terbitnya buku Public Opinion and
Popular Goverment karya A. Lawrence Loweel tahun 1919 dan buku Public Opinion oleh
Walter Lipman (1922). Karya yang pertama terbit di Indonesia adalah Astrid Susanto, berjudul
Pendapat Umum, terbit tahun 1975.

2. Pengertian Opini Publik

Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari kata opinion
(Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata public (Inggris) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti publik/umum, dengan demikian Opini Publik
sama dengan pendapat umum, karena kedua istilah tersebut sama-sama dipakai di Indonesia.
Beberapa formulasi yang berbeda terhadap opini maupun publik dalam perspektif ilmu
komunikasi yang merupakan sebagian dari ilmu sosial.
 Rober E. Lane dan David O. Sears (1965:8): “... an opinion is an answer that is given to
a question in given situation”.

 Kimbal Young (Hartono,1966: 44) menambahkan bahwa “opinion means a belief or


conviction more variable and stronger in intensity than a mere hunch or impression but
less valid than truly verifiable or positive knowledge”

 William Albig (1939:6): “opinion is any expression on a controversial topic”.


Selanjutnya Albig memberikan perumpamaan, bahwa sesuatu yang sudah jelas/nyata
tidak dapat dipertentangkan untuk melahirkan opini.

Berdasarkan rumusan di atas, opini dapat dipahami sebagai pernyataan yang di


komunikasikan sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang kontroversial.
Selanjutnya publik diartikan sebagai sekelompok orang yang menaruh perhatian terhadap
masalah yang dilontarkan melalui media massa, dan ikut serta dalam proses diskusi yang intensif
untuk mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan umum/orang
banyak. Kimbal Young (Hartono, 1966: 45): publik tidak mesti selalu bertemu muka atau
berhubungan langsung, ditambahkan bahwa yang dimaksud publik adalah sejumlah orang yang
terpencar dan memberikan reaksi terhadap suatu stimuli.
Publik diartikan sebagai kelompok orang yang menaruh perhatian terhadap masalah yang
dilontarkan melalui mass media dan ikut serta dalam proses diskusi yang intensif untuk mencari
cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan umum atau orang banyak. Dalam
hal ini publik diartikan tidak sama dengan massa, melainkan diartikan sebagai individu-individu
di dalam kelompok yang memiliki atau diharapkan memiliki opini.
Kimbal Young menyatakan “ The public is not held together by face or shoulder to
shoulder contacts; a number of people scatter in space react to stimulus, which is provided by
indirect and mechanical means of communication”. Jadi publik tidak harus bertemu muka atau
berhubungan langsun
Hartono Menjelaskan publik adalah kelompok yang abstrak dan orang-orang yang
menaruh minat pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama, dimana mereka terlibat dalam
suatu pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk mencari penyelesaian atau
kepuasan atas persoalan atau kepentingan mereka itu.
Oey Hong Lee menjelaskan bahwa bagian-bagian massa yang tertarik oleh masalah-
masalah dan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang diteruskan oleh alat-alat komunikasi
massa, secara spontan mempersatukan diri dalm kelompok-kelompok yang dinamakan publik.
Jumlah publik-publik secara keseluruhan dinamakan dengan Publik (huruf P besar). Selai n itu
publik (huruf p kecil) dijelaskan sebagai orang banyak yang terhimpun dalm kelompok-
kelompok yang sedang menghadapi suatu masalah yang sulit dan kontoversial, serta berusaha
untuk mencari solusi dengan melakukan diskusi-diskusi secara tidak langsung.
Dalam publik itu terdapat individu-individu yang mengerti masalah, rasional, kritis,
bahkan spesialis dan memiliki kepentingan yang perlu dijaga. Kelompok ini dapat juga dikatakan
sebagai kelompok kepentingan.
A. Lowrence Lowell menyebutkan bahwa publik atau umum hanyalah golongan yang
memiliki perhatian besar dan pengetahuan cukup terhadap suatu masalah dan tidak mutlak
merupakan pendapat mayoritas. John Stuard Mill hanya mengartikan publik sebagai golongan
intelektual saja. Rousseau mengartikan publik adalah seluruh masyarakat (volente generale)
dengan berpegang pada prinsip demokrasi langsung.
Sehingga dapat diartikan bahwa Opini Publik adalah pendapat yang sama dan dinyatakan
oleh banyak orang yang diperoleh melalui diskusi yang intensif sebagai jawaban atas pertanyaan
dan permasalahan yang menyangkut kepentingan umum. Whyte menyebutkan bahwa Opini
Publik adalah sikap dari rakyat mengenai suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Hennesy menyatakan Opini Publik adalah referensi yang diekspresikan oleh sejumlah
orang penting tentang suatu isu yang menyangkut kepentingan umum. Kompleks referensi yang
dimaksud adalah pertentangan keinginan dari sejumlah orang. Sejalan dengan itu, Arifin menulis
bahwa Opini Publik adalah pendapat rata-rata individu dalam masyarakat sebagai hasi diskusi
tidak langsung yang dilakukan untuk memecahkan persoalan sosial, terutama yang disebarkan
oleh media massa, oleh sebab itu Opini Publik hanya akan terbentuk jika ada isu yang
dikembangkan oleh media massa yang menyangkuit kepentingan umum.
Emory Bogardus menyatakan Opini Publik adalah hasil integrasi pendapat berdasarkan
diskusi yang dilakukan dalam masyarakat demokratis. Alan D. Monroe merumuskan bahwa
opini publik adalah distribusi pilihan individu-individu di dalam masyarakat. R.O Tambunan
menuliskan bahwa Opini Publik adalah pendapat yang hidup dan berkembang sebagai bentuk
interaksi nilai dan lambang di dalm masyarakat.William Albig menyatakan bahwa Opini Publik
adalah hasil daripada interaksi atara orang-orang dalam suatu kelompok.
Kruger Reckless mengemukakan bahwa Opini Publik adalah suatu pendapat hasil
pertimbangan seseorang tentang suatu hal yang telah diterima sebagai pikiran politik. L.W Doob
menyatakan bahwa Opini Publik itu menunjukan sikap orang-orang yang menjadi anggota suatu
golongan terhadap suatu masalah.
Bernard Bereleson mengatikan Opini Publik dengan politik dan sosial. Ia menuliskan
bahwa Opini Publik adalah tanggapan orang-orang terhadap masalah- masalah politik dan sosial
yang mengandung pertentangan dan meminta perhatian umum seperti hubungan internasional,
kebijakan pemerintah, pemilihan umum, dan hubungan antar etnis.
Opini Publik yang disimpulkan oleh Arifin:
1. Opini Publik adalah pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian, dan harapan rata-rata
individu kelompok dalam masyarakat tentang suatu hal yang berhubungan dengan
kepentingan umumatau persoalan-persoalan sosial.

2. Opini publik adalah hasil interaksi, diskusi atau penilaian sosial antar individu tersebut
yang berdasarkan pertukaran pikiran yang sadar dan rasional yang dinyatakan baik lisan
maupun tulisan.

3. Isu atau masalah yang didiskusikan itu adalah hasil dari apa yang disebarkan oleh media
massa.

4. Opini Publik hanya dapat berkembang pada negara-negara yang menganut faham
demokrasi (faham yang memberikan kebebasan pada warganya untuk menyatakan
pendapat dan sikap)

Arifin menyatakan bahwa Opini Publik paling kurang memilki tiga unsur. Pertama, harus
ada isu yang aktuaal, penting, dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan orang dalam
masyarakat atau kepentingan umum, yang disiarkan melalui media massa. kedua, harus ada
sejumlah orang yang mediskusikan isu tersebut, yang kemudian menghasilkan kata sepakat
mengenai sikap, pendapat, dan pandangan mereka. Ketiga, pendapat tersebut selanjutnya
diekspresikan atau dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, dan gerak-gerik.
Blumler mengingatkan bahwa Opini Publik tidaklah berarti harus merupakan pendapat
bulat dari semua orang, melainkan merupakan pendapat mayoritas, tetapi mungkin hanya
pendapat minoritas, dan bahkan mungkjin hanya pendapat seseorang dalm arti ruling elite atau
influential minority.
3. Karakteristik opini Publik
Floyd Allport mengumpulkan 12 karakteristik Opini Publik. Secara ringkas pokok-pokok
karakteristik Opini Publik itu adalah Opini Publik merupakan perilaku manusia individu-
individu; dinyatakan secara verbal; melibatkan banyak individu; situasi dan objeknya dikenal
secara luas; penting untuk orang banyak; pendukungnya berbuat atau bersedia untuknya;
disadari, diekspresikan; pendukungnya tidak mesti berada pada tempat yang sama; bersifat
menentang atau mendukung sesuatu; mengandung unsur-unsur pertentangan; dan efektif untuk
mencapai objektifitas.
Ithel de Sola Pool (1973 : 783) mengemukakan bahwa pada dasarnya Opini Publik
memiliki sekurang-kurangnya satu diantara tiga keharusan (atau memiliki ketiga-tiganya), yaitu
(1) diekspresikan (dinyatakan) secara umum; (2) menyangkut kepentingan umum ; dan (3)
dimiliki oleh banyak orang.
Hendley Cantril (Gauging Public Opinion) dalam Arifin (1998 : 119-120) dari lembaga
penelitian Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip – prinsip yang
merupakan karakteristik Opini Publik. Prinsip –prinsip tersebut sebagai berikut :
1. Opini Publik sangat peka (govoelig) terhadap peristiwa – peristiwa penting.
2. Peristiwa – peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser Opini Publik seketika dari
suatu ekstermis yang satu ke ekstermis yang lain. Opini Publik itu baru akan mencapai
stabilitasnya apabila kejadian – kejadian dari peristiwa itu memperlihatkan garis – garis
besar yang jelas.
3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa – peristiwa dari pada oleh
kata – kata, kecuali kata – kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa.
4. Pernyataan lisan dan garis – garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala
opini belum terbentuk dan dikala orang – orang berada dalam keadaan suggestible dan
mencari keterangan dari sumber terpercaya.
5. Pada umumnya Opini Publik tidak mendahului keadaan – keadaan darurat, ia hanya
mereaksi keadaan itu.
6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi, peristiwa
kata – kata dan lain – lain perangsang memengaruhi pendapat hanya jika ada
hubungannya yang jelas dengan kepentingan pribadi itu.
7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang – orang merasa bahwa
kepentingan pribadinya benar – benar tersangkut atau jika pendapat yang dibangkitkan
oleh kata – kata diperkuat oleh peristiwa – peristiwa
8. Sekali kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah.
9. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, pendapat umum di dalam negara demokrasi
cenderung mendahului kebijakan pihak yang berwenang.
10. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika
pendapat tidak mempunyai bentuk yang kuat pula, maka fakta – fakta yang nyata ada
kecenderungan mengalihkan pendapat dan arah penerimaan.
11. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih eka (govoelig) terhadap kemampuan pimpinannya
dan apabila mereka memunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk
lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila
kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi mereka pun berkurang dari biasanya.
12. Rakyat akan kurang melakukan penentangan terhadap keputusan – keputusan yang telah
diambil dalam keadaan darurat (kritis) oleh pimpinannya, apabila dengan cara – cara
tertentu mereka merasa diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tersebut.
13. Rakyat memiliki hubungannya dengan suatu tujuan dari pada terhadap cara – cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
14. Cita – cita mewarnai Opini Publik sebagaimana halnya juga dengan pendapat pribadi.
Apabila sesuatu pendapat semata – mata berdasarkan suatu cita – cita kepada suatu
penerangan, hal itu cenderung memperlihatkan arah perhatian yang besar sekali terhadap
peristiwa – peristiwa.
15. Pada umumnya, apabila rakyat dalam suatu masyarakat demokratis diberi kesempatan
luas untuk memperoleh pendidikan dan ada kesempatan luas untuk mendapatkan
penerangan – penerangan, Opini Publik akan merupakan suatu pendirian yang lebih tahan
uji. Semakin cerdas pengetahuan rakyat atas tindakan – tindakan suatu peristiwa dan
sesuatu gagasan bagi kepentingannya sendiri, semakin cenderung pula mereka untuk
menyetujui pendapat – pendapat yang lebih objektif dari pada ahli yang realistis.
16. Dimensi psikologis dalam sesuatu pendapat mempunyai peranan penting dalam hal
pengarahan, intensitas, keluasan dan kedalaman.
17. Walaupun Opini Publik selalu bersesuaian namun banyak pula hal yang tidak demikian,
akan lebih jelas kebenarannya apabila cara berpikir diteliti dan prinsip – prinsip
penilaiannya telah ditemukan, dari mana pendapat khusus tersimpulkan.

Dilihat dari segi bentuknya, Opini Publik dapat juga dibedakan antara yang laten dengan
yang actual. Opini Publik laten (latent public opinion) adalah pendapat umum yang tersembunyi,
namun sangat potensial, karena dalam masa tertentu dapat menjadi riil dan actual, sehingga perlu
diperhatikan.
Misalnya ketidak senangan public terhadap kebijakan pemerintah, namun perasaan dan
pendapat public itu tidak dinyatakan secara terbuka, karena tidak ada kebebasanuntuk
menyatakan pendapat dan tidak ada juga media yang dapat menyalurkan pendapat itu.
Opini Publik actual (actual public opinion), adalah pendapat umum yang nyata, karena
dinyatakan secara terbuka dan ditanggapi secara intensif oleh public dan bahkan berpengaruh
secara luas. Misalnya, penolakan masyarakat melalui demonstrasi besar – besaran terhadap
kebijakan kenaikan harga BBM.

4. Fungsi dan Peran Opini Publik


Dalam perkembangan awalnya Opini Publik selalu dikaitkan dengan politik, terutama
dalam konteks negara demokrasi, baik sebagai sistem politik maupun demokrasi sebagai gaya
hidup. Emory S Bogardus (1949:484) mengemukakan bahwa Opini Publik mempunyai tiga
fungsi sebagai kekuatan dalam kehidupan sosial dan politik.
Ketiga fungsi itu ialah : (1) Opini Publik dapat memperkuat undang – undang dan
peraturan – peraturan. (2) Opini public merupakan pendukung moral dalam masyarakat. (3)
Opini Publik dapat menjadi pendukung eksistensi lembaga – lembaga sosial dan lembaga –
lembaga politik.
Opini public juga berfungsi dan berperan sebagai pemancaran dari moral suatu
masyarakat, karena moral memberikan standar nilai – nilai yang dianggap pantas dan harus
ditaati oleh individu – individu.
Dalam hal peranan Opini Publik dalam mendukung eksistensi lembaga – lembaga sosial
dan lembaga – lembaga politik, Ougburn dan Ninkoff dalam Arifin (200:14) menjelaskan bahwa
semua golongan yang tersusun baik organisasi kerjanya, mutlak harus memperoleh dukungan
kuat dari Opini Publik.
Jelas kiranya bahwa penguasa atau pemerintah yang sedang berkuasa harus orang – orang
yang diingini oleh public. Demikian juga kebijakan yang dijalankan harus pula didukung oleh
public dalam arti kepentingan – kepentingan public itu terakomodasi dengan baik. Maka dapat
dipahami jika Opini public di negara demokrasi diposisikan sebagai kekuatan keempat, setelah
tiga kekuatan dan kekuasaan lainnya dalam trias politika dari Montesqueue.
Opini Publik sebagai sebuah kekuatan politik, telah terbukti mampu mendukung suatu
kekuasaan di Indonesia dan juga telah terbukti seperti norma – norma hukum, adat istiadat,
agama dan kepercayaan. Memiliki kekuatan dan peranan dalam mengganggu kekuasaan.
Bahkan, Opini Publik mampu menggulingkan rezim yang berkuasa. Oleh sebab itu, Opini Publik
sebagai sebuah kekuatan politik di Indonesia juga telah menjadi realitas politik yang tercatat
dalam sejarah kajian komunikasi politik.
Opini Publik mempunyai fungsi dalam kehidupan sosial dan individu. Ithiel de Sola
(1973:783) menyebutkan bahwa Opini Publik memiliki tiga fungsi bagi seseorang, yaitu (1) the
cognitive function, (2) the identification function, dan (3) the resolving of the internal function.
The cognitive function, berarti Opini Publik berfungsi memberikan pengertian, sehingga
dengan adanya pengertian itu seseorang dapat objektif menanggapi persoalan atau masalah yang
merebak dalam masyarakat. Sedangkan the identification function, yakni Opini Publik berfungsi
memperkenalkan pendapat – pendapat yang merupakan kesepakatan kelompok kepada individu
– individu anggotanya. Kemudian the resolving of the internal function, yaitu Opini Publik
berfungsi untuk memecahkan persoalan internal suatu kelompok antara lain dengan melakukan
pembagian tugas antar sesame anggota kelompok.

Anda mungkin juga menyukai